Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

ASOSIASI INTERSPESIFIK

Kelompok 1

Galang Syahya (3425091346) Ketut Ayu Suci Wulandari () Sarah Pardede ()

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2011

I.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu komunitas yang terbentuk atas banyak spesies, sebagian diantaranya akan dipengaruhi oleh kehadiran atau ketidakhadiran anggota spesies lain dari komunitas tersebut. Seringkali dua atau lebih spesies berinteraksi. Interaksi tersebut bisa positif (menguntungkan kedua pihak) atau negatif (merugikan bagi salah satu). Untuk dapat mengamati dan mempelajari asosiasi interspesifik dilakukan praktikum asosiasi. B. Tujuan 1. Mengamati asosiasi interspesifik di habitatnya. 2. Menentukan jenis asosiasi interspesifik yang terjadi dalam suatu ekosistem.

II.

DASAR TEORI Makhluk hidup termasuk tumbuhan tidak bisa hidup sendiri di habitatnya. Untuk melangsungkan kehidupannya tumbuhan perlu

berinteraksi satu sama lain. Salah satu bentuk interaksi tersebut adalah asosiasi interspesifik. Suatu komunitas yang terbentuk atas banyak spesies, sebagian diantaranya akan dipengaruhi oleh kehadiran atau ketidakhadiran anggota spesies lain dari komunitas tersebut. Seringkali dua atau lebih spesies berinteraksi. Interaksi tersebut bisa positif (menguntungkan kedua pihak) atau negative (merugikan bagi salah satu). Persaingan akan terjadi apabila sejumlah organisme bergantung pada sumber yang sama. Persaingan dapat terjadi antara anggota-anggota spesies yang berbeda (interspesifik) atau antara anggota spesies yang sama (intraspesifik). Interaksi adalah hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya. Ada dua macam interaksi berdasarkan jenis organisme yaitu intraspesies dan interspesies. Interaksi intraspesies adalah hubungan antara

organisme yang berasal dari satu spesies, sedangkan interaksi interspesies adalah hubungan yang terjadi antara organisme yang berasal dari spesies yang berbeda. Secara garis besar interaksi intraspesies dan interspesies dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk dasar hubungan, yaitu : 1. Netralisme yaitu hubungan antara makhluk hidup yang tidak saling menguntungkan dan tidak saling merugikan satu sama lain, 2. Mutualisme yaitu hubungan antara dua jenis makhluk hidup yang saling menguntungkan, bila keduanya berada pada satu tempat akan hidup layak tapi bila keduanya berpisah masing-masing jenis tidak dapat hidup layak, 3. Parasitisme yaitu hubungan yang hanya menguntungkan satu jenis makhluk hidup saja, sedangkan jenis lainnya dirugikan, 4. Predatorisme yaitu hubungan pemangsaan antara satu jenis makhluk hidup terhadap makhluk hidup yang lain, 5. Kooperasi adalah hubungan antara dua makluk hidup yang bersifat saling membantu antara keduanya, 6. Kompetisi adalah bentuk hubungan yang terjadi akibat adanya keterbatasan sumber daya alam pada suatu tempat, (vii) 7. Komensalisme adalah hubungan antara dua makhluk hidup, makhluk hidup yang satu mendapat keuntungan sedang yang lainnya tidak dirugikan, Seringkali juga ditemukan adanya interaksi yang saling

menguntungkan antar individu melalui hidup yang berdampingan. Terutama bila dilihat dalam skala makro seperti suksesi. Dengan demikian, antara tumbuhan yang satu dengan tumbuhan yang lainnya biasanya terdapat suatu keterikatan. Ini merupakan kecenderungan yang terjadi di alam. Untuk mengetahui tingkat kedekatan antar organisme tumbuhan tersebut diperlukan suatu pengukuran. Dengan suatu pengukuran dapat ditentukan batas hubungan interspesifik antara suatu spesies dengan spesies lainnya, sehingga dapat diketahui perubahan dalam tingkat asosiasi yang digunakan untuk mencirikan suatu perubahan antara spesies yang dimaksud. Pengukuran yang digunakan adalah dengan koefisien asosiasi atau derajat asosiasi.

Teknik koefisien asosiasi atau derajat inter spesifik menggunakan table kontingensi yang memperlihatkan 4 pengamatan yang mungkin ditemukan. Jika pengamatan tipe A dan B yang banyak berarti asosiasi positif dan jika tipe B dan C yang banyak berarti asosiasi negatif. Bila tidak ada asosiasi seluruh tipe sama banyak. Kekuatan asosiasi antar dua spesies dalam tabel kontingensi dapat diperkirakan dengan menghitung koefisien asosiasi dengan menggunakan formula atau rumus berikut: Jika ad bc maka C= ad bc (a+b) (b+d) Jika bc > ad maka dan d a Jika bc > ad maka dan a > d C= C= ad bd (a+b) (a+c) ad bc (b+d) (c+d)

III.

