Anda di halaman 1dari 11

DownloadFromBPPHP17JYP MODUL I SISTEM SILVIKULTUR

Oleh: DWI ENDAH WIDYASTUTI KANSIH SRI HARTINI


DOSEN DEPARTEMEN KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DIKLAT WAS-GANISPHPL-BINHUT
JULI 2010

l o a d FP
Tujuan

HP17JYP

MODUL : SISTEM SILVIKULTUR

Tujuan modul ini adalah agar peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan dapat memahami dan menjelaskan : 1. Prinsip-prinsip silvikultur 2. Aspek-aspek teknis kegiatan silvikultur 3. Perencanaan kegiatan silvikultur 4. Beberapa peraturan dan petunjuk teknis mengenai silvikultur 5. Pelaksanaan silvikultur di lapangan. 1. Prinsip-prinsip Silvikultur Pengertian Silvikultur Silvikultur adalah ilmu dan seni membangun dan memelihara hutan lewat pengetahuan dasar silvika. Silvika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari sifat-sifat ekologi individu pohon. Silvika menjadi landasan bagi tindakan silvikultur terhadap hutan. Tindakan silvikultur tersebut dengan harapan agar hutan yang bersangkutan dapat memenuhi tujuan khusus yang telah dirancang dan disepakati untuk dilaksanakan. Dalam merancang tindakan silvikultur, ahli silvikultur mempertimbangkan atribut ekologi, ekonomi, sosial dan administrasi serta manfaat yang ingin dicapai agar hutan berfungsi secara lestari dan optimal (Soekotjo, 2009) . Silvikultur juga sering dinamakan ekologi terapan. Penamaan tersebut atas dasar bahwa tindakan silvikultur merupakan perwujudan pengelolaan ekosistem. Dalam kaitan ini mudah dimengerti bila tindakan silvikultur berkaitan dengan upaya mengendalian struktur, komposisi, pertumbuhan species target untuk meningkatkan manfaat hutan. Tindakan silvikultur bertujuan untuk meningkatkan produktivitas hutan, sehingga hutan yang produktivitasnya rendah menjadi hutan yang lebih produktif. Secara garis besar batasan silvikultur menurut Asosiasi Ahli Kehutanan Amerika (Nyland, 2002) adalah : Seni untuk membangun dan memelihara tegakan hutan dengan landasan ilmiah untuk mengendalikan pemapanan tegakan, komposisi dan pertumbuhan Menggunakan berbagai perlakuan agar hutan menjadi lebih produktif, lebih bermanfaat bagi pengusahaan hutan. Bermanfaat tidak hanya bagi pengusaha hutan tetapi juga bagi masyarakat sekitar hutan dan masyarakat keseluruhan serta negara, baik generasi masa kini maupun generasi mendatang, secara lestari.

Mengintegrasikan konsep ekologi dan ekonomi pada perlakuan yang sangat tepat untuk memenuhi tujuan pengelolaan hutan.

Oldeman (1990) mendeskripsikan silvikultur adalah ilmu pengetahuan kehutanan yang dirancang untuk mengendalikan proses yang terjadi di dalam ekosistem hutan, sedemikian rupa sehingga urutan perkembangan ekosistem hutan mencapai peluang tertinggi untuk kelangsungan hidup dari ekosistem hutan yang bersangkutan. Pengertian Sistem Silvikultur Troup (1928) mendefinisikan sistem silvikultur adalah suatu proses yang mencakup tiga tema utama, yaitu 1. metode permudaan, 2. metoda pemanenan hasil hutan 3. metoda mengatur tegakan hutan secara keseluruhan, dengan mengacu pada silvikultur, pertimbangan proteksi dan pemanfaatan hasil secara ekonomis. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 11/Menhut-II/2009, sistem silvikultur adalah sistem pemanenan sesuai tapak/tempat tumbuh berdasarkan formasi terbentuknya hutan yaitu proses klimatis dan edafis dan tipe-tipe hutan yang terbentuk dalam rangka pengelolaan hutan lestari atau sistem teknik bercocok tanaman dan memanen. DownloadFromBPPHP17JYP Sistem/regim silvikultur untuk hutan Indonesia menurut Soekotjo (2009) dapat dibedakan menjadi : I. Hutan berasal dari biji atau buah A. Polisiklik, target akhir, tegakan beragam umur A.1 Seleksi Individu - TPTI - TPTJ dan TPTII A.2 Seleksi Kelompok - Tebang Rumpang B. Monosiklik, target akhir, tegakan berumur seragam B.1 Tebang habis - THPB - THPA B.2 Seed Tree method (untuk hutan mangrove)

