Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan

Hubungan prinsip-prinsip belajar dalam teknologi pembelajaran dengan pembelajaran versi kitab kuning (talim mutaallim)

1. Pengertian dan prinsip-prinsip bejajar Belajar (learning) adalah suatu proses yag kompleks yang terjadi kepada semua oring dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai ia ke liang lahat nanti (Sadiaman, dkk., 1986: 2). Proses belajar bersifat individual dan konstektual, artinya proses belajar terjadi dalam diri peserta didik sesuai dengan perkembangan dan lingkungannya, Konsep belajar sebagai upaya atau proses perubahan perilaku seseorang sebagai akibat interaksi peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada disekitarnya. Salah satu tanda seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan nilai sikap (afektif). Bebrapa prinsip belajar yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran adalah: a) perhatian dan motivasi belajar peserta didik; b) keaktifan belajar dan keterlibatan langsung/pengalaman dalam belajar; c) pengulangan belajar; d) tantangan semangat belajar; e) pemberian belajar dan penguatan belajar; serta f) adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar (Dimyati dan Mujdiono, 2002: 42). Jadi, hubungan antara prinsip-prinsip yang ada dalam buku Teknologi Pembelajaran dengan kitab kuning (talim mutaallim) adalah diantara keduanya adalah adanya hubungan saling ketergantungan terhadap lingkungan atau sama-sama terpengaruhi oleh lingkungan sekitar. 2. Teori-teori pembelajaran Belajar adalah suatu aktifitas orang sehari-hari. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang selama seumur hidup. Dengan demikian salah satu fungsi teori belajar adalah mengungkap seluk-beluk atau kerumitan (kekomplekskan) peristiwa yang kelihatannya sederhana. Adapun aplikasi teori belajar adalah sebagai berikut:

a. Teori belajar behaviorisme Teori ini mengatakan, manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang sangat memberi pengaruh pengalaman-pengalaman belajar. Menurut teori ini, manipulasi lingkungan sangat penting agar dapat diperoleh perubahan tingkah laku yang diinginkan. Dalam menerapkan teori ini yang terpenting adalah para guru, perancang pembelajaran, dan pengembangan program-program pembelajaran harus

memahami karakteristik peserta didik dan lingkungan belajar agar tingkat keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat diketahui. Dalam versi kitab kuning dikatakan, seyogianya bagi pelajar itu dapat memilih ilmu, guru, dan teman. Alangkah indahnya, jika para pelajar itu memilih ilmu yang baik yang diperlukan bagi agamanya. Keilmuan itu yang kelak dapat dimanfaatkan dimasa depan. Adapun pelajar juga dianjurkan memilih guru yang bener-benar alim (pintar), lebih wirai dan yang lebih tua. Didalam versi ini juga dikatakan, bawasanya peserta didik harus memilih teman yang rajin, wirai (menjaga diri dari yang haram), mempunyai watak jujur, dan ahli menemani. Jauhilah teman yang malas, suka menganggur, banyak omong, dan perilakunya rusak, apalagi yang suka memfitnah. Jadi dapat ditemukan hubungan yang terjalin diantara prinsip-prinsip dalam ilmu teknologi pembelajaran dengan kitab talim mutaallim adalah keduanya berhubungan dalam hal niat atau motivasi diri yang mendukung dalam kegiatan pembelajaran. b. Teori belajar kognitivisme Teori kognitif ini mengatakan bahwa belajar adalah pengorganisasian aspekaspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam motode ini, tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan. Dan perubahan tingkah laku sangat dipengaruhi oleh proses berpikir internal yang terjadi selama proses belajar. Prinsip-prinsip teori kognitif, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku. Teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Dengan demikian, belajar melibatkan proses berfikir yang kompleks dan mementingkan proses belajar. Teori ini dipandang dari versi kitab kuning (talimul mutaalim), bagi pelajar hendaknya meletakkan niat selama dalam belaja. Karena niat itu sebagai pangkal dari segala amal. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw.: Sahnya semua perbuatan itu apabila disertai niat. Hadist ini sahih. Diceritakan lagi dari Rasulullah saw., beliau bersabda: Banyak terjadi amalamal yang tampaknya tidak pantas mendapatkan pahala. Akan tetapi lantaran disertai niat yang baik, akhirnya amal tersebut termasuk amal akhirat yang sudah barang tentu akan menerima pahala. Dan banyak sekali amal yang tampak amal akhirat, tetapi amal tersebut termasuk amal dunia yang berarti tidak mendapat pahala apa-apa. Semua itu lantaran disertai niat yang buruk. Maka dari itu, sebaiknya setiap peserta didik mempunyai niat yang sungguhsungguh dalam mencari ilmu dan keridhaan Allah swt. Agar mendapat pahala kelak di akhirat, menghilangkan kebodohan yang ada pada dirinya dan kebodohan orang-orang yang masih bodoh, serta niat menghidupkan dan melestarikan agama islam.

c. Teori belajar konstruktivisme Dalam orientasi baru psikologi, konstruktivisme mengajarkan kita ilmu tentang bagaimana anak manusia belajar. Mereka belajar mengonstruksikan (membangun) pengetahuan, sikap, atau keterampilan sendiri, tidak dengan memompakan pengetahuan itu ke dalam otaknya. Menurut teori ini, pengetahuan bukan merupakan kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman ataupun lingkungannya. Belajar menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh peserta didik sendiri. Maka peserta didik harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna sesuatu yang dipelajarinya. Maka para guru, perancang pembelajaran, dan pengembang program-program pembelajaran ini berperan untuk menciptakan lingkungan yang memungkinan terciptanya terjadinya belajar. Artinya, mereka perlu mengatur lingkungan agar peserta didik termotivasi untuk belajar (Budiningsih, 2005: 58-59). Teori konstruktivisme menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karena adanya karsa (kehendak, cita-cita, niat) peserta didik. Keaktifan peserta didik menjadi unsur yang sangat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktifitas mandiri merupakan jaminan untuk mencapai hasil belajar yang sejati. Didalam versi kitab kuning dijelaskan secara lengkap dan gamblang. Secara terminology, konstruktivisme adalah membangun, merancang, tersusun rapi. Artinya, peserta didik berusaha untuk selalu berperan aktif, yaitu dengan cara: 1). Menata niat ketika akan belajar 2). Memilih ilmu, guru, dan teman 3). Kesungguhan, ketetapan, dan cita-cita yang tinggi 4). Permulaan, ukuran dan tertib dalam belajar 5). Tawakkal 6). Waktu menghasilkan ilmu 7). Wirai (menjaga diri dari perkara haram) ketika mencari ilmu 8). Sesuatu yang dapat menjadikan hafal dan lupa 9). Sesuatu yang memudahkan dan menyempitkan dan mengurangi umur. Dari pembahasan ini dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan prinsip pembelajaran konstruktivisme dengan kitab talim mutaallim adalah bawasanya diantara keduanya sama-sama terpengaruhi atau dititik beratkan pada adanya suatu proses pembelajaran yang dimutlaqkan ada dalam suatu pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai