Anda di halaman 1dari 10

Kebijakan Luar Negeri Inggris dalam dunia yang berjejaring

07 July 2010 Menteri Luar Negeri, William Hague, menyampaikan pidato berikut ini saat menegaskan visi pemerintah Inggris atas Kebijakan Luar Negerinya pada tanggal 1 Juli 2010.

Pembicara: Menteri Luar Negeri William Hague Lokasi: Locarno Room, Kantor Urusan Luar Negeri Dan Persemakmuran, London Menteri Luar Negeri, William Hague, menyampaikan pidato berikut ini saat menegaskan visi pemerintah Inggris atas Kebijakan Luar Negerinya pada tanggal 1 Juli 2010. Saya mengucapkan terimakasih kepada Anda semua yang telah menerima undangan saya untuk berkunjung ke Kantor Urusan Luar Negeri dan Persemakmuran hari ini untuk mendengarkan bagaimana koalisi pemerintah baru akan melaksanakan Kebijakan Luar Negerinya bagi Inggris. Pidato ini merupakan yang pertama dari rangkaian empat pidato, di mana pidato kedua akan disampaikan dua minggu lagi di Timur tengah. Di kesemuanya itu saya akan mengumumkan cara kami dalam menerapkan Kebijakan Luar Negeri Inggris yang istimewa yang akan memperluas jangkauan dan pengaruh global kita, yang luwes dan enerjik dalam dunia yang berjejaring ini, yang menggunakan diplomasi untuk menjaga kemakmuran, yang secara signifikan membangun hubungan bilateral yang makin kuat bagi Inggris, yang memanfaatkan daya tarik budaya dan warisan tradisi kami untuk mempromosikan nilai-nilai kami, dan yang bertekad menciptakan peluang sebanyak mungkin di abad 21 secara sistematis dan dalam jangka panjang. Jadi dalam pandangan saya, untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun, Inggris akan mempunyai Kebijakan Luar Negeri yang jelas, terfokus dan efektif. Alasan mengapa saya memilih Kantor Urusan Luar Negeri dan Persemakmuran sebagai lokasi yang pertama dari rangkaian pidato ini adalah untuk mengirimkan sinyal yang serius akan niat kita tentang pendekatan baru Kebijakan Luar Negeri Inggris dari Kantor Urusan Luar Negeri dan Persemakmuran. Pemerintah menyadari bahwa Kebijakan Luar Negeri dan Kantor Urusan Luar Negeri dan Persemakmuran itu ada untuk melayani dan melindungi kepentingan dan kebutuhan rakyat Inggris dalam arti yang paling luas dan harus diangkat dengan cara tertentu untuk meraih dukungan dan kepercayaan publik. Ya, banyak urusan sehari-hari Kantor Perwakilan Asing selayaknya dilaksanakan di luar negeri. Ada beberapa yang rahasia. Kebanyakan diantaranya sangat rumit. Tapi hal ini tidak seharusnya menjadi penghalang untuk Kebijakan Luar Negeri kita bisa dipahami dengan baik, ditanamkan secara kokoh di kehidupan setiap warga Inggris

dan bisa mereka andalkan. Selama tujuh minggu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri saya telah melihat contoh yang tak terhitung jumlahnya betapa kerja kita memberikan hasil dan perlindungan bagi warga Inggris di luar negeri. Saya yakin bahwa ketrampilan dan keahlian Kantor Urusan Luar Negeri dan Persemakmuran telah melebihi yang diharapkan dan disusun dengan efektif hingga mereka bisa memainkan peran penting dalam mendukung perekonomian kita dan memberikan sumbangan bagi dunia yang lebih aman dan adil. Kembali ke lima tahun yang lalu saat saya mengungkapkan ingin menaungi Urusan Luar negeri dan jelas berharap untuk menempati kantor yang sekarang saya pegang. Selama menjadi oposisi, terlihat jelas bagi saya bahwa pemerintahan sebelumnya telah menolak untuk membuka mata terhadap kebutuhan strategis yang lebih luas bagi negeri ini, untuk mengambil persediaan kepentingan Inggris, dan untuk menetapkan cara yang sistematis tentang apa yang harus kita lakukan sebagai sebuah bangsa jika kita ingin mempertahankan pengaruh internasional kita dan memperjuangkan kehidupan kita di dalam dunia yang berubah dengan sangat cepat. Rekan-rekan koalisi saya benar-benar bertekad untuk memberikan kepemimpinan tersebut. Perdana Menteri telah memberikan sinyal terhadap niat kami untuk memetakan jalan yang jelas bagi kebutuhan pertahanan dan keamanan kita, yang disebabkan baik oleh kebutuhan Kebijakan Luar Negeri maupun desakan finansial yang tak terelakkan, dan kajiannya akan disampaikan saat musim gugur nanti. Hal ini akan menjadi penilaian-ulang yang mendasar terhadap posisi Inggris di dunia dan cara kerja kita di dalamnya serta kemampuan yang kita butuhkan untuk melindungi keamanan kita. Hari ini saya akan menguraikan mengapa kami yakin bahwa penilaian-ulang semacam itu memang diperlukan, pendekatan baru yang akan kita terapkan dan langkah-langkah yang telah kita ambil. Singkat kata, dunia telah berubah dan jika kita tidak ikut berubah maka peran Inggris akan menurun, baik bagi pengaruh kita dalam percaturan dunia, bagi keamanan nasional dan bagi perekonomian kita. Mencapai tujuan Kebijakan Luar Negeri kita akan semakin berat dan akan semakin demikian jika kita tidak menyiapkan diri untuk bertindak beda. Empat perubahan yang akan saya wujudkan untuk mendukung pernyataan ini banyak diantaranya telah terjadi: Pertama, kekuatan ekonomi dan peluang ekonomi sedang bergeser ke negara-negara Timur dan Selatan; menuju ke arah kekuatan yang mulai muncul dari Brazil, India, China dan bagian lain di Asia dan ke ekonomi yang sedang berkembang dengan signifikan seperti Turki dan Indonesia. Diperkirakan bahwa pada tahun 2050 nanti peningkatan ekonomi negara-negara tersebut akan naik 50% lebih tinggi dibanding negaranegara G7 saat ini. Namun angka terakhir menunjukkan bahwa saat ini kami mengimpor lebih banyak ke Irlandia dibanding total keseluruhan yang kami impor ke India, China dan Rusia. Kedua, lingkaran pengambilan keputusan internasional telah menjadi kian luas dan multilateral. Keputusan yang dulu dibuat di dalam G8 sekarang ini harus dinegosiasikan terlebih dahulu dalam G20, dan dalam hal ini pemerintah akan berada terdepan menghadapi mereka yang menentang ekspansi Dewan Keamanan PBB. Sementara kecenderungan ini sangat positif dan keterlambatan pelaksanaannya akan menambah tantangan bagi diplomasi kita, menambah jumlah negara yang harus kita pahami dan kita pengaruhi lewat para duta besar kita dan jaringan kedutaan kita di luar negeri. Pandangan dari kekuatan yang sedang bertumbuh itu sangat penting bagi kemampuan kita untuk terlibat dalam reformasi ekonomi global, pengembangan nuklir, perubahan iklim dan pengamanan energi, namun mereka tidak selalu sependapat dengan pendekatan kita terhadap masalah-masalah ini saat mereka tampil di PBB dan tempat lainnya, menjadikan semakin diperlukannya diplomasi yang enerik dan

ulet. Ketiga, melindungi keamanan kita menjadi kian kompleks terlebih dalam menghadapi ancaman-ancaman baru. Keuntungan yang melimpah dari perdagangan dan gerakan masyarakat bisa menjadi topeng bagi kegiatan-kegiatan yang menggunakan alat-alat globalisasi bagi tujuan destruktif dan kriminal yang mampu menggunakan hampir semua bagian dunia sebagai tempat untuk melaksanakannya. Tidak ada contoh lebih nyata yang pernah kita saksikan dalam sejarah terakhir dibandingkan dengan apa yang terjadi di Afghanistan, tapi kita juga harus melihat jauh ke bagian dunia lain yang beresiko mengalami eksploitasi serupa. Keempat, sifat dari konflik sedang berubah. Angkatan bersenjata kita belakangan ini lebih banyak terlibat dalam pemberontakan atau perang antar rakyat daripada konflik antar negara, mereka lebih banyak terlibat dalam operasi penumpasan bajak laut daripada perang di laut, unjuk kekuatan di luar negeri dan bukannya pertahanan membela negara. Dan ancamanancaman keamanan itu sendiri lebih banyak tersebar luas di bagian dunia yang sulit untuk diakses, tanpa hukum dan terkadang sedang jatuh, dimana ketiadaan pemerintahan berkembang menjadi lingkaran konflik dan bahaya, yang penyelesaiannya masih kita pelajari tapi malah makin sering kita hadapi. Keempat faktor ini sendiri membutuhkan Kebijakan Luar Negeri Inggris yang lebih aktif dan memandang lebih jauh kedepan terhadap peluang. Tetapi ketika digabung dengan yang kelima dan perubahan yang paling utama diantara kesemuanya, yaitu bangkitnya dunia yang berjejaring, kebutuhan akan pendekatan baru bagi Kebijakan Luar Negeri Inggris menjadi tak terbantahkan. Meskipun dunia menjadi semakin multilateral seperti yang telah saya jabarkan, dunia juga menjadi semakin bilateral. Hubungan antar negara menjadi penting, dimulai dari dengan persekutuan tak terpisahkan kita dengan Amerika Serikat yang merupakan hubungan terpenting dan akan selalu begitu. Kesamaan sejarah, nilai dan kepentingan, jalinan erat perekonomian dan kebisaaan kuat untuk bekerjasama di semua tingkat akan memastikan bahwa Amerika Serikat akan selalu menjadi satu-satunya mitra terbesar kita dalam menggapai tujuan internasional kita. Namun hubungan bilateral kita yang lain juga tetap penting, baik hubungan yang telah lama terjalin kemudian memudar atau stagnan ataupun hubungan baru yang kita yakini harus kita bangun untuk menyongsong abad 21. Kelompokkelompok regional jelas menguatkan di seluruh dunia, tapi mereka tidaklah kaku atau tetap ataupun mengurangi peran dari suatu negara seperti yang diprediksikan. Dewasa ini, pengaruh semakin tergantung pada jaringan negara dengan pola kepercayaan, aliansi dan hubungan yang luwes dan dinamis, termasuk hubungan informalnya, yang bertindak selaku saluran penting dari pengaruh dan pengambilan keputusan dan memerlukan bentuk komitmen baru dari Inggris. Hal ini sangat kontras dengan masa lalu. Ketika Menteri Luar Negeri Castlereagh hadir di Konggres Vienna di tahun 1841, saat itu merupakan pertama kalinya Menteri Luar Negeri Inggris bahkan pergi keluar negeri untuk bertemu dengan rekan-rekannya sejak posisi Menteri Luar Negeri ditetapkan tiga puluh tahun sebelumnya. Saat ini, para Menteri Luar Negeri berkomunikasi lewat nota-nota resmi, pertemuan pribadi yang sangat sering, berjamjam sehari berbicara di telepon membahas dan mengkoordinasikan respon terhadap krisis, dan cukup banyak diantara kita yang berkomunikasi lewat pesan teks atau seperti Menteri Luar Negeri Bahrain dan saya, saling bertukar dengan penuh semangat di Twitter.

