Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Konsep perlindungan konsumen dimaksudkan menjadi landasan

hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen serta Lembaga Swadaya Masyarakat untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen. Upaya

pemberdayaan ini penting karena tidak mudah mengharapkan kesadaran pelaku usaha yang pada dasarnya prinsip ekonomi pelaku usaha adalah mendapat keuntungan yang semaksimal mungkin dengan modal seminimal mungkin. Prinsip ini sangat potensial merugikan kepentingan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung. Atas dasar kondisi sebagaimana dipaparkan pembentukan di atas, perlu upaya yang pemberdayaan dapat konsumen melalui

undang-undang

melindungi

kepentingan

konsumen secara integratif dan komprehensif serta dapat diterapkan secara efektif di masyarakat. Air bersih pada umumnya dan air minum pada khususnya merupakan salah satu kebutuhan manusia yang vital disamping kebutuhan dasar lainnya seperti sandang, pangan dan papan. Untuk itu penyediaan air bersih bagi pemenuhan kebutuhan manusia dalam menunjang kegiatan sehari-hari

mutlak diperlukan, sehingga program pembangunan sarana air bersih harus diperluas dan dipercepat. Dalam Ketetapan MPR No.II / MPR / 1993 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara, bab IV pola umum pelita V mengenai perumahan dan

pemukiman, maka pengelolaan air bersih memerlukan pengelolaan teknik dan administrasi yang baik serta perthitungannya yang mantap dari pihak yang bersangkutan mulai dari perencanaan, penyediaan sampai pada penyaluran air bersih. Untuk itu perlu ada suatu bentuk perusahan yang mengelola dan melayani air bersih kepada masyarakat. PDAM kota Ambon dalam mengelola kebutuhan air minum tentu saja tidak mudah memikul tanggung jawab tersebut, karena dalam pelaksanaan untuk mencapai tujuan, PDAM harus berpedoman pada dasar-dasar komersial yang sehat dengan maksud mengutamakan fungsi sosialnya serta dituntut untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, disamping itu juga harus mendukung dana pendapatan daerah dalam rangka pembiayaan pembangunan daerah. Dengan demikian usaha PDAM dapat dikatakan berhasil apabila masyarakat dalam kawasan pelayananya benar-benar telah memperoleh distribusi air dengan tekanan yang sesuai dengan standar kelayakan air bersih, yang di diperlukan: 1. Pengelolaan perusahaan yang efisien dan efektif. 2. Keterlibatan dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan perusahan sehingga terbinalah rasa memiliki bersama untuk kepentingan bersama. 3. Pembinaan swadaya masyarakat dalam turut serta memenuhi kebutuhan air bersih dan penyehatan lingkungan. Berdasarkan pertimbangan-pertimbagan tersebut diatas yang memberi motifasi kepada penulis untuk meneliti masalah ini, yakni " Tanggung

Jawab PDAM Kota Ambon Terhadap Konsumen Ditinjau dari UndangUndang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang di angkat oleh penulis dalam penulisan ini adalah 1. Bagaimana Tanggung Jawab PDAM kota Ambon dalam kebutuhan air bersih kepada konsumen. memenuhi

C. Variabel dan Indikator Variabel yang digunakan adalah variabel tunggal yaitu : peran dan tanggung jawab pemerintah dalam menangani PDAM Kota Ambon di Kelurahan Silale dengan indikator : 1. Tanggung jawab dari pihak PDAM Kota Ambon 2. Konsumen pengguna jasa air bersih

D.

Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: Mengetahui bagaimana tanggung jawab PDAM sebagai penyedia jasa air bersih dalam melayani konsumen dalam kaitannya dengan Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

E.

Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Agar masyarakat sebagai pihak pemakai jasa air bersih dapat mengetahui hak-haknya yang dilindungi oleh peraturan penrndangundangan. 2. PDAM diminta agar lebih meningkatkan kinerjanya bahkan tanggung jawabnya dalam melayani konsumen sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku demi terwujudnya iklim usaha yang baik dan pelayanannya kepada pemakai jasa air bersih.

F.

Defenisi Operasional Untuk menghindari kesalah fahaman dalam penafsiran judul maka

penulis memberikan batasan pengertian dari istilah yang digunakan yaitu : 1. Tanggung jawab PDAM, adalah keadaan wajib menangung segala sesuatunya, artinya jika ada sesuatu hal boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia W.J.S Poerwadarminta). 2. Konsumen adalah orang atau badan yang membeli atau memakai barang atau jasa secara tetap. (Pasal 1 angka 2 UU No. 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen).

3. Perlindungan Konsumen, adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. (UU. No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanggung Jawab Pelaku Usaha. Sebagai pelaku usaha adalah wajar dan wajib melaksanakan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya sesuai ketentuan peraturan yang berlaku sehingga konsumen merasa terjamin dan terlindungi. Berbicara tentang tanggung jawab berarti kita berbicara tentang salah satu sisi dari korelasi antaralapangan perekonomian dengan lapangan etika. Dalam hal ini sektor yuridis akan memainkan peran penting yakni merupakan faktor penjamin agar arus transformasi etika ke dalam batang tubuh perekonomian tetap dapat dipelihara. Sejak terjalin kesepakatan dalam perjanjian jual beli air bersih antara PDAM dengan pihak konsumen,maka tanpa disadari oleh pihak konsumen isi dari perjanjian tersebut telah melindungi dan membentengi pelaku usaha.oleh karena tiada pilihan bagi konsumen demi mendapatkan atau memperoleh jasa air bersih yang sangat di butuhkan.praktek monopoli terhadap kepentingan umum telah menekan konsumen pada tingkat yang terendah dalam menghadapi para pelaku usaha. tidak adanya alternatif yang dapat diambil oleh konsumen menyebabkan pelaku usaha dengan semuanya menentukan dan menetapkan kebijakan yang hanya menguntungkan pelaku usaha, sehingga terkesan mengabaikan tanggung jawabnya. ( Hukum Bisnis Dalam Teori dan praktek, 1994 : 200).

Ketidak berdayaan konsumen dalam menghadapi pelaku usaha ini jelas sangat merugikan kepentingan masyarakat dan umumnya para pelaku usaha senantiasa berlindung dibalik standard conaract atau perjanjian baku yang telah ditanda tangani oleh kedua belah pihak (antara pelaku usaha dan konsumen). Beberapa ciri perjanjian baku dikemukakan oleh Sudaryatmo adalah sebagai berikut : 1. Perjanjian dibuat secara sepihak oleh produsen yang posisinya kuat dan konsumen. 2. Konsumen sama sekali tidak dilibatkan dalam menentukan isi perjanjian. 3. Dibuat dalam bentuk tertulis. 4. Konsumen terpaksa menerima isi perjanjian karena didorong oleh kebutuhan, tanggung jawab pelaku usaha harusnya dapat diwujudkan dalam sikap dan perbuatan sampai pada hal-hal yang berakibat hukum, artinya bahwa harus adanya suatu pertanggung jawaban hukum akibat kesalahannya. ( M.A.Z Nasution dalam Konsumen dan hukum ( 1955 : 123 ) Berbicara soal pertanggung jawaban hukum, mau tidak mau kita harus berbicara soal ada tidaknya suatu kerugian yang telah didirikan oleh salah satu pihak sebagai akibat (dalam hal hubugan konsumen pelaku usaha) dari penggunaan, pemanfaatan dan pemakaian oleh konsumen atas barang yang atau jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha." (Hukum Perlindungan Konsumen 1992 : 56).

