Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DIFRAKSI LASER
Disusun Oleh: Richard Andrison Sadeli (XII-A5/22) Sona Karisnata Inriano (XII-A5/23) Stefanus Viki Kurniantono (XII-A5/24)
SMA KOLESE DE BRITTO JL. LAKSDA ADISUCIPTO 161,SLEMAN, YOGYAKARTA 55281 Telp. (0274) 518667
Difraksi Laser I. Tujuan Siswa dapat menentukan Panjang gelombang suatu cahaya. II. Landasan Teori Gelombang yang melewati sebuah penghalang berupa sebuah celah sempit akan mengalami lenturan (difraksi). Peristiwa yang sama terjadi jika cahaya dilewatkan pada sebuah celah yang sempit sehingga gelombang cahaya itu akan mengalami difraksi. Selain disebabkan oleh celah sempit, peristiwa difraksi juga dapat disebabkan oleh kisi. Kisi adalah sebuah penghalang yang terdiri atas banyak celah sempit. Jumlah celah dalam kisi dapat mencapai ribuan pada daerah selebar 1 cm. Kisi difraksi adalah alat yang sangat berguna untuk menganalisis sumber-sumber cahaya. Perhatikan Gambar di bawah ini
Ket. Gambar: Cahaya yang melewati celah sempit 1. Difraksi Cahaya pada Celah Tunggal Difraksi Pola difraksi yang disebabkan oleh celah tunggal dijelaskan oleh Christian Huygens. Menurut Huygens, tiap bagian celah berfungsi sebagai sumber gelombang sehingga cahaya dari satu bagian celah dapat berinterferensi dengan cahaya dari bagian celah lainnya.
Interferensi minimum yang menghasilkan garis gelap pada layar akan terjadi, jika gelombang 1 dan 3 atau 2 dan 4 berbeda fase , atau lintasannya sebesar setengah panjang gelombang. Perhatikan Gambar di bawah ini
Ket. Gambar: Interferensi celah tunggal Berdasarkan gambar di atas, diperoleh beda lintasan kedua gelombang (d sin )/2. S = (d sin )/2 dan S = , jadi d sin = Jika celah tunggal itu dibagi menjadi empat bagian, pola interferensi minimumnya menjadi S = (d sin )/4 dan S = , jadi d sin = 2 . Berdasarkan penurunan persamaan interferensi minimum tersebut, diperoleh persamaan sebagai berikut. d sin = n dengan: d = lebar celah n = 1, 2, 3, . . . Untuk mendapatkan pola difraksi maksimum, maka setiap cahaya yang melewati celah harus sefase. Beda lintasan dari interferensi minimum tadi harus dikurangi
dengan
d sin = (2n- 1)
2. Difraksi Cahaya pada Kisi Kisi adalah Jika semakin banyak celah pada kisi yang memiliki lebar sama, maka semakin tajam pola difraksi dihasilkan pada layar. Misalkan, pada sebuah kisi, untuk setiap daerah selebar 1 cm terdapat N = 5.000 celah. Artinya, kisi tersebut terdiri atas 5.000 celah per cm. dengan demikian, jarak antar celah sama dengan tetapan kisi, yaitu
Pola difraksi maksimum pada layar akan tampak berupa garis-garis terang atau yang disebut dengan interferensi maksimum yang dihasilkan oleh dua celah. Jika beda lintasan yang dilewati cahaya datang dari dua celah yang berdekatan, maka interferensi maksimum terjadi ketika beda lintasan tersebut bernilai 0, , 2, 3, ,. Pola difraksi maksimum pada kisi menjadi seperti berikut. d sin = n dengan n = orde dari difraksi dan d = jarak antar celah atau tetapan kisi. Demikian pula untuk mendapatkan pola difraksi minimumnya, yaitu garis-garis gelap. Bentuk persamaannya sama dengan pola interferensi minimum dua celah yaitu: d sin = (n+ ) ............................................
