Anda di halaman 1dari 9

PENELITIAN DAMPAK KEGIATAN PARIWISATA PADA TINGKAT PENDAPATAN MASYARAKAT SEKITAR OBYEK WISATA UNGGULAN DI JAWA TENGAH Tim

Peneliti Balitbang Prov. Jateng Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah Jl. Imam Bonjol No. 190 Semarang Telp. 0243540025 RINGKASAN Pendahuluan Jawa Tengah yang memiliki banyak sekali obyek wisata juga mengalami keterpurukan seperti daerah lain di Indonesia. Padahal Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu tujuan wisata yang strategis baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Tercatat 245 obyek wisata yang bias ditawarkan kepada wisatawan. Terdiri atas 97 obyek wisata alam, 86 buatan dan 62 lokasi pelancongan budaya. (Dinas Pariwisata Jateng 2005). Sayangnya jumlah wisatawan makin menurun jumlahnya. Pada akhir tahun 2006, total kunjungan wisatawan di Jawa Tengah mengalami penurunan sebesar 2,90 %, yaitu dari 15.759.444 orang pada tahun 2005 terdiri atas 15.455.546 wisatawan nusantara (wisnus) dan 303.898 wisatawan mancanegara (wisman), menjadi 15.314.118 orang pada tahun 2006. Penurunan tersebut disebabkan adanya isu gangguan keamanan dan masih lemahnya pengelolaan industri kepariwisataan di Jawa Tengah. Menurut DPD Asita Jawa Tengah, permasalahan yang dihadapi dunia pariwisata Jateng saat ini antara lain : (1) belum optimal dan terpadunya promosi serta informasi yang dilakukan, (2) masih lemahnya hubungan kerjasama kelembagaan antar wilayah, pemerintah dan stakeholder kepariwisataan dan (3) masih rendahnya kualitas produk. Program pemasaran yang dibuat pemerintah selama ini tidak menghasilkan apapun karena pemasaran selama ini masih dipahami sebagai sekedar menjalankan

perangkat promosi. Disamping promosi yang dilakukan tidak berkualitas dan tidak lengkap serta lemah dalam menjalin kerjasama dengan divisi produk. Organisasi kerjanya lamban, kurang transparan, tidak terdokumentasi secara baik serta kurang memahami keinginan pasar (Forum diskusi BIKK Jateng, 2005). Persoalan lain muncul ketika harus berhadapan dengan persoalan-persoalan yang dihembuskan di lapangan seperti issue global terorisme, konflik hubungan antar jaringan kelembagaan yang berkepanjangan, kualitas produk kemasan pariwisata yang kurang baik, dan regulasi yang kurang mendukung. Ini semua mengakibatkan kunjungan wisatawan turun, dan berakibat menurunnya pendapatan masyarakat sekitar obyek wisata. Untuk itu dalam pengembangannya pariwisata harus : (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka kesempatan berusaha dan lapangan kerja serta pemerataan pembangunan di bidang pariwisata (2) mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkesinambungan sehingga memberikan manfaat social-budaya, social ekonomi bagi masyarakat dan daerah, serta terpeliharanya mutu lingkungan hidup (3) meningkatkan kepuasan wisatawan dan memperluas pangsa pasar dan (4) menciptakan iklim yang kondusif bagi pembangunan pariwisata Indonesia sebagai berdayaguna, produktif, transparan, dan bebas KKN untuk melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat, dalam institusi yang merupakan amanah yang dipertanggungjawabkan (Renstra Pariwisata). Sedikitnya ada tiga tantangan yang dihadapi dunia pariwisata dalam mencapai amanah rencana strategis Pariwisata Indonesia yaitu, pertama, dunia pariwisata Indonesia masih selalu menghadapi tantangan berupa tuntutan dan selera wisatawan dan investor asing di bidang pariwisata yang tidak seiring dengan tujuan menjaga kelestarian unsur-unsur budaya masyarkat setempat maupun ekologi atau lingkungan alam setempat. Kedua, masih adanya kenyataan bahwa nilai tambah ekonomi dari pengembangan pariwisata lebih besar jatuhnya ke tangan investor asing daripada kepada rakyat setempat. Ketiga, masih adanya pola piker searah yang melandasi