Jika dikaitkan dengan perjanjian baku, dapat diketahui bahwa antara pelaku usaha yang memperdagangkan barang atau jasanya dan konsumen yang menggunakan, memakai atau memanfaatkan barang atau jasanya terdapat suatu hubungan hukum perjanjian, yang demi hukum terjadi pada saat transaksi Jual beli barang dan jasa tersebut dilaksanakan hal ini berarti setiap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha yang menerbitkan kerugian pada konsumen merupak pelanggaran atas pelaku yang tela diperjanjikan sebelumnya kepada konsumen. ( Perlindungan Terhadap Konsumen Dilihat Dari Sudut Perjanjian Baku 1980 : 79). Namun kerugian yang dilami konsumen harus dapat dibuktikan sebab dalam pasal 163 HIR dan pasal 18 65 KUH Perdata dikaitkan dengan setiap pilihan mendalikan adanya suatu hak, maka pihak konsumen harus dapat membuktikan bahwa : 1. Konsumen secara actual telah mengalami kerugian. 2. Konsumen juga harus membuktikan bahwa kerugian tersebut terjadi akibat dari penggunaan, pemanfaatan atau pemakaian barang dan jasa tertentu yang tidak layak. 3. Bahwa ketidak layakan dari penggunaan, pemanfaatan atau pemakaian daribarang dan jasa tersebut merupakan tan ggung jawab dari usaha tertentu. 4. Konsumen tidak dikontribusi, secara langsung maupun tidak langsung atas kerugian yang dideritanya.

Namun dalam Undang - undang Perlindungan Konsumen No 8 Tahun 1999 Pasal 22 dan Pasal 28 kewajiban pembuktian tersebut diberikan menjadi beban dan tanggung jawab dari pelaku usaha sepenuhnya bukan konsumen. Dalam hal yang demikian,selama pelaku usaha tidak dapat membuktikan bahwa kesalahannya tersebut bukan merupakan kesalahan yang terletak pada pihaknya, maka demi hukum pelaku usaha bertanggung jawab dan mengganti kerugian yang diderita oleh pihak konsumen.

B. Hak dan Kewajiban Konsumen Serta Pelaku Usaha Berdasarkan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindugan Konsumen. Menurut pasal 4 Undang - undang perlindungan konsumen hak konsumen, adalah 1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan jasa. 2. Hak untuk memiliki barang dan jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan. 3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa. 4. Hak untuk dengar pendapat dari keluhannya atas barang dan atau jasa yang digunakan 5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesain sengketa perlindungan konsumen secara patut. 6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.

10

7. Hak untuk diperlukan, atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. 8. Hak untuk mendapatkan kompensasi ganti rugi atau penggantian, apabila barang dan jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sabagai mana mestinya. 9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Kewajiban konsumen menurut pasal 5 adalah : 1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan atau jasa, demi keamanan dan keselamatan. 2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan atau jasa. 3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati. 4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. 5. Hak pelaku usaha menurut pasal 6 undang-undang perlindungan konsumen adalah : a. Hak menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenal kondisi dan nilai tukar barang dan jasa yang diperdagangkan. b. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beriitikad tidak baik. c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen.

11

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan jasa yang diperdagangkan. e. Hak - hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Kewajiban pelaku usaha menurut pasal 7 undangan - undangan perlindungan konsumen adalah : 1) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. 2) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan. 3) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. 4) Menjamin mutu barang dan atau jasa yang diproduksi dan atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standart mutu barang dan atau jasa yang berlaku. 5) Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan atau mencoba barang dan atau usaha tertentu serta memberi jaminan dan atau garansi atas barang yang dibuat atau diperdagangkan. 6) Memberi kopensasi, ganti rugi dan atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan atau jasa yang diperdagangkan

12

7) Memberi kopensasi ganti rugi dan atau penggantian apabila barang atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

C. Sejarah dan Struktur Organisasi PDAM Kota Ambon. a. Sejarah Berdirinya Perusahaan Daerah Air Minum Kota Ambon Sistem penyediaan air minum Kota Ambon mulai dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1925 dengan menggunakan air baku dari sumber Air Keluar yang terletak di dusun Kusu-Kusu yang memiliki debit air yang cukup besar pada waktu itu. Semula sistem mil dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga para penguasa di masa itu, sedangkan penduduk kota lainnya yang diperkirakan sekitar 11.70012.000 orang memenuhi kebutuhan air dari sumber sumur galian dengan kondisi air tanah yang melimpah tanpa campuran organik yang membahayakan. Selama pendudukan Jepang, fasilitas yang rusak akibat perang, tetap digunakan walaupun tanpa perbaikan-perbaikan sehingga banyak terjadi kemunduran-kemunduran dalam pelayanan. Masa transisi setelah Proklamasi Kemerdekaan sampai dengan terbentuknya Dewan

Pemerintahan Kotapraja Ambon dan berakhinya peristiwa RMS, sama sekali tidak membawakan perbaikan fasilitas perkotaan ini. Sistem perairminuman, ditangani oleh Pemerintah Kotapraja Ambon. Namun karena kekurangan dana maupun tenaga terampil, maka penanganan sistem dialihkan kepada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku.

13

Selama ditangani seksi Air Minum pada Dinas Pekerjaan Umum dilakukan berbagai perbaikan, penggantian perpipaan, penambahan kapasitas produksi dari sumber air baku lainnya yakni Air Besar Wainiuw, Galala yang semuanya berjumlah 56 liter per detik yang dialirkan melalui jaringan distribusi yang makin meluas menjangkau areal kota 4,02 km' yang dilayani secara bergiliran. Sejak tahun-tahun menjelang akhir pelaksanaan PELITA I dalam sistem perencanaan Pembangunan Nasional disegala bidang telah dirasakan perlunya Badan Pengelola yang bertanggung jawab dalam pengelolaan pelayanan air bersih yang dibangun dan menelan investasi yang cukup besar dari Anggaran Negara maupun Daerah. bila memungkinkan, memupuk laba guna memperkuat program pengembangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sendiri maupun Pembangunan Daerah pada umumnya. Dari cakupan tujuan pengusahaan air bersih dan sehat di atas terlihat jelas betapa luas dan dalam misi yang harus diemban oleh PDAM :Melaksanakan kelanjutan Program Nasional di bidang pelayanan air bersih guna mencapai target yang telah ditetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara yakni dalam PELITA VI, pelayanan air bersih dapat menjangkau 80 % penduduk areal perkotaan dan 60 % penduduk pedesaan, harus mengumpulkan penerimaan untuk dijadikan biaya pengelolaan sekaligus dana pengembangan jaringan guna pelayanan serta meningkatkan mutu pelayanan itu. Harus dapat memperoleh laba usaha

14

guna menunjang Pembangunan Daerah secara keseluruhan, dan yang mendasari yakni, Surat Keputusan Gubernur Maluku, sejak 1 September 1980, PDAM Kotamadya Daerah Tingkat II Ambon memulai kegiatan operasional mengelola sistem perairminuman Kota Ambon. Kondisi pengelolaan PDAM pada awal kegiatan waktu itu sangat terbatas dari segi sarana yang tersedia, peralatan dan tenaga terampil. Kondisi yang kurang mendukung tersebut menimbulkan berbagai masalah pengelolaan serta kendala operasional, antara lain 1. Jumlah sambungan rumah hanya ditaksir 2100 sambungan, serta sistem sambungan rumah tidak memenuhi persyaratan teknis. Catatan mengenai pelanggan jauh dari lengkap dan tanpa alamat yang jelas. 2. Belum menggunakan alat ukur berupa meter air baik pada pelanggan maupun pada sistem produksi dan distribusi. 3. Pompa-pompa dan generator serta peralatan lainnya sudah sangat tua sehingga beroperasi jauh di bawah kapasitas kerjanya. 4. Sistem perpipaan distribusi kurang mendukung usaha-usaha pemerataan distribusi. 5. Perlengkapan penunjang operasional lainnya jauh dari memadai. 6. Tenaga terampil sangat kurang baik untuk bidang teknik maupun administrasi dan keuangan Dalam kondisi yang demikian itulah, PDAM dituntut agar tetap melaksanakan misi pelayanan air bersih bagi masyarakat, dituntut agar tetap survie dalam mengatasi permasalahan dan hambatan pengelolaan,

