Anda di halaman 1dari 10

I. Judul Praktikum :Mengenal Titik Kardinal Suhu Pada Ikan Kepala Timah (Aplocheilus panchax) II. Tujuan : 1.

Mengetahui titik kardinal suhu pada ikan kepala timah 2. Melatih ketrampilan menggunakan alat-alat laboratorium III. Tempat : Laboratorium Zoologi Jurusan Pendidikan Biologi

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja IV. Landasan Teori Suhu adalah parameter yang menggambarkan derajat panas suatu benda. Semakin tinggi panas suatu benda, maka semakin tinggi pula suhunya. Panas yang dipancarkan atau dirambatkan oleh suatu benda merupakan bentuk energi yang dibebaskan oleh suatu benda melalui proses tranformasi energi. Dengan demikian secara tidak langsung suhu dapat dipakai sebagai indikator tentang besarnya energi yang dibebaskan oleh suatu benda (Swasta, 2003). Dalam suatu ekosistem, suhu dapat mengatur pertumbuhan dan penyebaran hewan yang hidup didalamnya. Proses ini terjadi karena suhu mempengaruhi unsur fisik dan fisologis tubuh hewan. Suhu yang terlalu tinggi dapat merusak enzim, sel, jaringan, organ, permiabilitas membran, hormonserta menguapkan cairan tubuh (Jelantik,dkk. 2002). Sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat menghambat kerja enzim, hormon metabolisme dan pembekuan protoplasma. Berdasarkan daya toleransi terhadap suhu, hewan dapa dikelompokan menjadi hewan eurythermal dan hewan stenothermal (Swasta 2003). Hewan eurytermal adalah hewan yang mampu hidup pada suhu lingkungan dalam kisaran yang luas. Ini artinya selisih antara suhu maksimum dan minimum sangat luas. Hewan stenothermal adalah hewan yang mampu hidup pada suhu lingkungan dalam kisaran yang sempit. Ini artinya selisih suhu maksimum dan minimum sempit. Setiap hewan (organisme) memiliki titik kardinal suhu yang berbeda dengan hewan lainnya. Titik kardinal adalah titik-titik yang menunjukkan batas suhu maksimum, suhu optimum dan suhu minimum yang masih bisa diterima oleh hewan. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi yang masih memungkinkan hanya 50% anggota populasi suatu hewan bertahan hidup. Suhu minimum adalah titik

suhu terendah yang memungkinkan hanya 50% anggota populasi suatu hewan bertahan hidup. Suhu optimum adalah nilai suhu yang memungkinkan populasi suatu hewan menjalani hidup paling baik dan menghasilkan keturunan paling banyak (Swasta, 2003). Dalam praktikum kali ini hewan yang digunakan sebagai percobaan adalah ikan kepala timah. Ikan Kepala Timah atau dalam bahasa Latin disebut sebagai Aplocheilus panchax merupakan ikan air tawar yang umum ditemukan di berbagai macam habitat karena kemampuan beradaptasi yang tinggi. Seekor ikan asli dari Asia Tenggara. Di Indonesia ikan ini biasa hidup di persawahan. Mereka kerap ditemukan di kolam dan saluran irigasi, kanal, reservoir atau bahkan di daerah mangrove. Mereka lebih menyukai perairan berair jernih dengan tanaman terapung padat. Ikan Kepala Timah, atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai White Spot atau Blue Panchax, selain di Indonesia; juga bisa dijumpai di wilayah Asia lainnya seperti: Pakistan, India, Bangladesh, Myanmar, Nepal, Kamboja, Vietnam dan Srilanka. Mereka hidup pada selang pH 6.0 sampai 8.0, dH 5.0 - 12.0 dan selang suhu 20 -26 C. Blue Panchax termasuk dalam keluarga Aplocheilidae (Killifishes).

Mereka mudah dikenali dari bintik putih yang terdapat diatas kepalanya. Kehadiran bintik putih ini yang menyebabkan mereka disebut sebagai ikan kepala timah, karena mirip butiran timah yang melekat di kepalanya. Kegunaan utama ikan ini adalah sebagai pemakan jentik nyamuk. Jika dibiakkan dalam akuarium, Blue Panchax dapat menerima pakan kering. Mereka termasuk pendamai, setidaknya mereka tidak akan memakan rekan seakuarimnya selama ukurannya lebih besar dari mulutnya. Blue Panchax adalah perenang atas, dan akan sangat senang bila dalam akuarium diberikan tanaman terapung cukup banyak.