Tetapi perubahan tidak berhenti di situ saja. Hubungan antar negara kini tidak lagi dimonopoli oleh Menteri Luar Negeri ataupun Perdana Menteri. Sekarang ini ada banyak hubungan diantara individu, masyarakat sipil, bisnis, kelompok-kelompok penekan dan organisasi-organisasi amal yang juga merupakan bagian dari hubungan antar negara dan yang diakselerasi dengan sangat pesat oleh internet. Krisis konvoi Gaza belakangan ini menggambarkan betapa sekelompok individu dari berbagai negara bisa bersatu untuk berusaha memaksa pemerintah mengubah arah dan merangkul masyarakat global dalam melakukannya. Dalam kasus yang lain, munculnya gerakan oposisi yang meluas di Iran terhadap pemilu setahun yang lalu menunjukkan kekuatan internet yang mengagumkan yang memungkinkan orang-orang melakukan hal-hal yang melampaui perlawanan mereka terhadap pembelengguan yang sewenang-wenang, berbagi informasi di internet dengan semua orang di seluruh dunia yang akhirnya memaksa pemerintah mereka untuk mengambil sikap. Maka jika berkembangnya dunia yang multipolar seperti demikian, berarti akan ada lebih banyak pemerintah untuk dipengaruhi dan bahwa kita harus menjadi lebih aktif, dan dengan adanya perkembangan percepatan jaringan manusia berarti bahwa kita harus menggunakan sebanyak mungkin saluran untuk melakukannya, berusaha membawa argumentasi kita ke dalam sidang opini publik di seluruh dunia maupun ke dalam meja-meja perundingan. Sebagai contoh saya melewatkan tiga hari di Pakistan minggu lalu. Di sana, seperti halnya di negara lain, kemiskinan relatif tidak menghentikan akses mereka kepada infomasi dari berbagai sumber dan hal ini jelas tidak menekan minat mereka akan dunia yang lebih luas. Separuh dari rakyat Pakistan berusia di bawah 20 tahun dan 100 juta diantaranya memiliki telepon selular. Rata-rata orang punya pendapat sendiri terhadap perkembangan di Afghanistan, benar atau salahnya Proses Perdamaian Timur Tengah sesuai cara pandang dan kesan mereka terhadap cara Inggris dan Amerika Serikat di semua area tersebut. Dalam hubungan kita dengan Pakistan, sebagai contoh, maka kita harus memahami bahwa pendapat domestik di negara tersebut dan persoalan penyebaran Pakistan-Inggris, hingga tingkat bahwa dampak dari pendanaan bantuan, penangkalan radikalisasi dan penangkalan teroris di Pakistan akan bisa dipangkas kalau kita tidak menciptakan kesan yang positif tentang Inggris kepada masyarakat yang lebih luas di saat yang sama. Jadi sebagai tambahan atas pertemuan saya dengan Presiden, Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri, saya meluangkan banyak waktu untuk berbicara kepada para pembangun opini di media, bisnis, dan siapapun yang sedang mendengarkan melalui televisi dan twitter. Dalam hemat saya, komunikasi semacam itu menjadi segalanya yang paling penting di sepanjang waktu dan saat kita melaksanakan diplomasi kita di seluruh dunia, kita mengabaikan pendapat Internasional dan ini bisa membahayakan kita, dan kita harus berupaya paling keras agar pesan kita tersampaikan. Adalah sebuah kenyataan bahwa administrasi Obama telah diserap dan disuarakan secara sangat efektif, berkomunikasi secara langsung dengan warga mayoritas muslim di dunia. Ada banyak peluang baru bagi kita untuk bekerjasama dengan Amerika Serikat dan sekutu lainnya di lingkungan yang baru ini dengan cara yang seringnya menjadi pelengkap atas upaya-upaya mereka. Bahkan lebih jauh lagi akan saya nyatakan bahwa dunia berjejaring mengisyaratkan kita untuk menginspirasi orang lain dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai sendiri dan bukannya berusaha memaksakan nilai-nilai tersebut, karena sekarang mereka bisa melihat secara lebih terperinci apakah kita memenuhi standar kita sendiri dan mengubah pandangan mereka tentang hal tersebut. Kita tidak perlu malu untuk memikirkan tentang bantuan pembangunan kita dalam ketentuan yang sama. Kita akan menghormati komitmen kita untuk membelanjakan 0,7% dari GNI bagi bantuan luar negeri mulai 2013, untuk menjaga

