Anda di halaman 1dari 8

Isolasi dan Identifikasi Cendawan Endofit dari Klon Tanaman Kakao Tahan VSD M.

05 dan Klon Rentan VSD M.01 (Isolation and Identification of Fungal Endophyte of Cocoa Plant Resistent of VSD M.05 and Cocoa Plant Susceptible of VSD M.01) NUR AMIN1 ; ASMAN2 dan THAMRIN ABDULLAH1 1 Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, 90245,Indonesia 2 Alumni Program Pasca Sarjana Sistem Sistem Pertanian, Universitas Hasanuddin

ABSTRACT The new prospective area on agriculture and forestry are the use of microorganisms to promote plant growth and to protect the plant hosts from pests and diseases. One group of the microorganisms is endophytic fungi. The research aims to isolate and to identified of fungal endophyte of clones cocoa resistent VSD M.05 and clones cocoa susceptible VSD M.01. A total of 10 isolates of fungal endophyte were isolated from clones cocoa resistent VSD M.05. The isolates belonged to 6 genera namely: Curvularia sp., Fusarium sp., Geotrichum sp., Aspergillus sp., Gliocladium sp., Colletotrichum sp., and 4 isolates that have not been identified as not showing conidia on media of PDA. The fungal endophyte were isolated of clones of cocoa susceptible M.01, that as 4 genera identified as Aspergillus sp., and Gliocladium sp. 2 isolates that have not been identified as not showing conidia on PDA media.
Key Words : Endophyte, Fungal, Isolation, Identification, VSD

Pendahuluan Problem utama tanaman kakao adalah hama dan penyakit diantaranya penggerek buah kakao (PBK), Vascular Streak Dieback (VSD) dan busuk buah yang mengakibatkan penurunan kg/ha/tahun produktivitas atau sebesar menjadi 40 % 660 dari

kakao rendah, sehingga ekspor biji kakao ke Amerika Serikat mengalami potensi kerugian sebesar US$ 301.5/ton. Penyakit VSD tergolong baru di Sulawesi, pertama kali ditemukan pada tahun 1985 di Kolaka (Sulawesi Tenggara), kemudian

tahun 2002 di Polman (Sulawesi Barat) dan Pinrang (Sulawesi Selatan) (Rosmana, 2010), walaupun tergolong baru penyakit ini telah menyebar luas di Sulawesi Selatan, Data Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan

produktivitas yang pernah dicapai (1100 kg/ha/tahun). Hal ini mengakibatkan

kehilangan hasil sebesar 198.000 ton/tahun atau setara dengan Rp. 3,96 triliun/tahun. Selain menurunkan produktivitas serangan hama dan penyakit juga menyebabkan mutu Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional Agroorestri III, Yogyakarta 29 30 Mei 2012

menunjukkan bahwa luas areal tanaman kakao di daerah Sulawesi Selatan yang terserang penyakit VSD meluas dari sekitar 7.000 hektar pada akhir tahun 2003 menjadi 20.607 hektar pada akhir juli 2004.dan pada

Mei 2012ahun 2009 menjadi 48.727 hektar. Hasil survei Mars Incorporated tahun 2008, bahwa tingkat serangan VSD di Sulawesi Selatan berkisar 21 68 % (Purung, 2008). Menurut Direktorat Perlindungan Perkebunan (2010), luas serangan VSD selama 3 tahun terakhir mencapai 212.132,92 ha dari 6 provinsi. Istilah endofit diartikan sebagai
Chetomium Trichoderma Colletotrichum Gliocladium Fusarium Genus Acremonium Tanaman Inang Kelapa Sawit, Jagung, Tomat, Kelapa Sawit, Jagung, Pisang, Tomat Kakao Kelapa Sawit, Jagung Kakao, Tomat Kelapa Sawit, Jagung; Kakao Tomat Tomat Kelapa Sawit Kelapa Sawit; Jagung Kelapa Sawit; Jagung Author Nur Amin, 2011a; 2011b; Bargman dan Schonbeck, 1992 Nur Amin, 1994;2011a; 2011b; Schuster et al., 1994; Hallmann., 1994 Asman, 2011 Nur Amin, 2011a;2011b Asman, 2011; Hallmann, 1994; Nur Amin, 2011a; 2011b; Asman, 2011; Hallmann, 1994; Hallmann, 1994 Nur Amin, 2011a Nur Amin, 2011a; 2011b Nur Amin, 2011a; 2011b

Tabel 1. Macam-Macam Cendawan Endofit Pada Berbagai Tanaman Inang

organisme yang hidup di dalam jaringan tanaman tanpa menimbulkan gejala penyakit pada tanaman inangnya (Schulz and Boyle 2005; Sieber, 2002; Carrol,1990).

Alternaria Beauveria Penicillium Aspergillus

Cendawan-cendawan yang pernah diisolasi dari pertanaman kakao yang berpotensi sebagai cendawan endofit yang berperan sebagai agen biologi terhadap patogen

Hubungan antara cendawan endofit dan tanaman inangnya merupakan hubungan symbion dimana kedua belah pihak untuk kehidupannya Cendawan saling menguntungkan. substrat

tanaman dan diidentifikasi baik secara morfologi maupun pendekatan molekuler termasuk dalam genus berikut : Acremonium, Blastimyces, Botryspaeria, Cladosporium, Colletotrichum,Cordyceps,Diaporthe,Geotrichum,Gibberella,Gliocladium,Lasiodiplodia, Monilochoetes,Nectria,Pestalotiopsis,Phomo psis,Pleurotus,Pseudofusarium,Rhyzopyenis, Syncephala-strum,Trichoderma, Verticillium, dan Xylaria (Rubini et al., 2005).
Macam-macam cendawan endofit yang telah dilaporkan oleh beberapa peneliti paa berbagai tanaman inang disajikan pada Tabel 1.

endofit

memperoleh

nitrogen dan karbohidrat dari tanaman inang, dimana subtrat ini dibuang keluar oleh tanaman sebagai bagian dari sistem

pembuangan bagi tanaman dari zat-zat beracun. Subtrat ini kemudian ditangkap oleh cendawan endofit untuk dipergunakan dalam kehidupannya.
Bahan dan Metode

1.

Pemilihan klon kakao Klon kakao yang digunakan adalah klon

lokal Sulsel yang telah diuji lapangan sebelumnya oleh Mars Inc. dan Sasmono (2010) terhadap responnya pada penyakit VSD, yaitu klon M.05 (tahan) dan klon M.01 (rentan).

2.

Isolasi Cendawan Endofit Dari Tangkai Sehat Tangkai yang dipilih adalah tangkai yang

3.

Identifikasi Cendawan Endofit Cendawan-cendawan yang telah disolasi

tidak menunjukkan gejala sakit, tidak rusak dan telah berkayu. Tangkai tersebut dibawa ke laboratorium, dicuci dengan air mengalir, kemudian dipotong-potong sebesar 4 mm. Dari setiap tangkai diambil 5 potong, lalu dikupas lalu dibelah sehingga menjadi 10 pecahan, potongan-potongan tangkai tersebut disterilisasi permukaan dengan NaOCl 2,5% selama 3 menit dan etanol 70% selama 2 menit, dan dengan aquades selama 1 menit. lalu ditempatkan dalam cawan petri yang telah dilapisi kertas saring untuk

yang berupa biakan murninya dideterminasi berdasarkan morfologi makro dan microskopisnya dengan menggunakan kunci

determinasi cendawan hingga pada genusnya diantaranya dengan buku Barnet dan Hunter (1972) dan dengan penulusuran melalui internet.
Hasil

Isolasi dan Identifikasi Cendawan Endofit Cendawan endofit yang berhasil diisolasi dari tanaman kakao tahan penyakit VSD klon M.05 sebanyak 10 isolat yang diidentifikasi sebagai Curvularia sp., Fusarium sp., Geotrichum sp., Aspergillus sp., Gliocladium sp., Colletotrichum sp., dan 4 isolat yang belum diidentifikasi karena tidak memperlihatkan konidia pada media PDA. Sedangkan

dikeringanginkan.

Kemudian

potongan-

potongan tangkai tersebut lalu dimasukkan dalam cawan yang berisi Media Potato Dextrose Agar (PDA) untuk ditanam,

kemudian dimasukkan ke dalam inkubator pada temperatur ruangan. Setelah 3 - 14 hari cendawan-cendawan yang muncul kemudian diisolasi ke kultur murni dalam media PDA.

cendawan endofit yang berhasil diisolasi dari tanaman kakao rentan klon M.01 yakni sebanyak 4 isolat yang identifikasi sebagai Aspergillus sp., Gliocladium sp., dan 2 isolat yang belum diidentifikasi karena tidak memperlihatkan konidia pada media PDA. Hasil karakterisasi cendawan endofit pada klon M.05 1) Curvularia sp.

Gambar 1. Tangkai yang dipotong b a Gambar 2. (a) Koloni pada media PDA . (b) konidiofor dan konidia

Ciri makroskopis : Warna koloni cokelat kehitaman, miselium teratur, pertumbuhan koloni rata, tebal. Tepi koloni tidak rata dan berwarna putih kecokelatan. Sedangkan Ciri mikroskopis : hifa bersepta, berwarna

Ciri makroskopis : Warna koloni putih, miselium tidak teratur, pertumbuhan koloni rata, tebal, tepi koloni juga tidak rata dan berwarna putih. Sedangkan ciri mikroskopis : konidia hialin, bentuknya bervariasi dan tersusun 1 atas sel. 4) Gliocladium sp.

cokelat, konidiofor berwarna cokelat, konidia berbentuk pyriform, berwarna cokelat, multi septa, dan banyak sel. 2) Fusarium sp.

Gambar 5. (a) Koloni pada media PDA. (b) konidiofor dan konidia Ciri makroskopis : Warna koloni cokelat tua, miselium tidak teratur, pertumbuhan koloni rata, tebal, tepi koloni juga tidak rata dan berwarna putih kabur. Sedangkan ciri

Gambar 3. (a) Koloni pada media PDA . (b) makrokonidia dan mikrokonidia Ciri makroskopis : Warna koloni putih pada bagian tengahnya dan pada tepinya berwarna oranye, miselium teratur, pertumbuhan

mikroskopis : hifa bersepta dan hialin, konidiofor hialin, bercabang-cabang. Konidia berbentuk ovoid (berbentuk telur dengan satu ujungnya menyempit), tersusun atas 1 sel, berwarna kehijauan. Bagian atas cabangcabang konidiofor membentuk seperti sikat yang tersusun padat. 5) Aspergillus sp. Ciri makroskopis : Warna koloni hijau pada bagian tengah dan putih pada tepinya, miselium teratur, pertumbuhan koloni rata, tebal, tepi koloni rata. Ciri mikroskopis : hifa asepta, miselium bercabang, konidiofor

koloni rata. Sedangkan ciri mikroskopis : mikrokonidia hialin, 1-2 sel, berbentuk ovoid (berbentuk telur dengan satu ujungnya menyempit) atau oblong dengan ujung agak bengkok. makrokonidia hialin, 2 hingga beberapa sel, berbentuk seperti sabit atau kano dengan ujung agak membengkok. 3) Geotrichum sp.

tegak,

Gambar 4. (a) Koloni pada media PDA

panjang, tidak bercabang dan d ujungnya membengkak membentuk vesikel.

Pada seluruh permukaan vesikel ditutupi/ terbentuk fialid dan pada fialid terbentuk

mempengaruhi keragaman dan kelimpahan cendawan endofit. Menurut Budiprakoso (2010),bahwa endofit Kelimpahan oleh cendawan faktor biotik

konidium secara berantai. Konidia berbentuk bulat, hialin, dan tersusun 1 sel.

dipengaruhi

dan abiotik. Faktor biotik terdiri dari varietas dan spesies inang. Sedangkan faktor abiotik yang berpengaruh adalah faktor-faktor cuaca yaitu suhu, kelembaban relatif dan kadar air tanah serta teknik budidaya. Perbedaan a b jumlah isolat cendawan bahwa endofit juga tingkat

Gambar 6. (a) Koloni pada media PDA. (b) konidiofor dan konidia 6) Colletotrichum sp.

menunjukkan

tingginya

keragaman jumlah cendawan endofit dalam ranting pada M.05 sepertinya berhubungan dengan tingkat ketahanannya pada penyakit VSD yang merupakan penyakit pembuluh. Meskipun terlalu dini membandingkan

hubungan antara kriteria tanaman atau tingkat ketahanan tanaman terhadap patogen a b dengan jumlah cendawan endofit yang diisolasi, tetapi kecenderungan hubungan keberaadan endofit dengan kesehatan

