Anda di halaman 1dari 8

Advokat

3Aug08. Advokat Indonesia atau Peradi akan memeriksa pengacara Glenn Muhammad Surya Jusuf, Reno Iskandarsyah. Pemeriksaan ini terkait dengan adanya penegasan dari jaksa penuntut umum bahwa Glenn dan Reno Iskandarsyah tidak terbukti diperas jaksa Urip Tri Gunawan, melainkan aktif memberikan uang. Rencana pemeriksaan terhadap Reno Iskandarsyah ini disampaikan Ketua Umum Peradi Otto Hasibuan, Jakarta, Jumat (22/8). Sehari sebelumnya, jaksa Urip Tri Gunawan dituntut 15 tahun oleh jaksa penuntut umum di Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi. Selain itu, jaksa penuntut umum juga menuntut Urip membayar denda Rp 250 juta subsider pidana kurungan pengganti selama enam bulan, bukan enam tahun sebagaimana diberitakan sebelumnya. Menurut Otto, Reno Iskandarsyah adalah pengacara yang tergabung dengan Peradi. Begitu kami mendengar ada hal itu, Peradi langsung rapat dan membahas rencana pemanggilan Reno minggu depan. Kami akan meminta klarifikasi kepada Reno, kalau keterangan itu benar akan jadi persoalan hukum dan persoalan kode etik, kata Otto. Saat ditanya apakah Peradi akan menunggu Komisi Pembe-rantasan Korupsi atau Kejaksaan Agung menindaklanjuti perkara Urip, Otto mengatakan Peradi akan proaktif. Persoalan hukum biar proses hukum yang berjalan, sementara Peradi menangani persoalan pelanggaran kode eti-knya. Kalau terbukti, kami akan membawa persoalan ini ke Dewan Kehormatan Peradi, kata Otto. Mengenai pelanggaran Pasal 12 b Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang didakwakan kepada Urip, Marwan berpendapat, mestinya Artalyta dan Urip dikenai pasal yang sama.Artalyta yang dihukum lima tahun penjara terbukti melanggar Pasal 5 Ayat 1 UU No 20/2001.

Urip telah menerima uang dari Artalyta Suryani 660.000 dollar AS dan dari Glenn Muhammad Surya Jusuf melalui pengacaranya, Reno Iskandarsyah, sebesar Rp 1 miliar. (IDR/VIN)

Analisis Advokat
Menurut kode etik advokat, advokat adalah orang yang berpraktek memberi jasa hukum. Baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dari definisi ini sudah jelas bahwa Reno Iskandarsyah selaku pengacara juga merupakan advokat yang tergabung dalam Persatuan Advokat Indonesia (Peradi) harus tuntuk pada kode etiknya. Kasus suap yang melibatkan seorang pengacara jelas bertentangan dengan kode etik yang ada. Pertama, dalam pasal 2 kode etik advokat disebutkan bahwa advokat bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Perbuatan suap menyuap tentu saja tidak mencerminkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian dalam pasal 3 huruf b, advokat dalam bekerja harus berdasarkan asas keadilan dan bukan materi. Sikap seorang pengacara yang dalam penyelesaian kasusnya melibatkan transaksi suap jelas menunjukkan bahwa dia sudah tidak memihak atau memperjuangkan keadilan, karena dia berusaha mempengaruhi seorang jaksa dengan imbalan materi. Oleh karena itu, Persatuan Advokat Indonesia (Peradi) sesuai dengan kode etik yang ada dapat mengadukan kasus pelanggaran kode etik ini kepada dewan kehormatannya, karena nama mereka tercoreng oeh anggotanya. Sesuai dengan pasal 11 ayat (1) huruf e, organisasi profesi dimana teradu (Reno Iskandarsyah) menjadi anggota dapat mengadukannya kepada dewan kehormatan untuk ditindak lanjuti. Tatacara pengaduan dan pengambilan keputusan sidang pelanggaran kode etik ini terdapat dalam pasal 12-15 Kode Etik Advokat Indonesia. Selanjutnya, jika terbukti melanggar kode etik, Reno Iskandarsyah dapat dijatuhi sanksi dari mulai yang paling ringan berupa teguran hingga yang paling berat yaitu pemberhentian keanggotaan Persatuan Advokat Indonesia (Peradi) secara permanen (pasal 16 Kode Etik Advokat Indonesia) Tidak hanya sampai disana, atas tindakanya membantu kliennya memberi suap kepada terhadap jaksa Urip Tri Gunawan, Reno Iskandarsyah juga telah melanggar pasal 5 ayat 1 UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Reno Iskandarsyah dapat dijerat secara pidana dan diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Kesimpulannya adalah, setiap anggota profesi harus menjunjung tinggi kode etik yang mengatur tata cara berprofesi yang baik dan benar sesuai dengan profesinya serta hukum yang berlaku. Karena jika tidak, maka akan merugikan berbagai pihak dan akan di tindak baik secara internal sesuai dengan kode etik ataupun secara pidana/perdata sesuai dengan hukum yang berlaku.

Notaris
Notaris Feny Sulifadarti dituding melanggar etika profesi notaris oleh majelis hakim Pengadilan Tipikor. Tidak hanya berperan ganda, Fenny juga menggelapkan sejumlah data tanah dalam akta jual beli. Majelis Hakim Pengadilan Tipikor menuding notaris proyek pengadaan tanah Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Feny Sulifadarti melanggar etika profesi notaris. Tuduhan itu ditenggarai karena Fenny berperan ganda dalam proses penjualan tanah tersebut. Fenny mengaku berperan sebagai kuasa penjual dan pembuat akta jual beli tanah. Notaris boleh menjadi kuasa penjual dengan syarat akta jual beli itu dibuat oleh notaris lain. Untuk menghindari hal itu, makanya saudara Feny Sulifadarti membuat surat kuasa dibawah tangan. Menanggapi tudingan itu, Fenny menyatakan bahwa itu adalah kemauan dari pemberi kuasa. Menurutnya, pemilik tanah, Komarudin dan Lasiman, meminta dirinya untuk menjual tanah mereka dengan harga sama dengan Indrawan Lubis. Lasiman membantah pernyataan Fenny. Sebelumnya, dalam kesaksiannya, Lasiman membeberkan bahwa Fenny yang menawarkan jasa untuk menjadi kuasa penjual. Hal senada juga diutarakan oleh Komarudin. Fenny yang menawarkan. Komarudin mengaku awam soal penjualan tanah, karena itu ia menerima tawaran Fenny. Mendengar hal itu, Fenny bersikukuh dialah yang benar. Tidak hanya itu, Fenny juga mengaku menerima uang penjualan tanah dari pihak Bapeten. Anehnya, uang sebesar Rp19 miliar, tidak langsung diberikan kepada pemilik tanah. Fenny langsung memotong uang tersebut dengan dalih untuk membayar pajak-pajak dan fee buat dirinya.

Fenny menerangkan fee yang dia terima selaku kuasa penjual notaris sebesar Rp312 juta. Uang itu digelontorkan untuk biaya pembuatan akta jual beli plus pengurusan izin lokasi. Namun, ia tidak merinci besarnya biaya pengurusan. Sementara itu untuk biaya pajak, Fenny menerangkan biaya pajak yang dikenakan terdiri dari pajak penjual, pembeli dan pajak waris. Semua sudah saya laporkan kepada pemilik tanah, terangnya. Namun, setelah dikonfrontir dengan Komarudin dan Lasiman, keduanya membantah hal itu. Keduanya menerangkan Fenny tidak pernah menunjukan bukti pembayaran pajak kepada mereka. Komarudin dan Lasiman mengaku mereka menandatangani kuitansi kosong. Terkait dengan penandatanganan akta jual beli, Fenny selaku notaris tidak pernah mempertemukan pihak penjual dan pembeli untuk menandatangani akta. Menurut Hakim Mansyurdin , sebagai pejabat umum pembuat akta harusnya Fenny bertindak profesional. Jangan jadi makelar tanah, tandasnya.

Analisis Notaris 1.Pasal 4 Ayat 2 Sumpah Jabatan Sifat Notaries (UUJN) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut:"Saya bersumpah/berjanji:Bahwa saya akan patuh dan setia kepada Negara Republik Indonesia,PancasiladanUndang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-undangtentang Jabatan Notaris serta peraturan perundang-undangan

lainnya.Bahwa saya akanmenjalankan jabatan saya dengan amanah, jujur, saksam a,mandiri, dan tidak berpihak. Bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan menjalankan kewajiban saya sesuai dengan kode etik profesi,kehormata n, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai Notaris.

bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatan saya. bahwa saya untuk dapat diangkat dalam jabatan ini, baiksecara langsung dalih apa pun, tidakpernah dan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada siapa pun ." 2.Pasal 15 ayat (2) poin e (UUJN) (2) Notaris berwenang pula:e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta; 3. Pasal 16 ayat (1) poin a dan l (UUJN) maupun tidak langsung, dengan nama atau

(1) Dalam menjalankan jabatannya, Notaris berkewajiban:a. bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihakyang terkait dalam perbuatan hukum;

l. membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua)orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris; 4.Pasal 17 poin I (UUJN) Notaris Dilarang :i. melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan norma agama, kesusilaan, ataukepatutan yang dapat mempengaruhi kehormatan dan martabat jabatan Notaris. 5.Pasal 36 ayat (3) poin c (UUJN) (3) Nilai ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditentukan dari objek setiapakta sebagai berikut:a. sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau ekuivalen gram emasketika itu, honorarium yang diterima paling besar adalah 2,5% (dua koma lima persen);b. di atas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp 1.000.000.000,00(satu miliar rupiah) honorarium yang diterima paling besar 1,5 % (satu koma limapersen); atau

8 c. di atas Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) honorarium yang diterimadi dasarkan pada kesepakatan antara Notaris dengan para pihak, tetapi tidakmelebihi 1 % (satu persen) dari objek yang dibuatkan aktanya.

Anda mungkin juga menyukai