15

serta harus berhasil dalam meningkatkan mutu pelayanan dari tahun ke tahun dan tidak kurang pentingnya membantu Pembangunan Daerah melalui cadangan-cadangan dana yang dapat disediakan. Pemerintah Daerah yang dianggap paling mengetahui kondisi dan kebutuhan masyarakat di bidang ini adalah yang lebih tepat diserahi tanggungjawab pengelolaan sistem yang dibangun itu. Dengan

pertimbangan di atas, melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 1975 tanggal 3 November 1975 tentang Pengalihan/Penyesuaian Bentuk Perusahaan Air Minum dari Dinas Daerah menjadi Perusahaan Daerah, ditegaskan bahwa tanggungjawab pengelolaan sistem

perairminuman dipercayakan pada Pemerintah Daerah dengan membentuk PDAM berdasarkan Peraturan Daerah. Pelaksanaan instruksi tersebut di Kota Ambon dilakukan dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 2 Tahun 1976 tanggal 15 Mei 1976 tentang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Ambon, dengan Neraca Permulaan terdiri atas semua Aktiva dan Pasiva dari Seksi Air Minum Dinas Pekerjaan Umum Daerah Provinsi Maluku. Peraturan Daerah di atas disahkan oleh Gubernur Kepala Daerah Provinsi Maluku dengan Surat Keputusan taggal 2 oktober 1976 No kputusan 314.GMAL/1976 serta diundangkan dalam lembaran daerah kota ambon tgl 15 januari 1979 no 3 tahun 1979. Dan dengan mendasari surat keputusan Gubernur tersebut sejak 1 september 1980,PDAM kota ambon memulai kegiatannya yang mengoperasionalkan pengelolaan system

16

perairminum kota ambon sebagai salah satu unit kerja dalam lingkungan pemerintah daerah kota ambon PDAM melaksanakan Misi pelayanan yang tercakup dalam tujuan yakni : 1. Untuk menyediakan air yang bersih dan mencakupi, dengan mutu yang memuaskan untuk semua pelanggang dikelola seefisien mungkin. 2. Melalui suatu sistem penaglihan rakening air mengumpulkan

penerimaan yang cukup untuk menutupi seluruh biaya yang berkaitan dengan usaha ini. 3. Meningkatkan pelayanan bagi pelanggan maupun memperluas

pelayanan tersebut untuk memenuhi kebutuhan keseluruhan.

masyarakat secara

b. Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Air Minum Kota Ambon Struktur organisasi Perusahan Daerah Air minum Kota Ambon mengikuti pola struktur organisasi Perusahaan Air minum di seluruh Indonesia yang terhimpun dalam Persatuan Perusahaan Daerah Air Minum Seluruh Indonesia (PERPAMSI), namun demikian struktur organisasi yang digunakan oleh Perusahaan Daerah Air minum kota Ambon ini disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata kerja PDAM Kota Ambon disempurnakan dengan Keputusan Walikota Ambon tanggal 7 Desember 1990 No.188.45.1227/KMA tentang susunan organisasi PDAM, berikut ini dijelaskan beberapa komponen yang terdapat dalam struktur organisasi PDAM Kota Ambon yang dianggap perlu yakni ;

17

a. Walikota Ambon sebagai penasehat b. Badan Pengawas c. Direksi Direksi terdiri dari ; 1. Direktur Utama 2. Direktur Bidang Umum 3. Direktur Bidang Teknik Tugas Direktur Utama ; a. Membantu Wali kota atau Kepala Daerah dalam melaksanakan tugasnya di bidang pelayanan air bersih bagi masyarakat. b. Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan semua kegiatan perusahaan. c. Memberikan informasi dan saran kepada Walikota atau Kepala Daerah tentang pengelolaan perusahaan untuk menentukan kebijaksanaan selanjutnya. d. Melakukan kerjasama dengan semua instansi pemerintah maupun swasta yang terkait dengan bidang tugas pelayanan air bersih. e. Menetapkan program kerja perusahaan sesuai dengan kebijaksanaan Walikota atau Kepala Daerah serta ketentuan perundang-undangan yang berlaku. f. Memimpin rapat-rapat staf yang dilakukan secara berkala untuk membahas secara menyeluruh penyelenggaraan tugas-tugas perusahaan.

18

Tugas Direktur sidang Umum ; Direktur Bidang Umum mempunyai tugas ; 1. Melaksanakan tugas-tugas Direksi yang menyangkut bidang tugasnya. 2. Mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas di bidang administrasi keuangan, administrasi umum dan personalia serta tugas tugas kesektariatan. 3. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengadaan dan pengelolaan barang. 4. Merencanakan dan mengendalikan sumber-sumber pendapatan serta belanja perusahaan. 5. Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan pengelolaan data

meter,pembuatan rekening dan penagihannya. 6. Mengendalikan tugas-tugas pelayanan langganan. 7. Mengkoordinasikan tugas-tugas kerumahtanggan perusahaan. 8. Menyelenggarakan kegiatan pemrosesan data elektronik. Tugas Diretur Bidang Teknik : Direktur Bidang Teknik mempunyai tugas ; a. Melaksanakan tugas-tugas Direksi yang menyangkut di bidang tugasnya. b. Mengkoordinasi dan mengendaiikan tugas-tugas di bidang perencanaan teknik, produksi, distribusi dan peralatan teknik c. Mengkoordinasi dan mengendalikan tugas-tugas pemeliharaan instalasi produksi, sumber air permukaan dan air tanah.

19

d. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengujian peralatan teknik, mutu air serta bahan-bahan kimia yang digunakan. e. Mengkoordinasikan pembuatan dokument pemetaan jalur jalur

perpipaan dengan kapasitas masing-masing f. Mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas menyangkut bidang teknik lainnya. Direktur Bidang Umum membawahi bagian : 1. Bagian Keuangan. 2. Bagian Hubungan Langganan. 3. Bagian umum.

Direktur Bidang Teknik membawahi tiga bagian ; 1. Bagian Distribusi. 2. Bagian Perencanaan Teknik. 3. Bagian Peralatan Teknik Dalam meyelenggarakan tugasnya Direktur Bidang Umum dan Direktur Bidang teknik berada didalam kordinasi kerja dan bertanggum jawab kepada Direktur utama.

20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tipe Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini maka tipe yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif kualitatif dengan memperoleh data secara lisan maupun tulisan untuk memperkuat masalah yang di angkat

B. Lokasi Penelitian PDAM Kota Ambon, pada konsumen yang berdomisili di RT 02 dan RT 03 pada kelurahan Silale Kecamatan Nusaniwe.

C. Subjek Penelitian Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah sebanyak 257 kepala keluarga (KK) responden yang terdiri dari: A. Responden sebanyak 50 orang B. Responden PDAM sebanyak 10 orang jadi jumlah responden secara keseluruhan 60 orang terdiri dari 50 konsumen yang berdomisili di RT 02 dan RT 03 Kelurahan Silale Kecamatan Nusaniwe dan 10 orang petugas PDAM . C.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen pemakain air bersih. C.2. Sampel Sampel akan di tarik pada populasi dengan membagi populasi penelitian ke dalam dua kelompok.

21

kelompok pertama terdiri dari konsumen dan kelompok kedua terdiri dari pihak petugas PDAM kota ambon.

D.Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dalam penelitian ini maka penulis menggunakan teknik sebagai berikut 1. Keusioner yaitu, pengumpulan data dengan bertanya langsung kepada informan 2. Wawancara atau interview yaitu pengumpulan data dengan bertanyalangsung kepada informan

E. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dan dianalisis secara deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan masalah-masalah yang terjadi dilapangan dan menghubungkanya dengan variabel yang ditentukan

Anda mungkin juga menyukai