METODE

Alat dan Bahan 1. Tali raffia 2. Meteran atau penggaris 3. Alat tulis 4. Gunting 5. Kuadrat ukuran 50 x 50 cm 6. Alat hitung

Cara Kerja 1. Menentukan lokasi untuk mengamati tingkat asosiasi spesies tumbuhan 2. Membuat transek dengan tali raffia 3. Menentukan spesies tumbuhan yang akan ditentukan derajat asosiasinya. ( Spesies 1 rumput gajah dan spesies 2 rumput teki). 4. Menempatkan kuadrat sebanyak 100 kali sepanjang transek 5. Mencatat kehadiran spesies tumbuhan yang diamati pada setiap kuadrat. (jika keduanya ada yaitu a, jika hanya ada rumput gajah maka b, jika hanya ada rumput teki maka c, jika tidak ada keduanya maka d)

6. Menguji data dengan Khi Kuadrat pada taraf 5 % dengan df = 1 adalah 3,83

HASIL PENGAMATAN : ASOSIASI INTERSPESIFIK : Jumat, 04 November 2011 : 08.00 s/d 10.00 WIB : Lapangan Belakang Velodrome : Sp 1: Imperata Sp. dan Sp 2 : Mimosa Sp. : Mendung Berawan :1. Galang Syahya 2. Ketut A. S. Wulandari 3. Sarah Pardede

Hari, tanggal Waktu pengamatan Lokasi Jenis tumbuhan yang diamati Cuaca Pengamat

Tabel Data Pengamatan Asoiasi Interpesifik No. Plot 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. a b c d No. Plot 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. a b c d No. Plot 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. a b c d No. Plot 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. a B c d

17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

42. 43. 44. 45.

67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75.

92. 93. 94.

95. 96. 97.

46. 47. 48. 49. 50.

98. 99. 100.

Keterangan: a : Sp 1 dan Sp 2 b : Sp 1 saja c : Sp 2 saja d : tidak ada dua-duanya

PENGOLAHAN DATA 1. Tabel kontingensi Sp 2 Sp 1 + Total a x d = 27 b x c = 71 T = n = 100 1. Uji : apakah terdapat asosiasi antara Sp 1 dengan Sp 2 Hipotesis: H0 : tidak terdapat asosiasi antara Sp 1 dengan Sp2 H1 : terdapat asosiasi antara Sp 1 dengan Sp 2 Data sampel : = 0,05 n = 100 X2 tabel = 3,83 + a = 27 c=1 a + c = 28 b = 71 d=1 b + d = 72 a + b = 98 c+d=2 a + b + c + d = 100 Total

Kriteria : Tolak H0 bila X2 hitung > X2 tabel Terima H0 bila X2 hitung < X2 tabel Untuk menghitung Data yang telah diperoleh maka menggunakan rumus dibawah ini: Frekuensi harapan a (F ha) F ha = (a+b) x (a+c) (a+b+c+d) = (27+71) x (27+1) = 26,46

F hb =

(a+b) x (b+d) (a+b+c+d)

(27+71) x (71+1) 27+71+1+1

= 69,58

F hc =

(a+c) x (c+d) (a+b+c+d)

(27+1) x (1+1) 27+71+1+1

= 0,56

F hd =

(c+d) x (b+d) (a+b+c+d) X2 = (ad bc)2 x T

(1+1) x (71+1) 27+71+1+1

= 1,44

(a+b) (c+d) (a+c) (b+d) = (27x1 71x1)2 x 100 (27+71) (1+1) (27+1) (71+1) = 0,489 Atau X2 = (amati harapan)2 harapan = (27-26,46)2 + (71-69,58)2 + (1-0.56)2 +(1-1,44)2 100 = 0,024 100 100 100

X2 adalah pernyataan untuk probabilitas T atau n adalah jumlah titik sampel = a+b+c+d Derajat kebebasan = 2 1 = 1 Tabel X2 Derajat P = 0,99 bebas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0,000157 0,00303 0,0642 0,020 0,115 0,297 0,554 0,872 1,239 1,646 2,088 2,558 0,103 0,352 0,711 1,145 1,635 2,167 2,733 3,325 3,940 0,446 1,005 1,649 2,343 3,070 3,822 4,549 5,380 6,179 0,455 1,386 2,366 3,357 4,351 5,348 6,346 7,344 8,343 9,342 1,642 3,219 4,642 5,989 7,289 8,558 9,803 11,030 12,242 13,442 3,841 5,991 7,815 9,448 11,070 12,592 14,067 15,507 16,919 18,307 6,635 9,210 11,345 13,277 15,086 16,812 18,475 20,090 21,666 23,209 0,95 0,80 0,50 0,20 0,05 0,01

Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa pada tabel 5% diperoleh hasil X2 = 3,84. Dan berdasarkan X2 hitung dperoleh hasil = 0,086

IV.

PEMBAHASAN Praktikum kali ini berjudul Asosiasi Interspesifik yang bertujuan untuk

mengetahui seberapa besar derajat asosiasi interspesifik antara spesies Alang alang (Imperata Sp.) dengan spesies putri malu (Mimosa Sp.) ini dilaksanakan pada tanggal 04 November 2011. Plot yang dipilih praktikan adalah plot yang terletak di belakang lapangan kosong velodrome. Plot pengamatan berjumlah 100 plot dengan luas masing-masing plot adalah 0,5m x 0,5m. Berdasarkan data hasil pengamatan yang diperoleh dari 100 plot tersebut, diketahui bahwa : Jumlah a (kedua spesies ada) = 27 Jumlah b (hanya ada spesies 1) = 71 Jumlah c (hanya ada spesies 2) = 1

Jumlah d (tidak ada keduanya)

=1

Berdasarkan perhitungan pada tabel kontingensi menunjukkan bahwa koefisien asosiasi atau derajat interspesifik dari pengamatan yang dilakukan menunjukkan asosiasi negative karena pengamatan yang paling banyak jumlahnya adalah pengamatan tipe a dan tipe b. Tingkat koefisien atau derajat interspesifik yang rendah menandakan bahwa interaksi antara spesies 1 dengan spesies 2 tidak begitu erat (kuat). Ini artinya kedua spesies itu tidak saling mempengaruhi keberadaannya atau dengan kata lain kedua spesies ini memang tersebar secara random atau acak. Sedangkan pada plot dengan tipe pengamatan a yang ada, menunjukkan secara tidak sengaja terdapat faktor-faktor lingkungan pendukung yang sama-sama

sesuai untuk kedua spesies tersebut, misalnya pH tanah, kandungan nutrisi dalam tanah, kadar air, kelembaban, dsb. Kombinasi matematik interaksi antara dua organisme individual

sesungguhnya dapat menghasilkan 81 kombinasi, tetapi yang umum dikenal di alam hanya 10, antara lain, kompetisi, amensalisme, dan mutualisme. Sampling di lapangan didasarkan pada premis bahwa interaksi positif akan menghasilkan hubungan spasial positif antara partner, di mana satu partner diketemukan, terdapat kemungkinan yang tinggi untuk menemukan partner lainnya tumbuh berdekatan. Jika dua populasi saling menarik satu sama lain, maka mereka akan ada dalam bentuk nonrandom, yakni pola mengelompok atau asosiasi positif. Hal sama, terjadi pada interaksi negatif. Jika dua atau lebih populasi tidak ada interaksi diantaranya, maka dua populasi tersebut dikatakan bersifat tersebar secara acak, atau bentuk asosiasi acak. Dalam analisis asosiasi dengan tabel contingency, akan dihitung chi-kuadrat. Setelah mengetahui jumlah X2 (chikuadrat hitung), kemudian bandingkan dengan chi-kuadrat tabel (dengan degree of freedom 1, dan P 1% atau paling besar 5%). Jika chi-kuadrat hitung lebih besar daripada chi-kuadrat tabel, maka ini berarti hipotesis 0 ditolak. Dan

begitupun sebaliknya. Maka dapat disimpulkan pada penelitian kali ini adalah antara spesies rumput teki dan rumput gajah tidak terdapat asosiasi. Karena X2 hitung < X2 tabel, yaitu 0,024 < 3,83 maka terima H0 dan tolak H1 pada = 0,05.

Artinya tidak terdapat asosiasi antara Sp1 (Alang-alang = Imperata Sp.) dengan Sp 2 (Putri malu = Mimosa Sp.).

V.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai X2 pada hitung < X2

tabel, yaitu 0,024 < 3,83 maka terima H0 dan tolak H1 pada = 0,05. Artinya tidak terdapat asosiasi antara Sp1 dengan Sp 2.

DAFTAR PUSTAKA Tim Dosen Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan. 2008. Penuntun Praktikum Ekologi Tumbuhan. Jakarta : Laboratorium Biologi Jurusan Biologi FMIPA UNJ. Anonim. 2007. Bahan Ajar Ekologi Tumbuhan. http://e-

course.usu.ac.id/content/biologi/ekologi/textbook.pdf. Diunduh minggu, 15 Maret 2010.

Anda mungkin juga menyukai