komitmen ini secara legal dan mempertahankan DfID sebagai Departemen tersendiri. Kita akan terus mendukung Millennium Development Goals, sebagai kewajiban moral dan sebagai sumbangsih terhadap keamanan jangka panjang kita. Tetapi kita harus terbuka tentang fakta bahwa bantuan tersebut, yang bukan merupakan pemberian dari pemerintah melainkan buah kedermawanan warga Inggris, juga bisa membantu meningkatkan kesan yang positif terhadap Inggris. Dalam dunia berjejaring ini Inggris tidak hanya perlu menjadi anggota yang aktif dan berpengaruh dalam badan multilateral tapi kita juga perlu memastikan bahwa diplomasi kita cukup tanggap, dan inovatif serta mendunia dalam upaya menciptakan jaringan saling silang untuk menciptakan hubungan bilateral yang kokoh. Beberapa tahun terakhir ini pendekatan Inggris untuk membangun hubungan dengan kekuatan baru dan sedang tumbuh sedikit bersifat ad-hoc dan kurang konsisten, menyebabkan seringnya muncul keluhan dari pihak pemerintah yang hanya dihubungi oleh Menteri-menteri Inggris saat terjadi krisis atau saat perlu dukungan suara. Hal ini memperlemah kemampuan kita meraih persetujuan terhadap persoalan-persoalan sulit yang mempengaruhi jutaan manusia di seluruh dunia dan hal ini mengabaikan pentingnya keajegan dan hubungan personal dalam melaksanakan Kebijakan Luar Negeri. Di banyak negara, keputusan mengenai politik dan ekonomi lebih sering mendapat sandungan dibandingkan di Inggris, ini berarti tidak adanya hubungan bilateral yang kuat akan berdampak lebih jauh dalam melemahkan posisi kita ketika keputusan-keputusan ekonomis dibuat. Lebih jauh lagi dalam kelompok-kelompok seperti Uni-Eropa, tidak mungkin lagi untuk memusatkan upaya kita hanya kepada negara-negara besar dengan biaya dari anggotaanggota negara yang lebih kecil. Tentu saja Perancis dan Jerman tetap akan selalu menjadi mitra penting kita dan itu sebabnya mengapa Perdana Menteri mengunjungi mereka pada hari-hari pertama bertugas. Tapi untuk Inggris bisa menggunakan pengaruh dan menciptakan pendekatan baru yang kreatif dalam Kebijakan Luar Negerinya, maka kita perlu memandang lebih jauh dan lebih luas lagi. Uni-Eropa sedang dalam kondisi terbaik mereka sebagai sebuah jaringan yang sedang berubah dimana para anggotanya bisa mengekspresikan diri mereka masing-masing secara maksimal. Kami telah berusaha bekerjasama dengan negaranegara anggota yang lebih kecil dengan cara baru dan lebih luwes, dengan melihat dalam hal seperti apa negara anggota atau kelompok-kelompok dalam Uni Eropa itu bisa memberikan nilai tambah tertentu. Sebagai sebuah contoh, ada sebuah negara anggota baru yang sebelumnya di bawah kendali Rusia mempunyai pengalaman yang sangat luas dalam transisi demokrasi setelah puluhan tahun terbelenggu, dan pengalaman ini bisa mereka bagikan kepada negara calon anggota Uni Eropa ataupun negara-negara lain. Hal ini seharusnya dimasukkan menjadi bagian dari pendekatan Uni Eropa terhadap Kebijakan Luar Negeri dan keamanan yang sama. Jadi saya sudah mulai berdiskusi tentang cara menciptakan inisiatif semacam ini dengan para Menteri Luar Negeri dari beberapa negara ini. Kita juga harus melihat nilai keanggotaan Turki di masa mendatang dalam Uni Eropa dari sudut pandang ini. Turki merupakan negara Eropa dengan pertumbuhan ekonomi yang paling besar dan merupakan sebuah contoh yang bagus dari sebuah negara yng mengembangkan peran baru dan mata rantai baru bagi dirinya sendiri, sebagian di puncak, sebagian lagi di luar dari struktur dan aliansi yang ada. Turki sangat aktif di Barat Balkan, dan lebih luas lagi di Timur Tengah dan Asia Tengah. Kita akan membuat upaya diplomatik tertentu untuk bekerja sama dengan Turki, diawali dengan dengan kunjungan resmi Menteri Luar Negeri Turki ke Inggris minggu depan atas undangan saya.

