Anda di halaman 1dari 18

Persaingan Antagonis & Agonis

Atropin dan Histamin

Atropin

Efek Farmakologis
Meringankan gejala gangguan pada gastrointestinal yang ditandai dengan spasme otot polos (antispasmodic); mydriasis dan cyclopedia pada mata; premedikasi untuk mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang bertambah pada intubasi dan anestesia inhalasi; mengembalikan bradikardi yang berlebihan; bersama dengan neostigmin untuk mengembalikan penghambatan non-depolarising neuromuscular, antidote untuk keracunan organophosphor ; cardiopulmonary resucitation.

MEKANISME KERJA
Menghambat aksi asetilkolin pada bagian parasimpatik otot halus, kelenjar sekresi dan SSP, meningkatkan output jantung, mengeringkan sekresi, mengantagonis histamin dan serotonin.

Reseptor Muskarinik
Reseptor ini, selain ikatannya dengan asetilkolin, mengikat pula muskarin, yaitu suatu alkaloid yang dikandung oleh jamur beracun tertentu. Sebaliknya, reseptor muskarinik ini menunjukkan afinitas lemah terhadap nikotin. Dengan menggunakan study ikatan dan panghambat tertentu, maka telah ditemukan beberapa subklas reseptor muskarinik seperti M1, M2, M3, M4, M5.

Reseptor muskarinik dijumpai dalam ganglia sistem saraf tepi dan organ efektor otonom, seperti jantung, otot polos, otak dan kelenjar eksokrin. Secara khusus walaupun kelima subtipe reseptor muskarinik terdapat dalam neuron, namun reseptor M1 ditemukan pula dalam sel parietal lambung, dan reseptor M2 terdapat dalam otot polos dan jantung, dan reseptor M3 dalam kelenjar eksokrin dan otot polos. Obat-obat yang bekerja muskarinik lebih peka dalam memacu reseptor muskarinik dalam jaringan tadi, tetapi dalam kadar tinggi mungkin memacu reseptor nikotinik pula

Histamin

Histamin adalah senyawa jenis amin yang terlibat dalam tanggapan imun lokal, selain itu senyawa ini juga berperan dalam pengaturan fungsi fisiologis di lambung dan sebagai neurotransmitter.

Mekanisme Histamin
Sebagai tanggapan tubuh terhadap patogen, maka tubuh memproduksi histamin di dalam basofil dan sel mast, dengan adanya histamin maka terjadi peningkatan permeabilitas kapilerkapiler terhadap sel darah putih dan protein lainnya. Hal ini akan mempermudah sel darah putih dalam memerangi infeksi di jaringan tersebut. Histamin dilepaskan sebagai neurotransmitter.

Reseptor Histamin
Histamin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor histamin di sel. Ada 4 jenis reseptor histamin yang telah diidentifikasi, yakni:
Reseptor Histamin 1 Reseptor Histamin 2 Reseptor Histamin 3 Reseptor Histamin 4

Reseptor Histamin 1
Reseptor ini ditemukan di jaringan otot, endotelium, dan sistem syaraf pusat. Bila histamin berikatan dengan reseptor ini, maka akan mengakibatkan vasodilasi, bronkokonstriksi, nyeri, gatal pada kulit. Reseptor ini adalah reseptor histamin yang paling bertanggungjawab terhadap gejala alergi.

Reseptor Histamin 2

Ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung.

Reseptor Histamin 3

Bila aktif, maka akan menyebabkan penurunan penglepasan neurotransmitter, seperti histamin, asetilkolin, norepinefrin, dan serotonin.

Reseptor Histamin 4

Paling banyak terdapat di sel basofil dan sumsum tulang. Juga ditemukan di kelenjar timus, usus halus, limfa, dan usus besar. Perannya sampai saat ini belum banyak diketahui.

Atropin VS Histamin
Agonis
Ketika histamin berikatan dengan reseptor H3, mengakibatkan penurunan ikatan asetilkolin dengan muskarinik. Ketika ditambahkan atropin yang reseptornya muskarinik terjadi proses perebutan sisi aktif antara asetilkolin dan atropin. Jika atropin dalam jumlah besar maka menurunkan ikatan asetilkolin dan muskarinik. Sehingga atropin ini meningkatkan kinerja dari histamin yang menurunkan jumlah asetilkolin

Antagonis
Dikatakan Antagonis karena ada poersaingan untuk berikatan dengan sisi aktif muskarinik antara atropin dan asetilkolin

Atropin merupakan agen preanestesi yang digolongkan sebagai antikolinergik atau parasimpatolitik. Atropin sebagai prototip antimuskarinik mempunyai kerja menghambat efek asetilkolin pada syaraf postganglionik kolinergik dan otot polos. Hambatan ini bersifat reversible dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian antikolinesterase. (Achmad, 1986)

Mekanisme kerja Atropine memblok aksi kolinomimetik pada reseptor muskarinik secara reversible (tergantung jumlahnya) yaitu, hambatan oleh atropine dalam dosis kecil dapat diatasi oleh asetilkolin atau agonis muskarinik yang setara dalam dosis besar. Hal ini menunjukan adanya kompetisi untuk memperebutkan tempat ikatan. Hasil ikatan pada reseptor muskarinik adalah mencegah aksi seperti pelepasan IP3 dan hambatan adenilil siklase yang di akibatkan oleh asetilkolin atau antagonis muskarinik lainnya. (Jay dan Kirana, 2002)

Anda mungkin juga menyukai

  • Atropin
    Atropin
    Dokumen4 halaman
    Atropin
    FamellaYulistiaPramita
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    FamellaYulistiaPramita
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    FamellaYulistiaPramita
    Belum ada peringkat
  • RPPPKN Kelas 8 B 1
    RPPPKN Kelas 8 B 1
    Dokumen34 halaman
    RPPPKN Kelas 8 B 1
    FamellaYulistiaPramita
    Belum ada peringkat
  • A Set at
    A Set at
    Dokumen2 halaman
    A Set at
    FamellaYulistiaPramita
    Belum ada peringkat
  • Lada Hitam
    Lada Hitam
    Dokumen1 halaman
    Lada Hitam
    FamellaYulistiaPramita
    Belum ada peringkat
  • Lada Hitam
    Lada Hitam
    Dokumen1 halaman
    Lada Hitam
    FamellaYulistiaPramita
    Belum ada peringkat
  • Iman Kepada Allah
    Iman Kepada Allah
    Dokumen10 halaman
    Iman Kepada Allah
    FamellaYulistiaPramita
    Belum ada peringkat
  • Ja, Uuurr
    Ja, Uuurr
    Dokumen3 halaman
    Ja, Uuurr
    FamellaYulistiaPramita
    Belum ada peringkat