hubungan antara pihak tuan rumah (Pemda dan Penduduk) dan pihak tamu (wisatawan dan investor), padahal yang seharusnya adalah yang bersifat timbal balik (Dr. Meutia Farida Hatta Swasono. Meneg PP. Seminar Pariwisata Indonesia, 2001) Bagaimanapun pariwisata akan memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitarnya, terlebih Provinsi Jawa Tengah memiliki jumlah obyek wisata yang cukup besar yang tersebar di 35 Kab/Kota. Bahkan berdasarkan Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 14 Tahun 2004 menggolongkan obyek wisata dalam 4 kawasan yaitu kawasan unggulan, kawasan andalan, kawasan pengembangan dan kawasan potensial. Hingga saat ini memang belum terdapat data yang menyakinkan kita semua seberapa jauh dampak pembangunan pariwisata ini terhadap kesejahteraan masyarakat di sekitar obyek wisata. Apakah benar bahwa masyarakat yang ada di sekitar obyek wisata benarbenar telah mampu menikmati hasil dari dunia pariwisata. Pertanyaan ini terus mendorong untuk peneliti untuk melihat sejauhmana dampak ekonomi dari kegiatan pariwisata khususnya yang berada di kawasan unggulan yang langka dan memiliki daya tarik yang kuat serta teruji oleh pasar domestic dan internasional serta dianggap mampu memberikan dampak pembangunan secara cepat dan menyeluruh. Untuk itulah penelitian ini akan dilakukan. permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) Seberapa besar dampak kegiatan pariwisata terhadap peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar obyek wisata unggulan di Jawa Tengah; (2) Seberapa jauh tingkat dan luas perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat sekitar obyek wisata unggulan di Jawa Tengah; (3) Jenis-jenis lapangan usaha apa yang memberikan kontribusi terbesar pada peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar obyek wisata tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak kegiatan pariwisata terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat yang ada disekitarnya. Dan Tujuannya adalah (1) Mengetahui dampak kegiatan pariwisata terhadap tingkat pendapatan masyarakat sekitar di obyek wisata unggulan di Jawa Tengah; (2) Mengetahui

perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat sekitar obyek wisata ungggulan di Jawa Tengah; (3) Mengetahui jenis-jenis lapangan usaha sector pariwisata yang memberikan kontribusi terbesar pada peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar obyek wisata tersebut. Hasil dan Pembahasan 1) Kegiatan pariwisata menimbulkan dampak positif terhadap pendapatan masyarakat sekitar. Tingkat pendapatan masyarakat yang berusaha di sekitar obyek unggulan di Jawa Tengah bervariasi, dan tergantung dari musim kunjungan. Pendapatan mereka berkisar antara Rp. 5.000,- sampai dengan Rp. 500.000,- per hari. Namun demikian, sebagian besar masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini berpendapatan rata-rata dibawah Rp. 50.000,- per hari. Masyarakat yang berusaha di sekitar Candi Borobudur dan Tawangmangu relative lebih baik tingkat pendapatannya jika dibandingkan obyek wisata lain yang menjadi lokasi penelitian ini. Kondisi ini disebabkan karena kedua obyek wisata tersebut sudah dikenal luas dibandingkan obyek lainnya. 2) Kegiatan ekonomi yang banyak dilakukan oleh masyarkat di sekitar obyek wisata antara lain berdagang souvenir dan warung makan/minum. Hampir 75% masyarakat yang berusaha di 11 obyek penelitian melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan ekonomi berikutnya yang banyak dilakukan masyarakat adalah berdagang jajanan/oleh-oleh, usaha jasa (parker, guide, foto, dsb.) penginapan (homestay, pondok wisata, hotel, villa, dsb.) asongan (rokok, film, dsb.) dan persewaan (paying, kuda, tikar, teropong, dsb.) Sementara itu, usaha lain dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat sekitar obyek wisata adalah berjualan tanaman hias, berdagang mainan anak, membuka took sembako, dan wartel. 3) Jenis lapangan usaha yang memberikan kontribusi terbesar pada peningkatan pendapatan masyarakat adalah bidang perdagangan (souvenir,

makanan/minuman, oleh-oleh, dsb.) Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan responden, usaha perdagangan souvenir mudah dilakukan karena hanya memerlukan sedikit modal, namun keuntungan dari penjualannya cukup besar. Lapangan usaha berikutnya yang juga memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan masyarakat adalah bidang jasa (penginapan, parker, persewaan, dsb.) serta bidang usaha lainnya (wartel, warnet, tanaman hias, dsb.). 4) Dampak positif dari berbagai kegiatan yang banyak dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar obyek wisata unggulan di Jawa Tengah antara lain mampu meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar obyek wisata. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, diketahui bahwa telah banyak program maupun kegiatan yang dilaksanakan di sekitar obyek wisata yang tujuannya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Misalnya di Candi Borobudur telah dilaksanakan program klaster-klaster UMKM (kelompok pedagang asongan, usaha guide, persewaan tikar dan payung, souvenir, dsb.) untuk membatasi jumlah pedagang dan mengontrol harganya. Begitu juta di Grojogan Sewu Tawangmangu, ada pembagian jenis usaha berdasarkan klaster, antara lain penginapan, souvenir, persewaan kuda, asongan, tanaman hias, dsb. Kegiatan lain yang banyak dilakukan oleh Pemerintah adalah pembangunan sarana prasarana yang mendukung peningkatan pendapatan masyarakat, seperti pembangunan fasilitas obyek wisata, kios-kios pedagang di sekitar obyek, pembangunan dan peningkatan kualitas jalan di sekitar obyek dan sebagainya. Meskipun tidak secara langsung, kegiatan tersebut akan meningkatkan jumlah pengunjung yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat. 5) Jenis lapangan usaha yang dapat dikembangkan bagi peningkatan pendapatan masyarakat sekitar obyek wisata unggulan antara lain usaha perdagangan dan jasa. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, hampir 80%

responden di semua obyek penelitian mengatakan bahwa kedua lapangan usaha tersebut masih berpeluang besar untuk dikembangkan. Disamping tidak memerlukan modal terlalu besar, keuntungan yang bias diperoleh dari usaha ini cukup tinggi. Selain itu, prospek usaha perdagangan dan jasa ini ke depan masih cukup cerah. 6) Jika dibandingkan antara persentase masyarakat sekitar dengan masyarakat dari luar daerah yang menggunakan obyek wisata untuk berusaha, hamper 100 persen penggunanya adalah masyarakat sekitar obyek. Kondisi tersebut terjadi di semua obyek, kecuali di Candi Borobudur. Di obyek ini, perbandingan masyarakat sekitar Candi dengan masyarakat dari luar daerah yang berusaha berkisar 60 persen berbanding 40 persen, meskipun sebagian besar daerahnya masih dalam lingkup Kabupaten Magelang. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1). 2). 3). Tingkat pendapatan masyarakat yang berusaha di sekitar obyek unggulan di Jawa Tengah bervariasi, dan tergantung dari musim kunjungan. Kegiatan ekonomi yang banyak dilakukan masyarakat adalah berdagang jajanan, usaha, penginapan, asongan , persewaan Untuk meningkatkan daya tarik wisatawan pemerintah melakukan pembangunan sarana prasarana yang mendukung seperti pembangunan fasilitas obyek wisata, kios-kios pedagang di sekitar obyek, pembangunan dan peningkatan kualitas jalan di sekitar obyek dan sebagainya.

Saran

1) Perlu peningkatan fasilitas pada obyek wisata unggulan di Jawa Tengah mengingat fasilitas yang ada sekarang sudah tidak menarik minat wisatawan untuk datang lagi, misalnya dengan menciptakan event dan suasana khas, menambah taman bermain, perbaikan dan pemeliharaan kebersihan dan keindahan obyek wisata di lokasi, dll. Dengan peningkatan fasilitas tersebut diharapkan kunjungan wisatawan akan kembali meningkat yang akhirnya bias meningkatkan pendapatan masyarakat yang menggantungkan penghasilannya pada obyek wisata tersebut. 2) Perlu sinergi dan koordinasi intensif antar sector/instansi di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota untuk bersama-sama membangun pariwisata agar lebih maju, karena pembangunan pariwisata bukan hanya menjadi domain Dinas Pariwisata namun juga instansi lainnya. Oleh karena itu, perlu peraturan dan kebijakan tertulis dari Gubernur dan Bupati/Walikota serta kesadaran semua pihak untuk bersama-sama memajukan pariwisata. 3) Perlu pendampingan yang intensif bagi masyarakat yang berusaha di sekitar obyek wisata unggulan, baik oleh pemerintah (misalnya Dinas Pariwisata, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, dsb.) maupun lembaga non pemerintah (misalnya LSM, perguruan tinggi, dll.), agar mereka tetap dapat mencari penghasilan di tempat tersebut. Pendampingan yang dilakukan bias berupa bimbingan teknik (bintek), pelatihan koperasi, pendampingan peningkatan produksi, dsb. Pendampingan ini juga perlu dilakukan kepada kelompok-kelompok usaha yang terdapat pada masing-masing obyek agar mereka benar-benar melindungi obyek wisata dan tidak hanya menjadikan obyek wisata tersebut sebagai sarana untuk mencapai peningkatan pendapatan. 4) Perlu diversifikasi atau inovasi usaha baru pada masing-masing obyek wisata unggulan, agar tingkat persaingan antar pedagang tidak menjurus pada persaingan tidak sehat yang akibatnya bisa menurunkan tingkat pendapatan mereka. Kerjasama

antara Dinas Pariwisata dengan LSM dan perguruan tinggi dapat dilakukan agar inovasi-inovasi tersebut dapat muncul. 5) Untuk usaha yang jelas-jelas menunjukkan dampak bagi peningkatan masyarakat sekitar, perlu pendampingan dari pihak terkait (Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta Dinas Pariwisata), agar mereka semakin kuat baik dalam hal modal, promosi maupun pemasarannya. Sementara itu untuk usahausaha yang baru tumbuh perlu dilakukan pengembangan dengan cara membantu mereka untuk mengakses modal dan pemasaran. 6) Badan Promosi Wisata Jawa Tengah dan Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah perlu melakukan promosi wisata terhadap obyek-obyek wisata unggulan agar tingkat kunjungan wisatawan bisa meningkat. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat dalam penelitian ini hanya 2 obyek wisata, yaitu Candi Borobudur dan Grojogan Sewu yang mempunyai tingkat kunjungan paling tinggi, sedangkan obyek wisata lainnya jauh lebih rendah. 7) Berbagai dinas, antara lain Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pariwisata, Pengelola Obyek Wisata serta Pemerintah Daerah setempat perlu melakukan penataan dan pengelolaan obyek wisata unggulan yang berupa wisata alam (nature) dengan harus memperhatikan prinsip kelestarian lingkungan. Hal ini perlu dilakukan karena obyek wisata alam sangat rentan terhadap perubahan yang diakibatkan oleh perbuatan manusia. Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka umur obyek wisata tersebut tidak akan terlalu lama. Sementara itu untuk obyek wisata yang berupa situs purbakala, pihak-pihak tersebut diatas perlu melakukan pengelolaan dan pemeliharaan yang serius, mengingat umurnya ada yang mencapai ratusan bahkan ribuan tahun. 8) Dinas Pariwisata dan Badan Promosi Wisata Jawa Tengah serta kelompokkelompok seniman perlu melakukan inventarisasi kekayaan seni dan budaya yang terdapat di sekitar obyek unggulan di Jawa Tengah, untuk dilakukan pengembangan

daya tarik sehingga dapat dijadikan salah satu atraksi yang memikat wisatawan untuk datang. Caranya antara lain dengan menyelenggarakan event-event pariwisata yang menampilkan kelompok-kelompok kesenian tradisional, membuat dokumentasi berbentuk buku atau publikasi agar hak cipta terlindungi. 9) Perlu dibuat strategi keterkaitan antar 3 5 obyek wisata dalam radius tidak lelbih dari 50 Km dalam paket paket tour oleh Dinas Pariwisata bekerjasama dengan Biro Perjalanan dan Perguruan Tinggi. Selain itu juga perlu melakukan promosi intensif kepada kalangan pendidikan (pelajar SD, SMP, SMA, Wisatawan Nusantara) serta Wisatawan Asing. Hak Cipta 2007 Balitbang Prov. Jateng Jl. Imam Bonjol No. 190 Semarang 50132 Telp : (024) 3540025, Fax : (024) 3560505 Email : sekretariat@balitbangjateng.go.id

Anda mungkin juga menyukai