Anda di halaman 1dari 23

Bioetika, Humaniora Kesehatan & HAM

BUKU PEGANGAN MAHASISWA

MODUL BIOETIKA

DIBERIKAN PADA MAHASISWA SEMESTER II FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS


DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syamsu, SpPD, KIA dr. Nasrudin. A.M, SpOG

BLOK BIOETIKA, HUMANIORA KESEHATAN DAN HAK ASASI MANUSIA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2010

Fakultas Kedokteran UNHAS

PENGANTAR Etika telah menjadi suatu bagian dari dunia kedokteran sejak awal perkembangannya. Pada masa seperempat abad terakhir dari abad ke-20, pertimbangan etika menjadi perhatian utama oleh karena beberapa alasan. Pertama yaitu Fenomena sosial yang menghendaki adanya pengakuan terhadap Hak Asasi Manusia (dalam hal ini adalah pasien) yang membawa konsekuensi pada : Perubahan pola hubungan dokter pasien, pengambilan keputusan medis (dari paternalistik ke informed consent). Kedua adalah fenomena perkembangan Ilmu pengetahun dan teknologi kedokteran yang tidak dibarengi dengan perkembangan nilai etik dan moral telah memunculkan masalah-masalah yang memiliki dimensi moral, seperti pertolongan hidup, fertilisasi in-vitro, Stem cell, cloning reproduksi/terapi, dan masalahmasalah lain. Ketiga yaitu adanya peningkatan kejahatan moral yang dilakukan oleh praktisi medis, dimana profesi medis menemukan dirinya berada dalam sebuah dilema karena nilainilai moral tidak lagi menjadi bagian dari kurikulum kedokteran sekuler. Dan keempat yaitu tuntutan peningkatan profesionalisme dokter dalam melakukan praktek (Area Kompetensi dari Konsil Kedokteran Indonesia), sehingga materi Bioetika, Humaniora Kesehatan, dan HAM diharapkan mampu menjawab tantangan untuk meningkatkan profesionalisme lulusan pendidikan dokter di Indonesia. Pembelajaran tentang Etika, Humaniora kesehatan, dan HAM untuk mahasiswa kedokteran dalam masalah yang prularistik seperti di Indonesia merupakan tugas yang mendesak. Pembelajaran tentang etika kedokteran dan humaniora kesehatan dapat membantu siswa mencapai kematangan secara individual, meningkatkan kewaspadaan etika, mampu bersikap dalam wilayah moral, yang nantinya akan menghasilkan dokter yang humanis dan profesional dalam pelayanan kesehatan. Dalam modul ini, dititik beratkan pada skenario yang mengandung dilema etik dan moral dalam praktek pelayanan kesehatan sehari-hari. Diberikan beberapa skenario dan selanjutnya akan dibahas oleh para mahasiswa berdasarkan tujuh langkah penyelesaian masalah dan analisa berdasarkan Kaidah Dasar Bioetik, prinsip Etika Klinik menurut Jonsen AR-Siegler, dan prinsip dasar Etika Agama. Pembahasan berhubungan dengan aktivitas tutorial yang dilakukan oleh para mahasiswa. Disamping diskusi, para mahasiswa juga mengasah keterampilan sesuai dengan tujuan yaitu melatih keterampilan kedokteran dan sebagai perkenalan terhadap berbagai permasalahan yang akan ditemukan para siswa nantinya, khususnya dalam menjalin kepercayaan, komunikasi, dan hubungan yang baik antara pasien dan dokter serta terampil dalam melakukan dan menerapkan Prinsip / Kaidah Dasar Bioetik terhadap masalah dan keputusan etik klinik serta masalah humaniora kesehatan, sebagai persiapan untuk terjun ke masyarakat dan bertanggung jawab sebagai seorang dokter yang profesional. Blok Bioetik, Humaniora Kesehatan dan HAM ini disajikan pada mahasiswa semester II Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dengan jumlah beban 5 SKS dan jadwal kegiatan perkuliahan selama 4 minggu. Kami berterimakasih pada semua orang, bagian terkait dan segala pihak yang telah membantu menyelesaikan modul ini. Saran dan kritik yang membangun untuk meningkatkan isi modul ini sangat kami harapkan. Makassar, Februari 2010 Penyusun

Bioetika, Humaniora Kesehatan & HAM


PENDAHULUAN PETUNJUK TEKNIS TUTORIAL Pada modul Dilema Etik, terdapat 2 skenario yang akan dibahas oleh para mahasiswa dalam waktu 1 minggu. Setiap wacana akan diselesaikan dalam 2 kali pertemuan setiap minggunya. Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok terdiri dari 10-15 siswa yang dipandu oleh seorang tutor sebagai fasilitator. Pada diskusi tutorial dipilih seorang ketua dan sekretaris secara bergantian untuk memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk memimpin diskusi. Oleh Karena itu, semua aturan dan tugas harus dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujan pembelajaran. Sebelum diskusi dimulai, seorang tutor akan membuka diskusi dengan memperkenalkan dirinya kepada para anggota kelompok dan perkenalan antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lainnya, dilanjutkan dengan memimpin doa bersama sebelum diskusi dimulai. Setelah itu tutor menjelaskan aturan dan tujuan pembelajaran. Ketua dengan dibantu sekertaris akan memulai diskusi menggunakan tujuh lompatan untuk membahas masalah yang ada dalam skenario. Ketujuh lompatan itu adalah: 1. Klarifikasi istilah dan konsep yang tidak jelas 2. Menentukan permasalahan 3. Analisa masalah 4. Kesimpulan dari lompatan ketiga 5. Menentukan tujuan pembelajaran 6. Mengumpulkan informasi yang mendukung (belajar mandiri) 7. Sintesis/evaluasi informasi yang baru. Penjelasan tentang ketujuh lompatan tersebut adalah sebagai berikut: Klarifikasi istilah dan konsep yang tidak jelas Istilah atau konsep yang tidak jelas atau yang dapat menyebabkan berbagai interpretasi perlu untuk ditulis dan diklarifikasi pertama-tama dengan menggunakan kamus umum, kamus kedokteran dan menanyakan ke tutor. Menentukan masalah Masalah dalam wacana diidentifikasi dan diformulasikan dengan jelas. Menganalisa masalah Memecahkan masalah melalui analisa dengan cara brain storming. Pada lompatan ini setiap anggota dapat memberikan penjelasan secara tentatif, mekanismenya, penyebab yang berhubungan dan kasus lainnya. Menyimpulkan lompatan ketiga Analisa masalah pada lompatan ketiga dirangkumkan Menentukan tujuan pembelajaran Pengetahuan dan informasi lain yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah ini diformulasikan dan dibuat secara sistematis sebagai tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional khusus. Mengumpulkan informasi yang mendukung (belajar mandiri) Pengetahuan yang dibutuhkan sebagai tujuan pembelajaran untuk pemecahan masalah