Inggris memiliki wadah yang sangat kuat untuk meraih peluang di dunia berjejaring. Kita diberkati dengan kelengkapan untuk sukses. Kita merupakan anggota dari salah satu jaringan global tertua di dunia Persemakmuran yang menghubungkan semua benua dan agama dunia, mencakup enam negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat dan dikukuhkan oleh kesepakatan kerangka kerja dengan nilai yang sama. Dalam pandangan saya, pemerintahan sebelumnya nampaknya tidak menyadari aspek nilai dari Persemakmuran, bahkan tidak menyebutkannya dalam rencana strategis yang diterbitkan untuk Kantor Luar Negeri dan Persemakmuran di tahun 2009. Kita juga merupakan negara perdagangan terbesar keenam di dunia meskipun populasi kita hanya 1% dari penduduk dunia; kedua setelah Amerika Serikat dalam hal jumlah dana yang kita investasikan ke luar negeri dan selalu bersikap terbuka dan berani. Satu dari sepuluh warga Inggris saat ini tinggal dan menetap di luar negeri. Kita memiliki mata rantai yang tak tertandingi dengan beberapa negara dengan pertumbuhan tercepat di dunia, baik jutaan rakyat kita sendiri yang membanggakan warisan tradisi India, Pakistan, maupun Bangladesh, hubungan dekat kita dengan Afrika, atau dengan 85.000 siswa China yang saat ini sedang belajar di Inggris ataupun sekolah-sekolah Inggris di China. Hal ini memberikan generasi kontak yang makin luas kepada Inggris, dengan bahasanya, budaya dan norma, dan jaringannya yang bertumbuh yang harus kita marakkan dan terus kita bangun. Bahasa Inggris memberikan kita kemampuan untuk berbagi ide dengan jutaan mungkin milyaran orang di negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar jika kita mau untuk membangun jaringan di seluruh dunia. Menakjubkan bahwa di India 250 juta orang usia pelajar dan mahasiswa empat kali lipat dari jumlah penduduk Inggris sekarang ini sedang belajar Bahasa Inggris. Ini jelas menunjukkan pentingnya kerja British Council dan Layanan Dunia BBC, yang memberikan Inggris sebuah landasan yang luas untuk cerminan daya tarik budaya kita dan pertukaran nilai-nilai kita. Di dalam dunia seperti yang telah saya uraikan, pendekatan kita terhadap Kebijakan Luar Negeri tidak bisa, meminjam pernyataan dari mantan Perdana Menteri Konservatif dan Menteri Luar Negeri Lord Salisbury, untuk mengalir saja mengikuti arus, sambil sesekali melempar jangkar kapal diplomasi untuk menghindari benturan. Negara yang selalu bersikap reaktif dalam Kebijakan Luar Negerinya akan jatuh dan gagal. Jadi kita harus memahami perubahan di sekeliling kita ini dan menyesuaikan diri untuk mengikutinya. Maka visi pemerintah yang baru tentang Kebijakan Luar Negeri adalah sebagai berikut: Kebijakan Luar Negeri Inggris yang beda yang bersikap aktif di Eropa dan di seluruh dunia, yang mendorong peran serta Inggris di bagian lain di dunia dimana terdapat baik kesempatan maupun ancaman yang terus berkembang; tetap siaga dalam dunia yang berjejaring dan menggunakan seluruh potensi mata rantai budaya kita, dan mengutamakan kepentingan nasional kita dengan tetap mengakui bahwa hal tersebut tidak boleh didefinisikan secara sempit dan egois. Justru yang saya maksudkan adalah bahwa kepentingan nasional kita yang terbuka memerlukan Kebijakan Luar Negeri yang ambisius dalam apa yang bisa dicapainya baik bagi pihak lain maupun bagi diri sendiri, yang terinspirasi oleh dan ingin menginspirasi pihak lain dengan nilai-nilai kebebasan politik dan liberalisme ekonomi, tetap kukuh dalam dukungannya kepada semua pihak di seluruh dunia yang dengan upaya sendiri sedang berusaha membebaskan diri dari kemiskinan dan pembelengguan politik. Bukanlah watak kita sebagai sebuah bangsa untuk menetapkan Kebijakan Luar Negeri tanpa adanya kesadaran dan melalaikan kewajiban kita untuk membantu mereka yang kurang beruntung. Kebijakan Luar Negeri kita harus selalu memberikan dukungan yang konsisten terhadap hak azasi manusia dan penurunan kemiskinan hingga ke akar-akarnya dan kita harus selalu berusaha bertindak atas dasar moral, menyadari bahwa sekali saja itu rusak, sulit untuk diperbaiki kembali.

Bagaimana cara kita mewujudkan Kebijakan Luar Negeri Inggris yang beda ini? Titik awal kita adalah dengan mengakui bahwa kelengkapan pemerintahan di dalam Inggris saat ini belumlah secukup yang dibutuhkan untuk kita bisa mengejar pendekatan yang ambisius ini. Kita sudah berada di posisi yang tepat untuk mengambil peluang sebesarbesarnya dari dunia berjejaring, tetapi pelaksanaannya belum benar-benar terorganisir ataupunterarah. Pertama, kita mewarisi sebuah struktur pemerintahan yang tidak memiliki mekanisme yang efektif dalam menyusun keputusan strategis tentang Kebijakan Luar Negeri, keamanan, pertahanan dan pembangunan atau untuk menyelaraskan tujuan-tujuan nasional dalam bidang-bidang tersebut. Maka dengan segera kita membentuk sebuah Dewan Keamanan Nasional dan meluncurkan kajian pertahanan dan keamanan strategis seperti yang telah saya sebutkan, yang akan memastikan bahwa kita mempunyai kemampuan yang tepat untuk meminimalkan resiko terhadap warga Inggris dan mencari kecenderungan positif di dunia, karena keamanan kita membutuhkan pencarian peluang dan penekanan resiko. Kedua, banyak departemen pemerintah di dalam negeri memiliki aspek internasional yang meluas dalam kerja mereka dan memiliki staf yang ditempatkan di kedutaan besar Inggris di seluruh dunia. Tetapi pekerjaan ini belum dikoordinasi secara semestinya. Sebagai contoh, kita telah melakukan audit terhadap hubungan pemerintah dengan lebih dari 30 negara yang ekonominya paling bertumbuh dan tidak menemukan adanya strategi cross-Whitehall yang efektif untuk membangun hubungan politik dan ekonomi dengan beberapa negara tersebut. Kami bermaksud mengubah hal ini, dengan menggunakan Dewan Keamanan Nasional seperlunya untuk mengorganisir semua departemen pemerintah untuk mencapai tujuan nasional, sehingga Kebijakan Luar Negeri mengalir di dalam darah seluruh administrasi dan untuk memungkinkan kita meningkatkan keseluruhan hubungan kita dengan tiap-tiap negara tersebut dengan cara yang sistematis tidak hanya dalam diplomasi, tetapi juga dalam pendidikan, kesehatan, kemasyarakatan, perdagangan dan bila memang diperlukan, dalam bidang pertahanan. Ini berarti sebuah situasi dimana sebuah keputusan untuk meningkatkan jalinan dengan negara tertentu akan membawa serangkaian perkembangan yang nyata: dengan mendirikan kampus pendidikan tinggi Inggris atau inisiatif-inisiatif pendidikan baru, hubungan olahraga dan budaya yang beraneka ragam, bentuk pertukaran baru antara parlemen dan masyarakat sipil agar sesuai dengan negara bersangkutan, sesekali dalam pelatihan dan kerjasama militer, pengelolaan visa yang mencerminkan totalitas minat Inggris yang mencakup pentingnya hubungan tersebut, serta kerja sama antara para menteri Inggris dengan para pebisnis Inggris dalam aspek hubungan tersebut. Dalam dunia yang berjejaring kita harus melihat kehadiran bisnis Inggris di luar negeri sebagai aset yang bernilai dalam kaitannya mendorong negara lain agar mau bekerjasama dengan kita atau mengadopsi tujuan-tujuan kita menjadi tujuan mereka, dan inisiatif bersama antar bisnis itu bisa menjadi alat yang ampuh untuk mengubah sikap. Sebagai contoh dari pendekatan ini, bisa saya umumkan hari ini bahwa Perdana Menteri telah meluncurkan satuan tugas gabungan dengan Uni Emirat Arab sebagai bagian dari upaya kita untuk meningkatkan hubungan dengan negara-negara Teluk. Hal ini akan memperluas pilihan kita untuk memperkuat posisi kita di dewan dan pertemuan pertamanya akan diselenggarakan hari ini. Saya juga bisa memastikan bahwa kita secara aktif sedang mengeksplorasi cakupan untuk inisiatif serupa dengan negara-negara lain, termasuk kunjungan Perdana Menteri ke

India sebentar lagi untuk mengidentifikasi cara kita membangun kemitraan di abad 21, bekerja dengan dipimpin oleh Menteri Negara Liberal Demokrat kita di Kantor Urusan Luar Negeri dan Persemakmuran, Jeremy Browne, untuk memperbaharui diplomasi kita dengan Amerika Latin dan Asia Tenggara yang akan beliau kunjungi dalam waktu dekat ini, fokus yang diperbaharui pada hubungan kita dengan Jepang dan pendalaman lebih jauh terhadap kemitraan kita dengan China. Kita juga harus bekerja keras untuk mengembangkan kemitraan kita di Afrika dengan Afrika Selatan, Nigeria dan Kenya dan mencari peluang-peluang baru di pasar yang sedang bertumbuh di sana. Ketiga, kami yakin bahwa kita harus memberikan fokus yang lebih kuat dalam memanfaatkan kekuatan dan kelebihan nasional kita di dewan guna membantu membangun hubungan bilateral yang kuat baik bagi Inggris maupun untuk melengkapi upaya-upaya dari para sekutu kita, baik berupa sistem pendidikan kelas dunia yang kita miliki, keunggulan angkatan bersenjata dan diplomasi pertahanan atau pun kualitas Dinas Intelejen kita dan GCHQ yang unik di dunia dan sangat tak ternilai bagi Inggris. Keempat, jelas bagi kami bahwa Kantor Urusan Luar Negeri Dan Persemakmuran sendiri tidak didorong untuk cukup ambisius dalam menyuarakan dan membawa usaha-usaha Inggris di luar negeri dan pemikiran Kebijakan Luar Negeri kepada pemerintah. Saya menjadikan hal tersebut sabagai bagian dari tanggungjawab saya selaku Menteri Luar Negeri untuk memajukan Kantor Perwakilan Asing (FO) menjadi lembaga yang kuat di masa depan, terus menarik pegawai-pegawai yang paling berbakat dari latar belakang yang beragam dan di tahun-tahun mendatang memberikan penekanan yang lebih besar pada keahlian geografis, keahlian dalam penanggulangan terorisme dan perkembangannya, berpengalaman dalam bekerja di negara-negara yang sulit di luar negeri dan juga dalam kemampuan manajemen dan kepemimpinan. Kantor Perwakilan Asing lah yang harus pintar dalam memprioritaskan upaya, mencari peluang, bernegosiasi atas nama Inggris, sehingga kita bisa terus memimpin lewat kekuatan ide-ide kita dan kemampuan kita untuk membantu memberikan solusi terhadap tantangantantangan global seperti perubahan iklim dan pengembangan nuklir yang memang hanya bisa disikapi secara kolektif. Kantor Perwakilan Asing akan mempunyai peran yang sangat penting dalam membantu memelihara reputasi ekonomi Inggris dan memulihkan daya saing perekonomian kita, bekerjasama dengan UKTI, dimana saya telah berbagi tanggung jawab dengan kolega saya, Vince Cable, untuk lebih memanfaatkan jaringan diplomatik global kita untuk mendukung bisnis Inggris dengan cara yang dominan dan aktif, mendorong bisnisbisnis kecil untuk membawa produk mereka ke pasar internasional, membuka pintu dan menyingkirkan penghalang bagi pertemuan atas nama Pemerintah keseluruhan dan bertindak selaku infrastruktur pokok dari Inggris di dunia. Di bawah pemerintahan ini, tugas Kantor Urusan Luar Negeri Dan Persemakmuran adalah untuk menciptakan hubungan dan ide-ide yang memungkinkan negara Inggris dan masyarakat Inggris secara keseluruhan menggunakan pengaruh maksimum di dunia dan memberikan panduan supaya Kebijakan Luar Negeri mendapatkan dukungan secara aktif dari departemen-departemen pemerintah lainnya. Dan kelima, bertekad sebagai pemerintah yang menitikberatkan keanggotaan Inggris di Uni Eropa dan lembaga multilateral lainnya. Mengherankan bagi kami bahwa pemerintahan sebelumnya gagal untuk mengedepankan perkembangan pengaruh Inggris di dalam Uni Eropa. Mereka lupa untuk memastikan adanya jumlah yang cukup dari para staf cemerlangnya yang masuk ke Uni Eropa, sehingga sekarang ini kita menghadapi kesenjangan

generasi yang berkembang dalam kehadiran Inggris di bagian-bagian Uni Eropa dimana keputusan awal dan perumusan awal dilaksanakan. Sejak tahun 2007, jumlah petugas Inggris pada tingkat Direktur di Komisi Eropa menurun hingga sepertiga dan secara keseluruhan kita kekurangan 205 petugas di Komisi. Inggris mewakili 12% dari penduduk Uni Eropa. Meskipun demikian, dalam hal nilai tingkat kebijakan yang masuk, Inggris mewakili 1.8% dari seluruh staff, berada sangat jauh di bawah negara anggota utama Uni Eropa. Jadi, gagasan bahwa pemerintah terakhir bersikap serius tentang meningkatkan pengaruh Inggris di Eropa ternyata hanya sebuah cerita fiksi khayalan belaka. Menghibur diri mereka dengan ilusi bahwa dengan menyetujui perubahan kelembagaan yang diinginkan oleh negara lain akan mengesankan sentralitas Inggris di Uni Eropa, mereka menolak untuk meluncurkan inisiatif baru dengan negara-negara yang lebih kecil dan tunduk karena kurangnya personel Inggris yang memegang posisi kunci di Eropa. Selaku pemerintahan yang baru kami bertekad untuk memperbaiki hal ini. Akan ada yang berpendapat bahwa sumber daya nasional kita yang terbatas tidak mungkin mendukung pendekatan seambisius itu terhadap Kebijakan Luar Negeri maupun Kantor Perwakilan Asing. Memang benar seperti halnya departemen lain bahwa Kantor Perwakilan Asing akan sering harus melakukan lebih banyak dengan modal lebih sedikit dan menghemat sebisa mungkin dan ini adalah akibat dari situasi ekonomi yang kita warisi dari pemerintahan sebelumnya, sumber daya Inggris yang tersedia bagi refleksi pengaruhnya di luar negeri telah menjadi terbatas. Tapi kita tidak akan bisa melaksanakan pemulihan masa depan kita ataupun keamanan dan kemakmuran kita di masa mendatang tanpa memandang jauh ke depan terhadap peluang-peluang baru dan mitra-mitra baru. Tidak ada satu negara atau kelompok manapun yang akan meningkatkan dukungan ataupun perlindungan yang mereka tawarkan pada kita dan tidak ada pihak lain yang bisa memenangkan peluang ekonomi warga Inggris bila bukan kita yang melakukannya. Kita harus mengakui lingkaran yang baik antara Kebijakan Luar Negeri dan kemakmuran. Kantor Perwakilan Asing kita membantu menciptakan kemakmuran dan kemakmuran kita lah yang menopang diplomasi kita, keamanan kita, pertahanan kita dan kemampuan kita untuk berbagi dengan mereka yang tidak seberuntung dengan kita. Dalam tujuh minggu kami di kantor, kami telah mengambil langkah-langkah awal untuk menerapkan pendekatan ini. Kami telah melakukan upaya awal dalam peran di organisasi multilateral, bertekad untuk menjadi sangat aktif dan menjadi aktifis dalam pendekatan kami kepada Uni Eropa dan menerapkan pengaruh kolektifnya di dunia. Kami telah bekerja keras bersama negara-negara lain dalam usulan untuk mengangkat krisis di Jalur Gaza dan melaksanakan tindakan PBB dan Eropa yang baru untuk memberikan tekanan diplomatik terhadap Iran. Kami telah meminta agar Uni Eropa mempertajam fokus mereka terhadap Balkan Barat dan melakukan inisiatif lebih jauh ke depan di area ini. Kami sedang bekerja bersama sekutu NATO untuk menciptakan Konsep Strategi yang baru dan memoderenkan Sekutu, karena paham bahwa dalam dunia yang penuh ancaman yang saling terkait, aliansi dan kemitraan haruslah luwes dan berjejaring, sebagaimana kita lihat di Afghanistan di mana operasi NATO tidak hanya mancakup 28 negara anggotanya tetapi juga koalisi dari 46 negara. Kita juga melakukan kajian lima-tahunan tentang perjanjian pengurangan senjata nuklir dan dalam beberapa hari ke depan akan diumumkan sebuah babak baru terpenting dalam kebijakan nuklir Inggris dalam satu dekade ini, untuk pertama kalinya mengungkapkan batas maksimum dari persediaan senjata nuklir kita dan mengumumkan kajian atas kebijakan yang kita deklarasikan. Kami berkomitmen penuh untuk bekerjasama dengan mitra Persemakmuran kita untuk memperbaharui kembali organisasi tersebut dan membantu mereka untuk menetapkan agenda yang lebih jelas untuk masa depan. Dan dalam pertemuan G20 minggu lalu Perdana Menteri memainkan peran utama dalam mencari tindakan global terhadap perubahan iklim, kesehatan ibu, Perdagangan Doha dan peraturan perbankan internasional

serta pengurangan defisit. Cara memulai kita sebagai sebuah pemerintahan akan kita teruskan, baik dengan cara memanfatkan lembaga internasional maupun bekerja untuk memperkuat hubungan bilateral. Kami sadar bahwa kami tidak punya daya untuk menghentikan terjadinya krisis Kebijakan Luar Negeri di seluruh dunia sembari merapikan rumah tangga kita sendiri. Kita tidak hidup dalam dunia yang tenang dan begitu banyak waktu tersita oleh persoalan yang membutuhkan perhatian dan keputusan setiap saat. Kita sedang berperang di Afghanistan, prioritas utama kita dalam Urusan Luar Negeri dan pemandangan pengorbanan dan heroisme yang luar biasa dan tulus oleh angkatan bersenjata kita, dan kita menghadapi serangkaian tantangan yang serius dalam mendukung Pakistan. Kita berada di tahap yang genting dalam upaya mencegah peningkatan jumlah nuklir di Timur Tengah atau mempertaruhkan wilayah yang paling tidak stabil di dunia agar tidak terkoyak oleh senjata yang paling berbahaya di dunia. Dan waktu kian menipis untuk memberikan solusi bagi konflik dua negara Israel-Palestina, dimana kurangnya kemajuan bisa berakibat tragedi baik bagi rakyat Israel maupun Palestina, benar-benar berbahaya bagi wilayah tersebut dan merugikan bagi keamanan kita sendiri. Tetapi melaksanakan Kebijakan Luar Negeri Inggris tidak hanya sekedar membuat keputusan yang tepat atas persoalan-persoalan yang berpengaruh bagi kita saat ini saja, tetapi juga meletakkan dasar bagi keputusan yang tepat untuk masa-masa yang akan datang. Selaku pemerintah, kita telah dipilih setiap lima tahun. Tapi aspirasi kita adalah sebuah warisan bagi urusan luar negeri di tahun-tahun berikutnya yang bisa menjadi kerangka kerja paling kokoh bagi tercapainya kemakmuran dan keamanan rakyat Inggris, memperkuat kembali diplomasi, dan memulihkan keadaan ekonomi. Jadi sekarang kita meninggikan pandangan untuk jangka waktu yang lebih panjang, melihat pada dijunjungnya kepentingan Inggris dalam konteks yang lebih luas, dalam bulan-bulan mendatang kita akan menciptakan strategi nasional untuk mengejar tujuan kita di dunia, yang menyatukan upaya-upaya pemerintah, yang dipandu oleh pemikiran Kebijakan Luar Negeri, yang bekerja baik melalui lembaga internasional yang semakin kokoh serta hubungan bilateral yang disegarkan kembali, yang secara sadar berfokus pada mempertahankan kemakmuran ekonomi kita di masa depan, yang tanpa malu-malu memperjuangkan kepentingan nasional kita dalam memberikan yang terbaik bagi rakyat kita dengan tetap menjunjung tanggung jawab kita kepada bangsa lain. Singkatnya, ini merupakan Kebijakan Luar Negeri yang merangkul dunia yang berjejaring. Penekanannya di sini adalah, meskipun dua puluh tahun ke depan nampaknya masih akan menjadi masa dimana urusan luar negeri masih akan menghadapi bahaya yang berkembang, tetapi ini juga merupakan masa peluang yang luar biasa bagi sebuah negara yang bertekad untuk memberikan yang terbaik dari potensi-potensi besar yang jelas dimiliki oleh Inggris.

Anda mungkin juga menyukai