Anda di halaman 1dari 75

TATAP MUKA KE 3 STOIKIOMETRI DAN NERACA MASSA

I. STOIKIOMETRI I.1. MASSA ATOM DAN MOLEKUL Massa Atom Atom adalah partikel yang terkecil dari suatu unsur yang masih mempunyai sifatsifat seperti unsur tersebut, karena atom itu sangat kecil maka tidak dapat ditimbang. Sesuai dengan hal tersebut maka untuk menyatakan massanya dipakai satuan massa atom (sma). Pertama kalinya massa atom dapat ditentukan dengan membandingkan massa atom tersebut dengan massa atom hidrogen. Pada tahun 1961, IUPAC ( International Union of Pure and Applied Chemistry ) menentukan unsur carbon dengan isotof 12 (12C) sebagai standar satuan massa atom. 1 sma = x massa satu atom 12C Massa atom ialah bilangan yang menyatakan perbandingan massa suatu unsur dengan satu per duabelas massa satu atom 12C. Massa Molekul Massa molekul adalah bilangan yang menyatakan perbandingan massa satu molekul suatu senyawa dengan 1/12 massa satu atom 12C. Massa molekul = Massa 1 molekul suatu senyawa 1/12 massa satu atom12C

Massa molekul disebut juga massa Rumus atau massa Formula. Massa molekul sama dengan jumlah massa molekul unsur-unsur penyusunnya. Contoh : Berapa massa molekul glukosa ( C6 H12 O6 ) jika massa atom C = 12 ; O = 16 ; dan H = 1 Penyelesaian : Masa molekul C6 H12 O6 = ( 6 x 12 ) + ( 12 x 1 ) + ( 6 x 16 ) = 72 + 12 + 96 = 180
1

Konsep Mol Telah diterangkan dimuka bahwa atom-atom atau molekul-molekul itu adalah sangat kecil. Oleh sebab itu tidak mungkin satu atom suatu unsur atau satu molekul suatu zat itu harus ditimbang dengan timbangan yang ada pada laboratorium. Maka untuk memudahkan tugas-tugas di laboratorium maka diperlukan konsep mol. Satu mol suatu unsur adalah banyaknya gam unsur itu yang sesuai dengan massa atomnya. Contoh : MA Al = 27 Jadi 1 mol Al = 27 gram Satu mol suatu senyawa adalah banyaknya gram yang sesuai dengan massa rumusnya. Contoh : MR H2O = 18 X mol untuk unsur MA P X mol untuk senyawa MR PQ Jadi 1 gmol H2O = 18 gam X gram zat P =

X senyawa PQ =

Contoh : 4 g Ca = 4 MA Ca mol = 4 40 mol = 0,1 mol 0,365 mol = 0,01 mol 36,5

0,365 g HCl =

0,365 MR HCl

mol =

I.2. REAKSI KIMIA Peristiwa kimia terjadi apabila suatu zat berubah menjadi zat baru yang sifat-sifatnya berbeda dengan sifat-sifat semula. Hal-hal yang penting pada reaksi kimia 1. Perbandingan koefisien zat-zat yang bereaksi atau hasil reaksinya menunjukkan juga perbandingan mol dari zat-zat yang bereaksi. 2. Koefisien reaksi biasanya ditulis dengan bilangan bulat didepan molekul 3. Dalam penyusunan molekul, maka ion-ion positif ditulis didepan, sedangkan ion-ion negatif dibelakang.
2

Teknik mengisi koefisien reaksi Secara perkiraan Contoh : H2 + O2 H2O Perhatikan : atom H sudah sama banyak atom O belum sama, maka O sebelah kiri kali H2 + O H2O semua koefisien dibalikkan dengan 2, sehingga didapat 2H2 + O2 2H2O secara persamaan ( untuk reaksi yang panjang ) Contoh : P4 + HNO3 + H2O --- > NO + H3PO4 a P4 + b HNO3 + c H2O --- > d NO + e H3PO4 Perhatikan : Unsur
1. 2. 3. 4.

Ruas kiri 4a b + 2c b 3b + c = = = =

Ruas kanan e 3e d 4e + d

P H N O

Misalkan harga a = 1 Maka dari persamaan (1) 4a = e 4+1=e dari pers. (2) b + 2e = 3e b + 2c = 3 x 4 b + 2c = 12 (pers.5) dari pers. (4) 3b + c = 4e + d 3b + c = 4 x 4 + d 3 b + c = 16 + d .. (pers.6) dari pers. (5) & (6) b + 2c = 12 6b + 2c = 32 + 2d _ - 5b + 0 = - 20 2d 5b dari pers. (3) b = d = 20 + 2d e=4

5b = 20 + 2d
3

3b = 20 b = 20 3 20 3

jadi d = dari pers. (5)

b + 2c = 12 20/3 + 2c = 12 2c = 12 = = C = 20 3

36 20 3 16 3 8 3

Jadi P4 +

20 8 HNO3 + H2O 3 3

20 NO + 4 H3 PO4 3 20 NO + 12 H3PO4

3 P4 + 20 HNO3 + 8 H2O I.3. HUKUM DASAR ILMU KIMIA

Dalam perhitungan-perhitungan yang menyangkut peristiwa kimia, maka diperlukan hukum-hukum Dasar Ilmu Kimia antara lain : 1. Hukum Kekekalan Massa ( Lavoiser ) 2. Hukum Perbandingan Tetap ( Proust ) 3. Hukum Perbandingan Berganda ( Dalton ) 4. Hukum Perbandingan Volume ( Gay Lussac ) 5. Hukum Avogadro ( Avogadro ) I.3.1. Hukum Kekekalan Massa Menurut Lavoiser : Pada setiap peristiwa kimia massa zat yang bereaksi sama dengan massa zat yang dihasilkan. Sebelum menghitungnya harus dihitung dulu persamaan reaksinya sehingga dapat ditentukan koefisien dan massanya. Contoh :

1.

Ditimbang 56 gam besi (Fe), direaksikan dengan 32 gam belerang (S), berapa gam FeS yang dihasilkan ? Berat atom Fe = 56 ; S = 32 Penyelesaian : Fe + S 1 mol Fe 1 mol S 56 g Fe 32 g S FeS 1 mol FeS 88 g FeS

jadi massa FeS yang terbentuk = 88 g


2.

Dalam reaksi pembakaran Zn, berapa gam oksigen diperlukan dan berapa produk yang dihasilkan bila banyaknya Zn yang dibakar adalah 130 gam. Berat atom Zn = 65 ; O = 16 Penyelesaian : 2 Zn + O2 2 mol Zn 1 mol O2 2 x 65 g Zn 2 x 16 g O2 130 g Zn 32 g O2 2 Zn O 2 mol Zn O 2 x (65 + 16) g Zn O 162 g Zn O

Bagaimana untuk 100 gam Zn yang dibakar dengan oksigen ?


3.

Berapa gam kalium hidroksida yang dibutuhkan supaya bereaksi sempurna dengan 9,8 gram asam sulfat dan berapa gam kalium sulfat yang terjadi dari reaksi ini ? Berat atom Penyelesaian : K = 39 ; H=1 ; O = 16 ; S = 32 2 KOH + H2SO4 K2SO4 + 2 H2O

H2SO4 = 9,8 gam x

1 mol H2SO4 = 0,1 mol 98 gr H2SO4 56 gr KOH = 11,2 gam mol KOH = 17,4 gam

KOH yang dibutuhkan = 2 x 0,1 mol x K2SO4 yang dihasilkan = 0,1 mol x 174 gr K2SO4 mol K2SO4

H2O yang dihasilkan = 2 x 0,1 mol x

18 gr H2O = 3,6 gam mol H2O

I.3.2. Hukum Perbandingan Tetap Proust mengatakan : Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap-tiap senyawa adalah tetap atau pada setiap senyawa kimia perbandingan berat massa unsur-unsur penyusunnya tetap. Contoh :
5

1.

Berapa perbandingan massa unsur H dan O dalam senyawa H2O. Penyelesaian : Perbandingan massa H : O = 2 : 16 = 1:8

2.

Berapa kadar Fe yang terdapat dalam 132 gam FeS. Berat atom Fe = 56 dan S = 32 Penyelesaian : Kadar Fe = = Fe x berat FeS FeS 56 x 132 g = 84 g Fe 56 + 32 56 x 100 % 56 + 32

Kadar Fe dalam % =

= 63,63 % Kadar S = = S x berat FeS FeS 32 x 132 g = 48 gam S 56 + 32 56 x 100 % 56 + 32

Kadar S dalam % =

= 36,37 % I.3.3. Hukum Kelipatan Perbandingan Menurut Dalton : Bila dua unsur dapat membentuk dua macam senyawa atau lebih, maka perbandingan massa unsur yang ada dalam tiap-tiap senyawa tadi berbanding sebagai bilangan mudah dan bulat. Contoh :
1.

Unsur H dan O dapat membentuk dua senyawa yaitu : H2O dan H2O2 ; maka berapa perbandingan massa unsur H dalam senyawa H2O dan H2O2. Penyelesaian : H2O H2O2 H : O = 2 : 16 = 1 : 8 H : O = 2 : 32 = 1 : 16

Perbandingan massa H dalam H2O dan H dalam H2O2 adalah 2 : 1 Perbandingan massa O dalam H2O2 dan O dalam H2O2 adalah 1 : 2
2.

Diketahui dua senyawa dari Nitrogen dan Oksigen yaitu N2O dan NO, bila diketahui berat atom N2O dengan O dalam NO Penyelesaian : I. N2O N : O = 28 : 16
6

II. NO

N : O = 14 : 16

OI : OII = 1 : 2 I.3.4. Hukum Perbandingan Volume Menurut Gay Lussac : Volume gas-gas yang bereaksi (atau hasil reaksi) bila diukur pada temperatur dan tekanan yang sama akan berbanding sebagai bilangan mudah dan bulat. Contoh : =2:1 Kesimpulan : Perbandingan volume gas-gas yang bereaksi sesuai dengan perbandingan koefisien reaksinya. Contoh : Bagaimana perbandingan volume dari reaksi gas-gas berikut ini : C3 H8 + SO2 3 CO2 + 4 H2O Perbandingan volumenya adalah C3 H8 : O2 : CO2 : H2O = 1 : 5 : 3 : 4 Contoh : Direaksikan 15 ml gas acetilin (C2H4) dengan 15 ml gas O2 pada temperatur dan tekanan yang sama. Berapa volume gas-gas, jika
a. b.

H2 (g) + O2 (g)

H2O(g)

Dari hasil percobaan Gay Lussac, bahwa volume gas H2 : O2 dalam reaksi 10 lt = 5 lt

temperatur dibawah 100oC temperatur diatas 100oC

Penyelesaian : C2 H4 (g) + 3 O2 (g) 15 ml 15 ml 2 CO2 + 2 H2O

C2 H4 : O2 : CO2 : H2O = 1 : 3 : 2 : 2 Untuk 15 ml C2 H4 memerlukan O2 = 3 x 15 ml 1

= 45 ml Hal ini tidak mungkin karena yang tersedia hanya 15 ml.

Volume O2 = 15 ml C2 H4 yang bereaksi = 1 x 15 ml = 5 ml 3

C2 H4 sisa = (15 5) ml = 10 ml CO2 yang terbentuk = 2 x 15 ml 3 2 x 15 ml 3

= 10 ml H2O yang terbentuk =

= 10 ml
a.

Temperatur dibawah 100oC, H2O dalam keadaan cair Hingga volume gas total adalah : 10 ml C2 H4 + 10 ml CO2 = 20 ml campuran gas

b.

