Anda di halaman 1dari 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Konsep tentang stress Setiap orang mengalami stress dari waktu ke waktu,dan umumnya seseorang dapat mengadaptasi stress jangka panjang atau menghadapi stress jangka pendek sampai stress tersebut berlalu. Stress dapat menimbulkan tuntutan yang besar pada sesorang, dan jika orang tersebut tidak dapat mengadaptasi, maka dapat terjadi penyakit. Stress adalah segala situasi di mana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespons atau melakukan tindakan (selye, 1976). Persepsi atau pengalaman individu terhadap perubahan besar menimbulkan stress. Stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan disebut stressor. Stressor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja kebutuha fisiologis,psikologis,social,lingkungan,perkembangan,spiritual, atau kebutuhan cultural. Stressor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai internal atau eksterna. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang (mis. Demam,kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah). Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang (mis. Perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau social, atau tekanan dari pasangan)

1.2. Gejala dan akibat stress Gejala atau akibat stress yang dibicarakan disini adalah gejala/akibat yang negative karena sering kali mengganggu kehidupan manusia. Tingkat yang tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama tanpa ada jalan keluar bisa mengakibatkan berbagai macam penyakit seperti: gangguan pencernaan,serangan jantung,tekanan darah tinggi,asma,radang sendi,rheumatoid,alergi,gangguan kulit,pusing/sakit kepala,sulit menelan,panas ulu hati,mual,berbagai macam keluhan perut,keringat dingin,sakit leher,capai menahun,sering buang air seni,kejang otot,mudah lupa,terserang panic,sembelit,diare,insomnia,dan lain-lain. Cox (Gibson,dkk,1990) mengkategorikan akibat stress menjadi lima kategori, yaitu:

Akibat subjektif, yaitu akibat yang dirasakan secara pribadi,meliputi kegelisahan,agresi,kelesuan,kebosanan,depresi,kelelahan,kekecewaan,kehilangan kesabaran,harga diri rendah,perasaan terpencil. Akibat perilaku, yaitu akibat yang mudah dilihat karena berbentuk periakuperilaku tertentu, meliputi mudah terkena kecelakaan,penyalahgunaan obat,peledakan emosi,berperilaku impulsive,tertawa gelisah. Akibat kognitif, yaitu akibat yang mempengaruhi proses berpikir, meliputi tidak mampu mengambil keputusan yang sehat, kurang dapat konsentrasi, tidak mampu memusatkan perhatian dalam jangka waktu yang lama,sangat peka terhadap kecaman dan mengalami rintangan mental. Akibat fisiologis,yaitu akibat-akibat yang berhubungan dengan fungsi atau kerja alat-alat tubuh, yaitu tingkat gula darah meningkat, denyu jantung/tekanan darah naik,mulut menjadi kering,berkeringat,pupil mata membesar,sebentar-sebentar panas dan dingin. Akibat keorganisasian,yaitu akibat yang tampak dalam tempat kerja,meliputi absen,produktivitas rendah,mengasingkan diri dari temen sekerja,ketidak puasan kerja,menurunnya keterikatan dan loyalitas terhadap organisasi.

1.3. Terjadinya stress Stress tergantung pada stressor dan tanggapan seseorang terhadap stressor tersebut. Stressor. Stressor meliputi berbagai hal. Lingkungan fisik bisa menjadi sumber stressor,seperti suhu yang terlalu panas atau dingin,perubahan cuaca, cahaya yang terlalu terang/gelap,suara yang terlalu bising dan polusi merupakan sumber-sumber potensial yang bisa menjadi stressor. Di bawah ini ringkasan bagaiman stress terjadi pada seorang individu berdasarkan keterangan dia t 1.4. Model stress Model stress digunakan untuk mengidentifikasikan stressor bagi individu tertentu dan memprediksi respon individu tersebut terhadap stressor,stiap model menekankan aspek stress yang berbeda. 1.4.1. Model stress berdasar respons Model berdasar respons berkaitan dengan mengkhususkan treasons atau pola tertentu mungkin menunjukkan stressor. Model stress dari seyle (1976) adalah model berdasarkan respons yang mendefinisikan stress sebagai respons nonspesifik. Sehingga respons seseorang terhadap stress benar-benar fisiologis dan tidak pernah dimodifikasikan untuk memungkinkan pengaruh dari kognitif (McNett,1989)