Gambar 7. (a) Koloni pada media PDA. (b) konidia dan konidiofor Ciri makroskopis:Warna koloni oranye tua, miselium teratur, pertumbuhan kolo-ni rata, tebal, tepi koloni rata. Ciri mikroskopis : konidiofor pendek, tidak bersepta. Konidia berbentuk oblong dan tersusun atas 1 sel. Pembahasan Hasil isolasi dan identifikasi dari klon M.05 sebagai klon tahan VSD dan klon M.01 sebagai klon rentan memperlihatkan adanya perbedaan jumlah dimana M.05 sebanyak 10 isolat dan M.01 sebanyak 4 isolat, hal ini menunjukkan bahwa perbedaan klon

tanaman tetap ada, menurut Rubini et al., (2005), komunitas endofit sangatlah spesial dalam tanaman atau boleh jadi tergantung pada interaksi dengan endofit lain atau mikroorganisme patogen. dan Frank (2011). Menurut Pirttill keragaman

bahwa

organisme dibutuhkan untuk menjaga siklus biogeokimia ekosistem dalam jangka

panjang. Namun, belum diketahui berapa banyak dan spesies mana saja yang esensial memperkecil kegagalan ekosistem. Berdasarkan hasil karakterisasi makro dan mikroskopis cendawan-cendawan pada

klon M.05 diidentifikasi sebagai Curvularia sp;Fusarium sp., Geotrichum sp., Aspergillus sp., Gliocladium sp., Colletotri-chum sp., dan 4 isolat yang belum diidentifikasi karena tidak memperlihatkan spora/konidia atau miselia sterilia pada media PDA. Hal ini sesuai dengan Rubini et al., (2005).

Hal ini sesuai dengan Barnett dan Hunter (1972), bahwa mikrokonidia 1 sel, ovoid (berbentuk telur dengan satu ujungnya menyempit) atau oblong, makrokonidia

terdiri beberapa sel, secara khusus bentuk menyerupai kano. Pada Geotrichum sp. menghasilkan warna koloni putih, konidia hialin, bentuknya bervariasi dan tersusun 1 atas sel, hal ini sesuai dengan Anonim (2011), bahwa Geotrichum sp. menghasilkan koloni berwarna putih, konidia hialin, satu sel, berantai, empat persegi panjang, bundar dengan ujung mirip bentuk tong. Pada Gliocladium sp. menghasilkan warna koloni cokelat tua, hifa bersepta dan hialin,

mengemukakan bahwa cendawan-cendawan endofit diisolasi dari cabang kakao berjumlah 25 jenus termasuk yang diisolasi oleh penulis kecuali Curvularia sp. dan Chetomium sp. Dari hasil pengamatan makroskopis dan mikroskopis, Curvularia sp. menghasilkan warna koloni cokelat kehitaman pada media, hifa bersepta, berwarna cokelat, konidiofor berwarna cokelat, konidia berbentuk

konidiofor hialin, bercabang-cabang. Konidia berbentuk ovoid, tersusun atas 1 sel,

pyriform, berwarna cokelat, multi septa, dan banyak sel. Hal ini sesuai dengan Barnett dan Hunter (1972), bahwa Curvularia sp.

berwarna kehijauan. Bagian atas cabangcabang konidiofor membentuk seperti sikat yang tersusun padat. Hal ini sesuai dengan Barnett dan Hunter (1972), bahwa

memiliki konidiofor cokelat, konidia gelap, 3-5 sel. Juga Anonim (2011), bahwa Curvularia sp. memiliki warna koloni tua cokelat olive atau hitam, dan dari baliknya berwarna cokelat hingga hitam, hifa bersepta, hifa dan konidiofor cokelat, konidia cokelat dan pyriform, multi septa. Pada Fusarium sp. menghasilkan warna koloni putih pada bagian tengahnya dan pada tepinya berwarna oranye, mikrokonidia hialin, 1-2 sel,

Gliocladium sp. memiliki konidiofor hialin, bagian paling atas membentuk cabangcabang penicillate membentuk sikat yang tersusun padat, konidia 1 sel. Selanjutnya Anonim (2011), hifa bersepta dan hialin, konidia berbentuk ovoid hingga silindris. Pada Aspergillus sp. menghasilkan warna koloni hijau pada bagian tengah dan putih pada tepinya, hifa asepta, miselium

berbentuk ovoid (berbentuk telur dengan satu ujungnya menyempit) atau lonjong dengan ujung agak bengkok. makrokonidia hialin, 2 hingga beberapa sel, berbentuk seperti sabit atau kano dengan ujung agak membengkok.

bercabang, konidiofor tegak, panjang, tidak bercabang dan ujungnya membengkak

membentuk vesikel. Pada seluruh permukaan vesikel ditutupi/terbentuk fialid dan pada

fialid

terbentuk konidium secara berantai.

