Anda di halaman 1dari 8

BAB II TEORI DASAR

2.1 Common Midpoint Dalam akuisisi seismik 2D, source dan receiver ditempatkan pada satu garis lurus dan titik tengah antara source dan receiver tersebut didefiniskan sebagai Common Midpoint (CMP). Jika diektahui posisi source xs dan receiver xg, maka posisi xm didapatkan dari persamaan berikut :

(2.1)
Jarak antara source dan receiver sendiri didefinisikan sebagai offset. Persamaan untuk mendapatkan setengah dari jarak tersebut (half offset) didapatkan dari persamaan:

(2.2)
Kumpulan dari pasangan source dan receiver yang mempunyai posisi CMP yang sama dinamakan CMP gather dan dalam kumpulan ini terdapat berbagai offset.

Gambar 2.1 Common Midpoint Gather pada lapisan horizontal (Yilmaz, 2001)

Pada gambar 2.1 diatas, pada titik CMP yang sama terdapat lebih dari satu pasangan source dan receiver. Selanjutnya dengan melakukan proses stacking, diharapkan data yang memiliki titik refleksi yang sama akan saling menguatkan dan noise akan saling menghilangkan.

2.2 Koreksi Normal Moveout Dalam kasus sederhana medium dua lapis horizontal dengan kecepatan yang konstan, waktu tempuh gelombang refleksi dari source ke receiver didefinisikan dengan persamaan :

( )

(2.3)

Dimana t0 adalah waktu tempuh zero-offset, v adalah kecepatan medium, dan h adalah half offset antara source dan receiver. Beda waktu tempuh antara data pada suatu offset t(h) dengan data pada zero offset t0 dinamakan tNMO atau koreksi NMO. Koreksi NMO tersebut merupakan koreksi waktu tempuh karena adanya pengaruh offset. Pengaruh offset tersebut dapat dihilangkan sehingga diperoleh waktu tempuh zero offset melalui persamaan berikut:

( )

{[

] ]

(2.4)

Persamaan di atas hanya sesuai dengan kasus sederhana medium dua lapis, sedangkan untuk medium yang lebih kompleks, persamaan tersebut tidak lagi sesuai namun masih bisa dipakai untuk menurunkan persamaan waktu tempuh pada medium kompleks tersebut. Untuk model 2D yang memiliki kemiringan dip , fimgso waktu tempuh terhadap offset didapatkan dari persamaan :

( )

(2.5)

Dimana kecepatan NMO didapat dari persamaan : (2.6) Adanya sudut pada lapisan akan menyebabkan kurva waktu tempuh menjadi lebih datar dibandingkan kurva waktu tempuh pada lapisan horizontal.

2.3 Analisa Kecepatan Analisa kecepatan merupakan proses yang berkaitan dengan koreksi NMO. Pada tahap analisa kecepatan ini, kecepatan yang digunakan untuk proses NMO akan ditentukan. Analisis kecepatan ini merupakan analisa koherensi dari hiperbola dan dilakukan pada CMP gather. Analisa ini biasanya dilakukan secara interaktif dengan memilih kecepatan NMO yang memiliki koherensi paling tinggi pada waktu zero-offset tertentu.

Gambar 2.2 Analisa kecepatan (Dobrin & Savit, 1988). Gambar kiri adalah refleksi pada CMP gather yang didekati oleh persamaan hiperbolik dengan tiga kecepatan. Gambar kanan menunjukkan kecepatan kedua merupakan kecepatan yang paling tepat untuk refleksi tersebut.

Kriteria korelasi koherensi yang umum digunakan dalam analisa kecepatan adalah kriteria semblance dari Taner dan Koehler (1969). Persamaan dari kriteria semblance ini diberikan oleh persamaan :
() ()

(2.7)

Dimana fi,t(i) adalah amplitudo dari trace ke-i pada waktu tempuh t(i) dan M adalah jumlah trace.

2.4 Transformasi Radon Transformasi Radon dalam pengolahan data seismik merupakan metode yang mentransformasi data seismik dari domai t-x menjadi domain -p. Transformasi Radon yang paling sederhana adalah transformasi linear di mana data dijumlahkan sepanjang garis lurus dengan kemiringan tertentu pada t-x domain, dan dipetakan ke intercept time, atau t0, dan time dip (1/kecepatan), p.

