Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dengan target menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiga antara tahun 1990 hingga tahun 2015. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pemerintah melakukan strategi dan usaha, salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif (Bappenas, 2005). Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menggerakkan seluruh masyarakat dalam upaya memberikan ASI Eksklusif pada bayi selama 6 (enam) bulan (Depkes, 2006). Untuk mendukung keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif diharapkan dapat tercapai maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan program inisiasi menyusu dini (IMD) (Roesli,2007) Inisiasi menyusu dini adalah proses alami untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri, dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya bayi. Inisiasi menyusu dini atau IMD merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah Indonesia. WHO dan UNICEF telah merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22% nyawa bayi sebelum usia 28 hari. Untuk itu diharapkan semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan, baik swasta maupun masyarakat dapat mensosialisasikan dan melaksanakan suksesnya program tersebut (Depkes RI, 2008).

Universitas Sumatera Utara

The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) memperkirakan 1 juta bayi dapat diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama kelahiran, yang kemudian dilanjutkan ASI Eksklusif sampai dengan enam bulan (Hernawati,2008). Sedangkan di Indonesia, hanya 4 % bayi disusui ibunya dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran dan 8 % ibu memberi ASI Eksklusif terhadap bayinya sampai 6 bulan. Padahal diperkirakan sekitar 30.000 kematian bayi baru lahir

(usia 28 hari) dapat dicegah melalui inisiasi menyusu dini (Amori, 2007). Hasil penelitian Fikawati dan Safiq (2003) menjelaskan bahwa keberhasilan dalam menyusu selanjutnya ASI Eksklusif pada bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini dalam satu jam pertama setelah dilahirkan lebih besar delapan kali dibandingkan bayi yang tidak diberikan kesempatan menyusu dini. Pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Indonesia menurun dari 42,4 % pada tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun 2002-2003 (SDKI, 2007). Sedangkan cakupan ASI Eksklusif yang ditargetkan dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) dan Strategi Nasional Program Peningkatan Cakupan Air Susu Ibu (PP-ASI) adalah 80%. Hal ini menunjukkan keadaan yang cukup memprihatinkan, sehingga perlu upaya serius dan bersifat segera ke arah yang dapat meningkatkan keberhasilan program ASI Eksklusif (Depkes RI,2005). Berdasarkan studi kualitatif Fikawati dan Safiq melaporkan bahwa alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI Eksklusif bermacam-macam salah satunya terjadinya kegagalan melakukan IMD. Bayi yang lahir normal dan diletakkan di perut ibu segera setelah lahir dengan kulit ibu melekat pada kulit bayi selama setidaknya 1 jam dalam 50 menit akan berhasil menyusu, sedangkan bayi lahir

Universitas Sumatera Utara

normal yang dipisahkan dari ibunya 50% tidak bisa menyusu sendiri. Berbagai studi juga telah melaporkan bahwa IMD terbukti meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif (Fikawati, 2009). Inisiasi menyusu dini dengan jelas telah tercantum dalam Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (APN) dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia. APN adalah standar asuhan persalinan normal yang bersih dan aman dari setiap tahapan persalinan bagi semua ibu bersalin yang harus diterapkan oleh penolong persalinan dimanapun, hal tersebut telah menetapkan 58 langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur tetap seorang bidan dalam melakukan pertolongan persalinan. Tujuan APN adalah untuk menjaga kelangsungan hidup dan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayi yang dilahirkannya (Depkes,2008). Penolong persalinan disini mungkin saja seorang bidan, perawat, dokter umum atau spesialis obstetri. Karena bidan secara umum merupakan penolong persalinan yang paling banyak membantu persalinan ibu di Indonesia maka dalam studi ini penolong persalinan disebut sebagai bidan (BPS, 2007) serta sesuai dengan peraturan

PERMENKES No HK.02.02/MENKES/149/2010 tentang penyelenggaraan praktek dalam menolong persalinan pada bab 3 pasal 2 bagian g yang menyatakan bahwa seorang bidan harus melaksanakan IMD dan promosi air susu ibu secara Eksklusif. Hal ini sebelumnya telah adanya rekomendasi dari WHO dan UNICEF (2002) dalam Aprillia (2010) yang dibuat untuk peningkatan cakupan ASI Eksklusif salah satunya, yaitu (1) inisiasi menyusu dini pada satu jam setelah kelahiran, (2) memberikan secara Eksklusif, kolostrum kepada bayi dan menghindari makanan / minuman lainnya sebelum pemberian ASI dan makanan lain pada masa awal kehidupan bayi

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan dukungan dari pemerintah antara lain, telah dicanangkannya GNPP-ASI (Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu) pada tahun 1990, Ditetapkannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.450/MENKES/IV/2004 tentang Pemberian ASI secara Eksklusif pada bayi Indonesia, yang memuat 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusui diantaranya berisi tentang: semua institusi pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan tertulis mengenai pemberian ASI yang secara berkala dikomunikasikan kepada semua petugas kesehatan, melatih semua petugas kesehatan dengan keterampilan yang diperlukan untuk menerapkan kebijakan tersebut, memberi informasi mengenai manfaat ASI dan menyusui kepada semua ibu hamil, membantu ibu menyusui sedini mungkin dalam waktu setelah lahir sampai satu jam (Roesli, 2005). Keberhasilan program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) juga sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dalam bidan penolong persalinan itu sendiri, hal ini

didukung pula oleh pernyataan Siregar A (2004), bahwa keberhasilan menyusu dini banyak dipengaruhi oleh perilaku petugas kesehatan yang pertama kali membantu ibu selama proses persalinan. Selain itu keberhasilan ibu menyusui juga harus didukung oleh suami, keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat. Oleh karena itu sikap dan perilaku petugas kesehatan khususnya bidan yang didasari pengetahuan tentang IMD, keberhasilan ASI Eksklusif sebelumnya, besar pengaruhnya terhadap keberhasilan praktek IMD.