II. Hutan berasal dari perbanyakan vegetatif 1. hutan seluruhnya berasal dari perbanyakan vegetatif 2. hutan berasal dari trubusan Menurut PP 6 Tahun 2007 dasar-dasar pemilihan silvikultur didasarkan pada pendekatan : (1) Keanekaragaman hayati, berdasarkan tipe hutan sesuai formasi klimatis (hutan hujan tropis, hutan monsoon, hutan gambut) dan formasi edafis (hutan rawa, hutan payau, hutan payau). (2) Topografi, geografi, geologi, dan tanah (3) Konservasi tanah dan air (4) Teknologi 2. Pengertian Teknik Silvikultur Teknik silvikultur adalah penggunaan teknik-teknik atau perlakuan tehadap hutan untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas hutan. Perlakuan tersebut dapat dilakukan pada tahap permudaan, pemeliharaan dan penjarangan, serta pemanenan. Teknik silvikultur menurut Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 11/Menhut-II/2009, antara lain berupa: pemilihan jenis, pemuliaan pohon, penyediaan bibit, manipulasi lingkungan, penanaman dan pemeliharaan. Teknik silvikultur yang dikembangkan oleh Soekotjo (2009) adalah : 1. teknik silvikultur tentang pengendalian struktur 2. teknik silvikultur tentang pengendalian komposisi 3. teknik silvikultur tentang pengendalian kerapatan tegakan 4. teknik silvikultur tentang pengendalian pertumbuhan 5. teknik silvikultur intensif 6. teknik silvikultur tentang proteksi agar kelestarian produktivitas ekosistem terjamin 7. teknik silvikultur tentang proteksi terhadap hama dan penyakit 8. fasilitas pembalakan Multisistem Silvikultur Multisistem silvikultur adalah sistem pengelolaan hutan produksi yang terdiri dari dua atau lebih sistem silvikultur yang diterapkan pada suatu areal pengusahaan hutan dan merupakan multi usaha dengan tujuan mempertahankan dan meningkatkan produksi kayu dan hasil hutan lainnya serta dapat mempertahankan kepastian kawasan hutan produksi.

Multisistem silvikultur diterapkan dalam pengusahaan hutan di Indonesia mengingat keadaan mosaik areal hutan dan kondisi hutan di Indonesia telah mengalamai perubahan yang sangat besar, yakni menjadi sangat beragam dan pada umumnya mengalami perubahan perubahan potensi dan ekologinya. Contoh multisistem silvikultur dalam suatu unit pengusahaan hutan adalah terdapat lebih dari satu system silvikultur yang diterapkan, misalnya TPTI dan TPTII; TPTJ dan THPB; THPA dan THPB Pola Agroforestry. 3. Perencanaan kegiatan Silvikultur 4. Beberapa Peraturan dan Petunjuk Teknis Mengenai Silvikultur Sejak mulai diimplementasikannya pengusahaan hutan di Indonesia sampai dengan saat ini, terdapat beberapa perkembangan peraturan dan petunjuk teknis mengenai silvikultur. Peraturan-peraturan tersebut adalah: 1. SK Dirjen Kehutanan no. 35/Kpts/DD/1/1972 ttg Pedoman Tebang Pilih Indonesia, Tebang Habis dengan Permudaan Alam, Tebang Habis dengan Penanaman Buatan, dan Pedoman-pedoman Pengawasannya
2.

SK Menhut no. 485/Kpts-II/1989 tentang sistem silvikultur pengelolaan hutan alam produksi di Indonesia

3. SK Dirjen PH no. 564/Kpts/IV-BPHH/1989 tentang Pedoman Tebang Pilih Tanam Indonesia 4. SK Menhut no. 252/Kpts-II/1993 tentang Kriteria dan pengelolaan Hutan Produksi Alam Indonesia secara lestari Tanam Indonesiadicabut dg Kehutanan no P.9/VI/BPHA/2009. dengan Permenhutbun P.30/Menhut-II/2005 No. Peraturan DirJend Bina Indikator

5. SK Dirjen PH no. 151/Kpts/IV-BPHH/1993 tentang Pedoman Tebang Pilih

Produksi

6. SK Menhutbun No. 625/Kpts-II/1998 tentang Sistem TPTJdicabut

309/Kpts-II/1999;

Permenhut

No.

7. SK Dirjen Bina Produksi Kehutanan No. 226/VI-BPHA/2005 tentang

penerapan sistem TPTIIdicabut dengan Produksi Kehutanan no P.9/VI/BPHA/2009

Peraturan DirJend Bina

8. Permenhut No. P.30/Menhut-II/2005 tentang Standar sistem silvikultur

pada hutan alam tanah kering atau hutan alam basah/rawadicabut dengan Permenhut No. P.11/Menhut-II/2009

tanah

9. Permenhut No. P.11/Menhut-II/2009 tentang Sistem silvikultur dalam areal izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan produksi 10. Peraturan Dirjen Bina Produksi Kehutanan No. P.9/VI/BPHA/2009 tentang pedoman pelaksanaan sistem silvikultur dalam areal izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan produksi Berdasarkan Permenhut No. P.11/Menhut-II/2009, Sistem silvikultur dibedakan berdasarkan : Umur tegakan: Tegakan seumur: Tebang Habis Permudaan Buatan Tebang Habis Permudaan Alam Pemanenan dapat dengan Tebang Pilih Tanam Indonesia Tegakan tidak seumur: IndividuTebang Pilih Tanam Indonesia KelompokTebang Rumpang JalurTebang Pilih Tanam Jalur Sistem pemanenan: Tebang pilih Tebang habis Berdasarkan lokasi pelaksanaan, dibedakan menjadi: Tebang Habis Permudaan Buatan: Logged Over Area Hutan tanaman pada hutan produksi biasa atau hutan produksi yang dapat dikonversi di areal IUPHHK pada hutan produksi berdasarkan RKUPHHK Tebang Habis Permudaan Alam: Logged Over Area, hutan tanaman melalui terubusan/coppice system dan atau generatif pada HP biasa atau HP yang dapat dikonversi di areal IUPHHK pada hutan produksi berdasarkan RKUPHHK Tebang Pilih Tanam Indonesia dan Tebang Rumpang: Virgin forest LOA di areal IUPHHK berdasarkan RKUPHHK Tebang Pilih Tanam Jalur: LOA Penetapan daur dilakukan berdasarkan: Tegakan Seumur: Daur ditetapkan berdasarkan umur masak tebang ekonomis dan atau Berdasarkan umur pada hasil yang maksimum Tegakan tidak Seumur: Siklus tebang berdasarkan diameter tebangan (Tabel 1.)

Tabel 1. Siklus tebang berdasarkan diameter tebangan pada Tegakan Tidak Seumur Lokasi Hutan daratan kering Siklus Tebang Diameter 30 tahun 40 cm 50 cm 20 tahun 40 tahun 20 tahun 30 tahun 40 cm 30 cm 10 cm 10cm Keterangan HP Biasa/Konversi HPT dengan SS TPTI/TPTJ TPTJ Bahan baku chip Kayu arang

Hutan Rawa Hutan payau/mangrove

Teknik Silvikultur Teknik silvikultur yang digunakan: Bina Pilih Tebang Pilih Indonesia Intensif Teknik silvikultur berupa: Pemilihan jenis Pemuliaan pohon Penyediaan bibit Manipulasi lingkungan Penanaman dan pemeliharaan 5. Pelaksanaan Silvikultur di Lapangan Sistem silvikultur yang dilaksanakan di lapangan ada 4 sistem, yaitu: Sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur Sistem silvikultur Tebang Rumpang Sistem silvikultur Tebang Habis Permudaan Buatan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Prinsip-prinsip yang harus dipahami: a. Sistem silvikultur untuk tegakan tidak seumur b. Teknik pemanenan dengan tebang pilih c. Meningkatkan riap sebagai aset d. Mempertahankan keanekaragaman hayati Tujuan dan sasarannya: a. Tujuan TPTI adalah meningkatkan produktivitas hutan alam tegakan tidak seumur melalui tebang pilih dan pembinaan tegakan tinggal dalam rangka memperoleh panenan yang lestari. b. Sasaran TPTI adalah pada hutan alam produksi di areal IUPHHK atau KPHP

Beberapa pengertian yang harus dipahami: a. Pemanenan tebang pilih adalah tebangan berdasarkan limit diameter tertentu pada jenis-jenis niagawi dengan tetap memperhatikan keanekaragaman hayati setempat. b. Pembinaan tegakan tinggal adalah kegiatan yang dikerjakan setelah kegiatan tebang pilih meliputi perapihan, pembebasan, pengayaan, pemeliharaan. Tahapan kegiatan dalam Tebang Pilih Tanam Indonesia adalah sebagai berikut (Tabel 2.): Tabel 2. Tahapan Kegiatan TPTI No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tahap Kegiatan Penataan Areal Kerja (PAK) Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) Pemanenan Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Pengayaan Pembebasan Pohon Binaan Perlindungan dan Pengamanan Hutan

Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur Prinsip-prinsip yang harus dipahami: a. Sistem silvikultur untuk tegakan tidak seumur. b. Teknik pemanenan dengan tebang pilih. c. Meningkatkan riap. d. Mempertahankan keanekaragaman hayati. e. Menciptakan ruang tumbuh optimal bagi tanaman. f. Penanaman jenis unggulan lokal dalam jalur. Tujuan dan sasarannya: a. Tujuan TPTJ adalah meningkatkan produktivitas hutan alam tegakan tidak seumur melalui tebang pilih dan memanfaatkan ruang tumbuh dalam jalur untuk meningkatkan riap dalam rangka memperoleh panenan yang lestari. b. Sasaran TPTJ adalah pada hutan alam produksi bekas tebangan di areal IUPHHK atau KPHP. Beberapa pengertian yang harus dipahami: a. Pemanenan tebang pilih adalah tebangan berdasarkan limit diameter tertentu pada jenis-jenis niagawi dengan tetap memperhatikan keanekaragaman hayati setempat.