Gambar 1. Ikan Kepala Timah (Aplocheilus panchax)

Gambar 2. Diatas ikan Kepala Timah terdapat bintik putih seperti timah

Adapun klasifikasi dari ikan kepala timah ini adalah sebagai berikut. Kingdom Phylum Class Order Family Genus Species : Animalia : Chordata : Actinopterygii : Cyprinodontiformes : Aplocheilidae : Aplocheilus : Aplocheilus panchax

V. Alat dan Bahan 5.1 Alat a. Waskom alumunium dengan sekat pemisah (1 set) b. Thermometer (2 unit) c. Tolly counter (2 unit) d. Tripod (1 unit) e. Nampan (1 unit) 5.2 Bahan a. Ikan kepala timah (Aplocheilus panchax) (60 ekor) b. Lilin (24 batang) c. Es (4 kg) d. Kapas (250 g) e. Air tawar (30 liter) f. Korek api (1 kotak)

VI. Prosedur Kerja 6.1 Menentukan Suhu Maksimum a. Mengisi waskom dengan 15 liter air tawar. b. Memasang 10 sekat di dalam waskom dan menutup celah yang memungkinkan dilewati oleh ikan dengan kapas. c. Menaruh 30 ekor ikan ke dalam waskom, setiap ruang antar sekat diisi masing-masing 3 ekor ikan. d. Mengukur suhu awal air dalam waskom, kemudian thermometer dibiarkan sedemikian rupa dengan tidak menyentuh sisi waskom untuk mengukur suhu air selama pemanasan. e. Memanaskan air dengan nyala lilin di bawah waskom yang ditopang oleh tripod. f. Mengamati perilaku ikan selama proses pemanasan. Ikan dikatakan mati apabila posisi tubuhnya miring. g. Menunggu kematian ikan sejumlah 50% dari total sampel (15 ekor). h. Membaca angka suhu pada thermometer ketika 50% sampel mati. Suhu tersebut merupakan suhu maksimum bagi ikan kepala timah. i. Menghentikan pemanasan karena tujuan praktikum telah tercapai. 6.2 Menentukan Suhu Minimum a. Mengisi waskom dengan 15 liter air tawar. b. Memasang 10 sekat di dalam waskom dan menutup celah yang memungkinkan dilewati oleh ikan dengan kapas. c. Menaruh 30 ekor ikan ke dalam waskom, setiap ruang antar sekat diisi masing-masing 3 ekor ikan. d. Mengukur suhu awal air dalam waskom, kemudian thermometer dibiarkan sedemikian rupa dengan tidak menyentuh sisi waskom untuk mengukur suhu air selama pemanasan. e. Mendinginkan air dengan menambahkan es ke dalam air secara bertahap. f. Mengamati perilaku ikan selama proses pendinginan. Ikan dikatakan mati apabila posisi tubuhnya miring. g. Menunggu kematian ikan sejumlah 50% dari total sampel (15 ekor).

h. Membaca angka suhu pada thermometer ketika 50% sampel mati. Suhu tersebut merupakan suhu minimum bagi ikan kepala timah. i. Menghentikan pendinginan karena tujuan praktikum telah tercapai.

VII. Hasil Pengamatan Tabel 1. Titik kardinal suhu ikan kepala timah (Aplocheilus panchax) No. Suhu Air (oC) Awal Akhir Keadaan Ikan Keterangan

40

26

14

Ikan menunjukan kepanikan, ikan berenang dengan orientasi melingkar, bahkan Suhu maksimum ada ikan yang melompat keluar, selanjutnya 50% sampel ikan mati. Ikan menunjukan kepanikan, ikan berenang dengan orientasi melingkar, bahkan Suhu minimum ada ikan yang melompat keluar, selanjutnya 50% sampel ikan mati.

Gambar:

Gambar 1. Ikan Kepala Timah saat suhu awal

Gambar 2. Ikan Kepala Timah saat dipanaskan dengan lilin untuk mendapatkan suhu maksimum

Gambar 3. Ikan Kepala Timah saat diberi es batu untuk mendapatkan suhu minimum VIII. Pembahasan

Gambar 4. Ikan Kepala Timah yang mati

Titik kardinal suhu merupakan titik yang menyatakan suhu maksimum, suhu optimum, dan suhu minimum suatu makhluk hidup. Praktikum yang kami lakukan menggunakan ikan kepala timah, karena ikan kepala timah populasinya masih banyak, mudah ditemukan dan didapatkan, serta harganya yang murah.. Pemanfaatan ikan untuk mengetahui titik kardinal suhu lebih ekonomis dibandingkan menggunakan hewan yang hidup di darat. Percobaan dengan menggunakan hewan darat memerlukan ruangan khusus serta perlengkapan yang mahal. Disamping itu secara tidak langsung ikan-ikan kepala timah banyak digunakan sebagai agen pengendali hayati, misalnya dipelihara untuk membasmi jentik nyamuk di tempat penampungan air. Pemahaman yang lebih dalam terkait suhu kardinal diharapkan mampu menambah wawasan bagi orang-orang yang membudidayakan ikan kepala timah. Percobaan ini menggunakan waskom yang besar dengan sekat pemisah di dalamnya. Sekat ini berfungsi untuk membentuk ruangan-ruangan kecil dalam waskom. Ruangan kecil ini akan memudahkan peneliti untuk mengobservasi jumlah ikan yang mati. Celah yang terdapat diantara ruangan juga harus ditutup dengan kapas agar ikan tetap berada dalam ruangnya masing-masing. Pemanasan maupun pendinginan dilakukan secara bertahap, agar suhu air dalam waskom juga naik atau turun secara bertahap. Penaikan atau penurunan suhu secara drastis tidak akan menggambarkan titik kardinal suhu yang sebenarnya. Ikan harus diberikan kesempatan beradaptasi secara bertahap sesuai dengan perubahan suhu air.