Jika pada difraksi digunakan cahaya putih atau cahaya polikromatik, pada layar akan tampak spectrum warna, dengan terang pusat berupa warna putih.
Ket. Gambar: Difraksi cahaya putih akan menghasilkan pola berupa pita-pita spectrum
Cahaya merah dengan panjang gelombang terbesar mengalami lenturan atau pembelokan paling besar. Cahaya ungu mengalami lenturan terkecil karena panjang gelombang cahaya atau ungu terkecil. Setiap orde difraksi menunjukkan spectrum warna.
6. Kisi 600 garis/mm IV. Prosedur Kerja 1. Laser pointer dinyalakan diarahkan ke tembok (bidang datar) melalui sebuah kisi 100 garis/mm 2. Ukur jarak tembok (bidang datar) dengan kisi 3. Amati cahaya laser yang muncul dan ukur jarak tiap titik laser yang terlihat 4. Ulangi langkah 1-3 dengan menggunakan kisi 300 garis/mm dan kisi 600 garis/mm 5. Ulangi langkah 1-4 dengan mengganti sumber cahaya laser pointer dengan laser neon.
V. Data Pengamatan
T1
T2
T3
T4
y= 4,3cm
T1
T2
T3
/
y= 9,2cm
y= 9,2cm
//
P T1 T2
VI. Perhitungan
: 200
7,710-4 mm
B.
Perhitungan data percobaan difraksi laser neon Perhitungan data I N=100garis/mm 1 = dy/Ln = : 2800
= dy/Ln
: 2800
5,610-4 mm 3 = dy/Ln = 2800x3 5,610-4 mm Rata-rata: II = 5,610-4 mm Perhitungan data III VII. Pembahasan :
Pada percobaan ini dilakukan pengamatan difraksi cahaya dengan memvariasikan sumber cahaya yang berupa laser dan kisinya. Dari tiap percobaan maka akan diperoleh jarak satu titik terang dengan titik terang lainnya serta jarak celah (kisi) ke layar (tembok). Sehingga dari percobaan tersebut dapat diketahui panjang gelombang cahaya laser tersebut melalui perhitungan. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh bahwa pada laser pointer yang melewati kisi dengan celah 100 garis/meter memiliki rata-rata panjang gelombang 5,010-4 mm, yang melewati kisi dengan celah 300 garis/meter memiliki rata-rata panjang gelombang 7,210-4 mm, sedangkan yang melewati kisi dengan celah 600 garis/meter memiliki panjang gelombang 7,710-4 m. Dari hasil perhitungan tersebut
diketahui bahwa semakin banyak celah/goresan pada kisi maka gelombang yang terbentuk akan lebih panjang. Pada percobaan menggunakan laser neon, Hasil perhitungan menunjukkan bahwa panjang gelombang pada kisi dengan celah 100 garis/meter memiliki rata-rata 5,310-4 mm, pada kisi dengan celah 300 garis/meter memiliki rata-rata 5,610-4 mm, sedangkan pada kisi dengan celah 600 garis/meter memiliki rata-rata 6,010-4 mm. Hal ini berarti panjang gelombang yang terbentuk pada laser neon lebih pendek (kecuali pada kisi dengan celah/goresan 100 garis/meter). Ketidaksesuaian dan kesalahan yang terjadi pada percobaan jika ditinjau dari teori yang telah ada dapat disebabkan karena kesalahan praktikan dalam mengamati cahaya yang terbentuk. Beberapa ketidaksesuaian praktikum ini dengan teori diantaranya adalah adanya perbedaan jarak antar titik terang cahaya yang terbentuk pada layar.
VIII. Kesimpulan Celah (Kisi) yang dilewati oleh cahaya mempengaruhi panjang gelombang yang terbentuk. Semakin banyak celah maka gelombang yang terbentuk akan lebih panjang
Kanginan, Marthen. 2007.Fisika untuk SMA Kelas XII Semester 1 Jilid 3A. Jakarta:Erlangga
http://fisikon.com/kelas3/index.php?