Temperatur diatas 100oC, H2O dalam keadaan gas Volume total gas = 10 ml C2 H4 + 10 ml CO2 + 10 ml H2O = 30 ml

I.3.5. Hukum Avogadro Avogadro mengatakan : Pada temperatur, tekanan dan volume yang sama dari semua gas mengandung jumlah molekul yang sama. Berdasarkan ketentuan konsep mol yaitu : 1 mol zat = 6,023 x 1023 buah partikel 1 mol gas = 6,023 x 1023 buah molekul gas Maka : Jumlah molekul yang sama dari setiap gas akan mempunyai jumlah mol yang sama bila diukur pada tekanan dan temperatur yang sama. Kesimpulan : Banyaknya mol yang sama dari semua gas mempunyai volume yang sama, jika diukur pada keadaan (p,t) yang sama. Contoh : Diketahui berat atom H = 1 ; O = 16 ; C = 12 Pada temperatur dan tekanan yang sama masing-masing gas H2, gas CH4 dan gas O2 mempunyai massa 4 gam. Ditanyakan : gas mana yang mempunyai mol paling besar ? mol H2 = 4 = 2 mol 2

mol CH4 = mol O2 =

4 = 0,25 mol 16 4 = 0,125 mol 32

jumlah mol H2 > mol CH4 > mol O2 Volume 1 mol gas Dalam keadaan standar ( p = 1 atm ; t = OoC ) 1 liter gas O2 = 1,429 gam Massa 1 mol O2 = 32 gam Volume 1 mol O2 = 32 x 1 liter 1,429

= 22,4 liter Jadi pada STP 1 mol O2 = 22,4 liter Berdasarkan hukum Avogadro, volume 1 mol setiap gas pada keadaan STP (OoC, 1 atm) = 22,4 liter Contoh :
1.

Berapa volume 11 gam CO2 pada keadaan STP jika diketahui BM CO2 = 44 Penyelesaian : Jumlah mol 11 gam CO2 = Jadi volume 11 gam CO2 = 1 x 22,4 liter 4 = 5,6 liter 11 1 mol = mol 44 4

2.

Berapa massa dari 5,6 liter gas O2 bila BM O2 = 32 dalam keadaan standar Penyelesaian : Pada STP volume 1 mol gas = 22,4 liter Jumlah mol O2 = 5,6 x 1 mol 22,4

Massa O2 0,25 x 32 gam = 8 gam Jika gas bukan pada keadaan standar, maka volume gas dicari dengan menggunakan hukum Boyle Gay Lussac dengan rumus : P1 V 1 P2 V2 = T1 T2

Contoh : Berapa massa 5,6 liter gas O2 jika diukur pada 30oC dan 2 atm PoVo P 1 V1 = Vo To T1 = = P1 To . . V1 Po T1 2 atm 273 oK . . 5,6 l liter 1 atm 303 oK

= 10 liter Jumlah mol O2 = 10 * mol 22,4

= 0,45 mol Massa O2 = 0,45 x 32 g = 14,3 gam

10

II. NERACA MASSA II.1. REAKSI TIDAK SEMPURNA Pada reaksi kimia sangat sulit untuk mendapatkan reaksi yang stoichiometris, maka reaksi kimia biasanya berlangsung tidak sempurna. Untuk reaksi tidak sempurna dikenal istilah-istilah : a. Limiting reactant adalah reaktan dalam jumlah stoichiometris terkecil. b. Excess reactant adalah reaktan berlebih dari limiting reactant. % excess = excess mol mol yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan limiting reactant

Contoh : Antimony dapat dihasilkan dengan memanaskan serbuk stibnite dengan bijih besi didalam reaktor : Sb2S3 + 3 Fe 2 Sb + 3 FeS

Jika 0,600 kg stibnite dan 0,250 kg besi dipanaskan bersama-sama didalam reaktor memberikan 0,200 kg metal Sb. Hitung : a). Limiting reactant (reaktan pembatas) b). Persen excess reactant c). Derajad kesempurnaan reaksi Penyelesaian : Komponen Sb2S3 Fe Sb FeS 0,600 0,250 0,200 Kg 339,7 55,8 121,8 87,9 4,48 ) = 1,49 gmol Sb2S3 (mungkin). Jadi limiting 3 B.M 1,77 4,48 1,64 gmol

a) Untuk mendapatkan reaktan pembatas dapat dilihat dari persamaan reaksi kimia ; jika 4,48 gmol Fe membutuhkan ( reantant nya adalah Fe.
b)

Excess reactantnya adalah Sb2S3 % excess Sb2S3 = 1,77 - 1,49 x 100% = 18,8% 1,49
11

c)

Derajad kesempurnaan reaksi 1,64 gmol Sb membutuhkan Fe =

3 x 1,64 gmol 2

= 2,46 gmol Derajad kesempurnaan reaksinya = 2,46 = 0,55 4,48

II.2. PERSAMAAN NERACA BAHAN Persamaan neraca bahan ini dibuat dengan batasan tertentu (boundary), sehingga membutuhkan suatu sistem :

Fuel

Combustion Chamber

Combustion Gases

System Boundary Oxygen

Rumus : massa masuk = massa keluar + massa yang terakumulasi untuk keadaan steady state (tetap) akumulasi = 0 Laju massa masuk = laju massa keluar Neraca massa merupakan penerapan dari prinsip kebekalan massa pada satuan proses. Penentuan neraca bahan ini penting untuk : -

merancang alat merancang proses mengevaluasi kinerja alat/ proses - dengan reaksi kimia

Neraca massa dibagi 2 yaitu : - tanpa reaksi kimia

12

II.2.1 NERACA MASSA TANPA REAKSI KIMIA Pengeringan (Drying) Pulp basah mengandung 715 air setelah pengeringan didapatkan 60% air teruapkan. Hitung : a). Komposisi pulp kering b). Massa air yang teruapkan per kg pulp basah Penyelesaian :
H2O System Boundary Wet pulp pulp ; 0,29 H2O Dried pulp : pulp : ? H2O : ?

Dryer

Dasar perhitungan : 1 kg pulp basah H2O yang teruapkan = 0,6 (0,71) = 0,426 kg Neraca massa H2O H2O dalam Dried Pulp = H2O dalam wet pulp H2O yang teruapkan = 0,71 0,426 = 0,284 kg Neraca massa overall Masuk Pulp = 0,29 kg HO = 0,71 kg 1 kg Keluar Dried pulp : pulp = 0,29 kg H2O = 0,284 kg H2O yang teruapkan = 0,426 kg 1 kg

13

Kristalisasi Suatu tangki berisi 10.000 kg larutan jenuh NaHCO3 dalam air pada 60oC. Diinginkan 500 kg kristal NaHCO3 dari larutan tersebut. Berapa temperatur larutan harus diturunkan ? Data : Temperatur (oC) 60 50 40 30 20 10 Penyelesaian : Dasar perhitungan : 10.000 kg larutan jenuh pada 60oC Komposisi larutan awal NaHCO3 500 kg mula-mula NaHCO3 1410 kg H2O 8590 kg NaHCO3 910 kg H2O 8590 kg = 16,4 gr NaHCO3 = 0,141 16,4 gr + 100 gr H2O Kelarutan g NaHCO3/100 g H2O 16,4 14,45 12,7 11,1 9,6 8,15

= 14,1% NaHCO3

Komposisi larutan akhir : gam NaHCO3 per 100 g H2O 910 gr NaHCO3 10,6 gr NaHCO3 = 8590 kg H2O 100 gr H2O Jadi temperatur harus didinginkan : 30oC 11,1 - 10,6 11,1 - 9,6 (10oC) = 27oC

14

Distillation Uap Reflux Distillation Column Air pendingin

1000 kg umpan 10% EtOH 90% H2O

Distillate (Product) P = ? 60% EtOH 40% H2O 10t = 1/10 umpan

Heat

Bottoms (waste) B = ? EtOH = ? H2O = ?

Penyelesaian : Dasar perhitungan : 1000 kg umpan P = 0,1 x 1000 = 100 kg Kg umpan masuk Kg distillate keluar = kg bottom keluar Persen EtOH balance 0,10 (1000) 0,60 (100) H2O balance 0,90 (1000) 0,40 (100) = 40 = 860 900 4,4 95,6 100

15

II.2.2 NERACA MASSA DENGAN REAKSI KIMIA Bahan bakar gas terdiri dari 80% C2H6 dan 20% O2 (gas yang dicampur dengan O2 ) dibakar menggunakan 300% excess (berlebih) udara (O2 =21% dan N2 =79%) 80% gas ethane terbakar menjadi CO2 10% gas ethane terbakar menjadi CO dan 10% gas ethane tidak terbakar hitung komposisi gas keluar ! Penyelesaian : Dasar perhitungan : 100 gmol bahan bakar gas C2H6 + C2H6 + 7 O2 2 5 O2 2 2 CO2 + 3 H2O 2 CO + 3 H2O

System Boundary Fuel Gas C2H6 : 80 gmol O2 : 20 gmol Udara 300% excess Engine Exhaust gas CO2 CO C2H6 O2 N2 N2O

O2 yang dibutuhkan untuk pembakaran sempurna = 3,5 x 80 gmol = 280 gmol O2 yang dibutuhkan dari udara untuk pembakaran sempurna = 280 20 = 260 gmol O2 masuk dari udara = 300/100 x 260 gmol = 780 gmol N2 masuk dari udara = 79 x 780 gmol 21

= 2934,285714 gmol

16

Komponen keluar CO2 = 0,8 x CO = 0,1 x H2O = 0,8 x 2 x 80 gmol = 128 gmol 1 2 x 80 gmol = 16 gmol 1 3 3 x 80 + 0,1 x x 80 = 216 gmol 1 1

Menghitung O2 sisa : O2 masuk = 780 + 20 = 800 gmol O2 yang dibutuhkan untuk reaksi I = 0,8 x 3,5 x 80 = 224 gmol O2 yang dibutuhkan untuk reaksi II = 0,1 x 2,5 x 80 = 20 gmol Total O2 yang dibutuhkan untuk reaksi O2 sisa yang tidak terbakar = 800 244 = 556 gmol gmol Komponen C2H6 O2 N2 CO2 CO H2O 100 Neraca massa Masuk C2H6 = 2400 g O2 N2 = 5.600 g = 82.160,2 g 110.160,2 g Keluar C2H6 = O2 N2 CO 240 g = 17.792 g = 82.160,2 g 5.632 g 448 g 110.160,2 g = 3858,3 fuel 80 20 780 2934,3 udara 8 556 2934,3 128 16 216 100 exhaust gas 0,21 14,41 76,05 3,32 0,41 5,60 persen exhaust gas = 244 gmol

CO2 =

H2O = 3.888 g

17

TATAP MUKA KE 4 LARUTAN


II.1. DEFINISI Adalah sistem homogen yang terdiri atas pelarut dan zat-zat terlarut dan kandungan zat-zat terlarut sangat bervariasi. Pelarut dan terlarut kedua-duanya polar atau non polar supaya dapat larut. Campuran koloid dan larutan berbeda karena ukuran partikel-partikel pembentuknya. Larutan Koloid Campuran : diameter partikel < 10-9 m : diameter partikel 10-7 10-9 m : diameter partikel > 10-7 m

II.2. PERNYATAAN ZAT TERLARUT Kandungan yang terlarut dalam larutan dapat dinyatakan menjadi beberapa yaitu. a. Persen Berat ( % berat ) % zat terlarut = berat zat terlarut x 100% berat zat terlarut + berat pelarut

b. Persen volume ( % volume ) % zat terlarut = volume zat terlarut x 100% jumlah volume terlarut jumlah mol A jumlah mol semua komponen

c.

Fraksi mol ( x ) =

d. Molar ( M ) Molar = mol zat terlarut 1 liter larutan

e. Molal ( M ) Molal = mol zat terlarut 1 kg pelarut

18

f. Normal (N) Normal = ekivalen zat terlarut 1 liter larutan gram zat terlarut berat ekivalen x 1 liter larutan

g. Partikel Per Million (ppm ) ppm = massa zat terlarut x 10 massa larutan mgr zat larutan 1 kg larutan mgr zat terlarut 1 liter larutan

= =

II.3. LARUTAN NON ELEKTROLIT Larutan yang tidak menghantarkan listrik (pelarut dan terlarut kedua-duanya non polar) : a. Larutan ideal Molekul zat terlarut dan molekul pelarut tersusun sembarangan Tidak terjadi perpindahan panas pada saat pencampuran

b. Tekanan uap ( p ) Tekanan uap pada suatu larutan ideal, dimana ada 2 zat dapat menguap mengikuti hukum Roult P1 = P1o P2 = P2o ; ; X1 = fraksi zat 1 ; X2 = fraksi zat 2 ; P1o = tekanan uap murni zat 1 P2o = tekanan uap murni zat 2

Ptotal = P1 + P2 = P1o X1 + P2o x X2 c. Penyimpangan negatif dari larutan ideal pada pencampuran terjadi pelepasan kalor (melepaskan panas) berarti energi larutan lebih rendah dari energi masing-masing pelarut dan terlarut.
19

Pt = P1 + P2

O d. Penyimpangan positif dari larutan ideal Dalam pencampuran, terjadi penyerapan kalor

Pt P2 P1

O e. Empat sifat koligatif.

Sifat koligatif adalah sifat yang dimiliki suatu larutan ideal dimana hanya tergantung pada jumlah zat terlarut yang tidak mudah menguap. Sifat koligatif meliputi : 1. Penurunan tekanan uap ( P )
2. 3.

Penurunan titik beku ( tB ) Kenaikan titik didih ( tD )

4. Tekanan osmosis Ad. Tekanan Uap Larutan terdiri atas pelarut (1) dan terlarut (2), maka : P1 = P1o x 1 P1o - P1 = P P1o - P1o x 1 = P P = P1o ( 1 X1 ) = P1o X2
20

Kenaikan titik didih ( tD ) Kenaikan titik didih ( tD ) akibat penurunan tekanan uap berbanding lurus dengan molal zat terlarut. tD = Kd.m Kd = tetapan kenaikan titik didih m = molal zat terlarut Penurunan titik didih ( tB ) Penurunan titik beku berbanding lurus dengan molal zat terlarut. tB = Kd.m Kb = tetapan penurunan titik beku m = molal zat terlarut

Tekanan osmosis Tekanan osmosis adalah tekanan hidrostatik yang menahan aliran pelarut melalui membran. = C.RT II.4. LARUTAN ELEKTROLIT Larutan elektrolit adalah larutan yang mempunyai sifat menghantarkan arus listrik. Dalam larutan elektrolit akan mengalami ionisasi membentuk ion positif (+) dan negatif (-). AB(H2O) A+ + B+

Pelarut air adalah H2O bersifat polar. Terlarut AB bersifat polar Ion positif (+) dan negatif (-) yang dapat menghantarkan listrik. Derajat ionisasi AB A+ + B+ = derajat ionisasi (derajat dissosiasi) = konsentrasi AB yang mengion konsentrasi total dari AB

21

= 100% untuk asam kuat, basa kuat, garam normal = 0 100% untuk asam lemah, basa lemah maupun garam asam, garam basa = 0, larutan ion elektrolit Sifat koligatif larutan elektrolit Sifat koligatif larutan elektrolit meliputi :
-

Penurunan tekanan uap Kenaikan titik didih Penurunan titik beku Tekanan osmosis

Ad. Kenaikan titik didih ( tD ) Kenaikan titik didih larutan elektrolit sebanding dengan molal dan faktor Van Hoff (I). tD = KD.m.i i i n = faktor Van Hoff = 1 + ( n-1 ) = derajat ionisasi = jumlah unsur yang mengion

Contoh : AB
1

A+ + 1 B

n = 1+1=2 1 = dari satu mol A 1 = dari satu mol B ad. Penurunan titik beku ( tB ) Penurunan titik beku larutan elektrolit sebanding dengan molal dan faktor Van Hoff (i) tD = KB.m.i L = faktor Van Hoff i = 1 + ( n-1 ) = derajat ionisasi n = jumlah mol unsur-unsur zat yang terurai

22

Contoh : AB 1 A+ + B n = 2 ( dari 1 mol dari A dan 1 mol dari B ) II.5. KONSENTRASI HIDROGEN [ H+ ] Pernyataan konsentrasi H+ di sederhanakan menjadi bentuk pH pH = - log [ H+ ] Hasil kali ion pada H2O ( KW ) H2O H+(H2O) + OH2 H2O H3O+ + OHKW = [ H+] [ OH- ] 10-14 = [ H+ ] [ OH+ ] pH larutan elektrolit larutan elektrolit terdiri atas asam, basa, garam, pH larutan tersebut harga pH berbadabeda. Asam kuat, basa kuat Asam kuat : Asam kuat dalam air mengion ( ) = 100% sehingga : pH = - log [ H+ ] Basa kuat : Basa kuat dalam air mengion ( ) = 100% sehingga : pH = 14 POH = 14 log [OH- ] Asam lemah, basa lemah Asam dan basa kedua-duanya mengion () 100%, hanya sebagian saja sehingga, harga pH atau POH tidak seperti asam dan basa kuat H+ = Ka.Ca

23

OH =

Kb.Cb

Ka = konstanta ionisasi asam lemah HX H+ + X[H+][X-] Ka = [HX]sisa Kb = konstanta ionisasi asam basa lemah LOH L+ + [OH]-

+ Kb = [L ][OH ] [LOH]sisa

Garam Larutan garam dapat dikategorikan menjadi : Garam basa : Garam dimana kandungan basa ada pada persenyawaan tersebut Cu (OH)2 Ca (OH)+ Ca (OH)+ + ClCa (OH)+ + NO3 H2SO3 Na+ + HSO3 Ca (OH)+ + OHCa2+ + OHCa (OH)+Cl Ca (OH) NO3

Garam asam : Garam yang masih mengandung asam H+ + HSO3NaHSO

Garam normal : Garam terdiri atas asam dan basa a. Garam normal : - Garam terdiri atas asam kuat dan basa kuat contoh : NaCl NaOH + HCl - Garam terdiri atas asam lemah dan basa lemah contoh : (H3COO)NH4 b. Garam asam c. Garam basa : Garam yang bersifat asam contoh : NH4Cl : Garam yang bersifat basa contoh : CH3COONa

24

II.6. HIDROLISA Hidrolisa adalah peristiwa reaksi antara garam dan air menghasilkan asam atau basa. Hidrolisa parsial Garam yang mengalami hidrolisa parsial adalah garam dari asam lemah dengan basa kuat atau sebaliknya. Hidrolisa total Garam yang mengalami hidrolisa total adalah garam dan asam dan basa keduaduanya lemah. Tidak mengalami hidrolisa Garam dari asam dan basa kedua-duanya kuat pH Larutan Hidrolisa Hidrolisa parsial : Garam yang terjadi dari basa lemah dan asam kuat H+ = ( Kw.Cg ) Kb

log H = kg Kw + log Cg = kg Kb - log H = - log Kw = kg Cg + log Kb pKb = - kg Kb pH = - log [H+] pKw = - log Kw pH = pKw kg Ca log Kb Garam yang terjadi dari basa kuat dan asam lemah Kw.Cg ) H =( Ka
+

log OH- = kg Kw + log Cg log Ka - log (OH-) = log Kw log Cg + log Ka pOH = pKw log Cg pKa

25

Hidrolisa total Garam yang terdiri dari asam lemah dan basa lemah H+ = Ka ( Kw ) KaKb

pH = pKw + pKa pKb Ka = Kb pH = 7 larutan Buffer larutan yang terdiri atas asam lemah dan garamnya atau larutan yang terdiri atas basa lemah dan garamnya. Asam lemah dan garamnya pH = pKa + log C garam C asam C garam C basa

Asam lemah dan garamnya pOH = pKb + log

Sifat pH larutan buffer : pH tidak berubah jika diencerkan pH tidak berubah jika ditambah sedikit asam atau basa

II.7. KELARUTAN Kelarutan suatu zat adalah sejumlah zat yang melarut dalam satu liter larutan jenuh pada suhu tertentu. Kelarutan suatu zat dinyatakan dalam g/ltr atau g terlarut/100 g larutan pada suhu tertentu. Contoh : Garam CaSO4 kelarutan 2,08 g/ltr pada 30oC Artinya 1 ltr larutan mengandung 2,08 g pada suhu 30oC (larutan jenuh). Jika menghendaki larutan CaSO4 lewat jenuh, maka dalam 1 ltr larutan tambahkan lebih dari 2,08 g (terjadi endapan) pada suhu 30oC

26

Kelarutan Garam Garam yang mudah larut seperti NaCl, KCl tidak mempunyai Ksp (konstanta kelarutan), sedangkan garam-garam yang sukar larut mempunyai harga Ksp. Contoh : Diketahui kelarutan CaSO4 = 2,08 g/ltr pada 30oC, hitung Ksp. Jawab : BM CaSO4 = 136 Kelarutan CaSO4 = CaSO4 2,08 mol/ltr = 1,54.10-2 mol/ltr 136

Ca2+ + SO42-

Ksp = [Ca2+][SO42-] = (1,54.10-2]2 = 2,4.10-4 Pengaruh Ion Sejenis Kelarutan garam yang agak sukar larut berkurang didalam larutan yang mengandung salah satu ion, yang terdapat dalam garam dalam keadaan berlebih. Harga Ksp tidak berubah jika didalam larutan ditambahkan zat terlarut lainnya. Contoh : Hitung kelarutan AgCl dalam NaCl 1,0.10-2 M Ksp : AgCl = 1,78.10-10 Jawab : AgCl(s) Ag+ + Cl Ksp = [Ag+][Cl-] (S)2 = 1,78.10-10 [Ag+] = S = 1,34.10-5 mol/ltr Kelarutan AgCl dalam NaCl 1,0.10-2 M : [Ag+] = S* mol/ltr [Cl-] = [S* + 0,01] mol/ltr [S*][S* + 0,01] = 1,78.10-10 0,01 >> S* maka : (S*) (0,01) = 1,78.10-10 S* = 1,78.10-8 [Ag+] = S* = 1,78.10-8 Pengaruh [Cl-] dalam NaCl pada AgCl memperkecil kelarutan AgCl

27

II.8. PEMBERSIH KIMIA (CHEMICAL CLEANING) Salah satu penerapan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari yaitu pembersihan suatu kolorain dengan menambahkan bahan kimia. Pembersihan secara fisik, selain hasilnya tidak memuaskan juga memerlukan energi/ tenaga yang banyak, maka dengan pemakaian bahan kimia dapat mengurangi energi/ tenaga dan menyempurnakan kebersihannya (bocoran dapat dihilangkan). Pemakaian bahan kimia pembersih pada kegiatan membersihkan kotoran perlu mengetahui jenis pengotor. Pengotor senyawa organik non polar (minyak, oli dan pelumas), maka pelarutnya adalah pelarut non polar seperti : eter, alkohol, propanol, heksana. Sedangkan pengotor adalah asam, basa. Pemilihan pelarut untuk pengotor dengan pertimbangan tingkat bahaya, bahan kimia, harga, tersedianya bahan. Beberapa contoh Pembersih Kimia Pembersih Cat Formula I Kapasitas : Benzol Etil asetat Butil asetat Parafin wax Formula II Kapasitas : NaOH H2O Radiator Rust Remover Kapasitas : Sodium bisulfat : 25% Asam oksalat H2O : 25% : 50%

Pembersih Radiator dari kerak Ketel Bahan kimia : HCl 10%

28

Pembersih Kerak ketel dari alat yang terbuat dari Seng/ Galvanizer Bahan kimia : Asam cuka 15% Pembersih Noda Lemak/ Minyak Bahan kimia : Eter, chloroform, xylol atau alkohol, etil asetat, butil asetat dan tetra chlor Pembersih Karat Besi Bahan kimi : NaOH, KmnO4, Air atau Asam oksalat, aluminium sulfat, sodium bisulfat, air atau asam oksalat, asam florida atau gliserin, asam oksalat, asam fosfat dan silika bubuk

29

II.9. SISTIM KOLOID Koloid terdiri atas 2 (dua) fasa yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi (medium pendispersi). Perbedaan larutan dan koloid terlelah pada diameter partikel, koloid diameter partikel 10-7 10-9 m, sedangkan larutan sejak kurang dari 10-7 m. Beberapa contoh sistim koloid. Fasa Terdispersi Gas Cair Cair Cair Padat Padat Pembuatan Koloid Pembuatan koloid dapat dilakukan dengan beberapa cara : a. Pembentukan partikel koloid secara fisik Partikel koloid yang terbentuk terjadi karena : Partikel besar secara fisik (diperkecil) sampai ukuran partikel koloid Contoh : Belerang dan urea ditumbuk, dilarutkan dalam air membentuk koloid Partikel besar dilarutkan dalam air sehingga membentuk partikel koloid. b. Pembentukan partikel koloid secara kimia Partikel koloid yang terbentuk karena penembahan zat sehingga terjadi reaksi kimia. Reaksi hidrolisa Feri klorida direaksikan dengan H2O (hidrolisa) FeCl3 + H2O Reaksi oksidasi H2S + SO2 Reaksi reduksi Sol emas terjadi karena emas direduksi dengan formadehida atau indrazin 2 H2O + 3 S (koloid belerang) Fe(OH)3 + HCl Medium Pendispersi Cair Padat Gas Cair Cair Gas Nama Buih Emulsi padat Aerosol cair Emulsi Sol Aerosol padat

30

Sifat-sifat Koloid 1. Koloid mempunyai sifat koligatif 2. Koloid dapat menghamburkan cahaya 3. Koloid mempunyai sifat listrik (adanya ion pada permukaan) 4. Koloid mampu mengkoagulasi sol liofob 5. Koloid mempunyai sifat kinetik (gerak brown, sedimentasi dan berdifusi lambat) Jenis Koloid Jenis koloid terdiri atas : Emulsi : Sistim koloid dimana fasa terdispersi dan medium pendispersi cairan yang tidak larut. Cairan yang digunakan untuk pengemulsi adalah emulgator. Emulsi terdiri atas 2 (dua) macam : Air sebagai medium perdispersi terhadap minyak (O/W) Minyak sebagai medium perdispersi terhadap air (W/O)

Gel Sistim koloid yang tertarik akan air (fliofil). Medium perdispersi oleh partikel koloid sehingga terjadi seperti gelatin.

Beberapa contoh Penerapan Sistim Koloid 1. Penjernihan air, dimana partikel-partikel koloid diperbesar dengan penambahan koagulan seperti PAC, tawas sehingga dapat mengendap.
2.

Pembuatan obat-obatan berbentuk cair (obat kerakk, dll)

3. Pewarnaan tekstil sistim celup (cairan warna adalah koloid) 4. Pembuatan gel, seperti margarin.

31

SOAL-SOAL LARUTAN
1.

H2SO4.98% dengan densitas : 1,8 g/cc Nyatakan kadar/ konsentrasi H2SO4 dalam bentuk : 1. Molar 2. Molal 3. ppm 4. fraksi mol

2. 3.

berapa H2O yang ditambahkan, jika NaCl 40% sebanyak 1 ltr dijadikan NaCl 20% larutan air radiant dengan zat terlarut etilen glikol ( BM = 88 ) mempunyai titik beku: -16oC. Berapa gam etilen glikol dalam 1 ltr air yang ditambahkan, jika diketahui Kb = 1,86

4. air brine, sebagai air pendingin dengan kadar 8%. Berapa penurunan titik beku, jika = 98% Kb = 1,86 5. berapa pH dari larutan dibawah ini :
1. 2. 3. 4. 5.

NaCl 10-2 M HCL 10-7 M CH3COOH = 10-5 M ( Ka = 10-5 ) CH3COONa, 0,1 M, Ka = 10-5 CH3COONa = 10-2 M dan CH3COOH = 10-2 M

6. Pelarut yang digunakan untuk melarutkan :


a.

Kotoran zat anorganik

b. Kotoran zat organik


7.

Buat larutan jenuh KCl, MgCl2, NaCl

32

BAB III REAKSI REDOKS DAN PERKARATAN


III.1. PENDAHULUAN Karat adalah senyawa logam oksida yang terbentuk dipermukaan logamnya. Logam yang terjadi perkaratan akan menyebabkan penurunan kualitas secara fisik, kimiawi maupun elektrik. Upaya menghentikan perkaratan pada logam tidak mungkin dilaksanakan, hanya menurunkan/ mengurangi laju perkaratan/ korosi. Pembentukan karat pada logamnya terjadi karena adanya reaksi oksidasi dan reduksi pada permukaan logam tersebut atau terbentuknya sel elektrokimia pada permukaan logam III.2. ELEKTROKIMIA a. Reaksi Oksidasi dan Reduksi Reaksi oksidasi adalah reaksi pada zat/ unsur dengan ciri-ciri sbb : Yang melepaskan/ memberikan elektron Yang mengalami peningkatan bilangan oksidasi Reaksi yang terjadi pada anoda pada sel elektrokimia Yang menerima/ menangkap elektron Yang mengalami pengurangan bilangan oksidasi Reaksi yang terjadi pada katoda pada sel elektrokimia

Reaksi reduks adalah reaksi pada zat/ unsur dengan ciri-ciri sbb : -

b. Oksidator dan Reduktor Dalam reaksi oksidasi dan reduksi (redoks) tidak dapat hanya mengalami reaksi oksidasi atau reaksi reduksi, reaksi redoks terjadi secara bersamaan zat yang mengalami oksidasi disebut reduktor (zat yang mengoksidasi zat lain), sedangkan zat yang mengalami reduksi disebut oksidator (zat yang merduksi zat lain). c. Pensetaraan Reaksi Redoks Dalam penyelesaian reaksi redoks mengikuti kaidah : Neraca unsur : jumlah unsur-unsur pada reaktan harus sama dengan jumlah unsur-unsur produk (hasil reaksi).
33

Neraca muatan : jumlah muatan pada reaktan harus sama dengan jumlah Muatan pada produk.

Cara pensetaraan reaksi redoks (suasana asam) sbb : 1. Tulis pereaksi dan hasil reaksi 2. Tulis unsur-unsur/ persenyawaan yang mengalami oksidasi atau reduksi baik pereaksi maupun hasil reaksi.
3. 4.

Mensetarakan O dengan menambahkan H2O Mensetarakan H dengan menambahkan H+

5. Menambahkan elektron untuk mensetarakan muatan Cara pensetaraan reaksi redoks (suasana basa) sbb : Langkah-langkah penyelesaian seperti pada suasana asam, terakhir tambahkan OH- di pereaksi dan di hasil reaksi sebanyak muatan asamnya. Contoh penyelesaian reaksi redoks Dalam menurunkan kadar Cr6+ dalam senyawa Cr2O72- ditambahkan NaHSO-3 sehingga terbentuk Cr3+ dan SO=4. Tuliskan reaksi redoks Jawab : setengah reaksi (reduksi) Cr2O7 2Langkah-langkah :
1. 2. 3.

Cr3+

Dikalikan 2 pada Cr3+ mensetarakan Cr3+ Tambahkan 7 H2O pada hasil reaksi Setarakan 14 H+ dengan 7 H2O

4. Tambahkan elektron untuk mensetarakan muatan negatif/ positif.


1) 2) 3) 4)

Cr2O7= Cr2O7= Cr2O7= + 14 H+ Cr2O7= + 14 H+ + 6e

2 Cr3+ 2 Cr3+ + 7 H2O 2 Cr3+ + 7 H2O 2 Cr3+ + 7 H2O

x Setengah reaksi (oksidasi) HSO3SO4=

34

Langkah-langkah :
1) 2)

Tambahkan H2O mensetarakan O Tambahkan H+ untuk mensetarakan H

3) Tambahkan elektron dalam mensetarakan muatan


1) 2)

HSO3- + H2O HSO3-

SO4= + 3 H+ SO4= + 3 H+ + 2e

Menggabungkan kedua setengah reaksi (oksidasi dan reduksi) Cr2O7= + 14 H+ + 6e HSO3- + H2O 3 SO4= + 9 H+ + 6e Cr2O7= + 5 H+ + 3 HSO35 OH2 Cr3+ + 4 H2O + 3 SO4= (suasana asam) 5 OH2 Cr3+ + 7 H2O SO4= + 3 H+ + 2e x1 x3 2 Cr3+ + 7 H2O +

Cr2O7= + 14 H+ + 6e + 3 HSO3- + 3 H2O

Cr2O7= + 5 H2O + 3 HSO3- 2 Cr3+ + 4 H2O + 3 SO4= + 5 OHCr2O7= + 3 HSO3Soal : Selesaikan reaksi dibawah ini : Fe2+ + MnO4H+ Mn2+ + Fe3+ + 1 H2O 2 Cr3+ + 3 SO4= + 5 OH- (suasana basa)

Cr2O4= + MnO4- OH CO2 + Mn2+ III.3. NILAI POTENSIAL REDUKSI Nilai potensial reduksi menunjukkan kemampuan suatu unsur mudah atau sukar mengalami oksidasi. Data nila potensial reduksi suatu unsur sbb : Li+ + e Rb+ + e K+ + e Cs+ + e K Cs Li Rb - 2,93 - 2,92
35

- 3,05 - 2,93

Ca2+ + 2e Na+ + e Zn2+ + 2e Cd2+ + 2e Pb2+ + 2e H+ + e Cu2+ + 2e Ag2+ + 2e Contoh : Na+ + e Cu2+ + 2e kuat). H2

Ca Na Zn Cd Pb 0 Cu Ag

- 2,87 - 2,71 - 0,76 - 0,4 - 0,13 + 0,34 + 0,80

Na Cu

= - 2,71 = + 0,34

Na adalah unsur yang sulit mengalami reduksi atau mudah mengalami oksidasi (reduktor

III.4. SEL ELEKTROKIMIA Sel elektrokimia : terdiri atas 2 (dua) elektroda, larutan elektrolit. Sel elektrokimia terdiri atas 2 (dua) jenis : - Sel Elektrolisis. Energi listrik dilewatkan sel sehingga terjadi reaksi kimia (misalnya NaCl menjadi NaOH, HCl). Elektroda positif : disebut Anoda Pada anoda terjadi reaksi oksidasi Elektroda negatif : disebut Katoda Pada katoda terjadi reaksi reduksi Contoh : Pelapisan, pembuatan NaOH, HCl dari elektrolisa NaCl - Sel Elektrokimia. Energi kimia yang terjadi pada reaksi kimia menghasilkan energi listrik. Contoh : Kerak baterai, aki III.4.1. Sel Elektrolisa dan Hukum Faraday Hukum Faraday dapat menentukan jumlah massa yang dihasilkan dari proses elektrolisa. Hukum Faraday menyatakan bahwa jumlah mol zat yang dioksidasi atau direduksi pada suatu elektroda adalah sama dengan jumlah mol elektron yang melalui
36

elektroda tersebut dibagi dengan jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi pada elektroda untuk setiap ion atau molekul zat atau m = Q . m = massa, dinyatakan dalam gam Q = jumlah listrik dalam coulomb A/n = massa ekivalen = massa alam n = perubahan bilangan oksidasi F = Faraday, 96500 coulomb = efisiensi arus Contoh soal : Pada pembentukan Cu dari elektrolisa CuSO4 memerlukan listrik sebesar 550.000 coulomb. Berapa kg Cu yang terbentuk. Reaksi : Cu Cu2+ Cu2+ + SO4 Cu + 2e A 1 . n F

1 mol Cu 2 mol elektron 2 Faraday 1 mol Cu 2 x 96500 coulomb Jika muatan listrik yang diperlukan 550.000 coulomb pada pembentukan Cu, dihasilkan Cu sebesar. 550.000 55 x 1 mol Cu = mol Cu 2 x 96500 193 = 55 x 65 gr 193

= 18,3 g = 18,3 10-3 kg

Soal :

37

Hitung volume (ltr) O2 dan H2 yang dihasilkan pada penguraian H2O dengan elektrolisis. Jika diperlukan arus 12 A, waktu 1,5 jam, efisiensi : 100% (kondisi standar P = 1 atm 1T = 273oC, 1 mol = 22,4 ltr). Reaksi : Anoda = 2 H2O O2 + 4 H+ + 4e Katoda = 2 H2O + 2e H2 + 2 OHIII.4.2. Sel Elektrokimia Sel elektrokimia, dimana reaksi kimia pada sel menghasilkan energi listrik. Sel elektrokimia, dibagi menjadi 2 (dua) jenis : a. Sel Primer Sel elektrokimia yang dimana bahan kimia bereaksi tidak dapat balik, jika di change Contoh : Sel Kering Reaksi sel : Zn : MnO2, NH4Cl, ZnCl2 (pasta) : C Anoda : (-) Zn Katoda : (+) NH4+ + 2e H2(g) + 2 MnO2 Zn2+ + 2e NH3 + H2(g) Mn2O3 + H2O

Zn (s) + 2 NH4+ + 2 MnO2 Zn42+ + 2 NH3 + Mn2O3 + H2O ( Zn + 2 NH4+ + 2 NH3 + 2 MnO2 Zn (NH3)42+ + Mn2O3 + H2O

b. Sel Sekunder
38

Reaksi sel bersifat reversibel jika dialiri kontak energi listrik Contoh : Sel penyimpan timbal (Aki) Pb | H2SO4 ( = 1,3) | Pb O2 Reaksi anoda (-) Reaksi katoda +) Pb (s) + HSO4Pb O2 (s) + HSO4- + 3 H+ + 2e Pb (s) + Pb O2 (s) + 2 HSO4- + 2 H+ Pb SO4(s) + H+ + 2e Pb SO4(s) + 2 H2O 2 Pb SO4 (s) + 2 H2O

Pada pengisian aki : 2 Pb SO4 (s) + 2 H2O + energi listrik air aki = H2O (demin) air aki zuur = H2O + H2SO4 Pb (s) + Pb O2 (s) + 2 HSO4- + 2 H+

ANODA Pb

KATODA PbO2

H+

H+ HSO4-

HSO4-

H+ HSO4-

III.5. KOROSI Proses pembentukan karat pada permukaan logam adalah reaksi oksidasi dan reduksi pada permukaan logam. Dalam permukaan logam satu berfungsi sebagai anoda (terjadi reaksi reduksi) sebagai contoh reaksi oksidasi reduksi di permukaan logam besi.
39

1. 2. 3. 4.

Oksidasi besi : Fe (s)

Fe2+ (aq) + 2e Fe(OH)2 (s) Fe2O3 x H2O

Reduksi oksigen O2(g) + H2O(e) + 2e 2 OHPengendapan : Fe2+(aq) + 2 OH- (aq) pembentukan karat : Fe (OH)(s) + O2 (g) + (x-1) H2O (e) Fe (s) + O2 + x H2O (e) 2 Fe (s) + 1 O2 + n H2O Fe2O3 x H2O Fe2O3 n H2O

proses setengah reaksi kedua : O2 + H2O + 2e 2 OH- terjadi jika terdapat perbedaan konsentrasi, potensial, suhu, cacat pada permukaan besi, sehingga menimbulkan over voltage. III.6. BEBERAPA JENIS KARAT Karat/ korosi dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial atau over voltage pada permukaan logam. Beberapa jenis karat sbb : 1. Karat Atmosfir Perkaratan pada logam ini terjadi karena adanya perbedaan : konsentrasi, temperatur, cacat pada permukaan logam dan kontak dengan udara atmosfir. Reaksi pembentukan karat sbb : 2 Fe + 1 O2 + n H2O 1. Suhu 2. Kelembaban 3. Curah hujan 4. Radiasi matahari 5. Arah dan kecepatan angin Contoh laju perkaratan pada berbagai logam pada kondisi lingkungan berbeda : Lingkungan Kawasan pantai Kawasan industri Pada air laut Laju Perkaratan, GMD ( Gam / M3 / Hari ) Baja Seng Tembaga 0,29 0,15 2,5
40

Fe2 O3 n H2O

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju korosi pada karat atmosfir sbb :

0,031 0,10 1,0

0,032 0,029 0,8

Dalam tanah

0,5

0,3

0,07

2. Karat Galvanis Jenis karat ini terjadi karena adanya 2 (dua) logam berbeda dihubungkan dengan larutan elektrolit. Logam yang kurang muka (potensial reduksinya lebih negatif) akan mengalami oksidasi (mengion) bereaksi dengan ion negatif pada elektrolit membentuk garam pada permukaan logam tersebut. 3. Karat Regangan Jika pada bagian logam mengalami tarikan terus menerus dan pada lingkungan yang korosif, maka akan terbentuk sel elektrokimia. Logam tersebut akan mengalami oksidasi membentuk ion positif dan bereaksi dengan ion negatif yang berasal dari elektrolit (lingkungan korosif) membentuk garam (karat) pada permukaan logam. 4. Karat Titik Embun Perkaratan pada logam terjadi karena adanya lingkungan atmosfir yang membentuk larutan yang korosif. Kondensasi uap air menjadi air bereaksi dengan polutan (SO2) membentuk H2SO4. Reaksi : H2o + 2 SO2 + O2 H2SO4

5. Karat Bakteri Bakteri anaerob (hidup tanpa oksigen) mereduksi garam sulfat membentuk karat. Reaksi sbb : 4 Fe + 2 H2O + Na 2SO4 + 2 H2CO3 III.7. PENCEGAHAN KOROSI Proses pembentukan karat pada logam tidak dapat dihentikan, upaya yang dapat dilakukan dengan memperlambat laju korosi. Upaya-upaya memperlambat laju korosi sbb : 1. Mengendalikan lingkungan yang korosif
41

Fe (OH)2 + Fe (s) + 2 NaHCO3

2. Menetralisir zat-zat yang korosif 3. Melindungi permukaan logam Perlindungan permukaan logam dengan beberapa cara yaitu : 1. Pengecatan 2. Elektroplating (melapisi dengan logam lain) 3. Pembalutan 4. Perlindungan katodik 5. Penggunaan zat yang berfungsi menghambat laju korosi (inhibitor) Beberapa bahan kimia dan konsentrasi yang digunakan sebagai inhibitor ada pada tabel:
Berbagai proses dengan jenis-jenis inhibitor yang dipergunakan untuk melindunginya System
Water, potable

Inhibitor
Ca(HCO3)2 Polyphosphate Ca(OH)2 Na2SiO3

Metals Protected
Steel, cast iron + others Fe, Zn, Cu Al Fe, Zn, Cu Fe, Zn, Cu Steel, cast iron + others Fe, Zn, Cu Fe Fe Fe Fe, Zn, Cu Fe, Zn, Cu Fe Fe Fe Fe Fe, Cu, Zn Fe, Cu, Zn Fe Fe Fe Fe Fe Fe Fe Fe 42

Concentration
10 ppm 5-10 ppm Sulficient for pH 8,0 10-20 ppm 10 ppm 0,1% 0,05% 1% 0,2% 10 ppm 10 ppm Varaible O2 scavenger Neutralizer Variable 10 ppm 0,1% 0,5% (NaCl 5%) 0,01% Oxygen scavenger (O2 x 9) ppm 10-25 ppm 10-25 ppm 5-25 ppm 5-15 ppm

Water, cooling

Ca(HCO3)2 Na2CrO4 NaNO2 NaH2PO4 Morpholine

Boilers

NaH2PO4 Polyphosphate Morpholine Hydrazine Ammonia Octadecylamine Ca(HCO3)2 Na2CrO4 Sodium benzoate NaNO2 Na2SiO3 Na2SO3 (or SO2) Quaternaries Imidazoline Rosin amine acetate Coco amine acetate

Brines

Oil field brines

Formaldehyde Sea water Na2SiO3 NaNO2 Ca(HCO3)2 NaH2PO4 + NaNO2 Na2CrO4 NaNO2 Borax Borax + mercaptobenzothiazole

Fe Zn Fe All Fe Fe, Pb, Cu, Zn Fe fe All

50-100 ppm 10 ppm 0,5% pH dependent 10 ppm + 0,5% 0,1 1% 0,1 1% 1% 1% + 1,0%

Engine coolants

Glycol / water

Acids, HCl

Ethylaniline Mercaptobenzothiazole Pyridine + phenylhydrazine Rosin amine + ethylene oxide Phenylacridine Nal Thiourea Sulfonated Costor Oil As2O3 Na3AsO4 Morpholine Ammonia Ethylenediamine Cyclohexylamine Cyclohexylamine carbonats Dicyclohexylamine nitrite Amylamine benzoate Diisopropylamine nitrite Methylcyclohexylamine carbonats ZnCrO4 (yellow) CaCrO4 (white) Red lead

Fe Fe Fe Fe

0,5% 1% 0,5% + 0,5% 0,2%

H2SO4 Con. H3PO4 Most acids

Fe Fe Fe Fe Fe Fe Fe Fe Fe Fe Fe Fe Fe Fe Fe

0,5% 200 ppm 1% 0,5 1% 0,5% 0,5% Variable Variable Variable Variable 1 lb per 500 cu ft 1 lb per 500 sq ft Variable Variable Variable

Vapor condensate

Enclosed atmosphere

Coating inhibitors

Fe, Zn, Cu Fe, Zn, Cu Fe

Variable Variable Variable

Saduran : Sri Widharto : Karat dan Pencegahan, Pradnya Paramita, 1997.

43

Ad. 1. Pengendalian lingkungan Peranan zat-zat yang korosif, kelembaban udara polutan seperti SO2, CO2 dan asam pada pembentukan karat sangat besar, sehingga upaya mengendalikan kandungan zat-zat diatas harus diperhatikan. Ad. 2. Menetralisir zat-zat yang korosif Zat-zat yang korosif yang terletak pada atau sekitar logam akan mempercepat laju korosif. Netralisir zat-zat yang korosif, seperti penambahan/ penyemprotan NH3 pada tanur yang mengandung Cl2 khlorida mengalami hidrolisa menjadi HCl, amoniak bereaksi dengan HCl membentuk NH4Cl (netral). Ad. 3. Melindungi permukaan logam Logam yang kontak dengan lingkungan yang korosif akan mudah/ cepat mengalami perkaratan. Mengurangi kontak dengan lingkungan sekitarnya, maka perlu dilindungi dengan beberapa cara : Pengecatan Elektroplating, contoh : Verkhrom Pembalutan Pelapisan anorganik

Ad. 4. Perlindungan katodik Prinsip pembentukan karat suatu logam adalah terjadi reaksi oksidasi pada logam (sebagai anoda), maka perlindungan katodik dengan mengfungsikan logam tersebut sebagai katodik dengan menambahkan/ meletakkan logam lain seperti Al, Zn sebagai anoda. Logam yang dipakai diatas sebagai anoda, sehingga lebih dulu mengalami oksidasi. Ad. 5. Penggunaan inhibitor

44

Adanya karat pada logam akan menurunkan kualitas logam (penampakan, penurunan kekuatan logam secara fisik, kimia, elektrik), inhibitor (penghambatan) laju korosi bertujuan untuk : 1. memperpanjang usia logam/ memperlambat kerusakan 2. mempertahankan kualitas logam

SOAL-SOAL REAKSI REDOKS DAN PERKARATAN


1.

Tuliskan reaksi pada penurunan Cr6+(Cr2O72-) menjadi Cr3+, jika reduktornya : a. HSO3b. Fe2+ SO4= Fe3+

2. Potensial reduksi Zn lebih kecil dari potensial reduksi Fe, apa arti fisik data sbb :
3.

Pada korosi atmosfir, bagaimana mengendalikan H2O dengan cara fisik maupun kimia ? Berapa gam Mg yang dihasilkan pada proses elektrolisa MgO dan larutan elektrolit jika arus sebesar 10 amper waktu 24 jam.

4.

5. Jelaskan mengapa karat dapat terjadi karena adanya : a. Perbedaan konsentrasi b. Perbedaan suhu c. Perbedaan tegangan d. Zat korosif

45

BAB IV STRUKTUR ATOM


IV.1. TEORI ATOM DALTON Teori atom pada awalnya dikembangkan oleh Dalton yang menyatakan bahwa atom adalah bagian terkecil dari suatu zat, dan atom tidak dapat dipecah lagi. IV.2. TEORI ATOM THOMSON Pada tahun 1904, Thomson berdasarkan percobaan menunjukkan bahwa atom dapat dibayangkan sebagai bola kecil yang bermuatan positif dan elektron tersebar diantara muatan positif. Diameter ion positif 10-10 cm. IV.3. TEORI ATOM RUTHERFORD Berdasarkan hasil penelitian tentang penghantaran sinar alfa yang dijatuhkan pada lempeng logam emas yang sangat tipis mengungkapkan bahwa : 1. Partikel alfa (inti helium) tembus lempeng dan sebagian kecil mengalami penyimpangan 2. Satu dari 20.000 partikel dipantulkan. Teori atom Rutherford menyatakan bahwa pada atom ada muatan positif pada inti dan dikelilingi oleh elektron-elektron. IV.4. TEORI ATOM MODEL BOHR Teori atom Rutherford ada kelemahan karena elektron yang mengelilingi inti teusmenerus akan kehilangan energi, jika terus menerus akan jatuh pada inti. Bohr mengembangan teori atom Rutherford dan teori kuantum Planck, sehingga didapatkan teori atom sbb : 1. Elektron mengelilingi inti atom dalam orbit berbentuk lingkaran

46

2.

Orbit/ lintasan mempunyai momentum sudut elektron : kecepatan tetapan Planck.

h , dimana h = 2

3.

Momentum sudut elektron adalah MVR = 2

h (n = 1,2,3,.) 2

4. Elektron yang melintasi dalam keadaan stasioner, tidak akan memancarkan energi 5. Radiasi energi terjadi jika elektron berpindah dari tingkat energi yang lebih tinggi ke lebih rendah. E1 E2 = hV IV.5. MODEL ATOM MEKANIKA GELOMBANG Teori atom ini dikembangkan oleh beberapa ahli Louis de Broghe, Erwin Schrodinger, dll. Berdasarkan Louis de Broghe menyatakan bahwa gerakan elektron dalam atom dengan momentum p, maka panjang gelombang (x) = Panck. Elektron dalam lintasan Bohr dalam keadaan stasioner, maka panjang gelombang dinyatakan dalam persamaan : N X = 211 r .. (1) X= (1) dan (2) h (2) m.v n h = 211 r m.v h ) 2 h , h adalah tetapan m.v

mVr = n (

Erwin Schrodinger mengembangkan persamaan gelombang dari gerakan elektron. H =E H adalah operator Hamilton yang menyatakan energi kinetik dan energi potensial dari sistim E adalah harga numerik energi untuk setiap fungsi gelombang. Persamaan diatas disederhanakan menjadi : n, e, m (r, , ) = Rn,eCr) Qe,me (, )
47

Fungsi gelombang dapat dibagi dalam komponen radial Rn,e (r) dan komponen sudut e,me (, ). Dari komponen radial dapat diturunkan bilangan kuantum n dan e dan dari komponen sudut e,me (, ) dapat diturunkan bilangan kuantum e dan me.

IV.6. PARTIKEL DASAR ATOM IV.6.1. Elektron Partikel dasar yang ditemukan dalam setiap materi berasal dari penelitian tabung sinar katoda oleh J. Plucker, JJ Thomson dan W. Crookers. Dalam tabung sinar katoda, adanya sinar katoda yang mempunyai karakteristik sbb : 1. Muatan negatif, karena dibelokkan dengan medan magnit dan tertarik oleh muatan positif pada plat. 2. Sinar katoda lurus 3. Bermasa karena mempunyai momentum, karena dapat menggerakkan baling-baling yang terdapat didalam tabung. (/m = 1,76.108 coulomb/g)
4. 5.

Muatan elektron = 1,602.10-19 coulomb Masa = 9,11.10-31 kg

IV.6.2. Proton Proton ditemukan setelah adanya pengembangan penelitian tabung sinar katoda oleh Goldstein.
Elektron Partikel positif

Anoda Katoda berlubang

Dalam penelitian diatas adanya sinar positif dibalik katoda berlubang Proton mempunyai karakteristik sbb :
1.

Muatan = 1,6.10-19 coulomb


48

2.

Masa = 1,675.10-27 kg

IV.6.3. Neutron Pada tahun 1932 J. Chad Wick mengadakan penelitian bahwa pada reaksi inti :
5

B + 24He

14 7

N + 01n

Sinar ditembakkan Boron menghasilkan Nitrogen dan Neutron. Neutron mempunyai karakteristik sbb :
1.

Masa = 1,675.10-27 kg

2. Muatan = 0 (tidak bermuatan) Dapat disimpulkan dalam materi terdapat partikel materi yaitu : proton, elektron, neutron. IV.7. KERADIOAKTIFAN Zat radioaktif adalah suatu zat yang dapat memancarkan sinar , , atau Sinar-sinar tersebut mempunyai panjang gelombang pendek dengan energi tinggi. Sinar Sinar adalah inti Helium dengan kecepatan tinggi 1,3 2,1 107 ms-1, dengan masa partikel = 4x masa ion hidrogen Sinar beta () Partikel adalah elektron berkecepatan tinggi yang dipancarkan dari inti. Sinar Beta dapat menembus lempeng alumunium sedalam 2 3 mm Sinar gama () Sinar gama dengan panjang gelombang pendek sehingga mempunyai energi tinggi dengan daya tembus yang besar dan mampu menembus timbal setebal 15 20 mm.

49

BAB V SISTIM PERIODIK DAN SIFAT UNSUR


V.1. PENDAHULUAN Jumlah unsur-unsur di alam ini sangat banyak, sampai sekarang ini berkisar 110 unsur. Guna mempelajari unsur-unsur tersebut lebih mudah dipahami, dipelajari, maka perlu disusun/ diorganisir dalam bentuk sistim periodik. Pada awalnya unsur-unsur digolongkan dalam bentuk logam dan ion logam, perkembangan pembentukan sistim periodik secara sederhana sampai sekarang ini (yang berlaku). V.2. PERKEMBANGAN SISTIM PERIODIK a. Triade Dobereiner Teori ini menyatakan bahwa adanya kemiripan pada kelompok tiga unsur yang mempunyai hubungan dengan masa atom relatif. Li Na K Ca Sr Be Cl Br I

Kelompok tiga unsur disebut Triade Masa atom relatif Br = (MACl + MAI) = (35 + 127) = 81 b. Hukum Oktaf Newland Newland menyimpulkan bahwa adanya kemiripan unsur ke delapan dengan unsur pertama (hukum Oktaf). Newland mengelompokkan 7 (tujuh) unsur seperti dibawah ini :

50

Li Na K

Be Mg Ca

B Al Cr

C Si Ti

N P Mn

O S Fe

F Cl

c. Daftar Mendeleyev Mendeleyev (1869) berhasil menyusun suatu daftar unsur-unsur berdasarkan kenaikan masa atom relatif. Dia menyimpulkan dalam hukum periodik sbb : Sifat unsur-unsur merupakan fungsi berkala dari masa atom relatif Beberapa temuan dari hukum periodik sbb : 1. Sifat unsur dan sifat kimia dalam satu golongan berubah secara teratur. 2. Valensi tertinggi yang dapat dicapai oleh unsur-unsur dalam golongan sama dengan nomor golongan unsur. 3. Sifat Li mirip dengan sifat M Sifat Be mirip dengan sifat Al Sifat B sama dengan sifat Si Kemiripan sifat ini dikenal sebagai hubungan diagonal. 4. Daftar periodik tidak mengalami perubahan setelah ditemukan unsur-unsur He, Ne, Ar, Kr, Xe. V.2.1. Sistim Periodik Modern Moseley menyimpulkan bahwa ada perubahan yang teratur dari energi sinar X sesuai dengan perubahan nomor atau bukan masa atom relatif, sehingga hukum periodik sbb : Sifat unsur-unsur merupakan fungsi berkala dari nomor atom Sifat unsur ada hubungannya dengan konfigurasi elektron, sehingga dapat disimpulkan bahwa : 1. Elektron-elektron tersusun dalam orbital 2. Setiap orbital terisi 2 elektron 3. Orbital dikelompokkan dalam kulit
4.

Kulit ke n dapat diisi n2 orbital


51

5. Macam orbital dengan bentuk berbeda Orbital S : satu orbital setiap kulit Orbital P : tiga orbital setiap kulit Orbital d : lima orbital setiap kulit Orbital f : tujuh orbital setiap kulit

6. Sifat kimia ditentukan elektron valensi 7. Dalam satu golongan, elektron valensi sama Sistimatika pada sistim periodik modern dapat dikelompokkan menjadi : 1. Golongan unsur Unsur-unsur digolongkan menjadi gol IA s/d VIII A dan gol IB s/d VIIIB atau blok: S, P, d, f. Secara garis besar penggolongan unsur sbb : S P d

Blok S Blok S ( n S1,2 ) adalah gol IA, IIA Blok P ( n S2.np1. 6 ) adalah gol IIIA s/d VIIIA Blok d ( n 1 ) d1. 10 ) adalah gol transisi IB s/d VIIIB Blok f ( n 2 ) f1. 10 ) adalah gol lantanida dan aktinida 2. Perioda dalam sistim periodik Periodik unsur secara horisontal dibagi menjadi 8 perioda sbb : Perioda I II III orbital S orbital S orbital S, P
52

IV V VI VII VIII

orbital S, P, d orbital S, P, d orbital S, P, d, f orbital S,P, d, f orbital S, P, d, f, g

V.3. SIFAT-SIFAT UNSUR V.3.1. Logam dan Non Logam Dalam sistim periodik dapat dikelompok unsur berdasarkan logam, metaloida dan non logam posisi ketiga jenis unsur terletak pada sistim periodik sbb : B S1 Logam Ge As Sb V.3.2. Kemiripan Unsur-unsur Dengan mempelajari sistim periodik maka akan dapat mengerti, mengetahui sifatsifat unsur, kesamaan sifat-sifat unsur dapat dibagi menjadi : Kesamaan Vertikal Dalam satu golongan maka unsur-unsur mempunyai kesamaan/ kemiripan karena mempunyai elektron valensi yang sama Kesamaan Horisontal Beberapa sifat logam mempunyai kemiripan pada periodik unsur, seperti pada golongan transisi : Triade besi Triade platina berat Kesamaan Diagonal Kesamaan secara diagonal ditemui pada unsur-unsur dibawah ini : Li Be B
53

non logam

Te

: Fe, Ca, Ni : Os, Ir, Pt

Triade platina ringan : Ru, Rh, Pd

Mg

Al

S1

V.3.3. Titik Leleh dan Titik Didih Besarnya gaya tarik menarik pada logam mempengaruhi titik leleh, titik didih, gaya akan bertambah kecil jika jari-jari bertambah besar, sehingga titik leleh logam berkurang dari atas ke bawah dalam satu golongan. Hal yang sama untuk titik leleh. Dalam satu priodik, kekuatan ikatan dari kiri ke kanan bertambah besar sehingga titik leleh maupun titik didih makin besar. Dalam satu periodik makin ke kanan makin kecil, sedangkan dalam satu golongan makin ke bawah makin besar. V.3.4. Keelektronegatifan Keelektronegatifan unsur dinyatakan dalam skala Pauling unsur Fr terkecil dan F terbesar artinya fransium sukar membentuk ion negatif (mudah membentuk ion positif) sebaliknya F mudah membentuk ion negatif (sukar membentuk ion positif). V.3.5. Sifat Magnetik Unsur Zat yang menolak medan magnit disebut diamagnetik, sedangkan paramagnetik adalah sifat zat yang tertarik medan magnit. Pada konfigurasi elektron, jika struktur elektron terdapat elektron tidak berpasangan, maka zat tersebut mempunyai sifat paramagnetik. Harga momen magnetik dinyatakan dalam persmaan sbb : n (n + 2)

= momen magnetik dalam Bohr Magneton n = jumlah elektron yang tidak berpasangan Contoh : Berapa besar momen magnetik Cr3+ Jawab : Cr nomor atom 24
54

Konfigurasi elektron : Ar 3d5 2S1 Cr3+, konfigurasi elektron : Ar 3d(3)

Dalam ion Cr3+ ada 3 elektron yang tidak berpasangan = = n (n + 2) 3 (3 + 2) = 3,87

V.3.6. Sifat Keasaman Kekuatan ikatan makin lemah, maka makin mudah mengalami penguraian/ disosiasi. Suatu larutan asam makin kuat jika mudah mengalami disosiasi dalam satu perioda makin ke bawah keelektronegatifan makin kecil dan jari-jari makin besar, maka sifat asam makin ke bawah makin kuat Contoh : H2O < H2S < H2Se < H2 Fe Dalam asam yang mengandung oksigen, asam makin kuat jika keelektronegatifan zat itu makin besar. Contoh : 1) H1O < H Br O < HclO Keelektronegatifan 1 < Br < Cl
2) 3)

CH3COOH < CH2BrCOOH < CH2ClCOOH . Dst HClO < HClO2 < HClO3 < HClO4 Makin banyak oksigen makin besar

V.3.7. Unsur-unsur Transisi Unsur-unsur transisi pada sistim periodik terletak di golongan I s/d VIIIB atom mempunyai orbital d. Sifat-sifat Unsur Transisi

55

1. Bersifat paramagnetik : menarik medan magnetik 2. Dapat membentuk senyawa komplek 3. Bilangan oksidasi umumnya lebih dari Satu 4. Umumnya berwarna 5. Sebagai katalis pada berbagai reaksi kimia Contoh : N2 + H2 SO2 + O2 Fe V2O3 NH3 SO3

V.3.8. Energi Ionisasi Energi ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk membentuk ion. Dalam satu golongan makin kebawah makin besar, demikian pula dalam satu perioda dari kiri ke kanan makin besar. V.3.9. Afinitas Elektron Kemampuan suatu unsur-unsur berafinitas dengan elektron, dalam satu golongan makin kecil dari atas ke bawah sementara dalam satu perioda makin ke kanan makin besar. V.3.10. Jari-jari Atom Pada logam jari-jari atom adalah jarak antara inti dibagi dua, sedangkan pada senyawa koralen jari-jari atom adalah panjang ikatan koralen tinggal antara 2 inti atom yang identik

56

SOAL-SOAL SISTIM PERIODIK DAN SIFAT UNSUR 1. Jelaskan mengapa Ca dan Mg mempunyai sifat yang hampir sama 2. Fr adalah zat yang paling elektro positif, jelaskan ! 3. NaCl adalah senyawa ionik, jelaskan ! 4. Apa yang dimaksud dengan : a. Zat paramagnetik b. Zat diamagnetik c. Metaloid d. Logam berat e. Logam mulia f. Gas mulia 5. Bagaimana cara menyimpan zat yang bersifat : a. sangat elektro positif, seperti Na, K b. zat oksidator kuat

57

BAB VI IKATAN KIMIA


VI.1. PENDAHULUAN Pada umumnya atom suatu unsur tidak dalam keadaan bebas (kecuali pada temperatur tinggi) tetapi dengan atom lain membentuk persenyawaan. Daya yang menahan atom satu dengan atom senyawa atau lain disebut Ikatan. Ikatan kimia dalam unsur atau persenyawaan akan memberikan kontribusi pada sifat-sifat kimia, fisik persenyawaan itu sendiri. VI.2. IKATAN KIMIA Ikatan Kimia suatu unsur atau persenyawaan meliputi ikatan kimia sbb : VI.2.1. Ikatan ion Ikatan ion adalah gaya tarik menarik antara ion yang bermuatan positif dan ion yang bermuatan negatif yang dihasilkan karena perpindahan elektron. Sebagai contoh : Senyawa NaCl Na Cl- + e Na+ClNa+ + ClNa+ + e ClNa+ + ClNaCl

H = Hf Energi jika pembentukan NaCl dapat dijelaskan sbb : Na (s) + Cl2 (g) H4 = -A
58

NaCl (s)

H3 = I

H1 = 5

H2 = D Cl (g) Cl- (g) +

H5 = - U

Ma (g) Menurut hukum Hess : H Hf S I A D U = H1 + H2 + H3 + H4 + H5 = S+D+1 AU

Na+ (g)

= energi penguapan (subhmasi) natrium padat, S = energi ionisasi, I = afinitas elektron ichar, A = energi disosiasi Cl2 = energi kisi

Mudah tidknya atom membentuk ion (positif atau negatif) bergantung kepada beberapa faktor diantaranya : 1. Struktur ion yang bersangkutan adalah stabil 2. Muatan pada ion adalah kecil 3. Pembentukan kation pada ukuran atom yang besar dan pembentukan anion pada ukuran atom yang kecil Contoh : Na dan Cl 1) Konfigurasi Konfigurasi 2) Konfigurasi Konfigurasi Na : 2 8 1 Na+ : 2 8 Ca : 28 . 8 . 2 Ca2+ : 2 . 8 . 8 Konfigurasi Konfigurasi Konfigurasi Konfigurasi Cl : 2 8 , 7 Cl- : 2.8 , 8 O : 2.6 O : 2.8

Sifat-sifat senyawa yang mempunyai Ikatan Ion 1. Menghantarkan listrik. Senyawa yang berikatan ion dalam larutan mengalami ionisasi membentuk ion positif dan negatif sehingga dapat menghantarkan listrik.

59

Dalam keadaan padat, ion-ion terikat erat pada ketinggian sehingga tidak bergerak/ tidak dapat menghantarkan listrik. 2. Titik didih Energi yang diperlukan untuk memutuskan ion-ion dalam senyawa besar, sehingga titik didih tetap besar. 3. Titik leleh Mengubah fasa dari padat ke cair perlu memisahkan ion-ion dari jarak antar ion pendek ke panjang perlu energi yang besar, sehingga titik leleh tinggi. 4. Kekerasan Ion-ion yang terbentuk terikat kuat dalam kisi, sehingga permukaan padatan sukar digores/ keras. 5. Kelarutan Senyawa ion larut pada pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut non polar. VI.2. Ikatan Koralen Ikatan koralen adalah gaya tarik menarik antara 2 (dua) atau sebagai akibat pemakaian bersama pasangan elektron. Contoh : H2 Konfigurasi Konfigurasi H 1 Konfigurasi Konfigurasi H 1 menjadi H2

Keadaan stabil 2, maka pemakaian bersama antara H1 H1 Contoh : CH4 H x H x C x H x H

60

H stabil 2 C stabil 8 Pemakaian bersama, sehingga membuat stabil persenyawaan

Sifat-sifat senyawa kovalen 1. Ikatan antar atom relatif lemah, sehingga pada keadaan gas, cair maupun padat mempunyai titik leleh rendah. 2. Melarut pada larutan non polar, karena senyawa koralen bersifat non polar 3. Larutan dan leburan tidak mengalami ionisasi sehingga tidak dapat menghantarkan listrik. VI.2.3. Ikatan Logam Ikatan Logam adalah gaya tarik menarik antara ion-ion logam yang positif dan elektron-elektron terdelokalisasi diantara ion-ion tersebut. Elektron valensi logam tidak erat terikat logam alkali hanya mempunyai satu elektron valensi, sedangkan logam transisi mempunyai umumnya titik dan satu elektron valensi. Logam dapat menghantarkan listrik karena adanya elektron-elektron yang bergerak bebas pada permukaan dan cepat sehingga kalor dapat mengalir dalam kisi logam mengakibatkan logam dapat menjadi penghantar panas. Dalam logam, lapisan dalam kisi dapat digeser tanpa merusak ikatan, sehingga logam dapat dibuat dalam bentuk kawat. VI.2.4. Ikatan Hidrogen Ikatan Hidrogen adalah gaya tarik menarik antara hidrogen dengan unsur lain dan ikatan ini yang menjembatani unsur-unsur lain yang mempunyai elektronegatifan besar. Contoh : senyawa-senyawa H2O, NH3, HF Adanya ikatan hidrogen, maka air mempunyai titik didih yang tinggi dibandingkan alkohol, eter, dll. VI.2.5. Ikatan Van Der Walls
61

Ikatan Van der Waals adalah gaya tarik menarik yang lemah diantara dua buah ujung di pol. Gaya tarik menarik makin kuat jika makin bertambah jumlah elektron.

Molekul H2 N2 O2 Cl2 2

Jumlah elektron dalam molekul 2 14 16 39 126

Titik didih cairan (oC) - 253 - 196 - 183 -35 185

62

SOAL-SOAL IKATAN KIMIA 1. Jelaskan NaCl adalah senyawa ionik


2. 3. 4.

Jelaskan H2O mempunyai titik didih besar dari H2S N2 mempunyai gaya Van der Waals lebih besar dari H2, jelaskan Jelaskan CH4 mempunyai ikatan kovalen ikatan kovalen.

5. Mengapa senyawa ionik mempunyai titik didih, titik lebih dibandingkan senyawa 6. Pada leburan NaCl tidak menghantarkan arus listrik 7. Jelaskan logam-logam transisi secara umum penghantar listrik yang baik.

63

BAB VII WUJUD ZAT


Wujud zat dapat dibagi menjadi 3 yaitu : Gas Cair Padat

VII.1. GAS VII.1.1. Sifat-sifat Gas Gas terdiri dari molekul-molekul yang bergerak menurut jalan-jalan lurus ke segala arah dengan kecepatan yang sangat tinggi. Molekul-molekul gas ini selalu bertumbukan dengan molekul-molekul yang lain atau dengan dinding bejana. Tumbukan terhadap dinding bejana ini yang menyebabkan adanya tekanan. Volume molekul-molekul gas sangat kecil bila dibandingkan dengan volume yang ditempati oleh gas tersebut, hingga sebenarnya banyak ruang yang kosong antar molekulmolekulnya. Hal ini yang menyebabkan gas mempunyai kerapatan yang lebih kecil daripada cairan atau zat padat. Hal ini juga yang menyebabkan gas bersifat kompresible atau mudah ditekan. Karena molekul-molekul gas selalu bergerak ke segala arah, maka gas yang satu mudah bercampur dengan gas yang lain (diffusi) asal keduanya tidak bereaksi. Misalnya O2 dan O2 ; CO2 dan H2 ; dsb. Dalam pembicaraan tentang gas, semua gas dibagi menjadi dua jenis yaitu : a. Gas Ideal Yaitu gas yang mengikuti secara sempurna. Hukum-hukum gas (Boyle, Gay Russac, dsb). b. Gas Non Ideal atau Nyata Yaitu gas yang tidak mengikuti hukum-hukum gas ideal.
64

Gas ideal sebenarnya tidak ada, jadi hanya merupakan gas hipotesis. Semua gas sebenarnya gas nyata. Pada gas ideal dianggap bahwa molekul-molekulnya tidak tarikmenarik dari volume molekulnya dapat diabaikan terhadap volume gas itu sendiri atau ruang yang ditempati. Sifat ideal ini hanya didekati oleh gas beratom satu, pada tekanan rendah dan pada temperatur yang relatif tinggi. VII.1.2. Hukum-Hukum Gas Sifat-sifat gas dapat dipelajari dari segi eksperimen dan dari segi teori. Hukumhukum berikut diperoleh dari hasil-hasil eksperimen. VII.1.3. Hukum Boyle Dalam batas-batas kesalahan percobaan Robert Boyle pada tahun 1662 mendapatkan bahwa : Volume dari sejumlah tertentu gas pada temperatur tetap, berbanding terbaik dengan tekanannya Secara matematis dapat ditunjukkan : V~ 1 P K1 P V = volume gas P = tekanan gas Atau V = K1 = tetapan

PV = K1 Dapat pula ditulis sebagai : P1V1 = P2V2 = K Atau P atmosfer P1 V2 = V1 V1 K = tetapan

Untuk sejumlah gas tertentu, gafik P terhadap V pada tiap-tiap temperatur merupakan suatu hyperbola dan disebut gafik isotherm.

15

65

T = 1000 K T = 800 K T = 600 K T = 400 K T = 200 K

10

5 0 5 10 V liter VII.1.4. Hukum Charles atau Gay Lussac Pada tahun 1787 Charles mendapatkan bahwa gas-gas H2, udara, CO2 dan O2, berkembang dengan jumlah volume yang sama pada pemanasan antara 0 80 oC pada tekanan tetap. Pada tahun 1802 Gay Lussac mendapatkan bahwa semua gas pada pemanasan dengan tekanan tetap, volumenya bertambah 1 273,15 1 volumenya pada OoC, atau 273 11 20 25

lebih tepat

Bila Vo = volume gas pada OoC dan V = volume gas tersebut pada toC, maka : V = Vo + t Vo 273,15 t 273,15

= Vo ( 1 + = Vo (

273,15 + t ) 273,15

bila (273,15 + t) dan 273,15 masing-masing diberi simbol baru T dan To, yaitu derajad Kelvin atau Absolut, maka : V = Vo ( V T = Vo To V2 T2 = 40 V1 T1 V = KT P = 1 atm I ) To atau

P = 2 atm 30 Volume sejumlah tertentu gas pada tekanan tetap berbanding lurus dengan temperatur absolutnya.
20

V liter

P = 3 atm P = 5 atm
10 0 200 1000 400
66

600

800

ToK VII.1.5. Hukum Boyle Gay Lussac Kedua hukum gas diatas dapat dijadikan satu, untuk memperoleh perubahan volume gas terhadap temperatur dan tekanan : Keadaan I Gas V1, P1, T1 A (isotherm) Keadaan Peralihan Vx, P2, T1 Pada perubahan A, menurut hukum Boyle P2.Vx = P1.V1 Vx = P1.V1 P2 B (isobar) Keadaan II Gas V2, P2, T2

Pada perubahan B, menurut Gay Lussac V2 Vx = T2 T1 V2 = Vx . V2 = T2 T1

P1 V1 T2 P2 T1

V2. P2 V1. P1 = = K T2 T1

67

atau

P. V = K T

K = tetapan

Rumus ini merupakan rumus umum, yang menyatakan hubungan antara P, V dan T suatu gas. Hukum Boyle dan Gay Lussac, hanya menyatakan pada keadaan-keadaan yang khusus. Pada T tetap Pada P tetap PV = K1 (Boyle) V = K2T (Gay Lussac)

Harga K pada persamaan PV KT ditentukan oleh jumlah-jumlah mol gas, satuan P dan T, tetapi tidak tergantung jenis gas. Pada P dan T tertentu, K berbanding lurus dengan V atau jumlah mol gas. Bila jumlah mol gas = n dan tetapan gas tiap mol = R, maka : K = nR atau R = tetapan gas umum (untuk 1 mol) PV = nRT

Persamaan ini disebut persamaan gas ideal. Satuan R berbeda-beda, tergantung satuan P dan V, tetapi semua merupakan satuan tenaga PV R= = nT = = Bila V = liter P = atau R= 1 x 22,415 PV = 1 x 273,15 nT liter atm mol derajad gaya x luas x panjang luas mol x derajad gaya x panjang mol x derajad usaha tenaga = mol x derajad mol x derajad

= 0,08206 Contoh :

Suatu gas mempunyai volume 2 liter pada tekanan 720 mmHg dan 25oC. Berapa volume gas pada keadaan standar. VII.1.6. Hukum Dalton

68

Pada temperatur tetap, tekanan total suatu campuran gas sama dengan jumlah tekanan partielnya. Ptotal = P1 + P2 + P3 + . Pn P1, P2, P3 dan seterusnya = tekanan parsiel Tekanan partiel gas ialah tekanan gas tersebut bila sendirian ada didalam ruangan. Bila untuk masing-masing gas dalam campuran dikenakan hukum gas ideal, maka diperoleh :

Ptotal = =

N1 RT n2RT n3RT + + V V V (n1 + n2 + n3) RT nt = RT V V

Masing-masing tekanan partiel gas mempunyai hubungan dengan tekanan total sebagai berikut : P1 = n1 RT V nt RT V

Ptotal =

P1 n1 n1 = = fraksi mol = X1 Ptotal nt nt P1 = X1 Ptotal PI = XI . Ptotal

VII.1.7. Hukum Amagat Hukum ini hampir sama dengan hukum Dalton, tetapi untuk volume partiel. Didalam tiap-tiap campuran gas, volume total gas sama dengan jumlah volume parsielnya. Vtotal = V1 + V2 + V3 + . Vn V1, V2 dst = volume parsiel gas
69

Volume partiel gas didalam campuran ialah volume gas tersebut bila sednirian dalam ruang pada temperatur dan tekanan campuran. Sesuai dengan hukum Dalton, disini juga dapat dinyatakan bahwa : V1 V2 = X1 ; = X2 ; dst Vtotal Vtotal VII.2. CAIRAN Cairan mempunyai volume tetap dan hanya sedikit dipengaruhi oleh tekanan. Kerapatan lebih besar dari dari gas. Dua zat cair dapat bercampur sempurna, bercampur sebagian atau tidak bercampur. Dari teori kinetik dapat dianggap bahwa cairan adalah kelanjutan dari fase gas, molekul-molekulnya mempunyai gaya tarik yang kuat, hingga dapat menahan volume yang tetap. Namun demikian molekul-molekulnya masih dapat bergerak bebas, hanya gerakannya terbatas, tidak seperti dalam fase gas. VII.2.1. Keadaan Kristis Cairan Bila air diletakkan dalam bejana tertutup, air mempunyai tekanan uap tertentu. Tekanan uap ini tergantung temperatur, misalnya : P25oC = 23,76 mmHg P100oC = 760 mmHg

Kalau temperatur dinaikkan terus, tekanan uap juga bertambah, tetapi selalu ada kesetimbangan antara : Air uap Pada temperatur 374,4oC, batas antara air dan uap hilang. Air dalam keadaan ini disebut ada pada titik kritis. Zat cair yang lain bila dipanaskan pada bejana tertutup, akan menjalani peristiwa sama. Temperatur pada titik kritis disebut temperatur kritis, tekanannya disebut tekanan kritis dan volume molarnya disebut volume kritis untuk air : Tc = 374,4oC Pc = 219,5 atm
70

Vc = 58,7 cc/mol P = tekanan uap pada temperatur T V2 = volume uap (Vg) V1 = volume cairan (Vl) dP Hv = dT T (Vg - Vl) Pada temperatur jauh dari temperatur kritis Vl <<< Vg dan bila uap dianggap gas ideal, maka :

dP Hv Hv.P = = dT T (Vg) RT 2 dP Hv. dT = P R .T 2

d lnp

Hv R

dT T2

ln p = log p =

Hv 1 ( ) + C R T Hv 1 ( ) + C 2,303 R T C dan C = tetapan

Sistim air log P


C

Slope =

Hv 2,303 R

220 atm Padat 4,58 mm P A

1 T

Cair

0 Uap 0,010
71

374

T oC

VII.2.2. Tekanan Uap Cairan Penguapan cairan terjadi karena molekul-molekul cairan dipermukaan cairan meninggalkan cairan. Penguapan tidak terjadi terus menerus, sebab sebagian dari uap kedalam cairan. Bila kecepatan tersebut atau tekanan uap. Banykanya panas yang diperlukan untuk menguapkan cairan tergantung pada : Jenis cairan Banyaknya cairan Temperatur penguapan dan pengembunan sama, terjadi kesetimbangan dan tekanan uap yang terjadi disebut tekanan uap jenuh pada temperatur

Untuk suatu temperatur tertentu, banyaknya panas yang diperlukan untuk menguapkan 1 mol cairan disebut panas penguapan molar Hv. Perubahan tekanan uap terhadap temperatur dapat dinyatakan dengan persamaan Clausius Clapeyron ; dP Hv = dT T (V2 - V1 )

CCl4
700 500 300 100 0 20 40 60 80 100

C2H5OH H2O

P ( mmHg )

CH3COOH

72

T oC

Persamaan diatas dapat diselesaikan dengan memasukkan batas-batas integal : Hv d ln p = - R P1 ln ln ln


P2 T2

T1

dT

P2 Hv 1 1 = ( - ) P1 R T2 T1 P2 Hv T1 T2 = ( - ) P1 R T1 T2 P2 Hv T2 T1 = ( - ) P1 R T1 T2

VII.3. Zat Padat Zat padat mempunyai volume dan bentuk yang tetap, ini disebabkan karena molekul-molekul dalam zat padat menduduki tempat yang tetap didalam kristal. Zat padat dapat dibedakan antara zat padat kristal dan amorf. Didalam kristal, atom atau molekul penyusunnya mempunyai struktur tetap tetapi tidak dalam zat amorf. Zat padat amorf dapat dianggap sebagai cairan yang membeku terlambat dengan viscositas sangat besar. Keduanya dapat dibedakan dengan bermacam-macam cara misalnya dari titik leburnya. Kristal mempunyai titik lebur tegas, sedang zat padat amorf titik leburnya tidak tegas, tetapi terdapat dalam suatu interval temperatur. VII.3.1. Struktur Kristal Secara geometri, kristal dibagi menjadi 32 kelas atas dasar simetri yang ada dan ini dapat dibagi menjadi 6 sistem kristal berdasarkan sumber-sumber dari sudut-sudut yang ada. Pembagian ini tidak dapat memberikan gambaran struktur bagian dalam dari kristal.

73

Suatu bentuk kristal tersusun dari ulangan dan perluasan ke semua arah dari struktur dasar yang disebut satuan kisi kristal. Tiap-tiap satuan kisi kristal tersusun oleh atom, molekul atau ion sedemikian hingga memberikan struktur tertentu dari kisi kristal. Geometri dari satuan kisi kristal sama dengan geometri kristal sebagai keseluruhan. Jadi bila satuan kisi kristalnya kubic, kristal sebagian keseluruhan juga kubic. Jadi kristal tersusun dari bidang-bidang atom, ion atau molekul yang saling sejajar.

Tabel berikut menunjukkan Kisi ruang dan satuan kisi kristal Sistem 1. Kubic Kisi Ruang sederhana berpusat muka berpusat ruang sederhana berpusat ruang Golongan kristal atas dasar simetri 5 Satuan kisi kristal 36

2. Tetragonal 3. Orthorhombic

7 3

68 59

4. Monoklin 5. Triklin 6. Heksagonal

prisma segi empat sederhana berpusat muka bepusat ruang sederhana berpusat dasar triklin
74

3 2 12

13 2 52

al

heksagonal rhombohedr 32 230

75

Anda mungkin juga menyukai