Fakultas Kedokteran UNHAS

didapatkan lewat belajar mandiri menggunakan informasi yang diperoleh dari internet, jurnal, perpustakaan, kuliah, dan konsultasi dengan dokter ahli. Sintesis/evaluasi informasi yang baru Sintesis dan eveluasi informasi yang terbaru adalah hasil yang diperoleh setelah siswa melakukan belajar mandiri. Setiap skenario dibicarakan setiap minggu dalam dua kali pertemuan. Lompatan satu sampai lima dibahas pada pertemuan pertama, lompatan enam dibahas di antara pertemuan pertama dan kedua. Lompatan tujuh dibahas pada pertemuan kedua. Dua orang tutor bertanggung jawab sebagai fasilitator diskusi dan membantu siswa memecahkan masalah tanpa memberikan penjelasan ataupun kuliah singkat. Pimpinan diskusi, memimpin diskusi dengan memberi kesempatan pada setiap anggota untuk mengutarakan ide, pertanyaan, mengingatkan bila ada seorang anggota yang mendominasi diskusi dan memperingatkan anggota yang pasif selama diskusi. Pimpinan dapat mengakhiri brain storming apabila dirasa telah cukup dan memastikan bahwa sekertaris telah menulis pokok-pokok bahasan yang penting dari hasil diskusi. Pimpinan diskusi akan dibantu oleh sekertaris untuk menuliskan hasil diskusi pada papan tulis atau flip chart. Selama berlangsungnya diskusi tutorial, keterbukaan dan kebersamaan harus dimunculkan siswa bebas untuk mengemukakan ide tanpa merasa khawatir bahwa ide yang akan disampaikannya itu salah atau dianggap tidak penting oleh siswa yang lain. Karena yang terpenting dalam diskusi tutorial adalah proses dimana siswa belajar untuk memecahkan masalah dan tidak terfokus pada ketepatan pemecahan masalah. Proses tutorial membutuhkan keaktifan siswa dalam mencari informasi atau belajar mandiri untuk memecahkan masalah. Belajar mandiri dapat didapatan lewat informasi yang duperoleh dari internet (jurnal-jurnal terbaru), perpustakaan (text book dan laporan penelitian), kuliah dan konsultasi dengan dokter ahli. Setiap akhir kegiatan ketua kelompok menyimpulkan hasil diskusi dan memimpin doa sebagai penutup kegiatan tutorial.

JADWAL KEGIATAN Kegiatan pembelajaran pada Problem Based Learning (PBL) sangat menentukan keaktifan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran dari modul yang telah disiapkan pada Blok Bioetika, Humaniora Kesehatan, dan Hak Asasi Manusia. Proses pembelajaran dalam hal ini meliputi : Pertemuan pertama : dalam kelas besar dengan tatap muka satu arah untuk penjelasan dan tanya jawab. Tujuannya adalah menjelaskan tentang modul dan cara menyelesaikan modul, serta membagi kelompok diskusi. Pada pertemuan pertama buku modul dibagikan. Pertemuan kedua : Diskusi tutorial I dipimpin oleh mahasiswa yang terpilih menjadi ketua dan sekretaris serta difasilitasi oleh tutor. Tujuannya adalah memilih ketua dan sekretaris kelompok, Brain-storming untuk proses 1-3, dan membagi tugas Belajar mandiri, Tujuannya adalah untuk mencari informasi baru yang diperlukan. Pertemuan ketiga : Diskusi tutorial II seperti pada tutorial I. Tujuannya adalah melaporkan hasil diskusi yang diperoleh dari pembelajaran mandiri dan melakukan klasifikasi, analisis, dan sintesisari semua informasi

Bioetika, Humaniora Kesehatan & HAM


Diskusi mandiri : dengan proses yang sama dengan diskusi tutorial, bila informasi telah cukup, diskusi mandiri digunakan untuk membuat laporan penyajian dan laporan tertulis. Diskusi mandiribisa dilakukan berulang-ulang di luar jadwal. Pertemuan terakhir : Diskusi panel dan tanya pakar. Tujuannya untuk melaporkan hasil analisa dan sintesa informasi yang ditemukan untuk menyelesaikan masalah pada skenario. Bila ada masalah yang belum jelas atau terdapat kesalahan persepsi, bisa diselesaikan oleh para pakar yang hadir pada pertemuanitu. Laporan penyajian dibuat oleh kelompok dalam bentuk sesuai urutan yang yercantum pada buku kerja. Masing-masing mahasiswa membuat laporan tentang hasil diskusi kasus dalam kelompoknya dan laporan penyajian kelompok dikumpulkan pada koordinator PBL MEU melalui ketua kelompok. TIME TABLE
I Pertemuan I (penjelasan) II Tutorial I (Brainstorming, klasifikasi, analisis, & sintesis III Belajar mandiri (mencari informasi tambahan) IV Tutorial II (laporan informasi baru, klasifikasi, analisis &sintesa V Diskusi mandiri, kuliah, & konsultasi VI Diskusi panel tanya pakar & VII Laporan Tugas /

STRATEGI PEMBELAJARAN Diskusi kelompok yang difasilitasi oleh tutor Diskusi kelompok mandiri tanpa tutor Konsultasi pada narasumber yang ahli (pakar) pada permasalahan yang dimaksud untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam. Kuliah khusus dalam kelas Aktivitas pembelajaran individual diperpustakaan dengan menggunakan buku ajar, majalah, slide, tape atau video dan internet SUMBER INFORMASI (MODUL 1)
1. Bertens. K. Etika. Seri filsafat Atma Jaya : 15. Cetakan kesembilan. Gramedia pustaka utama. Jakarta. Desember 2005. 2. Guwandi J. Hukum Medik (Medical Law). Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2005. 3. Guwandi J. Informed Consent. Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2004. 4. Jonsen AR, Siegler M, WinsladeWJ. Clinical Ethics : A Practical Approach to ethical decisions in clinical medicine. 5th ed. New York, NY:McGraw-Hill. 2002 5. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK) & Ikatan Dokter Indonesia(IDI). Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman pelaksanaan KODEKI. Jakarta. 2002 6. Nazif Amru H. Bioetika dan Hak-hak Asasi Manusia menuju standar pengaturan Nasional. Komisi Bioetika Nasional. Jakarta. 2007. 7. Purwadianto A. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggungjawab profesi kedokteran. Makalah penyegaran etika kedokteran, FKUI dalam rangka modul EPC II, Jakarta 18 Februari 2003.

