Anda di halaman 1dari 16

MANUSIA DAN EVOLUSI

3.1. Teori-teori Tentang Evolusi

Secara umum evolusi di artikan sebagai perkembangan berangsur-angsur, tanpa unsur paksaan pada benda maupun makhluk hidup. Dari sudut pandang biologi , evolusi adalah perubahan secara bertahap dalam waktu yang lama tanpa adanya unsur paksaan akibat seleksi alam (pengaruh lingkungan) pada variasi gen dalam suatu individu spesies yang menghasilkan perkembangan pada spesies tersebut. Segala makhluk hidup yang sekarang ada adalah hasil perkembangan berangsur-angsur pada masa silam.

Banyak teori evolusi yang sudah dikemukakan leh para ilmuwan. Menurut Franz Dahler, secara garis besar berbagai teori itu dapat dikategorikan sebagai teori evolusi mutlak dan teori evolusi terbatas. Mereka yang menganut teori evolusi mutlak mempunyai pandangan bahwa evolusi dapat berjalan ke arah horizontal, yaitu bahwa bila benda mati berevolusi akan menjadi benda mati, tumbuh-tumbuhan menjadi tumbuh-tumbuhan, binatang menjadi binatang dan manusia menjadi manusia. Di samping evolusi ke arah horizontal, mereka mengakui juga evolusi dapat berlangsung ke arah vertikal yaitu bahwa benda mati, karena proses evolusi dapat berkembang menjadi tumbuh-tumbuhan, tumbuh-tumbuhan menjadi hewan dan hewan dapat berevolusi menjadi manusia. Sedangkan penganut evolusi terbatas hanya mengakui pandangan bahwa evolusi berjalan ke arah horizontal saja bahkan hanya berlangsung antar spesies.

Tentang teori evolusi mutlak dan teori evolusi terbatas digambarkan sebagai berikut :

Manusia (akal budi) Binatang (Sensitif) Tumbuhan (vegetatif) Benda mati

Manusia Binatang Tumbuhan Benda mati

Skema : Teori evolusi mutlak

Teori evolusi terbatas

Beberapa teori evolusi penting yang telah dikemukakan para ilmuwan adalah :

3.1.1. Teori Jean Baptiste Lamarck Lamarck mengemukakan bahwa makhluk hidup beradaptasi dengan berbagai macam unsur lingkungan, iklim, suhu dan tinggi rendahnya tanah dengan memanfaatkan dan mengembangkan organ tubuh serta ciri khas yang paling sesuai dengan alam di sekitarnya. Sementara itu organ tubuh dan ciri-ciri yang tidak dimanfaatkan akhirnya berhenti perkembangannya. Di samping itu ia mengakui pula tentang teori pewarisan sifat yang menyatakan bahwa sifat itu diwariskan dari generasi ke generasi. Sifat tersebut sudah berkembang sehingga keturunan yang kemudian memiliki sifat yang lebih lengkap dari induknya. Berdasarkan teori tersebut, secara evolusioner jerapah memperoleh leher panjang, unggas air memperoleh selaput kakinya dan gajah memperoleh tubuh masifnya.

Tentang pewarisan sifat ini ahli gentika mengatakan bahwa ciri khas yang dapat diwariskan hanyalah ciri khas yang diperoleh dengan cara evolusioner pada saat konsepsi dan bukan sesudah kelahiran. Lamarck mempunyai pandangan juga bahwa kehidupan berkembang dari tumbuhtumbuhan menuju binatang dan dari binatang menuju manusia (teori evolusi mutlak).

3.1.2. Teori Charles Darwin Dalam perjalanan ilmiahnya, Darwin memperoleh pengalaman dari pemeliharaan burung merpati di Inggris. Ternyata dengan pemeliharaan yang berencana dan tekun oleh peternak merpati, dalam waktu yang panjang didapatkan jenis merpati yang amat berbeda dengan jenis semula. Dari sini Darwin berkesimpulan bahwa apa yang dapat dicapai oleh peternak merpati tersebut secara berencana dapat pula dicapai alam dengan cara seleksi alam.

Dalam perjuangan hidup, hanya makhluk yang paling ulet yang mampu menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan lingkungan. Turunan dari hewan/makhluk hidup ini sedikit demi sedikit mengalami perubahan. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya berbagai jenis makhluk hidup yang sangat bervariasi. Keberadaan jerapah berleher panjang, disebabkan karena dalam menghadapi seleksi alam jerapah berleher panjanglah yang lestari.

Dalam bukunya yang pertama berjudul On the Origin of the Species by Means of Natural Selections berisi pembahasan panjang berdasarkan tiga fakta besar dan dua deduksi. Fakta 1. Semua makhluk hidup bervariasi/tak sama persis. Tak ada dua individu yang persis sama. 2. Semua makhluk hidup cenderung bertambah banyak karena mampu berkembang biak. 3. Jumlah suatu jenis makhluk hidup rata-rata cenderung tetap (homeostatis), atau pertambahan populasi tidak berjalan terus-menerus. Deduksi 1. Pada makhluk hidup, ada perjuangan untuk tetap bereksistensi yaitu dengan jalan beradaptasi. 2. Dalam perjuangan itu yang paling sesuai yang lestari (seleksi alam)

Dalam buku ini juga diungkapkan adanya kemungkinan bahwa semua makhluk hidup berasal dari satu sel purba. Buku kedua yang sempat menggemparkan adalah The Descent of Man yang berisi pandangan adanya kemungkinan bahwa kera dengan mengalami proses struggle of life berkembang menjadi manusia.

3.1.3. Teori Hugo de Vries De Vries mengemukakan bahwa evolusi tak dapat berlangsung hanya karena seleksi alam saja, tetapi penyesuaian juga merupakan daya utama yang mendorong evolusi tersebut. Misalnya peristiwa mutasi pada kupu-kupu. Mutasi ialah perubahan spesies yang agak meloncat, dan ini disebabkan oleh perubahan gen atau kromosom sel. Kromosom dan gen yang menyusunnya ialah bagian sel makhluk hidup yang menurunkan warisan sifat dari induk atau pasanganya kepada keturunannya. Pertumbuhan makhluk hidup dari benih hidup sampai dewasa ditentukan arah dan bentuknya oleh kromosom dan gen yang terdapat dalam inti selnya (Maskoeri Jasim, 1986). Papilio agestor mirip sekali dengan Danaida tytia, peniruan ini dengan maksud melindungi diri agar tak dimakan burung. Burung tidak menyukai Danaida tytia karena serangga ini kuat dan kenyal, sehingga maksud peniruan ini Papilio agestor tak akan dimakan burung.

3.1.4. Teori Fisher Menurut Fisher hanya seleksi alam sajalah yang dapat menimbulkan penyesuaian sedemikian rumit, misal melakukan peniruan yang mirip sekali dengan modelnya. Apabila hal ini semata-mata karena mutasi tanpa seleksi alam, mengapa kupu-kupu jenis lain tak menirunya. Fisher berkesimpulan bahwa terjadinya mutasi didorong oleh seleksi alam.

Menurut percobaan H.J Millar, sinar X dapat mempengaruhi gen sehingga terjadi mutasi. Gen ini terdapat dalam kromosom. Menjelang 1940 diketemukan bahwa bentuk dan fungsi kehidupan adalah dalam bahan pembentuk kromosom yaitu DNA (deoxsi ribonucleic acid) dan RNA (ribonucleic acid). Bahan inilah yang merupakan bahan dasar kehidupan dan evolusi. DNA ini sulit dideteksi, kecuali dengan mikroskop elektrn, tetapi bahan inilah yang mampu mengemban instruksi yang diperlukan untuk membentuk virus atau manusia.

Dari berbagai teori yang telah dikembangkan oleh para ahli maka terjadinya proses evolusi pasca hidup didorong oleh berbagai faktor/peristiwa yaitu :

1. Pewarisan sifat 2. Seleksi alam 3. Kemampuan adaptasi 4. Mutasi gen

Semua faktor tersebut tidak berpengaruh secara sendiri-sendiri tetapi secara bersama sehingga terjadi proses evolusi. Evolusi, selain berlangsung secara alamiah dapat juga didorong oleh karya manusia yang disebut evolusi buatan. Evolusi buatan ini berlangsung dalam waktu lebih singkat karena segala faktor yang mempengaruhi dapat dikontrol atau di kendalikan. Sebagai contoh, persilangan buatan dapat menghasilkan spesies baru. Hal ini telah dilakukan oleh manusia terhadap berbagai jenis tanaman ataupun ternak sehingga memproseslah jenis baru yang sifat-sifatnya cocok dengan keinginan manusia

3.2. Pandangan Agama Terhadap Evolusi

Pandangan agama yang menganut paham penciptaan mengemukakan bahwa semua makhluk hidup diciptakan oleh Tuhan, tanpa perkecualian. Dalam kitab suci Perjanjian Lama diilustrasikan bahwa jagad raya dengan isinya diciptakan berurutan, berproses dan membutuhkan waktu. Penganut paham penciptaan menolak tentang gagasan bahwa berbagai makhluk hidup adalah berasal dari 1 (satu) sel purba. Lebih-lebih bila manusia adalah hasil evolusi dari sebangsa kera melalui manusia kera. Secara filosofi manusia memiliki akal budi, sedangkan binatang tidak berakal budi. Akal budi inilah yang secara hakiki membedakan manusia dengan binatang, jadi mustahil bila kera yang tidak berakal budi berevolusi menjadi kera. Sejak Galileo Galilei, yaitu sejarah ilmu pengetahuan dikembangkan melalui metode ilmiah maka penemuan ilmiah (khususnya ilmu pengetahuan alam); sering dipertentangkan dengan pandangan kaum agama. Dalam hal ini perlu diingat juga bahwa Kitab Suci bukanlah sumber segala ilmu pengetahuan. Manusia diberi akal budi oleh Al Khalik, diberi kebebasan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam rangka merealisasikan eksistensinya. Tetapi

meskipun demikian, dalam mengembangkan pengetahuan jangan sampai berakibat menolak Tuhan Al Khalik. Ilmu pengetahuan hendaknya dikembangkan untuk memajukan kehidupan manusia dalam rangka mewujudkan baktinya kepada Tuhan. Takut akan Tuhan adalah permulaan segala ilmu. Etika yang perlu dipegang bagi orang yang percaya kepada Tuhan Al Khalik ialah bahwa dalam mengembangkan lmu pengetahuan selalu berorientasi kepada kesejahteraan umat manusia dan demi memuliaan Tuhan. Pada perkembangan berikutnya dalam mencari bukti yang mendukung teori evolusi Darwin, diketemukan fosil-fosil manusia kera yang dianggap mata rantai antara kera dan manusia. Tahun 1856 diketemukan kerangka manusia dari lembah Neanderthal-Jerman dan kaum evolusioner menamakan Homo neanderthalensis. Selanjutnya pada tahun 1890 Eugene Dubois, menemukan tengkorak kepala di Trinil (tepi bengawan Solo) yang kemudian diberi nama Pithecanthropus erectus atau manusia kera tegak. Pada tahun 1924 ditemukan fosil-fosil manusia kera di Afrika Selatan yang secara kolektif diberi nama Australopithecines.

Tahun 1927 Franz Weidenreich menemukan kepingan dari 15 tengkorak dan tulang belulang lain di dalam sebuah gua dekat Peking. Spesies ini diberi nama Sinanthropus pekinensis, tingginya setinggi manusia biasa, tetapi otaknya kira-kira separuh otak manusia. Penemuan lain ialah manusia Rhodesia dan manusia Solo. Keduanya mempunyai wajah seperti gorilla tetapi otaknya sebesar otak manusia jaman sekarang atau Homo sapiens. Tahun 1959 Dr. Leakey menemukan tengkorak dan alam sederhana di lembah Olduva di Tanganyika. Ia merasa yakin bahwa penemuannya ini merupakan mata rantai yang menghubungkan manusia kera dengan manusia (Homo habilis).

Penemuan fosil-fosil tersebut oleh pengamat penciptaan tak dapat diterima sebagai bukti yang mendukung teori evolusi Darwin. Sebagai alasan antara lain ialah tengkorak manusia paling tua yang dikenal dalam ilmu pengetahuan ialah yang ditemukan di Calavaras, Amerika Utara. Dan hasil penemuan di Castinedolo, Italia; yang mirip dengan manusia dan hidup jauh sebelum manusia kera. Bahkan Dr. Leakey pun akhirnya menarik kesimpulannya tentang makhluk yang tengkoraknya diketemukan di Tanganyika adalah mata rantai manusia kera dan manusia. Sehingga Austrocantropines tak dapat dianggap sebagai nenek moyang Homo sapiens, karena telah diketemukan bentuk-bentuk yang lebih mirip dengan manusia sekarang, yang hidup pada saat yang sama dengan manusia kera bahkan hidup jauh dari sebelumnya. (Enoch, 1976).

Para peneliti yang terdiri dari C.C. Swisher dan GIL Curtis dari Berkeley California. J. Rink dan H. Scahwares dari Mc. Master University, Kanada. SC. Antn dari University of Florida, T. Jacob dari Universitas Gadjah Mada dan F. Azis dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung, memperkirakan Homo erectus masih hidup sampai 27.000 53.000 tahun yang lalu. Jika benar bahwa manusia Jawa Purba ini masih hidup sekitar 30.000 tahun yang lalu, berarti manusia Jawa Purba hidup pada jaman yang bersamaan dengan Homo sapiens dan Neanderthal. Jadi tidak benar bahwa Homo neanderthalensis dan Homo erectus adalah nenek moyang Homo sapiens.

Adanya dorongan pewarisan sifat, adaptasi, seleksi alam dan mutasi untuk terjadinya evolusi sehingga timbul jenis baru/spesies baru pada makhluk hidup, juga ditolak oleh penganut penciptaan karena belum ada bukti yang menunjukkan adanya spesies baru karena pewarisan sifat, adaptasi, seleksi alam dan mutasi. Adanya varietas-varietas anjing yang beraneka macam tak dapat melampaui jenis/spesies anjing. Varietas baru yang belum pernah dikenal orang pun mungkin dapat terjadi, tetapi masih tetap jenis anjing.

Bagi kaum kreasionist/pengikut paham penciptaan mempunyai keyakinan bahwa dalam penciptaan jenis-jenis dasar organisme tertentu (spesies), masing-masing mempunyai kemampuan untuk bervariasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan berkembangbiak menurut jenisnya karena benihnya sudah terdapat di dalamnya (Enoch, 1976).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kaum kreasionist hanya dapat menerima teori evolusi terbatas yang berlangsung tidak melewati jenis/spesies.

EVOLUSI

Perkembangan berangsur-angsur (lambat) tanpa unsur paksaan terjadi pada benda mati dan makhluk hidup. EVOLUSI PADA MAKHLUK HIDUP, DIDORONG OLEH : Pewarisan sifat Adaptasi Seleksi alam Mutasi PADA PRINSIPNYA, ADA 2 (DUA) PANDANGAN TEORI EVOLUSI Teori evolusi mutlak Teori evolusi terbatas TOKOH-TOKOH TEORI EVOLUSI Jean Baptiste Lamarck Teori Adaptasi dan Pewarisan Sifat Charles Darwin - Teori Adaptasi dan Seleksi Alam.

De Vries Pendorong utama terjadinya evolusi adalah adaptasi, kemudian mendorong terjadinya mutasi. Fisher - Seleksi alamlah yang mendorong adaptasi sehingga berlangsung evolusi. PANDANGAN PENGANUT KREASIONIST Hanya mengakui Teori Evolusi Terbatas Evolusi berlangsung tak melampaui batas spesies

3.3. Evolusi Manusia

Dari sudut pandang biologi, manusia mempunyai banyak persamaan dengan binatang, bahkan manusia ditempatkan sebagai anggota binatang Mammalia atau binatang menyusui. Dari antara Mammalia, yang kecerdasan otaknya lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain, disebut Primata. Di antaranya adalah Anthropoida, misalnya kera besar, simpanse dan gorilla yang kesemuanya memiliki ciri-ciri yang banyak persamannya dengan manusia. Perbedaan fisik yang nampak ialah bahwa Anthropoida walaupun sudah berdiri di atas dua kaki tetapi masih menggunakan tangan untuk menopang badannya (quadra pedal), sedangkan manusia berjalan dan berdiri cukup dengan dua kaki (bipedal). Tangan manusia berfungsi untuk membantu gerak-gerik dan usaha-usahanya tidak untuk berjalan ataupun berdiri.

Perbedaan pokok antara manusia dan binatang yang termasuk Anthropoida ialah bahwa manusia dikaruniai oleh Tuhan otak yang berbeda. Jika otak Primata yang secerdas apapun hanya terdiri dari batang otak yang mengatur refleks yang meliputi bernafas, detak jantung, tekanan darah, seks dan lain-lain, serta limbic yang mengatur emosi seperti amarah, takut, cemas dan sebagainya; maka otak manusia dilengkapi dengan komponen otak yang lain yang melapisi otak pada bagian luar yang disebut neo-cortex atau celebral-cortex. Neo-cortex inilah yang menyebabkan manusia memiliki akal sehingga manusia berbudaya. Akal atau budi berasal dari akar kata budh yang dalam bahasa Sanskerta berarti bangun. Dengan akal/budhnya, manusia mampu membangun atau membentuk sesuatu dengan cara mengubah dan memberi bentuk serta susunan baru kepada pemberian Tuhan sesuai dengan kebutuhan jasmani dan rokhaninya (Soekmono, 1973:9). Jadi manusia dengan akalnya mampu menciptakan sesuatu, tetapi ciptaanNya ini hanyalah sekedar memberi bentuk baru kepada sesuatu yang diciptakan Tuhan. Karena akal dan budinya ini maka evolusi manusia mempuyai sifat khusus.

3.3.1. Sifat Khusus Evolusi Manusia Franz Dahler dalam bukunya mengungkapkan bahwa dalam perkembangan manusia medan evolusi yang utama adalah mental dan sosial atau kultural. Apakah berarti bahwa secara biologis tak mengalami evolusi Mengalami, tetapi inipun merupakan

akibat pengaruh dari evolusi kultural. Misal dalam meningkatkan kecerdasan, ada hubungan antara perkembangan budaya , kecerdasan dan volume otak. Semakin cerdas dan semakin berkembang budayanya, semakin besar volume otak manusia.

Adanya evolusi kultural menjadikan manusia merupakan mahluk dominan di bumi; jadi bukan karena jasmaninya ia dominan tetapi karena penemuan dan penggarapan terhadap evolusi yang lain daripada yang ditempuh mahluk hidup lain.

Proses ini memang mula-mula lambat, tetapi sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang cepat maka evolusi manusia juga semakin cepat. Bahkan dalam 30 tahun yang terakhir ini malahan telah terjadi percepatan yang luar biasa dalam penguasaan manusia atas alam, sehingga dapat dikatakan bahwa evolusi manusia telah menjadi revolusi.

Usaha manusia untuk mengatasi batasan-batasan alam amat didorong oleh kemampuannya dalam menggali dan memakai sumber-sumber tenaga yang hebat, jauh melebihi tenaganya sendiri. Melalui sistem produksi pangan yang teratur, manusia berhasil mengatasi bahaya kelaparannya yang universal. Banyak bahaya yang timbul dari keganasan seleksi alam, telah berhasil diatasi oleh manusia.

3.3.2. Medan Evolusi Manusia Evolusi kultural manusia didorong melalui kegiatan-kegiatan manusiawi pada bidangbidang berikut : 3.3.2.1. Bahasa Suatu kemampuan manusia yang membedakan manusia dari binatang ialah bahasa. Melalui bahasa manusia melakukan sebagian besar komunikasinya dengan manusia lain. Komunikasi ini merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya evolusi kultural. Dengan bahasa, manusia merekam pengalaman-pengalaman manusia lain dan merupakan sarana untuk menyampaikan kepada manusia lain. Bahkan sebenarnya dapat dikatakan bahwa sebagian besar pemikiran manusia berada dalam alur bahasa.

3.3.2.2. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Ilmu pengetahuan mempunyai peranan khusus dalam memperkaya kesadaran manusia. Ilmu pengetahuan menyalurkan hasrat manusia untuk lebih mengenal dirinya, mengenal alam, dan mencari hukum-hukum dasar semesta. Ilmu pegnetahuan sangat berhubungan dengan teknologi, ilmu pengetahuan merupakan dasar dari teknologi. Teknologi adalah penerapan ilmu pengetahuan.

Arti dan fungsi yang diemban oleh teknologi dalam evolusi manusia adalah teknologi memungkinkan manusia menyesuaikan alam untuk kepentingan hidupnya. Manusia tidak tergantung lagi semata-mata pada kemurahan alam, tetapi teknologi selain membawa manfaat juga memiliki wajah buruk (dampak negatif) yang berupa resiko. Wajah buruk dari teknologi antara lain adalah di bidang persenjataan. Alat-alat pemusnah kehidupan menjadi semakin modern dan makin efektif, dan puncaknya adalah penemuan bom atom. Manusia sekarang harus hidup berdampingan dengan salah satu teknologinya yang mampu menciptakan kehancuran dalam sekejap, bukan saja ras manusia seluruhnya, tetapi juga segenap hasil evolusi di bumi selama bermilyar-milyar tahun.

Manusia perlu menata kembali hubungannya dengan teknologi hasil ciptaannya. Manusia perlu mengembalikan fungsi teknologi yang sejati. Teknologi merupakan sarana yang amat vital dalam memanusiakan manusia, memperkaya manusia dalam evolusinya.

3.3.2.3. Seni Ilmu pengetahuan dan teknologi lebih berhubungan dengan aspek rasional akal budi manusia, maka seni adalah kegiatan manusia yang menampilkan aspek emosional yang mendalam.

Seni menjadi kegiatan manusia yang spesifik, yaitu untuk memungkinkan penghayatan emosionilnya yang mendalam akan pengalaman-pengalaman

manusiawinya. Dalam kedudukan ini, kegiatan seni mempunyai motif mengatasi /survival, berarti mengarah ke suatu taraf kehidupan yang lebih tinggi.

Melalui seni dapat membuka diri kita untuk kesadaran kosmis, melalui seni pula manusia menggarap proses evolusinya.

3.3.2.4. Ekonomi Ekonomi adalah kegiatan manusia, yang dalam kerangka pandangan evolusi dapat dijabarkan menjadi tiga kegiatan pokok yang saling berkaitan yaitu : kerja, produksi dan pertukaran. Manusia sejak semula mengalami hidup dalam kondisi kelangkaan, yaitu bahwa segala sesuatu terdapat dalam jumlah yang terbatas, dan dibutuhkan manusia untuk kelangsungan hidupnya. Kesadaran inilah yang mendorong manusia untuk giat berusaha. Selanjutnya ekonomi berkembang

merupakan kegiatan untuk menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru, untuk itu benarbenar dibutuhkan atau sebenarnya tidak dibutuhkan sekali. Ekonomi semacam ini mengarah ke pemakaian sumber alam secara berlebihan, yang sejak tahun 1970-an mulai terrasa akibatnya ( krisis energi misalnya).

3.3.2.5. Politik Arti yang mendasar dari istilah politik adalah pengaturan hubungan antara pemerintah/penguasa dan warganya demi tercapainya kesejahteraan masyarakat. Jadi politik pada dasarnya mempunyai tujuan yang luhur. Tetapi akhirnya berkembang mengarah ke arti negatif, misalnya : perebutan kekuasaan, pertentangan ideologi, seni berkompromi. Berdasarkan pengertian dasar tersebut di atas, maka politik mulai dikenal ketika manusia mulai bermasyarakat, yaitu kira-kira pada akhir Jaman Kebudayaan Baru Purba. Prinsip pengorganisasian kehidupan sosial tersebut perlu guna kesejahteraan seluruh kelompok.

Dari uraian singkat tentang evolusi manusia, maka kita bisa mengambil suatu kesimpulan. Selama ratusan ribu tahun berevolusi dalam kecerdasannya, manusia telah mencapai tingkat kompleksitas yang tinggi, baik dalam pemikiran, perasaan

maupun kegiatan-kegiatan hidupnya. Lebih-lebih dalam 300 tahun terakhir ini, telah terjadi peningkatan yang luar biasa di bidang ilmu pengetahuan dan kemampuan intelektual yang lain.

Kenyataan saat ini kita tak memikirkan lagi bagaimana berbagai kegiatan itu timbul, dan apa tujuan dasar dari kegiatan itu. Dengan menelaah secara singkat langkahlangkah perkembangan kebudayaan manusia, terbukalah mata kita akan asal-usul segala kegiatan manusia. Politik misalnya mempunyai arti yang luhur, dan kenyataannya sekarang telah banyak diselewengkan dalam praktek. Demikian pula ekonomi, yang dewasa ini dilanda oleh sistem penciptaan kebutuhan yang sebenarnya tidak perlu sekali, banyak menyimpang dari konsep dasarnya. Seni yang sesungguhnya merupakan pengungkapan perasaan manusia yang paling mendalam, kini terdampar dalam selera yang dangkal, seperti dalam pornografi. Penyelewengan itu mengakibatkan pemborosan, krisis moral, krisis lingkungan dan pertikaian di mana-mana. Kesejahteraan, kedamaian dan ketentraman seolah sulit untuk diwujudkan.

Dengan menengok sejarah, mudah-mudahan kita dapat menemukan jejak kembali sehingga kita merintis kemajuan-kemajuan yang lebih sejati di masa mendatang.

EVOLUSI MANUSIA

Didominasi oleh Evolusi Kulturalnya yang didorong oleh kemajuan pengetahuannya (perkembangan kecerdasannya). Evolusi Fisik Biologis manusia dipengaruhi oleh perkembangan kecerdasannya yaitu mempengaruhi pada volume otaknya.

Evolusi Kultural berlangsung melalui Medan Evolusi : Bahasa Iptek Ekonomi Politik Seni

Dengan adanya penyelewengan pada tujuan kegiatan Iptek-ekonomi-politik dan seni maka terjadi banyak permasalahan yang menyangkut :

Lingkungan Kesejahteraan Keamanan

Sehingga manusia perlu membenahi segala kegiatannya.

Sumber/Daftar Pustaka
1. Dahler, Franz. 1979. Asal dan Tujuan Manusia. Jogyakarta. Percetakan Kanisius. 2. Enoch, 1976. Evolusi atau Ciptaan. 3. Maskoeri Jasim, 1992. Ilmu Alamiah Dasar. Yakarta, Rajawali. 4. Moore, Ruth. 1974. Evolution. New York. Time Life Books. 5. Soekmono, 1987. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jogyakarta. Percetakan Kanisius. 6. Soekotjo, dkk. 1996. Sejarah Budaya. Yakarta. Mutiara SUmber Widya.

Anda mungkin juga menyukai