Anda di halaman 1dari 6

No.

42/07/71 Tahun V, 1 Juli 2011

KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2011


Tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Utara pada bulan Maret 2011 sebesar 8,51 persen atau setara dengan jumlah 194,90 ribu jiwa. Tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan. Di daerah perdesaan mencapai 9,37 persen (117,65 ribu jiwa) sedangkan perkotaan sebesar 7,46 persen (77,25 ribu jiwa). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2010, terjadi penurunan baik dari sisi jumlah maupun persentasenya. Penduduk miskin pada Maret 2010 sebanyak 206,72 ribu jiwa atau 9,10 persen. Dengan kata lain terjadi pengurangan jumlah penduduk miskin hampir 12 ribu jiwa selama periode 1 tahun terakhir atau penurunan tingkat kemiskinan sebesar 0,59 persen. Penurunan tingkat kemiskinan signifikan terjadi di daerah rural (perdesaan) dengan tingkat penurunan sebesar 0,77 persen (12,7 ribu jiwa) dibandingkan di daerah perkotaan yang secara persentase menurun 0,29 persen namun jumlahnya meningkat sebesar 0,9 ribu jiwa. Pada kelompok penduduk miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) dibandingkan Maret 2010 menunjukkan tidak banyak perubahan yang signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata kemampuan konsumsi penduduk miskin hanya sedikit bergerak naik mendekati ke garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan 2011 sama dengan nilai pada tahun 2010, mengindikasikan bahwa tidak ada perbaikan pemerataan diantara penduduk miskin.

1. PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI SULAWESI UTARA


Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara kembali mengalami penurunan pada tahun 2011 ini. Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan Maret 2011 diketahui Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Utara sebesar 8,51 persen atau sebanyak 194,90 ribu jiwa (lihat Tabel 1). Dari data tahun sebelumnya Tingkat Kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara sebesar 9,10 persen atau sebanyak 206,72 ribu jiwa. Dengan kata lain selama periode Maret 2010Maret 2011 terjadi pengurangan jumlah penduduk miskin sebesar 11,80 ribu jiwa atau 0,59 persen. Penurunan angka kemiskinan pada tahun 2011 ini merupakan lanjutan dari tren yang terjadi sejak tahun 2007. Tahun tersebut adalah titik balik setelah terjadi peningkatan pada beberapa periode sebelumnya. Penurunan ini juga sejalan dengan tren perkembangan tingkat kemiskinan pada tingkat nasional. Namun begitu tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara selalu dibawah angka nasional. Tahun 2009 misalnya angka kemiskinan nasional mencapai 14,15 persen sedangkan Sulawesi Utara hanya 9,79 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Utara No. 42/07/71/Th. V, 1 Juli 2011

Persentase Penduduk Miskin Sulawesi Utara dan Indonesia Maret 2007-Maret 2011 18.00 17.00 16.00 15.00 14.00 13.00 12.00 11.00 10.00 9.00 8.00

16.58 15.42 14.15 13.33


11.42 10.10

9.79
9.10 8.51 MAR 2011

MAR 2007

MAR 2008

MAR 2009

MAR 2010 Nasional

Sulawesi Utara

Tabel 1 : Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Tahun 2007 2011


TAHUN Kota (1) Maret 2007 Sulawesi Utara Indonesia Maret 2008 Sulawesi Utara Indonesia Maret 2009 Sulawesi Utara Indonesia Maret 2010 Sulawesi Utara Indonesia Maret 2011 Sulawesi Utara Indonesia 76,37 130,35 206,72 7,75 10,14 9,10 13,33 79,25 140,31 219,57 32.529,9 8,14 11,05 9,79 14,15 72,7 12.768,5 150,9 22.194,8 223,5 34.963,3 7,56 11,65 12,04 18,93 10,10 15,42 79,0 13.559,3 171,0 23.609,0 250,1 37.168,3 8,31 12,52 13,80 20,37 11,42 16,58 (2) Jumlah Penduduk Miskin (000 orang) Desa (3) Kota+Desa (4) Kota (5) Persentase Penduduk Miskin Desa (6) Kota+Desa (7)

77,25

117,65

194,90

7,46

9,37

8,51

Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Utara No. 42/07/71/Th. V, 1 Juli 2011

Penduduk miskin masih didominasi penduduk perdesaan. Dari 194,90 ribu jiwa penduduk miskin, 117,65 ribu jiwa tinggal di daerah perdesaan, dan di perkotaan hanya 77,25 ribu jiwa. Jumlah itu juga berarti bahwa di perkotaan tingkat kemiskinan sebesar 7,46 persen sedangkan di perdesaan 9,37 persen. Penurunan tingkat kemiskinan selama periode Maret 2010-Maret 2011, lebih signifikan terjadi di daerah rural (perdesaan) dengan tingkat penurunan sebesar 0,77 persen (12,7 ribu jiwa) dibandingkan di daerah perkotaan yang hanya menurun 0,29 persen (justru mengalami sedikit kenaikan 0,9 ribu jiwa). Berarti laju peningkatan kesejahteraan penduduk miskin lebih cepat terjadi di perdesaan dibanding di perkotaan.

2. PERUBAHAN DAN PERGESERAN GARIS KEMISKINAN


Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin jika tidak terjadi peningkatan pendapatan. Selama periode Maret 2010Maret 2011, garis kemiskinan naik Rp.18.489,- yaitu dari Rp. 194.334,per kapita per bulan pada Maret 2010 menjadi Rp. 212.823,- per kapita per bulan pada Maret 2011. Walaupun terjadi peningkatan nilai Garis Kemiskinan, faktanya tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan penduduk yang miskin pada tahun lalu mengalami peningkatan dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan Garis Kemiskinan sehingga sebagian dari mereka (11,8 ribu orang) mampu keluar dari kemiskinan. Peningkatan pendapatan menyebabkan mereka mampu mengkonsumsi komoditi makanan dan non makanan dengan kualitas atau volume yang lebih tinggi.
Tabel 2. Garis Kemiskinan, Jumlah dan persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara, Maret 2010 Maret 2011
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Daerah / Tahun Makanan (1) Perkotaan Maret 2010 Maret 2011 Perdesaan Maret 2010 Maret 2011 Kota+Desa Maret 2010 Maret 2011 150.595 164.964 43.739 47.859 194.334 212.823 206,72 194,90 9,10 8,51 149.372 163.264 38.724 42.977 188.096 206.241 130,35 117,65 10,14 9,37 152.189 167.025 50.280 53.780 202.469 220.805 76,38 77,25 7,75 7,46 (2) Bukan Makanan (3) Total (4) Jumlah penduduk Miskin (000) (6) Persentase penduduk Miskin (7)

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada bulan Maret 2010, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 77,49 persen, pada bulan Maret 2011, peranannya sedikit mengalami kenaikan menjadi 77,51 persen. Dengan kata lain peningkatan 3

Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Utara No. 42/07/71/Th. V, 1 Juli 2011

Garis Kemiskinan dari Maret 2010 ke Maret 2011 lebih disebabkan karena kenaikan harga yang lebih tinggi pada komoditi makanan dibandingkan pada komoditi non makanan. Penduduk miskin dapat dibedakan menjadi dua yaitu miskin kronis (chronic poor) dan miskin sementara (transient poor). Miskin kronis adalah penduduk miskin yang berpenghasilan jauh di bawah garis kemiskinan dan biasanya tidak memiliki akses yang cukup terhadap sumber daya ekonomi, sedangkan miskin sementara adalah penduduk miskin yang berada dekat garis kemiskinan. Jika terjadi sedikit saja perbaikan dalam ekonomi, kondisi penduduk yang termasuk kategori miskin sementara ini bisa meningkat dan statusnya berubah menjadi penduduk tidak miskin.

3. INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN DAN INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN


Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman (Poverty Gap) dan keparahan kemiskinan (Poverty Severity).
Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Sulawesi Utara menurut Daerah, Maret 2010- Maret 2011
Tahun Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret 2010 Maret 2011 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Maret 2010 Maret 2011 0,30 0,30 0,19 0,19 0,24 0,24 1,12 1,11 1,16 1,16 1,14 1,14 Kota Desa Kota + Desa

Pada periode Maret 2010-Maret 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung tidak mengalami perubahan yang berarti. Nilai indeks (P1) menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar rata-rata kesenjangan terhadap garis kemiskinan. Indeks ini digunakan sebagai dasar penghitungan berapa subsidi yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin. Sementara itu nilai indeks (P2) menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Dengan penurunan pada indeks (P1) tersebut berarti selama periode Maret 2010-Maret 2011 ada indikasi bahwa rata-rata jarak kedalaman kemampuan konsumsi penduduk miskin semakin bergerak naik mendekati ke garis kemiskinan. Sedangkan penurunan indeks (P2) menunjukkan bahwa variasi pengeluaran konsumsi penduduk miskin semakin merata dan semakin kecil ketimpangannya. Kedalaman kemiskinan di perdesaan dan perkotaan tidak signifikan berbeda terlihat dari nilai indeks (P1) yang hampir sama yakni 1,16 berbanding 1,11. Sedangkan dari sisi ketimpangan pengeluaran, penduduk miskin di perkotaan cenderung memiliki tingkat ketimpangan yang lebih tinggi dibandingkan penduduk

Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Utara No. 42/07/71/Th. V, 1 Juli 2011

miskin di perdesaan yang ditunjukkan dari disparitas nilai indeks (P2) dimana di perdesaan 0,19 sedangkan di perkotaan mencapai 0,30.

4. PENJELASAN TEKNIS DAN SUMBER DATA


a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2011 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Triwulanan Modul Konsumsi bulan Maret 2011. Jumlah sampel yang ada hanya mampu menyajikan data kemiskinan sampai tingkat provinsi.

Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Utara No. 42/07/71/Th. V, 1 Juli 2011

BPS PROVINSI SULAWESI UTARA

Informasi lebih lanjut hubungi: Kelengi Meliala, MA Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Sulawesi Utara Telepon: 0431-847044 Fax.: 0431-862204 E-mail: bps7100@bps.go.id Homepage : http://sulut.bps.go.id

Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Utara No. 42/07/71/Th. V, 1 Juli 2011

Anda mungkin juga menyukai