dengan demikian titik kardinal suhu akan didapat sesuai dengan keadaan semestinya. Proses pemindahan ikan dari tempat penampungan ke waskom hendaknya dilakukan pelan-pelan dan hati-hati. Diusahakan proses pemindahan tidak mengganggu proses fisiologi ikan dan tidak menimbulkan suatu trauma. Bila memindahkan menggunakan tangan, hendaknya tangan dicuci dengan bersih agar terbebas dari zat kimia yang berbahaya. Ikan yang terlihat lemah akibat proses pemindahan hendaknya diganti dengan ikan yang lain. Percobaan penentuan titik kardinal suhu ini berusaha mencari data tentang suhu maksimum dan suhu minimum berdasarkan Letal Concentration (LC) 50 %. LC 50 % artinya suatu kondisi faktor lingkungan (dalam hal ini adalah suhu) yang menyebabkan 50% dari populasi hewan tidak mampu bertahan atau mati. LC 50% ini digunakan sebagai ketentuan untuk mengetahui suhu maksimum maupun suhu minimum karena sesuai dengan pengertian dan kesepakatan suhu maksimum dan minimum dalam ekologi hewan. Pengertian suhu maksimum dalam ekologi hewan adalah suhu tertinggi yang masih memungkinkan hanya 50% anggota populasi suatu hewan bertahan hidup. Suhu minimum adalah titik suhu terendah yang memungkinkan hanya 50% anggota populasi suatu hewan bertahan hidup (Swasta, 2003). Berdasarkan percobaan didapatkan bahwa suhu maksimum untuk ikan kepala timah adalah 40oC sedangkan suhu minimum adalah 13oC. Pada saat proses mencapai suhu maksimum maupun minimum ikan menunjukkan kepanikan dan berenang dengan orientasi melingkar. Setiap stimulus akan menghasilkan respon (Bawa, 1991). Stimulus berupa perubahan suhu lingkungan mengakibatkan respon terhadap ikan. Ikan merespon perubahan suhu lingkungan dengan menunjukkan perilaku yang sedemikian rupa. Hal ini menunjukkan bahwa ikan mulai merasa tidak nyaman dengan lingkungannya dan berusaha bergerak untuk mencari lingkungan dengan keadaan yang lebih sesuai untuk hidupnya. Namun karena lingkungan yang terbatas (dalam waskom), ikan tidak memiliki banyak pilihan untuk memilih tempat hidupnya dan pada saat tertentu ikan akan mati karena sudah tidak mampu mentoleransi perubahan suhu lingkungan.

Dalam beberapa buku ekologi disebutkan bahwa suhu maksimum ikan kepala timah adalah sekitar 50oC sedangkan suhu minimumnya adalah sekitar 10oC. Masih terlihat perbedaan nilai suhu maksimum dan minimum antara hasil praktikum dan teori. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil akhir percobaan penentuan suhu titik kardinal ini, diantaranya umur ikan yang digunakan tidak seragam, variasi jenis kelamin ikan yang tidak berimbang, keadaan fisiologis ikan yang kurang kondusif, proses pemindahan yang masih kasar, penyebaran api maupun es batu yang kurang merata pada setiap sekat, serta proses pemanasan atau pendinginan yang tidak sepenuhnya bertahap. Percobaan penentuan titik kardinal suhu hendaknya menggunakan ikan dengan umur yang sama serta variasi jenis kelamin yang berimbang. Ikan yang berbeda umur memiliki ketahanan fisiologis yang berbeda. Ketahanan antar jenis kelamin jantan dan betina juga berbeda. Keadaan fisiologis awal ikan yang digunakan sampel juga kurang kondusif, buktinya banyak ikan yang ditemukan mati di tempat penampungan. Hal ini diakibatkan kapasitas tempat penampungan sementara ikan yang tidak sebanding dengan jumlah ikan. Proses pemindahan ikan juga dilakukan secara kasar, ikan ditangkap dengan tangan dan agak sedikit dilempar saat menaruh dalam waskom. Keadaan ini tentu menurunkan ketahanan fisiologis ikan. Faktor lain yang juga sulit dikontrol adalah peningkatan suhu maupun penurunan suhu secara bertahap. Walaupun percobaan penentuan suhu maksimum sudah menggunakan api dengan lilin, namun penyebaran panas pada setiap sekat tersebut tidak merata, sehingga terdapat perbedaan yang berarti pada setiap ruangan ikan. Dimana ruangan yang lebih dekat dengan api akan menyebabkan ikan yang mati lebih cepat. Begitu pula dalam penentuan suhu minimum terdapat perbedaan yang berarti pada setiap ruangan ikan. Dimana ruangan yang lebih banyak berisi es batu akan menyebabkan ikan yang mati lebih cepat. Ikan kepala timah adalah hewan yang suhu tubuhnya sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Panas mengalir bolak-balikantara tubuh dengan lingkungan. Hewan seperti ini digolongkan sebagai hewan ektothermal, yaitu hewan yang memerlukan panas dari lingkungan untuk membantu proses

metabolisme dalam tubuh. Disebut juga dengan istilah hewan poikilothermal, yaitu hewan yang suhu tubuhnya berfluktuasi mengikuti suhu lingkungan. Untuk menjamin keadaan fisiologis yang normal ikan kepala timah tetap memerlukan suhu optimum yang konstan. Perubahan suhu yang terlalu besar dari suhu optimum akan mengganggu keseimbangan fisiologis ikan kepala timah sehingga tidak dapat ditoleransi oleh ikan kepala timah tersebut.Perubahan suhu pada titik tertentu akan mengakibatkan kerusakan protein (Poedjaji, 2005). Protein merupakan pembangun tubuh setiap organisme. Protein juga memiliki peranan penting dalam metabolism dan nantinya akan berimbas pada kehidupan organisme. Pada titik tertentu, organism tidak mampu lagi mentoleransi keadaan dan akhirnya mati. Dalam percobaan terlihat bahwa suhu air yang naik menjadi 40oC dari suhu awal 26oC telah membunuh setengah dari sampel ikan kepala timah. Jumlah kematian akan terus meningkat seiring kenaikan suhu air. Ini disebabkan suhu air yang terlalu tinggi dapat merusak semua proses metabolisme dalam tubuh ikan kepala timah. Hal ini terkait rusaknya enzim, sel (termasuk jaringan dan organ), permiabilitas membran, hormonserta menguapkan cairan tubuh. Sebagai ilustrasi bila enzim yang mengkatalis reaksi katabolisme di otak ikan kepala timah rusak, maka seketika itu juga pusat kordinasi ikan akan terhenti dan menyebabkan kematian. Keadaan yang sama juga berlaku untuk suhu dingin.Dalam percobaan terlihat bahwa suhu air yang turun menjadi 13oC dari suhu awal 26oC telah membunuh setengah dari sampel ikan kepala timah. Jumlah kematian akan terus meningkat seiring penurunan suhu air.Pada suhu yang terlalu dingin kerja enzim dan hormon metabolisme juga akan terhambat atau tidak aktif, efek lainnya yang juga bisa muncul dan berakibat pada kematian adalah pembekuaan protoplasma.

IX. Simpulan Adapun yang dapat kami simpulkan dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut. a. Suhu maksimum ikan kepala timah (Aplocheilus panchax) adalah 40oC. b. Suhu minimum ikan kepala timah (Aplocheilus panchax) adalah 13oC.

X. Saran Dalam melakukan kegiatan penentuan titik kardinal suhu dengan menggunakan ikan kepala timah hendaknya dipersiapkan ikan yang umurnya optimum, yaitu tidak terlalu muda dan tua. Variasi antara ikan jantan dan betina yang digunakan diusahakan juga jumlahnya berimbang. Selain itu pada saat memindahkan ikan kepala timah ke dalam waskom hendaknya dilakukan secara hati-hati.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Titik Kardinal Suhu Ikan Kepala Timah. Dalam

http://zonabawah.blogspot.com/ (Diakses pada tanggal 28 Mei 2012) Anonim. 2011. Whitespot. Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Whitespot (Diakses pada tanggal 28 Mei 2012) Freddy Yuswanto. 2011. Ikan Kepala Timah (Aplocheilus panchax). Dalam http://o-fish.com/Spesies/aplocheilus_panchax.php (Diakses pada tanggal 28 Mei 2012) Jelantik, dkk. 2002. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Singaraja : Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA IKIP Negeri Singaraja. Swasta, Ida Bagus Jelantik. 1999. LKM Ekologi Hewan. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja. Swasta, Ida Bagus Jelantik. 2003. Diktat Ekologi Hewan. Jilid I dan II. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja. Soetjipta. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Jakarta : Dirjen Dikti dan Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai