Anda di halaman 1dari 2

Pada kenyataannya antibiotik (AB) adalah obat yang sangat dikenal, bukan hanya oleh kalangan medis, tetapi

juga oleh masyarakat. Sayangnya, hampir semuanya mengenal AB secara salah, dan ini terbukti dalam kenyataan bahwa AB merupakan obat yang paling banyak digunakan secara salah (misused). Masalah inappropriate use of AB merupakan masalah irrational prescribing yang paling besar di dunia, dari dahulu sampai sekarang, di rumah sakit maupun di komunitas. Tak mengherankan kalau salah satu indicator penggunaan obat yang tidak rasional di suatu sarana pelayanan kesehatan adalah angka penggunaan AB. Penggunaan Obat yang Tidak Rasional: Apa dan Mengapa Istilah irrational prescribing mestinya diperkenalkan kepada mahasiswa kedokteran karena, tentu saja, mereka kelak adalah pihak yang akan menuliskan resep obat, dan melalui resep dokter itu pula masyarakat belajar menggunakan obat, termasuk yang tidak rasional. Dulu di masa pendidikan konvensional istilah ini diperkenalkan kepada mahasiswa dalam mata ajaran Farmakologi sambil sedikit digambarkan betapa peliknya masalah irrational prescribing. Kini, dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi

(KBK), harus ada cara yang membuat calon dokter siap menghadapi masalah ini kelak dalam karirnya. Tampaknya tidak banyak di antara kita yang menaruh perhatian pada masalah ini. Obat, ibarat pistol bagi seorang prajurit, merupakan salah satu senjata bagi dokter dalam memerangi penyakit. Tetapi tanpa disadari, dokter telah mengajari masyarakat menggunakan senjata secara tidak bijak. Sekarang ini, ada budaya dalam interaksi dokter-pasien yang berperanan menimbulkan penggunaan obat yang tidak rasional. Baik dokter maupun pasien memandang bahwa memberikan resep obat dipandang sebagai (1) bukti bahwa diagnosis telah ditegakkan, (2) cara untuk menutup sesi konsultasi, dan (3) sarana untuk memperpanjang interaksi dokter-pasien. Dokter merasa tidak nyaman kalau perpisahan dengan pasien tidak disertai dengan pemberian resep obat, sebaliknya ada kecenderungan pada pasien untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan karena ia menggunakan sistem pembiayaan prabayar. Keduanya telah mendorong overprescribing. Dalam sistem asuransi yang belum sempurna, direct-to-consumer advertising memperparah keadaan. Semua ini merupakan tantangan bagi profesionalisme dokter. Kemauan mengubah kebiasaan potong kompas, kesediaan berkomunikasi lebih baik,

kerelaan menyediakan lebih banyak waktu untuk setiap pasien merupakan contoh dari komponen profesialisme yang dapat memperbaiki kondisi peresepan ini. Apa yang dilakukan oleh MKI dengan rubric CPD dan dengan menampilkan artikel penelitian yang bermutu dimaksudkan untuk memperbaiki komponen informasi dengan memberikan penyegar pengetahuan bagi dokter pada umumnya serta informasi yang objektif agar ia dapat menggunakan obat dengan dasar yang benar. Kejadian ketidak-optimalan pengobatan misalnya dalam bentuk ketidakrasionalan pengobatan, selalu merupakan konsekuensi dari pengobatan itu sendiri. Namun demikian, dengan mengetahui bentuk-bentuk yang terjadi, faktor-faktor pendorong yang mungkin berperan dan intervensi-intervensi yang paling efektif, kejadian ketidak-rasionalan pemakaian obat dapat ditekan seminimal mungkin. Sehingga dampak negatifnya dalam pelayanan juga dapat diusahakan sekecil mungkin. -----------------------------------512-573-1-PB----------------------------------

Anda mungkin juga menyukai