Universitas Sumatera Utara

Kota Dumai merupakan bagian dari Propinsi Riau, dimana kota Dumai suatu daerah yang telah menerapkan suatu program pemerintah yaitu berupa Desa Siaga. Desa siaga adalah suatu gambaran masyarakat yang sehat, sadar, mau, dan mampu mengatasi permasalahan kesehatan diantaranya terhadap masalah kesehatan ibu dan anak yang dilaksanakan di pos kesehatan desa (POSKESDES). Kata desa siaga dapat diartikan dengan kelurahan siaga sesuai dengan wilayah yang berwewenang untuk mengatur kepentingan masyarakat (Depkes,2008). Dengan terbentuknya kelurahan siaga peranan bidan sangat berpengaruh dalam keberhasilan program-program yang diharapkan oleh pemerintah, karena bidan adalah merupakan ujung tombak dalam suatu pelaksanaan kegiatan pemerintah untuk membentuk kesadaran serta kemampuan masyarakat mengatasi kesehatan dalam hal ini tentang kegiatan inisiasi menyusu dini (IMD) yang merupakan salah satu keberhasilan ASI Eksklusif. Berdasarkan data dari dinas kesehatan kota Dumai cakupan ASI Eksklusif masih rendah serta terjadi penurunan pada tahun 2008 adalah 47,6% dan tahun 2009 adalah 43,2% dimana target untuk kota Dumai 72,5%, demikian juga untuk angka kematian bayi pada tahun 2008 tercatat jumlah kematian bayi sebanyak 44 bayi dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 6.106, sehingga angka kematian bayi di kota Dumai adalah sebesar 7 per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2009 tercatat jumlah kematian bayi sebanyak 58 bayi dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 6.727, sehingga angka kematian bayi di kota Dumai adalah sebesar 8 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukan telah terjadi peningkatan angka kematian bayi di kota Dumai pada tahun 2009. Bila dibandingkan dengan target indikator Kota Dumai

Universitas Sumatera Utara

tahun 2009 yakni 40 per 1000 kelahiran hidup, maka pencapaian angka kematian bayi ini tidak melebihi pencapaian target (Dinkes 2008,2009). Berdasarkan survei pendahuluan mengenai inisiasi menyusu dini (IMD) pada 8 orang bidan kelurahan siaga dikota Dumai, 7 orang (88%) mengatakan mengetahui tentang inisiasi menyusu dini (IMD) dan bagaimana melaksanakannya. Namun 5 orang(63%) bidan tersebut mengatakan pernah melakukan IMD tetapi jarang sekali melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), sebab dari orang tuanya sendiri tidak ingin melaksanakan karena merasa khawatir dan kasihan melihat bayinya, dan 2 orang (25%) bidan kelurahan siaga yang belum mengikuti pelatihan inisiasi menyusu dini (IMD). Kebijakan untuk penerapan IMD sudah mulai dianjurkan oleh dinas kesehatan pada tahun 2008 dengan melakukan pelatihan kepada bidan kelurahan siaga secara bertahap, kebijakan IMD di kota Dumai hanya berbentuk himbauan tidak berbentuk suatu keputusan yang tertulis. Pelaksanaan program inisiasi menyusu dini merupakan tanggung jawab semua praktisi kesehatan. Bidan kelurahan siaga sebagai salah satu profesi yang juga mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan ibu dan anak, harus dapat memberikan informasi yang benar terhadap pentingnya melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan menerapkan program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan benar yang akhirnya diharapkan dapat meningkatkan cakupan ASI Eksklusif. Mengacu pada hal diatas maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian tentang pengetahuan, sikap, dan tindakan bidan kelurahan siaga dalam kegiatan inisiasi menyusu dini (IMD) di kota Dumai.

Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

pengetahuan, sikap, dan tindakan bidan kelurahan siaga kota Dumai dalam kegiatan inisiasi menyusu dini (IMD) tahun 2011 ?. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan bidan kelurahan siaga dalam kegiatan inisiasi menyusu dini (IMD) di kota Dumai tahun 2011. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk dapat mengambarkan tingkat pengetahuan bidan kelurahan siaga dalam kegiatan inisisi menyusu dini di kota Dumai . 2. Untuk dapat mengambarkan sikap bidan kelurahan siaga terhadap kegiatan inisisi menyusu dini di kota Dumai . 3. Untuk dapat mengambarkan tindakan bidan kelurahan siaga terhadap kegiatan inisisi menyusu dini di kota Dumai . 4. Untuk dapat mengambarkan hubungan pengetahuan bidan kelurahan siaga berdasarkan sikap dalam kegiatan inisisi menyusu dini di kota Dumai . 5. Untuk dapat mengambarkan hubungan pengetahuan bidan kelurahan siaga berdasarkan tindakan dalam kegiatan inisisi menyusu dini di kota Dumai . 6. Untuk dapat mengambarkan hubungan sikap bidan kelurahan siaga berdasarkan tindakan dalam kegiatan inisisi menyusu dini di kota Dumai .

Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian Diharapkan dapat memberi manfaat sebagai masukan bagi dinas kesehatan kota Dumai khususnya terhadap bidan kelurahan siaga kota Dumai dalam upaya pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) sehingga dapat ASI Eksklusif. meningkatkan cakupan

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai