Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran yang menjadi fokus perhatian adalah peserta didiknya, baik itu di Taman Kanak kanak, Sekolah Dasar, Pendidikan Menengah, ataupun di Perguruan Tinggi dan pendidikan untuk orang dewasa lainnya. Dalam membahas karakteristik anak, makalah ini mengkaji sifat sifat atau ciri khas yang terdapat pada anak, baik yang berkaitan dengan pertumbuhan maupun perkembangan anak. Hal ini sangat penting mengingat bahwa anak banyak mengalami perubahan baik fisik, maupun mental hasil perpaduan faktor intern maupun pengaruh dari luar yaitu lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan yang tidak kurang pentingnya adalah pergaulan dengan teman sebaya. Dalam kaitannya dengan pendidikan, guru perlu mengetahui benar sifat sifat serta karakteristik anak agar dapat memberikan pembinaan dengan baik dan tepat sehingga dapat meningkatkan potensi kecerdasan dan kemampuan anak didiknya sesuai dengan kebutuhan anak dan harapan orang tua pada khususnya serta masyarakat pada umumnya. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, pimpinan sekolah dan guru harus mengenal betul perkembangan fisik dan mental serta intelektual anak didiknya. Pada makalah ini, dikemukaan secara singkat perkembangan yang dimaksud untuk dapat dikaji dan diterapkan pada saat guru mengajar dalam kelas maupun pergaulan sehari hari, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat sekitarnya. Dengan kata lain, pengetahuan tentang perkembangan fisik, mental rohani, serta intelektual anak tersebut merupakan modal utama dalam rangka pembinaan anak. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam makalah ini disajikan lima topik pembahasan: Perkembangan fisik atau jasmani; Perkembangan sosial; Perkembangan emosional; Perkembangan intelektual; dan Perkembangan moral

PEMBAHASAN
Makna pertumbuhan sering diartikan sama atau dirancukan dengan arti perkembangan, sehingga penggunaannya suka dipertukarkan. Padahal, istilah pertumbuhan digunakan untuk menyatakan perubahan perubahan ukuran fisik yang secara kuantitatif makin lama semakin besar atau panjang. Adapun istilah perkembangan digunakan untuk menyatakan perubahan perubahan dalam aspek psikologis dan sosial. Setiap individu akan mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan nonfisik yang meliputi aspek aspek intelek, emosi, bahasa, bakat khusus, nilai dan moral, serta sikap. A. Perkembangan Fisik Pertumbuhan fisik manusia pada dasarnya merupakan pertumbuhan fisik dari kecil atau pendek menjadi besar dan panjang, yang prosesnya terjadi sejak sebelum lahir hingga ia dewasa. a. Pertumbuhan sebelum lahir Masa sebelum lahir merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan manusia yang sangat kompleks, karena masa itu merupakan awal terbentuknya organ-organ tubuh dan tersusunnya jaringan syaraf yang membentuk system yang lengkap. Pertumbuhan dan perkembangan janin berakhir setelah kelahiran. Kelahiran merupakan tanda kematangan biologis dan jaringan syaraf masingmasing telah mampu berfungsi secara mandiri. Manusia dimulai dari suatu proses pembuahan (pertemuan sel telur dan sel sperma) yang membentuk suatu sel kehidupan, yang disebut embrio. Embrio yang telah berumur satu bulan berukuran sekitar setengah sentimeter. Pada umur dua bulan, ukuran embrio itu membesar menjadi dua setengah sentimeter dan disebut janin atau fetus. Satu bulan kemudian (setelah tiga bulan), janin tersebut telah berbentuk menyerupai bayi dalam ukuran kecil. b. Pertumbuhan setelah lahir Pertumbuhan fisik manusia setelah lahir merupakan kelanjutan dari pertumbuhan sebelum lahir. Proses pertumbuhan fisik manusia berlangsung sampai masa dewasa. Dalam tahun pertama pertumbuhannya, ukuran panjang

badan bertambah sekitar sepertiga dari panjang badan semula, sedangkan berat badan bertambah sekitar tiga kalinya. Setiap bagian fisik seseorang akan terus mengalami perubahan akibat pertumbuhan, hingga masing masing komponen tubuh akan mencapai tingkat kematangan untuk menjalankan fungsinya masing masing. Misalnya jaringan syaraf otak atau syaraf sentral akan tumbuh cepat. Syaraf otak akan menjadi sentral dalam menjalankan fungsi jaringan syaraf di seluruh tubuh manusia. Pertumbuhan fisik manusia berbeda dengan pertumbuhan fisik hewan. Pada hewan, setelah dilahirkan, pada waktu yang relatif singkat, ia segera dapat berjalan mengikuti induknya. Hal itu tidak terjadi pada manusia. Pada awal setelah bayi dilahirkan, respon atau reaksi terhadap rangsangan dari luar dilakukan secara refleks. Apabila pipinya disentuh, bayi akan menggerakkan kepalanya ke arah sentuhan secara reflektif dengan mulut terbuka dan kepalanya yang terus terbuka hingga mulutnya mencapai rangsangan yang diberikan. Respon yang bersifat refleks ini akan berakhir atau menjadi lebih terarah pada saat bayi berumur 4 5 bulan. Kapasitas sensoris bayi amat terbatas. Pada saat baru lahir,

pendengarannya amat baik. Ia mampu membedakan suara lembut dan kasar, dan lebih senang pada suara yang lembut daripada yang kasar. Penglihatannya masih lemah dan terbatas. Walaupun bayi sudah dapat melihat, hanya dalam waktu singkat dan jaraknya pun tidak lebih dari 1,25 meter. Dalam perkembangannya, bayi segera dapat mampu membedakan terangnya cahaya, warna, serta mampu mengikuti rangsangan yang bergerak dengan pandangan matanya. Demikian pula syaraf sensoris yang lain, seperti syaraf perabaan, penciuman, dan pencernaan berkembang sejalan dengan syaraf penglihatannya. Selanjutnya, perkembangan fungsi syaraf sensoris semakin sempurna, sehingga ia mampu memberi makna terhadap apa yang ia lihat dan rasakan. Ahli psikologis menyatakan bahwa pertumbuhan fisik dan perkembangan kemampuan fisik anak pada umumnya memiliki pola yang sama dan menunjukkan keteraturan. Pada saat lahir, bayi hanya mampu menggerakkan tangannya secara reflektif ke arah kepalanya. Setelah umur 3 bulan ia mulai mampu berguling (memutar badannya), pada umur 5 bulan ia mulai telengkup, merangkak pada

umur 7 bulan, duduk dengam sedikit bantuan, duduk sendiri (tanpa bantuan), berdiri, dan melangkah satu atau dua langkah, kemudian mampu berjalan sendiri setelah umur 15 bulan. Pola dan urutan pertumbuhan dan perkembangan fungsi fisik ini diikuti oleh perkembangan mental dan sosialnya. Pertumbuhan fisik, baik secara langsung dan tidak langsung akan memengaruhi perilaku anak sehari hari. Secara langsung, pertumbuhan fisik akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fungsi fisik akan memengaruhi cara anak itu memandang dirinya sendiri dan memandang orang lain. Irama pertumbuhan ini berbeda beda bagi setiap orang, walaupun secara keseluruhan memeperlihatkan keteraturan. Beberapa anak mengalami pertumbuhan cukup cepat, sedangkan anak lainnya mengalami kelambatan. Secara umum pertumbuhan fisik anak dapat dibagi menjadi 4 peiode utama, dua periode ditandai dengan pertumbuhan yang cepat dan dua periode lainnya dicirikan oleh pertumbuhan yang lambat. Adapun tahapan tahapannya adalah : Tahap pertama yaitu periode pralahir dan 6 bulan setelah lahir, pertumbuhan tubuhnya sangat cepat. Tahap kedua yaitu pada akhir tahun pertama yang dikenal sebagai kehidupan pascalahirnya, pertumbuhan seorang bayi memperlihatkan tempo yang sedikit lambat dan kemudian menjadi stabil sampai ia memasuki tahap usia remaja atau tahap kematangan kehidupan seksualnya. Hal ini dimulai ketika ia berusia sekitar 8 tahun sampai 12 tahun. Tahap ketiga terjadi setelah tahap kedua sampai berumur 15 tahun atau 16 tahun, pertumbuhanfisiknya akan tumbuh cepat kembali dan biasanya masa ini disebut sebagai ledakan pertumbuhan pubertas. Tahap keempat yang disebut dengan periode tenang kembali yang terjadi setelah periode tiga sampai ia memasuki tahap dewasa. Tinggi badan yang tercapai dalam periode keempat ini akan tetap sampai ia tua, tetapi berat tubuh masih dapat berubah-ubah.

Ukuran dan bentuk tubuh yang diwariskan secara genetis juga mempengaruhi laju pertumbuhan. Anak-anak yang mempunyai tubuh kekar biasanya akan tumbuh dengan cepat dibandingkan dengan mereka yang bertubuh kecil atau sedang. Dan juga akan memasuki tahap remaja lebih cepat daripada teman sebayanya yang bertubuh kecil. Pemberian makanan bergizi, terutama pada tahun pertama kehidupan seseorang juga menentukan cepat atau lambatnya daur pertumbuhan ini. Seorang anak yang memperoleh perawatan yang memadai biasanya akan tumbuh dengan cepat. Sebaliknya, anak yang kurang memperoleh perawatan dan pemenuhan gizi yang baik akan mengalami pertumbuhan yang lambat. Imunisasi yang teratur untuk mencegah serangan penyakit juga merupakan faktor penting dalam percepatan pertumbuhan. Anak-anak yang diimunisasi cenderung akan tumbuh lebih cepat karena jarang sakit dan lebih sehat

dibandingkan anak sering sakit karena kurang teratur diimunisasi. Hal yang paling menonjol dalam variasi pertumbuhan ini adalah faktor pengaruh jenis kelamin. Pertumbuhan fisik anak laki-laki lebih cepat dari anak perempuan pada usia tertentu, dan pada suatu saat, anak perempuan tumbuh lebih cepat daripada anak laki-laki. Misalnya pada usia 9, 10, 13, dan 14 tahun, fisik anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki karena pengaruh perkembangan awal remaja. Adapun tentang kenaikan berat tubuh, laki-laki maupun perempuan sama-sama mengalaminya pada usia tertentu.

B. Perkembangan Sosial Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, setiap individu tidak bisa berdiri sendiri tetapi memerlukan bantuan individu lainnya. Bayi yang baru lahir tidak akan dapat mempertahankan kehidupannya tanpa bantuan orang tuanya. Sejalan dengan pertumbuhan badannya, bayi yang telah menjadi anak dan seterusnya menjadi dewasa, akan mengenal lingkungan yang lebih luas. Perkenalan dengan orang lain dimulai dengan, mengenal ibunya, kemudian ayah dan saudara saudaranya, akhirnya ia mengenal orang lain di luar lingkungan keluarganya. Selanjutnya, orang yang dikenalnya semakin banyak dan semakin heterogen.

Pada umumnya, setiap anak akan lebih tertarik kepada teman sebaya yang sama jenis kelaminnya. Anak anak itu kemudian akan membentuk kelompok sebaya dengan dunianya, memahami dunianya, dan dunia pergaulan yang lebih luas. Selanjutnya, manusia mengenal kehidupan bersama, berkeluarga, bermasyarakat atau berkehidupan sosial. Dalam perkembangannya, ia mengetahui bahwa kehidupan manusia itu tidak seorang sendiri, harus saling membantu dan dibantu, memberi dan diberi, dan sebagainya. Terdapat kaitan yang erat antara keterampilan bergaul dengan masa bahagia pada waktu anak-anak. Kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagi pengalaman yang bernilai positif selama anak melakukan aktivitas sosial merupakan modal dasar yang penting bagi anak untuk mencapai kehidupan yang sukses dan menyenangkan pada waktu yang akan datang atau meningkat dewasa. Sekalipun tidak demikian, semuanya itu tidak begitu saja, namun juga perlu pelajaran dan pengalaman anak yang didapat dari orang-orang yang dekat dengannya antara lain dari orang tua, saudara-sudaranya dan tetangganya/lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, kepada orang tua, sangat dianjurkan selain memberikan bimbingan dan pelajaran juga dituntut untuk menjadi model yang baik bagi anak-anaknya. Perilaku dan kebiasaan orang tua harus merupakan contoh yang selalu ditiru oleh anaknya. Hal tersebut dilakukan oleh anak semenjak dia balita yang suka meniru tingkah laku, cara bergaul, cara berinteraksi di lingkungan sekitar, cara orang tua menghadapi teman, tamu dan sebagainya selalu mendapat perhatian anak dan umumnya selalu ditirunya. Berhubungan dengan perkembangan sosial anak, peranan orang tua sangat penting terutama dalam mengembangkan keterampilan bergaul bagi anak. Selain memberi anak kepercayaan dan kesempatan, orang tua juga diharapkan dapat

memberi penguatan melalui pemberian ganjaran atau hadiah pada saat anak berperilaku positif. Sebaliknya, orang tua juga berkewajiban memberi hukuman kepada anak apabila anak bertingkah laku negatif dan atau melakukan kesalahan. Dengan adanya tindakan yang konkret dan pasti dari orang tua tersebut anak akan dapat berkembang dengan baik, yang pada gilirannya akan menjadi makhluk sosial yang bertanggung jawab dan sehat dan bermanfaat bagi orang lain.

Ganjaran atau hadiah adalah berbagai bentuk apresiasi atau penghargaan terhadap suatu prestasi yang telah dicapai oleh suatu atau sekelompok anak dalam aktivitas tertentu. Ganjaran dapat mendorong dan memberi motivasi untuk lebih berprestasi, namun sampai dewasa ini masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa hadiah semacam ini tidak penting dengan alasan bahwa sudah sewajarnya anak berperilaku demikian dan berprestasi sesuai dengan kemampuannya. Dengan kata lain, tanpa adanya hadiah atau ganjaran, anak diharapkan untuk melakukan sesuatu yang seharusnya mereka lakukan. Dilihat dari urgensinya hadiah dan

hukuman sama pentingnya bagi pembinaan pribadi karir anak terlebih-lebih untuk pembentukan perilaku anak yang harus dilakukan secara terus-menerus dan konsisten.

C. Perkembangan Emosional Emosi atau perasaan merupakan salah satu potensi kejiwaan yang khas yang dimiliki oleh manusia. Sebab, hanya manusia yang memiliki perasaan, sedangkan hewan tidak mempunyai perasaan. Keinginan untuk segera memenuhi kebutuhan, terutama kebutuhan primer, merupakan hal yang wajar bagi setiap individu. Jika kebutuhan tidak segera dipenuhi, ia akan merasa kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhankebutuhan itu dapat dipenuhi dengan baik, ia akan merasa senang dan puas. Kecewa senang dan puas merupakan perasaan unsur senang dan tidak senang. Pada awal pertumbuhannya, yang dibutuhkan bayi adalah kebutuhan primer yaitu makan, minum, dan kehangatan tubuh. Bayi yang lapar akan menangis dan akan semakin keras tangisnya jika tidak segera disusui atau diberi makan. Demikian pula kebutuhan lainnya, seperti selimut untuk kehangatan tubuh sangat diperlukan olehnya. Refleks sebagai reaksi biologis terhadap ransangan belum terkoordinasi dengan baik. Apapun yang diberikan atau dimasukkan ke mulutnya akan disambut tanpa memedulikan dari siapa. Semakin besar kebutuhan biologisnya, semakin banyak dan kompleks karena pertumbuhan fisik itu diikuti oleh perkembangan emosinya. Emosi ini merupakan perasaan yang disertai oleh perubahan atau perilaku fisik. Misalnya, perasaan marah ditunjukan oleh reaksi teriakan dengan suara keras.

Orang yang sedang gembira akan melonjak-lonjak sambil tertawa lebar dan sebagainya.

D. Perkembangan Intelektual Intelek atau daya pikir seseorang berkembang sejalan dengan pertumbuhan syaraf otaknya. Karena daya pikir menunjukkan fungsi otak, kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir dipengaruhi oleh kematangan otak yang mampu menunjukkan fungsinya secara baik. Oleh karena itu, seorang individu akan mengalami perkembangan kemampuan berpikir ketika pertumbuhan syaraf pusat atau otaknya telah mencapai fase matang. Perkembangan tingkat berpikir atau perkembangan intelek diawali oleh kemampuan mengenal dunia luar. Respon terhadap rangsangan dari luar pada awalnya belum terkoordinasikan secara baik. Hampir semua respon yang diberikan bersifat refleks. Perkembangan lebih lanjut tentang perkembangan intelek ini ditunjukkan pada perilakunya, yaitu tindakan menolak dan memilih sesuatu. Tindakan itu berarti telah mendapatkan proses mempertimbangkan atau yang lazim dikenal dengan proses analisis, evaluasi, sampai kemampuan menarik kesimpulan dan keputusan. Fungsi ini terus berkembang mengikuti kekayaan pengetahuannya tentang dunia luar dan proses belajar yang dialaminya. Perkembangan kemampuan berpikir semacam ini dikenal sebagai perkembangan kognitif. Menurut Piaget (Sarlito, 1991:81) perkembangan kognitif seseorang mengikuti tahapan berikut ini : a. Masa sensori motorik (0,0 2,5 tahun) Masa ini adalah masa ketika bayi menggunakan sistem penginderaan dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya. Ia memberikan reaksi motorik terhadap rangsangan yang diterimanya dalam bentuk refleks, seperti refleks mencari putting susu ibu, refleks menengis, refleks kaget, dan lain-lain. Refleksrefleks ini kemudian berkembang menjadi gerakan-garakan yang lebih canggih, seperti berjalan. b. Masa praoperasional (2,0 7,0 tahun) Ciri khas masa ini adalah kemampuan anak dalam menggunakan simbol yang mewakili suatu konsep. Kemampuan simbolik ini memungkinkan seorang

anak melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan hal-hal yang telah dilihatnya. Misalnya, seorang anak yang pernah melihat dokter sedang praktek, ia akan bermain dokter-dokteran. c. Masa konkreto prarasional (7,0 11,0 tahun) Pada tahap ini, anak sudah dapat melakukan berbagai tugas yang konkret. Ia mulai mengembangkan tiga macam operasi berpikir, yaitu identifikasi (mengenali sesuatu), negasi (mengingkari sesuatu), dan reprokasi (mencari hubungan timbal-balik antara beberapa hal). d. Masa operasional (11,0 dewasa) Pada usia remaja dan seterusnya, seseorang akan mampu berpikir abstrak dan hipotetis. Pada tahap ini, ia mampu memperkirakan hal-hal yang mungkin terjadi. Ia dapat mengambil kesimpulan dari suatu pernyataan. Misalnya, mainan A lebih mahal daripada mainan B, dan mainan C lebih murah daripada mainan B, maka ia dapat menyimpulkan mainan yang paling mahal dan mainan yang paling murah.

E. Perkembangan Moral Bloom (Woofolk dan Nicolich, 1984 : 390) mengemukakan bahwa tujuan akhir proses belajar mengajar, yaitu penguasaan pengetahuaan (kognitif),

penguasaan nilai dan sikap (efektif), dan penguasaan keterampilan (psikomotor). Masa bayi belum mempersoalkan masa moral karena dalam kehidupannya belum dikenal hierarki nilai dan suara hati, serta perilakunya belum dibimbing oleh nilainilai moral. Adapun masa anak-anak, perkembangan moral yang terjadi masih terbatas. Ia belum menguasai nilai-nilai abstrak yang berkaitan dengan benar-salah dan baik-buruk. Hal itu dikarenakan perkembangan intelektualnya masih terbatas. Selain itu, ia belum mengetahui manfaat suatu kehidupannya. Semakin tumbuh dan berkembang fisik dan psikisnya, ia mulai diperkenalkan dengan nilai-nilai, ditunjukkan hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh, yang harus dilakukan dan yang dilarang. Proses ini dikenal dengan istilah sosialisasi nilai-nilai. Menurut Piaget, pada awalnya, pengenalan nilai dan pola nilai dan norma dalam

tindakan itu masih bersifat paksaan, dan anak belum mengetahui maknanya. Akan tetapi, sejalan dengan inteleknya, anak berangsur-angsur mengikuti berbagai ketentuaan yang berlaku didalam keluarga. Semakin lama semakin luas hingga ketentuaan yang berlaku di dalam masyarakat dan negaranya.

KESIMPULAN
1. Pertumbuhan digunakan untuk menyatakan perubahan perubahan ukuran fisik yang secara kuantitatif makin lama semakin besar atau panjang. 2. Perkembangan digunakan untuk menyatakan perubahan perubahan dalam aspek psikologis dan sosial. 3. Tahap tahap perkembangan seorang anak meliputi perkembangan fisik atau jasmani, perkembangan sosial, perkembangan emosional, perkembangan intelektual, dan perkembangan moral. 4. Perkembangan fisik manusia pada dasarnya merupakan pertumbuhan fisik dari kecil atau pendek menjadi besar dan panjang, yang prosesnya terjadi sejak sebelum lahir hingga ia dewasa. 5. Secara umum pertumbuhan fisik anak dapat dibagi menjadi 4 peiode utama. Adapun tahapan tahapannya meliputi periode pralahir dan 6 bulan setelah lahir, kehidupan pascalahir, tahap ketika berumur 15 tahun atau 16 tahun, dan periode tenang kembali. 6. Faktor faktor yang dapat menghambat pertumbuhan fisik antara lain ukuran dan bentuk tubuh yang diwariskan, pemberian makanan bergizi, imunisasi, faktor jenis kelamin. 7. Perkembangan sosial berkaitan dengan hubungan anak dengan orang lain atau masyarakat lainnya serta kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagi pengalaman yang bernilai positif selama anak melakukan aktivitas sosial. 8. Perkembangan emosi ini merupakan salah satu potensi kejiwaan yang khas yang dimiliki oleh manusia yang disertai oleh perubahan atau perilaku fisik. Misalnya, perasaan marah ditunjukan oleh reaksi teriakan dengan suara keras. Orang yang sedang gembira akan melonjak-lonjak sambil tertawa lebar dan sebagainya. 9. Perkembangan intelek atau daya pikir seseorang berkembang sejalan dengan pertumbuhan syaraf otaknya. Atau dengan kata lain, perkembangan intelektual berkaitan dengan perkembangan kognitif anak itu sendiri.

10. Menurut piaget, perkembangan kognitif dibagi dalam empat tahapan yaitu masa sensoris motorik (0,0 2,5 tahun), masa preoprasional (2,0 7,0 tahun), masa konkreto prarasional (7,0 11,0 tahun), dan masa operasional (11,0 dewasa). 11. Perkembangan moral berkaitan dengan penguasaan pengetahuaan (kognitif), penguasaan nilai dan sikap (efektif), dan penguasaan keterampilan (psikomotor) sehingga anak mengetahui baik-buruk, benar-salah, dan boleh ataupun tidak boleh.

DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, Enung. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: CV.Pustaka Setia. Makmun, Syamsudin. 1996. Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya. Sumantri, Mulyani. 2001. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universita Terbuka.

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ISIK, INTELEKTUAL, EMOSIONAL, SOSIAL DAN MORAL

DISUSUN OLEH :

NURUL AFNY SRIYULIAWATI L. M ERIS RAHAYU S. P.

(E1M010003) (E1M010017) (E1M010018)

MONICA AYU CHANDRA (E1M010024) SEPTIN ARDHIA H. SITI MARIYAM (E1M010033) (E1M010034)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2011

Anda mungkin juga menyukai