1.4.2. Model berdasar stimulus Model berdasar stimulus berfokus pada karakteristik yang mengganggu atau disruptif di dalam lingkungan. Riset klasik yang mengidentifikasi stress sebagai stimulus telah menghasilkan perkembangan dalam skala penyesuaian social, yang mengukur efek peristiwa besar dalam kehidupan terhadap penyakit (Holmes & Rahe,1976). Model berdasarkan stimulus memfokuskan pada asumsi berikut (McNett,1989) : 1) Peristiwa perubahan dalam kehidupan adalah normal, dan perubahan ini membutuhkan tipe dan durasi penyesuaian yang sama. 2) Individu adalah resipien pasif dari stress , dan persepsi mereka terhadap peristiwa adalah tidak relevan 3) Semua orang mempunyai ambang stimulus yang sama, dan penyakit dapat terjadi pada setiap titik setelah ambang tersebut 1.4.3. Model berdasar transaksi Model berdasarkan transaksi memandang individu dan lingkungan dalam hubungan yang dinamis,resiprokal, dan interaktif (Lazarus & Folkman,1984). Model ini, yang dikembangkan oleh Lazarus dan Folkman, memandang stress sebagai respons perceptual individu yang berakar dari proses psikologis dan kognitif. Stress berasal dari hubungan antara individu dan lingkungan. Model ini berfokus pada proses yang berkaitan dengan stress seperti penilaian kognitif dan koping (Monsen,Floyd,dan Brookman,1992) 1.5. Factor yang mempengaruhi respons terhadap stressor Respons terhadap segala bentuk stressor bergantung pada fungsi fisiologis ,kepribadian ,dan karakteristik perilaku,seperti juga halnya sifat dari stressor tersebut. Sifat stressor mencakup factor-faktor berikut ini : 1) Intensitas 2) Cakupan 3) Durasi 4) Jumlah dan sifat dari stressor

Setiap factor mempengaruhi respons terhadap stressor. Seseorang dapat saja menserap intensitas atau besarnya stressor sebagai minimal, sedang, atau berat. Makin besar stressor, makin besar respons stress yang ditimbulkan. Sama halnya,cakupan dari stressor dapat di gambarkan sebagai terbatas, sedang, atau luas. Makin besar cakupan stressor, makin besar respons klien yang ditujukan terhadap stressor tersebut. 1.6. 1.7. 1.8.

1.9. 1.10. 1.11. 1.12. 1.13. 1.14. 1.15. 1.16. 1.17. 1.18. 1.19. Definisi 1.20. Klasifikasi 1.21. Etiologi 1.22. Faktor- factor yang mempenaruhi insomnia Sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Seringkali faktor tunggal tidak hanya menjadi penyebab masalah tidur. Faktor fisiologis,psikologis dan lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur. 1.22.1. Penyakit fisik Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri,ketidaknyamanan fisik (mis.kesulitan bernafas),atau masalah suasana hati,seperti kecemasan atau depresi,dapat menyebabkan masalah tidur. Seseorang dengan perubahan seperti itu mempunyai masalah kesulitan tertidur atau tetap tertidur. Penyakit juga dapat memaksa klien untuk tudur dalam posisi yang tidak biasa. Sebagai contoh, memperoleh posisi yang aneh saat tangan atau lengan diimobilisasi pada traksi dapat mengganggu tidur. 1.22.2. Obat-obatan 1.22.3. Gaya hidup 1.22.4. Pola tidur yang biasa dan mengantuk yang berlebihan pada siang hari (EDS) 1.22.5. Stres emosional 1.22.6. Lingkungan 1.22.7. Latihan fisik dan kelelahan 1.22.8. Asupan makanan dan kalori

Anda mungkin juga menyukai