b. Penanaman dalam jalur adalah kegiatan menanam dalam rangka pemanfaatan ruang tumbuh dengan jenis-jenis tanaman unggulan setempat. c. Jalur antara adalah jalur tegakan tinggal yang dibina dan dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas dan mempertahankan keanekaragaman hayati. Tahapan kegiatan dalam Tebang Pilih Tanam Jalur adalah sebagai berikut (Tabel 3.): Tabel 3. Tahapan Kegiatan TPTJ No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Tahap Kegiatan Penataan Areal Kerja (PAK) Inventarisasi Hutan Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) Pengadaan Bibit Tebang Naungan Penyiapan dan Pembuatan Jalur Tanam Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Jalur Pembebasan dan Penjarangan Pemanenan Perlindungan dan Pengamanan Hutan

Sistem Silvikultur Tebang Rumpang Prinsip-prinsip yang harus dipahami: a. Sistem Silvikultur untuk Tegakan Tidak Seumur b. Teknik Pemanenan dengan Tebang Kelompok (rumpang) secara teratur dan tersusun dalam satu jaringan jalan sarad (yang menuju ke satu TPn) c. Unit manajemen terkecil adalah TPn d. Rumpang sebagai unit perlakuan silvikultur e. Mempertahankan Keanekaragaman Hayati f. Menciptakan Ruang Tumbuh Optimal bagi permudaan Tujuan dan sasarannya: a. Tujuan TR adalah meningkatkan produktivitas hutan alam tegakan tidak seumur melalui tebang kelompok dan memanfaatkan ruang tumbuh dalam rumpang untuk meningkatkan riap dalam rangka memperoleh panenan yang lestari. b. Sasaran TR adalah pada hutan alam produksi bekas tebangan di areal IUPHHK atau KPHP.

Beberapa pengertian yang harus dipahami: a. Rumpang adalah bentuk ruang terbuka hasil dari penebangan kelompok vegetasi berbentuk melingkar dengan ukuran 1 2 kali tinggi pohon tepinya. b. Pemanenan tebang rumpang adalah tebangan berdasarkan kelompok pohon di dalam bentuk rumpang. c. Perapihan rumpang adalah kegiatan membuat rumpang setelah penebangan pohon-pohon besar dengan menebang semua vegetasi di dalamnya kecuali permudaan. Tahapan kegiatan dalam Tebang Rumpang adalah sebagai berikut (Tabel 4.): Tabel 4. Tahapan Kegiatan Tebang Rumpang No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tahap Kegiatan Penataan Areal Kerja (PAK) Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) Risalah Rumpang Pembuatan rumpang Pembinaan rumpang Pemanenan Perlindungan dan Pengamanan Hutan

Sistem Silvikultur Tebang Habis Permudaan Buatan Prinsip-prinsipnya: a. Diterapkan pada areal bekas tebangan dan non hutan yang telah ditetapkan sebagai areal THPB da lam RKUPHHK. b. Sistem silvikultur untuk membangun tegakan seumur. c. Teknik pemanenan dengan tebang habis. d. Meningkatkan produktivitas lahan dengan permudaan buatan. Tujuan dan sasarannya: a. Tujuan THPB adalah memaksimalkan produktivitas lahan dan kualitas lingkungan hidup sesuai dengan daya dukung lingkungan setempat. b. Sasaran THPB adalah hutan alam produksi bekas tebangan di areal Hutan Produksi (HP) atau Hutan Produksi Konversi (HPK). Beberapa pengertian yang harus dipahami: a. Pemanenan tebang habis adalah tebangan untuk membersihkan lahan secara keseluruhan tanpa memperhatikan limit diameter. b. Permudaan buatan adalah kegiatan penanaman hutan menggunakan bibit yang telah diberi perlakuan terlebih dahulu.

Tahapan kegiatan dalam Tebang Habis Permudaan Buatan adalah sebagai berikut (Tabel 5.): Tabel 5. Tahapan Kegiatan Tebang Habis Permudaan Buatan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Tahap Kegiatan Penataan Areal Kerja (PAK) Risalah Hutan Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) Pengadaan Bibit Penyiapan Lahan Penanaman Pemeliharaan Pemanenan Perlindungan dan Pengamanan Hutan

dFromBPPHP17JYP

Anda mungkin juga menyukai