Fakultas Kedokteran UNHAS

8. Robert MC Veacth. Basic of Bioethics. BabIV hal 65-74 9. Samil RS. Etika Kedokteran Indonesia, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Ul, Jakarta, 1994 10. Samil RS. Etika Kedokteran Penerapan Masa Kini. Kuliah umum pada Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia ketigabelas, Manado, 7-12 Juli 2006 11. Samil RS. Etika Kedokteran Indonesia, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2001 12. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan Hukum Kedokteran ; Pengantar bagi mahasiswa kedokteran dan hukum. Cetakan pertama. Pustaka Dwipar. Jakarta. 2005 13. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. Persetujuan tindakan medik (Informed consent). Buku acuan nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Cetakan kedua. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2001. 14. Diktat Kuliah dan Hand out Para Nara sumber /Dosen Pengampu 15. Sumber Lain : VCD, Film, tape, Internet, dan koran

SUMBER INFORMASI (MODUL 2)


1. Afandi D. Hak atas kesehatan dalam perspektif HAM. Makalah seminar Hak atas kesehatan. KOMNAS HAM PWI. Palembang, Sumatra Selatan. 2006 2. Komentar Umum No. 14 Hak atas standar Kesehatan tertinggi yang dapat dijangkau (Komite hak-hak Ekonomi, sosial, dan budaya) Sidang ke-22 Genewa. 2000. 3. Nazif Amru H. Bioetika dan Hak-hak Asasi Manusia menuju standar pengaturan Nasional. Komisi Bioetika Nasional. Jakarta. 2007. 4. Saraswati IG, Basari T, dkk. Hak Asasi Manusia Teori, Hukum, dan Kasus. Cetakan pertama. Departemen Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI bekerja sama dengan European Initiative for Democracy & Human Rights (EIDHR) Uni Eropa. SMK Grafika Desa Putera. Jakarta. 2006. 5. Undang-undang No. 39 Tahun 1999 : Tentang Hak Asasi Manusia 6. WHO. 25 Questions and Answer on Health & Human rights. Health and Human rights Publication series issue No.1. July 2002 7. Diktat Kuliah dan Hand out Para Nara sumber /Dosen Pengampu 8. Sumber Lain : VCD, Film, tape, Internet, dan koran

DAFTAR NAMA NARA SUMBER NO NAMA DOSEN


1

BAGIAN

TELEPON/EMAIL
085242679210 0811417346

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Prof.Dr.dr.Syamsu,SpPD.KIA* Intena Prof. dr. Syarifuddin Wahid, Ph.D, Forensik-Medikolegal / PA SpPA.K, SpF, DFM Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, SpA.K Ilmu Kesehatan Anak Prof. dr. Irawan Yusuf, Ph.D Prof.dr. Abd. Razak Datu, Ph.D Anatomi Dr. dr. Gatot Lawrence, SpPA.K, Forensik-Medikolegal / PA SpF, DFM dr. Budu, SpM, Ph.D Mata dr. Suliati P Amir, SpM Mata dr. Sri Asriani, Sp.Rad IKM/IKP, Radiologi dr. Nasrudin. A.M, SpOG Obgin dr. Sulhana Mokhtar dr. Sakura** Humaniora Farmakologi

081342039556 0816255306 08152541665 081524181888 08164399032 08124257274 ernase@yahoo.co.id 08164383577 081944268252 / 085288198424

Bioetika, Humaniora Kesehatan & HAM


* Koordinator Blok Bioetika, Humaniora Kesehatan & HAM ** Sekretaris Blok Bioetika, Humaniora Kesehatan & HAM

BUKU PEGANGAN MAHASISWA

MODUL BIOETIKA DILEMA ETIK

DIBERIKAN PADA MAHASISWA SEMESTER II FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS


DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syamsu, SpPD, KIA dr. Nasrudin. A.M, SpOG

BLOK BIOETIKA, HUMANIORA KESEHATAN DAN HAK ASASI MANUSIA


Fakultas Kedokteran UNHAS 7

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2010

Bioetika, Humaniora Kesehatan & HAM

DILEMA ETIK
TUJUAN INSTRUKSIONAL Tujuan Instruksional Umum : Setelah selesai mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu menganalisis berbagai kasus dilema etik dalam situasi yang conflicting, sesuai dengan tuntutan masyarakat dalam negara berkembang dan bertanggung jawab sebagai seorang dokter yang profesional.

SKENARIO Kasus I. Euthanasia Pasif Seorang wanita berumur 55 tahun bernama Ny. Christine menderita penyakit kanker payudara terminal dengan metastase yang telah resisten terhadap tindakan kemoterapi dan radiasi. Wanita tersebut sudah menjadi janda selama 5 tahun sepeninggal suaminya, sekarang dia menjadi tanggung jawab penuh keluarganya yaitu anak-anaknya. Dia dirawat di Rumah Sakit Sejahtera dan yang menangani adalah dokter Wibowo dan beberapa perawat. dr. Wibowo selalu memantau perawatan paliatif Ny. Christine agar didapatkan perawatan yang sebaik mungkin, termasuk memberikan informasi mengenai perawatan yang akan diberikan, kepada Ny. Christine maupun keluarga. Ny Christine mengalami nyeri tulang yang hebat dimana sudah tidak dapat lagi diatasi dengan pemberian dosis morphin intravena. Hal itu ditunjukkan dengan adanya rintihan ketika istirahat dan nyeri bertambah hebat saat Ny Christine mengubah posisinya. Ny Christine tampak susah tidur, ia sering meminta diberikan obat analgesik, dan keluarganya pun meminta untuk dilakukan penambahan dosis pemberian obat analgesik. Dokter menjelaskan pada keluarga bahwa penambahan obat analgesik dapat mempercepat kematian klien, karena itu berarti dosis morphin yang selama ini diberikan harus ditambah lagi dosisnya. Keluarga tetap bersikeras agar dokter meningkatkan dosis morphin yang akan diberikan pada Ny Christine bahkan nyonya Christine sendiri menyetujuinya dengan alasan ingin mengakhiri semua penderitaan dan kesakitannya secepat mungkin. Disinilah dokter Wibowo mengalami dilema, bingung memilih diantara pilihan yang sangat sulit karena jika dia menuruti permintaan kliennya maka sama saja dirinya telah melakukan euthanasia pasif, tetapi jika tidak dituruti maka terjadi pelanggaran terhadap hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri serta pasien juga akan menderita karena terus-menerus merasakan nyeri yang hebat. Akhirnya dokter memutuskan untuk menuruti keinginan klien dengan menambah dosis morphin namun tidak sering dan apabila diperlukan. Artinya penambahan diberikan kadangkadang pada saat tertentu misalnya pada malam hari agar klien bisa tidur cukup. *** Pertanyaan : - Rumuskan beberapa dilema etik pada kasus ini - Bagaimana anda melihat dilema etik sentral pada kasus ini, dimana pada satu pihak anda sebagai dokter dan dilain pihak anda sebagai keluarga Ny Cristin.

Fakultas Kedokteran UNHAS

Dari dilema etik yang ada, cobalah anda analisis berdasarkan Kaidah Dasar Bioetik, Etika Klinik Jonsen Siegler. (gunakan tabel kriteria KDB & pertanyaan etik klinik Jonsen S) Jelaskan Isu lain (jika ada isu Hukum & HAM) yang relevan dengan kasus ini dan bagaimana jika kita melihatnya dalam perspektif Agama.

Kasus II. Dilema dokter Didin Perusahaan SETENGAH JADI adalah sebuah perusahaan besar. dr. Didin adalah seoarang dokter yang bekerja di klinik kesehatan Perusahaan SETENGAH JADI. Dokter bekerja dengan sangat profesional sehingga pihak perusahan sangat mempercayai dan ia di kontrak untuk 3 tahun ke depan. Waktu terus mengalir, hari berganti hari tidak terasa dr. Didin sudah menghabiskan waktunya selama 1 tahun 7 bulan di Perusahaan SETENGAH JADI. Suatu ketika putri tunggal dr. Didin menderita leukemia, dan sudah diobati dengan berbagai macam cara namun tak kunjung sembuh. Kondisi keuangan dalam keluarga pun mulai menipis. Perasaan bingung, resah, gelisah, sedih terus menghantui dr. Didin dan keluarganya. Perusahaan SETENGAH JADI sedang membutuhkan calon tenaga kerja yang akan diposisikan sebagai menejer. Salah satu syaratnya adalah harus sehat jasmani dan rohani. Bu Titis adalah seorang calon yang sangat antusias untuk menjadi menejar, tetapi sayang Ibu Titis menderita sakit jantung. dr. Didin diberi kepercayaan oleh pihak perusahan untuk memeriksa kesehatan para calon. Bu Titis adalah salah satu calon yang lulus, tapi terkendala masalah kesehatan. Bu Titis akhirnya meminta kepada dr. Didin untuk memberikan surat keterangan sehat dengan catatan biaya pengobatan putri dr. Didin akan ditanggung oleh beliau. Akhirnya dengan terpaksa dr. Didin mengikuti tawaran Bu Titis. Setelah satu bulan bekerja, Ibu Titis mengalami jatuh sakit. penyakit jantungnya Bu Titis kambuh dan harus beristrahat selama tiga bulan. dr. Didin diminta pihak perusahan untuk melaporkan kondisi Bu Titis. dr. Didin menjadi dilema, jika ia menyampaikan kondisi kesehatan Ibu Titis yang sebenarnya Ibu Titis pasti akan dipecat dan ia merasa kurang nyaman karena terikat utang budi dengan Ibu Titis, tetapi jika ia berbohong atau menyatakan Ibu Titis dalam keadaan sehat, kemungkinan besar penyakit Ibu Titis akan kambuh dan lebih parah lagi dan dia dinilai kurang professional. Akhirnya kepada pihak perusahan dr. Didin menyampaikan bahwa, keadaan bu titis membaik dan sudah bisa bekerja namun belum bisa untuk bekerja secara maksimal . Tiga hari kemudian dr. Didin mendengar berita bahwa Ibu Titis dipecat dari Perusahaan SETENGAH JADI, karena demi meningkatkan kualitas produksi Perusahaan SETENGAH JADI membutuhkan manajer yang harus bekerja secara maksimal. Mendengar itu dr. Didin ikut menyesal dan mengundurkan diri dari perusahan karena merasa berutang budi dengan Ibu Titis. *** Pertanyaan : - Rumuskan beberapa dilema etik pada kasus ini - Bagaimana anda melihat dilema etik sentral pada kasus ini, dimana pada satu pihak anda sebagai dokter dan dilain pihak anda sebagai Manajemen Perusahan. - Dari dilema etik yang ada, cobalah anda analisis berdasarkan Kaidah Dasar Bioetik, Etika Klinik Jonsen Siegler. (gunakan tabel kriteria KDB & pertanyaan etik klinik Jonsen S) - Bagaimana anda melihat kasus ini jika kita melihatnya dalam perspektif Agama.

10

LAMPIRAN BAHAN DISKUSI 1 : KAIDAH DASAR BIOETIK I ( ALTRUISME DALAM BERPRAKTEK ) BENEFICENCE Kriteria 1) Mengutamakan altruisme yaitu menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain. 2) Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia. 3) Memandang pasien / keluarga/ sesuatu tak hanya sejauh Menguntungkan dokter. 4) Mengusahakan agar kebaikan /manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya. 5) Paternalisme bertanggung jawab/berkasih saying 6) Manjamin kehidupan- baik- minimal manusia 7) Pembatasan goal-based. 8) Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien. 9) Minimalisasi akibat buruk. 10) Kewajiban menolong pasien gawat darurat. 11) Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan. 12) Tidak menarik honorarium diluar kepantasan. 13) Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan. 14) Mengembangkan profesi secara terus-menerus. 15) Memberikan obat berkhasiat namun murah. 16) Menerapkan Golden Rule Principle.

Ada

Tidak ada

BAHAN DISKUSI 2 : KAIDAH DASAR BIOETIK 2 ( DO NO HARM DALAM SITUASI EMERGENSI DAN PRAKTEK KLINIK ) NONMALEFICENCE Kriteria 1) Menolong pasien emergensi. 2) Kondisi untuk menggambarkan criteria ini adalah : pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang penting (gawat), dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut, tindakan kedokteran teresebut terbukti efektif, manfaat bagi pasien > kerugian dokter atau hanya mengalami risiko minimal. 3) Mengobati pasien yang luka. 4) Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia). 5) Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien. 6) Tidak memandang pasien hanya sebagai objek.

Ada

Tidak ada

7) Mengobati secara tidak proporsional. 8) Tidak mencegah pasien dari bahaya. 9) Menghindari misrepresentasi dari pasien. 10) Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian. 11) Tidak memberikan semangat hidup. 12) Tidak melindungi pasien dari serangan. 13) Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan/kerumah sakitan yang merugikan pihak pasien dan Keluarganya.

BAHAN DISKUSI 3 : KAIDAH DASAR BIOETIK 3 ( OTONOMI PASIEN DALAM BERBAGAI SITUASI )

AUTONOMI Kriteria 1) Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien. 2) Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada kondisi elektif). 3) Berterus terang. 4) Menghargai privasi. 5) Menjaga rahasia pesien. 6) Menghargai rasionalitas pasien. 7) Melaksanakan Informed consent. 8) Membiarkan pasien dewasa dan kompeten megambil keputusan sendiri. 9) Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien. 10) Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri. 11) Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi 12) Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien 13) Menjaga hubungan (kontrak).

Ada

Tidak ada

12

Bioetika, Humaniora Kesehatan & HAM


BAHAN DISKUSI 4 : KAIDAH DASAR BIOETIK 4 ( PRINSIP KEADILAN DALAM KONTEKS HUBUNGAN DOKTER PASIEN )

JUSTICE Kriteria 1) Memberlakukan segala sesuatu secara universal. 2) Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan. 3) Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama. 4) Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, accessibility, availability, and quality). 5) Menghargai hak hukum pasien. 6) Manghargai hak orang lain. 7) Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan). 8) Tidak melakukan penyalahgunaan. 9) Bijak dalam makro alokasi. 10) Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien. 11) Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya. 12) Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, dan sanksi) secara adil. 13) Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten. 14) Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alas an sah/tepat. 15) Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan. 16) Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status sosial, dan lain-lain.

Ada

Tidak ada

DAFTAR TILIK PERTANYAAN ETIKA KLINIK JONSEN, SIEGLER DAN WINSLADE MEDICAL INDICATION NO PERTANYAAN ETIK ANALISA 1 Apakah masalah medis pasien ? Riwayat ? Diagnosis ? Prognosis ? 2 Apakah masalah tersebut akut ? kronik ? kritis ? gawat darurat ? masih dapat disembuhkan ? 3 Apakah tujuan akhir pengobatannya ? 4 Berapa besar kemungkinan keberhasilnanya ? 5 Adakah rencana lain bila terapi gagal ? 6 Sebagai tambahan, bagaimana pasien ini diuntungkan dengan perawatan medis, dan bagaimana kerugian dari pengobatan dapat

13

dihindari ? QUALITY OF LIFE NO PERTANYAAN ETIK ANALISA 1 Bagaimana prospek, dengan atau tanpa pengobatan untuk kembali ke kehidupan normal ? 2 Apakah gangguan fisik, mental, dan social yang pasien alami bila pengobatannya berhasil? 3 Apakah ada prasangka yang mungkin menimbulkan kecurigaan terhadap evaluasi pemberi pelayanan terhadap kualitas hidup pasien ? 4 Bagaimana kondisi pasien sekarang atau masa depan, apakah kehidupan pasien selanjutnya dapat dinilai seperti yang diharapkan? 5 Apakah ada rencana alasan rasional untuk pengobatan selanjutnya ? 6 Apakah ada rencana untuk kenyamanan dan perawatan paliatif ?

PATIENT PREFERRENCES NO PERTANYAAN ETIK ANALISIS 1 Apakah pasien secara mental mampu dan kompeten secara legal ? apakah ada keadaan yang menimbulkan ketidakmampuan ? 2 Bila berkompeten, apa yang pasien katakan mengenai pilihan pengobatannya ? 3 Apakah pasien telah diinformasikan mengenai keuntungan dan risikonya, mengerti atau tidak terhadap informasi yang diberikan dan memberikan persetujuan ? 4 Bila tidak berkompeten, siapa yang pantas menggantikannya ? apakah orang yangberkompoten tersebut menggunakan standar yang sesuai dalam pengambilan keputusan ? 5 Apakah pasien tersebut telah menunjukkan sesuatu yang lebih disukainya? 6 Apakah pasien tidak berkeinginan / tidak mampu untuk bekerja sama dengan pengobatan yang diberikan ? kalau iya, kenapa? 7 Sebagai tambahan, apakah hak pasien untuk memilih untuk dihormati tanpa memandang etnis dan agama ?

14

Bioetika, Humaniora Kesehatan & HAM


CONTEXTUAL FEATURES NO PERTANYAAN ETIK ANALISIS 1 Apakah ada masalah keluarga yang mungkin mempengaruhi pengambilan keputusan pengobatan ? 2 Apakah ada masalah sumber data (klinisi dan perawat) yang mungkin mempengaruhi pengambilan keputusan pengobatan ? 3 Apakah ada masalah factor keuangan dan ekonomi ? 4 Apakah ada factor relegius dan budaza ? 5 Apakah ada batasan kepercayaan ? 6 Apakah ada masalah alokasi sumber daya ? 7 Bagaimana hukum mempengaruhi pengambilan keputusan pengobatan ? 8 Apakah penelitian klinik atau pembelajaran terlibat ? 9 Apakah ada konflik kepentingan didalam bagian pengambilan keputusan didalam suatu institusi ?

15

BUKU PEGANGAN MAHASISWA

MODUL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF HAM

DIBERIKAN PADA MAHASISWA SEMESTER II FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS


DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syamsu, SpPD, KIA dr. Nasrudin. A.M, SpOG

BLOK BIOETIKA, HUMANIORA KESEHATAN DAN HAK ASASI MANUSIA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2010

16

Bioetika, Humaniora Kesehatan & HAM

MODUL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF HAM


TUJUAN INSTRUKSIONAL Tujuan Instruksional Umum : Setelah selesai mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu memahami Konsep Kesehatan sebagai Hak Asasi Manusia.

SKENARIO Skenario I. Medical Journey at Baut Bay Dinginnya udara kampung Obeng membuatku malas untuk menarik selimut ini. Namun bayangan bahwa perjalanan yang akan kulalui masih panjang memaksaku untuk bangun. Hmmm secangkir kopi hangat telah menanti saatku selesai mandi dan berpakaian. Jalan mulai menurun...dari kejauhan warna kebiruan mulai mewarnai pandangan mataku. Ah...khasnya laut mulai terhirup, saat kubuka sedikit jendela mobil. Sudah 2 hari ini kami satu rombongan menjalani tikungan demi tikungan dalam rangka proses investigasi. Mari singgah dulu ke mess kami pak, kalau bapak mungkin ingin beristirahat dulu begitu sapaan pertama yang kami dapatkan setelah orang tersebut memperkenalkan diri. Ia adalah salah seorang petugas perusahaan pertambangan di sekitar Baut Bay ini. Ternyata kedatangan kami telah tercium dengan baik oleh mereka. Namun 50 meter ke arah depan rombongan penduduk sudah pula menanti kami penuh harap. Aku melenguh.....kadang kupikir betapa beratnya tugas ini. Aku takut salah...aku takut ga adil. Aku sendiri juga bingung. Kepala ku telah penuh dengan downloadan yang terkumpul dalam folder e-Book ku tentang berbagai data-data keadaan situasi dan kondisi daerah ini. Terima kasih...mungkin lain kali jawab pimpinan rombongan kami singkat. Pemandangan berubah dratis ketika kami memasuki dusun di tepi pantai ini. Kumuh, bau amis menyengat, pemukiman yang padat dan sampah yang berserakan membuat kadang kami harus menahan nafas sejenak. Baut Bay adalah sebuah teluk yang indah, namun akhir-akhir ini lagi naik daun. Selentingan tentang pencemaran yang dilakukan sebuah perusahaan yang membuang limbahnya ke teluk ini membuat kami harus turun ke dusun ini. Dusun yang kami kunjungi ini termasuk salah satu desa di kecamatan Jauh Melayang. Letak puskesmasnya sendiri hanya sekitar 300 meter dari dusun yang kami kunjungi. Puskesmas yang cukup lengkap, bahkan ada 2 dokter umum yang ada (tapi setelah isu pencemaran ini meluas ke level nasional). Dusun Baut Bay adalah dusun terujung dari kabupaten Suka Menjauh, batas akhirnya adalah sebuah sungai. Di seberang sungai sudah merupakan Kabupaten lain. Pun di seberang sungai juga terdapat sebuah dusun yang secara geografis sebenarnya menyatu dalam Teluk. Dari kemaluan saya sering keluar darah demikian

17

keluhan seorang ibu yang berumur kurang lebih 30-an. Ini terjadi kurang lebih dalam satu tahun terakhir demikian jawabnya ketika kami menanyakan sejak kapan keluhan tersebut dialami. Anak saya badannya bentol-bentol... ibu lain ikut menukas, berebut ingin melaporkan apa yang mereka alami. Semua karena pencemaran hampir serentak mereka bersorak. Dusun ini terletak pada daerah rawa payau, sumber air minum yang ada Cuma dua, ini pun keliatan baru dibuat. Ketika aku teliti dengan seksama bangunan dan kran air yang ada. Sarana MCK pun memprihatinkan. Tumpukan makanan tambahan pengganti ASI tampak menumpuk di salah satu sudut ruang tamu salah seorang warga yang kami kunjungi. Ini apa bu ? aku pura-pura bertanya. Oh ini dikasih ama suster puskesmas, katanya untuk anak saya ini jawab ibu tersebut sambil menghapus ingus yang meleleh keluar dari hidung anaknya yang berumur 2 tahun. Kok masih banyak, kenapa ga dikasihkan ke anaknya ? aku bertanya lebih lanjut. Asin pak, anak saya ga suka, saya sih sudah katakan sama susternya, tapi tetap saja dikasih Begitu banyak data penyakit yang kami dapatkan, tapi logika keilmuanku mencoba untuk tetap dalam kerangka logis. Semua ini karena permasalahan lingkungan yang memang kurang memadai, sebagaimana desa/dusun di daerah pantai pada umumnya. Kami sudah menggratiskan mereka untuk berobat ke puskesmas ini demikian penjelasan dokter puskesmas yang kami temui setelah selesai mengunjungi dusun Baut Bay. Bahkan untuk obat KB pun kami gratiskan. Semua pasangan usia subur kami berikan suntik KB yang 3 bulan Jelas dokter tersebut lebih lanjut. Dokter sudah lama di sini ? isengku bertanya. Saya baru ditugaskan 3 bulan jawab dokter puskesmas perempuan tersebut. Keluarga di sini ? tanyaku lebih jauh. Nggak, suami saya dan anak saya ada di kota lain, saya di sini Cuma 2 hari dalam seminggu, selebihnya ya kumpul bersama keluarga Tanpa kutanya lebih jauh aku mencoba menyimpulkan penjelasannya. Perjalanan kami lanjutkan dengan melintasi sungai yang jaraknya hanya 500 meter dari Puskesmas yang baru kami sambangi. Berarti dalam sepersekian detik kami telah berpindah ke kabupaten lain. Dusun yang satu ini hanya mempunyai PUSTU yang kebetulan bidannya sedang tidak ada di tempat. Bu bidan memang jarang ke sini pak, karena kebetulan beliau lagi hamil, jadi lebih sering kumpul sama suami dan keluarganya Jadi kalau ada yang sakit, bapak-bapak dan ibu-ibu berobat kemana ? tanya salah seorang anggota tim kami. Jauh pak, puskesmas untuk dusun kami, kurang lebih 40 km dari sini, dan kendaraan umum yang ada hanya 1 kali dalam sehari melintas ke kota kecamatan Jelas tetua adat yang ikut urun rembug bersama warga dusun lainnya. Lho bukannya di seberang sungai ada puskesmas ? tanya teman tim ku yang lain. Kami tidak diterima berobat ke sana, kalau berobat ke sana harus bayar. Karena kami bukan warga wilayah puskesmas tersebut, jadi berobatnya harus ke bu dokter langsung (swadana,red) lebih jauh mereka menjelaskan. Jujur saja kami mau ga mau harus berobat ke puskesmas sebelah, di sini obatobatan bu bidan ga lengkap Posyandu nya jalan bu ? tanya ku pada salah seorang yang mengaku kader posyandu. Jalan sih pak, tapi ya itu karena puskesmas wilayah kami jauh dari sini, jadi tidak teratur Jawabnya. Pak dokter di puskesmas kami juga sedang dimutasi, jadi kecamatan kami sekarang tidak punyai dokter kepala dusun ikut menambahkan keterangan yang diberikan kader tersebut.

18

Bioetika, Humaniora Kesehatan & HAM


Setelah kurang lebih satu jam kami menampung semua keluhan-keluhan penduduk, kami pun dijamu. Hmmmm cakalang pedas sudah menantiku, merayu tangan ini untuk memasukkan cakalang itu dalam mulutku. Kuteguk air minum yang diberikan mereka, sambil kubuang jauh-jauh pikiran jelek bahwa air ini mengandung limbah beracun seperti isu yang merebak. Pertanyaan : - Jelaskan beberapa isu HAM yang terdapat pada kasus ini kedalam pembidangan HAM - Bagaimana anda melihat isu HAM yang ada menurut Hak atas Kesehatan, baik menurut Instrumen HAM Internasional maupun Nasional - Analisis isu HAM pada kasus diatas kedalam matriks dan atau daftar 3 kewajiban minimum negara atas kesehatan dan 4 elemen Hak atas Kesehatan. - Analisa kasus diatas dalam perseptif Agama Skenario II. Fasilitas di Pulau Jauh Pulau JAUH SEKALI jaraknya terletak 12 jam dari Kabupaten DITENGAH LAUT. Kabupaten DITENGAH LAUT jaraknya terletak 5 jam dari Prov. PALING JAUH. Kabupaten DITENGAH LAUT mempunyai 531 pulau, 92 pulau diantaranya memiliki penduduk. Terdiri dari 3 pulau besar. Kabupaten DITENGAH LAUT mempunyai 4 kelurahan dan 30 kepala desa. 1 Rumah Sakit Kontingen berdampingan dengan Rumah Sakit Umum, 9 Puskesmas, 3 Posyandu, dan bebrapa buah Pustu. Salah satu Pustu terletak di Pulau JAUH SEKALI. Hampir setiap kepala keluarga yang berada dipulau itu bekerja sebagai nelayan, dan rata-rata warganya tidak tamat SD. Dipulau ini hanya terdapat 1 buah SD, sedangkan SMP dan SMA terletak di pualu-pulau besar. Sebagaian besar kawasan pulau masih hutan dan pulau ini dikelilingi oleh rawa-rawa. Kabupaten DITENGAH LAUT dan pulau-pulaunya merupakan daerah yang curah hujan tinggi. Sehingga sanitasi yang terdapat pada Pulau JAUH SEKALI sering tersumbat, dikarenakan rerumputan yang cepat tumbuh. Banyak binatang yang masuk kepemukiman memakan tanaman milik warga, misalnya babi hutan, anjing, monyet dan beberapa lainnya. Rumah yang mereka tempati terbuat dari papan-papan dan kayu, kalau untuk buang air besar mereka harus pergi kehutan. Keadaan seperti ini sudah terbiasa dan sudah dilakukan dari dahulu. Air bersih pun susah didapat. Dipulau JAUH SEKALI hanya terdapat Pustu, dan itupun jarang digunakan. Karena masyarakat lebih senang dengan pengobatan tradisional atau yang dikenal dengan Obat Kampung. Pustu itu pun jarang ada pekerjanya. Untuk berobat ke Rumah sakit atau puskesmas, masayarakat harus menempuh jarak 12 jam menuju ke kabupaten dengan menggunakan alat transportasi laut yang sering disebut Jonson (Perahu mesin). Yang harus melewati jalur laut. Apabila terjadi angin kencang dan hujan lebat, para warga tidak berani untuk berlayar. Jadi jika ada gawat darurat masyarakat membiarkan pesakit dirumah dan diobatai dengan obat tradisonal. Akibat sanitasi yang kurang memadai (genangan air), maka banyak penyakit yang timbul misalnya demam berdarah. Selain demam berdarah, adalah salah satu warga yang megalami kanker payudara. Ternyata kanker ini telah mengerogoti tubuhnya selama 4 tahun. Awalnya dianggap biasa saja, dan ia tidak memberitahukan kepada keluarganya.

19

Karena telah bernanah maka barulah disampaikan kepada kelurganya. Dan pihak keluarga tidak berani membawa wanita ini ke rumah sakit. Dengan alasan takut. Akhirnya mereka melakukan pengobatan dengan cara tradisonal sampai sekarang. Pertanyaan : - Jelaskan beberapa isu HAM yang terdapat pada kasus ini ke pembidangan HAM - Bagaimana anda melihat isu HAM yang ada menurut Hak atas Kesehatan, baik menurut Instrumen HAM Internasional maupun Nasional - Analisis isu HAM pada kasus diatas kedalam matriks dan atau daftar 3 kewajiban minimum negara atas kesehatan dan 4 elemen Hak atas Kesehatan. - Analisa kasus diatas dalam perseptif Agama LAMPIRAN DAFTAR TILIK TIGA KEWAJIBAN MINIMUM NEGARA
I. MELINDUNGI No Kriteria
1 Memastikan pengawasan dan pengaturan terhadap perusahaan farmasi, penyedia layanan asuransi kesehatan, penyedia pelayanan kesehatan, institusi penelitian kesehatan, dll Memperkenalkan undang-undang, standar, regulasi dan guidelines untuk melindungi: tenaga kerja, konsumen dan lingkungan Kontrol dan regulasi pemasaran dan distribusi bahan berbahaya: tembakau, alkohol dan kelompok makanan tertentu Kontrol dan regulasi praktik-praktik dan pengobatan tradisional yang diketahui berbahaya bagi kesehatan Memastikan perempuan dan anak terlindungi dari kekerasan

Ada

Tidak

2 3 4 5

II. MENGHORMATI
10 No 11 1 2 3 4 5 Melarang distribusi dan pemasaran bahan berbahaya (misalnya tembakau) Kriteria Mengalokasikan dana kesehatan secara proporsional Refrain from introducing policies or practices that might impede the poor from seeking medical attention such as user fees Sikap tanpa diskriminasi terhadap kelompok minoritas atau kelompok rentan Tidak menahan atau mispresent informasi mengenai kesehatan yang penting Tidak mengikuti komitmen internasional tanpa mengukur kemampuan masyarakatnya dalam menyadari hak untuk sehatnya Memastikan pembuangan limbah industri dan rumah tangga ditangani dan dilakukan dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan pekerja ataupun masyarakat lokal Tidak melarang penggunaan pengobatan dan perawatn tradisional yang aman Tidak memasarkan atau mendistribusikan obat-obatan yang tidak aman Do not impose coersive medical treatment Mengadopsi hukum dan kebijakan yang tidak menghalangi hak bereproduksi

Ada

Tidak

6 7 8 9

20

Bioetika, Humaniora Kesehatan & HAM


III. MEMENUHI No Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Menyediakan fasilitas, barang dan pelayanan kesehatan untuk ibu, anak dan kesehatan reproduksi. Menyediakan pelayanan dan informasi mengenai perencanaan keluarga, perawatan pre dan post natal serta pelayanan obstetri darurat Menyediakan fasilitas, barang dan pelayanan terhadap kecelakaan, pelayanan darurat untuk luka-luka, epidemi dan bencana alam Menyediakan rumah sakit dan klinik-klinik dengan staf dan peralatan yang lengkap Menyediakan fasilitas, peralatan dan obat-obatan untuk penangana penyakit dan luka-luka pada tingkat lokal Menyediakan tenaga kesehatan terlatih serta petugas yang siap dipanggil untuk mencapai daerah terpencil Penyediaan obat-obatan penyimpanan yang sesuai dasar yang cukup dengan fasilitas

ada

Tidak

Menyediakan sistem survailans dan skrining untuk mendeteksi dan merespon kejadian luar biasa dan epidemi Menyediakan informasi dan pendidikan mengenai kesehatan reproduksi dan seks; risiko yang berhubungan dengan cara penularan penyakit menular seksual Menyediakan informasi dan pendidikan that address the social determinants of health and promote safety Melakukan pelatihan, memberikan informasi secara profesional dan meningkatkan kesadaran terhadap HAM seperti melarang diskriminasi terhadap petugas kesehatan Menyediakan informasi mengenai pilihan pelayanan yang tersedia dan kemungkinan mendapatkan pengurangan biaya, bagi masyarakat yang membutuhkan Menyediakan air bersih yang aman untuk rumah tangga dan sanitasi dasar yang baik Penyediaan perumahan aman yang adekuat Penyediaan makanan bergizi dalam jumlah yang cukup dan peringatan awal atas keamanan bahan makanan Penyediaan jaminan sosial atau asuransi kesehatan Memenuhi hak setiap anak terhadap identitas (registrasi kelahiran) Bebas dari penelantaran, exploitasi dan kekerasan, bagi anak dan wanita, termasuk perdagangan tenaga kerja dan lingkungan domestik Menyediakan program vaksinasi dan imunisasi

10 11

12

13 14 15 16 17 18 19

21

DAFTAR TILIK EMPAT ELEMEN HAK ATAS KESEHATAN I. KETERSEDIAAN No Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tersedia pelayanan antenatal care. Tersedia pelayanan Keluarga Berencana. Tersedia pelayanan imunisasi. Tersedia pelayanan dokter umum. Tersedia fasilitas pertolongan pertama pada kegawatan dan kedaruratan. Tersedia obatan-obatan pokok (essential drugs). Tersedia pendidikan untuk menangani masalah kesehatan. Tersedia promosi penyediaan makanan dan nutrisi yang seimbang. Tersedia fasilitas air bersih dan sanitasi dasar

ada

Tidak

II. KETERJANGKAUAN No Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Pelayanan kesehatan dapat dimanfaatkan oleh setiap lapisan masyarakat. Pelayanan kesehatan dapat dimanfaatkan oleh kelompok dengan kondisi ekonomi terendah di daerah tersebut. Letak pelayanan kesehatan relatif dekat dengan masyarakat. Masyarakat relatif mudah mendapatkan informasi mengenai kesehatan dan pelayanan kesehatan. Setiap ibu hamil bisa mendapatkan perawatan kesehatan sebelum, pada saat, dan setelah melahirkan. Setiap anak bisa mendapatkan pelayanan imunisasi pokok. Masyarakat bisa mendapatkan obat-obatan untuk sepuluh penyakit terbanyak di daerah tersebut dengan mudah. Masyarakat kelompok ekonomi terendah bisa memperoleh obatobatan pokok (essential drugs). Masyarakat kelompok ekonomi terendah dapat memperoleh fasilitas air bersih dan sanitasi dasar. Masyarakat kelompok ekonomi terendah memperoleh pengetahuan mengenai masalah kesehatan. Masyarakat kelompok ekonomi terendah memperoleh pengetahuan mengenai makanan dan nutrisi tepat.

ada

Tidak

22

Bioetika, Humaniora Kesehatan & HAM

III. PENERIMAAN No Kriteria 1 2 3 4 Menghormati nilai-nilai sosial budaya masyarakat. Pelayanan kesehatan tidak bertentangan dengan etika medis. Menghormati kaum minoritas. Menghormati nilai-nilai individu

ada

Tidak

IV. KUALITAS No Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pelayanan kesehatan sesuai dengan standar minimal. Petugas kesehatan teruji kompetensinya. Fasilitas pelayanan kesehatan mampu menangani wanita yang sedang dalam keadaan hamil, melahirkan, dan menyusui. Fasilitas kesehatan mampu memberikan pelayanan imunisasi. Fasilitas pelayanan kesehatan mampu menangani sepuluh penyakit terbanyak di daerah tersebut. Fasilitas pelayanan kesehatan mampu menangani kegawatan dan kedaruratan yang mengancam jiwa. kondisi

ada

Tidak

Peralatan dalam fasilitas pelayanan kesehatan berfungsi dengan baik. Obat-obatan pokok (essential drugs) tidak kadaluarsa. Air minum aman dan bersih. Sanitasi memadai.

23

Anda mungkin juga menyukai