Kelompok 3:
Kenny Ellanto 170110090034 Lesaputri Sugiyono170110090036 Leni Yulianti Fatimatuz Zahro 170110090038 170110090040
Niko Kurnia
Tika Lestari Arli Muharian
170110090044
170110090046 170110090048
Sejarah Privatisasi
Pada 1980-an banyak negara industri Barat, dirangsang oleh contoh Inggris, memulai program privatisasi dan begitu pula banyak negara berkembang Pada pertengahan 1990-an privatisasi pelayanan negara dan lokal di Amerika Serikat adalah universal, telah merambah bahkan kota-kota besar dengan kuat serikat karyawan publik, dan itu menjadi kebijakan pemerintah federal.
Faktor Pragmatis
Faktor Ekonomi Faktor Filosofis/Ideologis
Faktor Komersial
Faktor Populis
Perubahan demografi Pertumbuhan penghasilan Redistribusi Pendapatan Pemenuhan Kepentingan Khusus Pengobatan Penyakit Masyarakat Menghindari Resiko Peningkatan Budaya (Cultural Uplift) Ilusi Fiskal
Penyelamatan Program
Pengumpulan suara Penyalahgunaan anggaran Memperbanyak anggota kampanye Mencari para elit politik Terapi Negara Perintah dan kebijakan pengawasan Monopoli pemerintah Tujuan inersia Suara Karyawan Permintaan untuk pekerjaan pemerintah Overproduksi
Peningkatan Inefesiensi
Studi Kasus
Privatisasi memerlukan persiapan dan kesiapan perusahaan yang akan diprivatisasi. Studi ini mengetengahkan tentang pertimbangan-pertimbangan ekonomik dan non-ekonomik untuk melaksanakan privatisasi BUMN, dengan kasus PT. Garuda Indonesia. Metoda yang digunakan adalah simulasi payoff Pemerintah PT. Garuda Indonesia dan analisis taksonomi kerugian sektor publik. Simulasi payoff merupakan model yang menggambarkan interaksi payoff dalam situasi-situasi tertentu, dengan pendekatan aspek finansial. Sedangkan analisis taksonomi kerugian sektor publik adalah pendekatan dengan menggunakan penilaian kerugian BUMN dalam empat kriteria yaitu legitimasi, transparansi, potensi turnaround , dan situasi persaingan.
Cont..
Dalam jangka menengah dan panjang, keputusan pemerintah untuk melakukan privatisasi dapat menjadi pilihan yang tepat. Akan tetapi dalam jangka pendek keputusan tersebut bukan alternatif terbaik terutama karena PT. Garuda Indonesia menghadapi masalah finansial berkaitan dengan tingginya beban utang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa privatisasi perusahaan ini dalam jangka pendek tidak menguntungkan Pemerintah, kecuali bila pihak swasta tertentu berminat mengambil alih kepemilikan pada harga yang jauh melebihi nilai asetnya. Alternatif yang sesuai untuk saat ini adalah mempertahankan kepemilikan Negara atas BUMN tersebut, serta mengimplementasikan strategi optimalisasi untuk memperbaiki kinerja dan meningkatkan performa perusahaan.