Anda di halaman 1dari 2

WORK LIFE BALANCE DI BELANDA

Belanda merupakan salah satu Negara besar di Eropa. Belanda juga merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbesar didunia. Teringat ketika masih dibangku Sekolah Dasar, guru pengetahuan sosial saya selalu mengatakan bahwa Belanda adalah satu-satunya Negara didunia ini yang mayoritas tanahnya dibawah permukaan laut. Melalui satu kalimat tadi sudah terlihat jelas Kreativitas yang dimiliki masyarakat Belanda. Dalam perekonomian Belanda sempat mengalami keterpurukan di Era tahun 1980. Permasalahan perekonomian ini semakin diperburuk dengan karyawan dan tenaga kerja yang mengalami kesulitan hidup. Inflasi dan pengangguran yang meningkat membuat pemerintah, buruh dan organisasi-organiasi pengusaha bertemu dalam sebuah forum negosiasi yang kemudian kita kenal dengan Perjanjian Wassenaar. Perjanjian ini menetapkan moderasi upah. Moderasi upah ini berupa perubahan jam kerja Tenaga Kerja menjadi lebih pendek. Pada saat itu pemerintah Belanda juga berjanji tidak akan lagi campur tangan dalam negosiasi upah. Hal ini terbukti berhasil dengan meningkatnya hasil ekspor. Dengan perjanjian ini Tenaga Kerja di Belanda dapat meminta kepada perusahaan tempat mereka bekerja untuk membuat waktu kerja mereka lebih fleksibel, apakah mau jam kerjanya lebih panjang ataupun lebih pendek sehingga mereka memiliki lebih banyak waktu untuk dihabiskan dengan keluarga mereka. Hal inilah salah satu hal yang menyebabkan berhasilnya Work-Life Balance ketika diterapkan di Belanda. Masyarakat Belanda pada umumnya berpikir bahwa menghabiskan waktu untuk keluarga sama pentingnya dengan waktu mereka untuk bekerja. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya Tenaga Kerja yang lebih sering bekerja paruh waktu agar memiliki waktu untuk dihabiskan dengan keluarga, teman-teman dan anak-anak mereka serta menghabiskan waktu mereka untuk berekreasi. Dengan Work-Life Cycle para pekerja wanita Negeri Kincir Angin ini meningkat sampai ke angka 70%. Para wanita ini ingin mandiri secara financial dengan begitu mereka berharap dapat meningkatkan pendapatan keluarga mereka sekaligus mereka juga mempunyai waktu luang untuk bercengkrama dan bercanda dengan anak-anak mereka dirumah. Lingkungan kerja di Belanda juga setiap tahunnya memberikan hari libur sebanyak 24 hari, terkadang pula libur hari kerja diberikan oleh perusahaan sebagai sebuah intensif untuk Tenaga Kerja mereka, dan beberapa perusahaan memungkinkan karyawannya untuk membeli hari libur tambahan. Hal yang dijelaskan diataslah mungkin salah beberapa alasan Belanda menjadi Negara ke-4 terbaik dalam hal Work-Life Balance versi OECD yang dinilai berdasarkan : (1) Proporsi tenaga kerja yang memiliki jam kerja sangat panjang (lebih dari 50 jam seminggu); (2) waktu yang digunakan untuk

"rekreasi dan aktivitas pribadi" (misalnya waktu berkumpul bersama teman, pergi ke bioskop, melakukan hobi, tidur, makan, dll); dan (3) tingkat ketenagakerjaan bagi wanita yang memiliki anak.

Anda mungkin juga menyukai