Gambar 2.3 Ilustrasi transformasi Radon Parabolik dari event pada domain t-x (kiri) ke dalam domain -p.

2.5 Stacking Stacking merupakan penjumlahan trace dalam suatu CMP gather yang telah dikoreksi NMO dengan tujuan untuk meningkatkan rasio sinyal-noise. Event refleksi utama yang telah dikoreksi NMO akan menjadi datar dalam CMP gather, sehingga ketika dijumlahkan akan saling menguatkan. Noise yang tidak koheren ketika dilakukan proses stacking akan menjadi lemah. Multiple pada data gather yang telah dikoreksi NMO tidak akan menjadi datar seperti event refleksi utama sehingga ketika dijumlahkan.

Gambar 2.4 Proses Stacking (Macpherson,2005). Gambar kiri menunjukkan data CMP gather, gambar tengah menunjukkan CMP gather yang telah terkoreksi NMO dan gambar kanan menunjukkan hasil dari proses stacking.

2.6 Common Reflection Surface Mann (2007) mengatakan bahwa stack pada Common Reflection Surface (CRS) mempunyai ide dan prinsip yang sama dengan stack CMP

konvensional. Perbedaan mendasarnya adalah stack CRS menggunakan lebih banyak trace jika dibandingkan dengan yang ada pada CMP gather sehingga terjadi peningkatan pada rasio sinyal-noise.

Pada CMP gather, kurva waktu tempuh ditentukan oleh satu parameter yakni kecepatan NMO. Pada metode CRS, terdapat penambahan dua parameter waktu tempuh selain kecepatan NMO tersebut. Ketiga parameter pada metode CRS adalah sebagai berikut: Parameter yang mendifinisikan kurvatur dari event terhadap offset (kecepatan NMO atau VNMO) Kemiringan dari event pada zero-offset terhadap koordinat midpoint (horizontal slowness p) Kurvatur dari event pada zero-offset terhadap koordinat midpoint (kecepatan kurvatur moveout atau VCMO)

Gambar 2.5 Perbandingan antara operator stacking pada CRS dan CMP Stack (Mann, et.al, 2007). a. operator pada metode CRS dan b. operator pada metode CMP

Persamaan waktu tempuh yang bergantung pada ketiga parameter tersebut adalah : ( ) [ ]

(2.7)

Dimana 2h adalah offset antara source dengan receviver dan m adalah pergeseran midpoint terhadap CMP gather central. Parameter kemiringan ditampilkan sebagai horizontal slowness p. Jika m=0 maka persamaan diatas kembali menjadi persamaan waktu tempuh CMP gather. Persamaan diatas tidak memberikan konsep stacking yang baru, melainkan pengembangan dari CMP stack hiperbolik konvensional (Hertweck, et.al. 2007). Parameter yang berhubungan dengan kurvatur dari reflektor pada persamaan diatas adalah kecepatan kurvatur-moveout. Untuk reflektor planar di medium homogen, kecepatan CMO akan mempunyai nilai yang sangat sehingga dalam praktiknya bagian yang berhubungan dengan kecepatan CMO dapat dihilangkan.

Gambar 2.6 Hubungan antara parameter dalam ruang model dan ruang data (Mann, et.al, 2007).
10

Ketiga parameter pada (2.8) berhubungan dengan ruang data (data space) dan diubah menjadi attribut CRS (, RN, RNIP) yang berhubungan dengan ruang model (model space). Menurut Mann (2007), ketiga attribut tersebut lebih sesuai untuk pendekatan inversi. Sebuah source pada titik NIP akan menghasilkan gelombang NIP dengan radius RNIP di permukaan, sedangkan sebuah exploding reflector akan menghasilkan gelombang normal dengan radius RN di permukaan. Sudut adalah sudut datang gelombang yang dihitung dari sumbu vertikal dan berhubungan dengan kemiringan reflektor. Hubungan antara parameter dalam ruang data dan ruang model adalah sebagai berikut : (2.9)

(2.10)

(2.11)

11

Anda mungkin juga menyukai