Kesimpulan Keragaman cendawan endofit yang ditemukan pada klon tahan VSD M.05 Curvularia sp., Fusarium sp., Geotrichum sp., Aspergillus sp., Gliocladium sp., Colletotrichum sp., Isolat KR 1, Isolat KR 2, Isolat KR 3, Isolat KR 4 lebih tinggi dibandingkan klon rentan VSD M.01 (Aspergillus sp., Gliocladium sp., Isolat KS 1, Isolat KS 2)
Daftar Pustaka

Konidia berbentuk bulat, hialin, dan tersusun 1 sel. Hal ini sesuai dengan Barnett dan Hunter (1972), bahwa Aspergillus sp.

memiliki konidiofor tegak, sederhana, dan pada ujungnya membengkak berbentuk

globose (hampir berbentuk bola) atau clavate (berbentuk pentungan), pada seluruh

permukaannya ditutupi fialid, konidia 1 sel, berbentuk globose. Pada Colletotrichum sp. menghasilkan warna koloni oranye tua, konidiofor pendek, tidak bersepta. Konidia berbentuk oblong, dan tersusun atas 1 sel. Menurut Barnett dan Hunter (1972), bahwa Colletotrichum sp. memiliki konidiofor

sederhana, memanjang, konidia hialin, 1 sel, berbentuk ovoid (berbentuk telur dengan satu ujungnya menyempit) atau oblong. Dari beberapa cendawan yang diidentifikasi b seperti Curvularia sp., Fusarium sp., Colletotrichum sp. Aspergillus sp.merupakan cendawan yang spesies didalamnya

umumnya adalah parasit pada tanaman, hal ini mengindikasikan bahwa cendawan-

cendawan yang terdapat pada tanaman dapat bersifat endofit dan bersifat patogen. hal ini sesuai Backman dan Sikora (2008), bahwa defenisi endofit dapat mencakup beberapa organisme yang hidup dalam jaringan

tanaman apakah netral, bermanfaat atau merusak.

Anonim. 2011. Doctor Fungus, (Online), (http://www.doctorfungus.org) Bargmann and Schonbeck. (1992). Acremonium cliense as inducer of resistance to wilt diseases on tomatoes. Zeitschrift fur Pflanzenkrankheiten and Pflanzenschutzt. Journal of plant diseases and protection 99 (3): 266 - 272 Budiprakoso B., 2010. Pemanfaatan Cendawan Endofit Sebagai Penginduksi Ketahanan Tanaman Padi Terhadap Wereng Cokelat Nilaparvata lugens (stl).(Hemiptera: Delphacidae). Skripsi. Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, (On line). Hallmann, J. (1994). Einfluss und Bedeutung endophytischer Pilze fur die biologische Bekampfung des Wurzelgallennematoden Meloidogyne incognita an Tomate. PhD Thesis. University of Bonn Nur Amin. 1994. Untersuchungen uber die Bedeutung endophytischer Pilze fur die biologische Bekampfung des wandernden Endoparasiten Rado-pholus similis (Cobb) Thirne an Bananen. PhD-Thesis, 112 p. Bonn University. Nur Amin, 2011a. Cendawan Endofit Dalam Bentuk Pellet Untuk Pengendalian Hama Penggerek Daun Oryctes rhinoceros dan Pemakan Daun Sexava sp. Pada Tanaman Kelapa Sawit. Paten No. 00201100017. Nur Amin, 2011b. Cendawan Endofit Dalam Bentuk Tabletebagai Biopestisida dan Bioertilizer Pada Tanaman Jagung Paten No. 00201100098.

Pirttill, A.M., dan Frank, A.C. 2011. Endophytes of Forest Trees Biology and Application. Springer, New York. 319 pp. Rubini, M.R., Ribeiro, R.T.S., Pomella, A.W.V., Maki, C.S., Araujo, W.L., Santos, D.R. dos, Azevedo, J.L. 2005. Diversity of Endophyte Fungal Community of Cacao (Theobromae cacao L.) and Biological Control of Crinipelis pernicosa, Causal Agent of Witches Broom Disease. International Journal of Biological Sciences. Vol 1: 24-33

Schulz, B and Boyle,C. 2005 The endophytic continuum. Mycol Res 109:661687 Sieber,TN. 2002 Fungal root endophytes In:Waisel Y, Eshel A, Kafkafi U (eds) The hidden half. Dekker, New York, pp 887917

Anda mungkin juga menyukai