Anda di halaman 1dari 12

Hukum Yayasan Antara Tujuan Idiil Dengan Kegiatan Mencari Laba Dalam Pembangunan Ekonomi

Oleh : Dalinama Telaumbanua, S.H1

A. Pendahuluan
Kebutuhan ekonomi sangat penting dalam suatu Negara, karena ekonomi merupakan suatu kebutuhan vital suatu Negara. Sehingga dalam rangka memajukan perekonomian suatu Negara, maka dibutuhkan faktorfaktor pendukung dalam hal ini hukum. Hukum sangat bermanfaat dalam pembangunan ekonomi suatu Negara. Hukum diharapkan selain untuk mendorong pembangunan ekonomi akan tetapi juga hendaknya dapat mengembangkan pembangunan ekonomi dengan tujuan untuk mensejahterahkan masyarakat di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia biasanya ditopang oleh lembaga-lembaga ekonomi, biasanya lembaga ekonomi atau bentuk-bentuk organisasi bisnis seperti Perseroan Terbatas, CV, dan lain bertujuan mencari laba. Keuntungan menjadi tujuan utama dalam pendirian lembaga ekonomi tersebut. Selain dari bentuk-bentuk organisasi yang bertujuan mencari keuntungan tersebut maka ada lembaga ekonomi yang berbentuk badan hukum nirlaba yakni Yayasan. Jadi Yayasan didirikan dengan tujuan sosial, keagamaan dan kemanusian.Yayasan sudah ada sejak awal sejarah, misalnya Plato, menjelang kematiannya pada tahun 347 sebelum masehi, dia memberikan sebagian hasil dari tanah-tanah yang dimilikinya untuk disumbangkan ke Akademia yang didirikannya.2 Hal ini menurut Chatamarrasjid sebagai Yayasan pendidikan pertama yang dicatat dalam sejarah. Yayasan sebetulnya bentuk usaha yang mempunyai tujuan idiil/philan tropis, akan
1

Advokat/Pengacara Magang dan Konsultan Hukum Chatamarrasjid, Tujuan Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal.2
2

tetapi hal ini tidak selalu demikian oleh karena banyak pihak yang menggunakan suatu usaha dengan tujuan lain. KUHPerdata hanya mengatur mengenai badan hukum secara umum, kan tetapi pengaturan secara khusus mengenai Yayasan belum ada. Sehingga seringkali pengelolaan Yayasan bersifat amburadul dan tidak tertata dengan rapi, dan disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk mengais keuntungan dengan alas an sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Pada saat sebelum ada UU tentang Yayasan, hampir seluruh bentukbentuk dan tata cara pendirian Yayasan di Indonesia hanya melandaskan pada kebiasaan-kebiasaan, praktek-prkatek hukum dalam masyarakat dan lain sebagainya. Status badan pendiri hukum dan Yayasan sebetulnya pendirinya hanya untuk berlandaskan keinginan kesepakatan

selanjutnya di otentikkan dalam bentuk Akta Notaris pendirian Yayasan. Hal ini berlaku secara terus menenus sehingga pada akhirnya status badan hukum Yayasan dalam kenyataannya suka atau tidak suka mesti diterima sebagai bentuk badan hukum seperti halnya CV, Firma, dan lain-lain.3 Dengan bentuk seperti ini, maka seringkali ada banyak terjadi praktek dalam masyarakat yakni mendirikan Yayasan dengan tujuan untuk mencari profit sebanyak-banyaknya. Hal ini seperti dimungkinkan karena belum ada pengaturan atau pembatasan terhadap pengelolaan Yayasan. Dalam Pasal 365, 899, 1954 KUHPerdata mengatur mengenai perhimpunan sebagai fungsi sosial atau perwalian yang artinya terdapat fungsi karikatif dan tiap-tiap anggota dapat menarik manfaat dari perkumpulanperkumpulan tersebut. Dari pengaturan ini, dapat kiranya disamakan sebagai Yayasan sebagai badan hukum yang mempunyai fungsi sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Baru pada tahun 2001 dibuat Undang-Undang tentang Yayasan sebagaimana dirubah pada tahun 2004. Dalam Undang-Undang tersebut, dimuat atau ditegaskan apa maksud dan tujuan pendirian Yayasan. Undang-Undang ini juga dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai Yayasan, menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan fungsi Yayasan sebagai badan
Boedi Wahyono & Margono, Hukum Yayasan antara fungsi Karikatif atau Komersial, CV.Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, 2001. Hal.1
3

hukum yang didirikan dengan untuk mencapai tujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Yayasan menurut Undang-Undang ini adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.4 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berminat untuk membahas mengenai status badan hukum dalam pembangunan ekonomi. Hal ini menjadi menarik karena telah terjadi pergeseran tujuan pendirian Yayasan. sebelum adanya Undang-Undang yang mengatur mengenai Yayasan ini, seringkali melenceng dari sejarah pendirian Yayasan akan tetapi dengan adanya penegasan status badan hukum dalam UU tentang Yayasan ini, maka diharapkan tujuan pendirian Yayasan kembali seperti semula sesuai dengan tujuan idiilnya. Oleh karena itu, makalah ini hanya membahas mengenai bagaimana status badan hukum Yayasan sebelum dan sesudah lahirnya Undang-Undang tentang Yayasan serta manfaatnya dalam pembangunan ekonomi.

B. Kerangka Teori
Setidaknya ada dua bagian teori yang menurut penulis berkaitan dengan topik makalah ini, yaitu teori badan hukum dan teori tujuan hukum (Gustav Radbruch). 1) Teori Badan Hukum Manusia sebagai pendukung hak dan kewajiban merupakan subjek hukum. Akan tetapi manusia bukan merupakan satu-satunya subjek hukum, oleh karena masih ada subjek hukum yang lain yaitu apa yang dinamakan badan hukum.5 Istilah badan hukum berasal dari bahasa Belanda yakni rechtspersoon, persona moralis (Latin), Legal Persons (Inggris). Istilah rechtspersoon di Belanda sebetulnya masih relatif istilah baru. Dalam Burgerlijk Wetboek (B.W) Belanda baru diperkenalkan pada

4 5

Pasal 1 ayat (1) UU No.28 tahun 2004 tentang Perubahan UU No.16 tahun 2001 Ali, Chidir, Badan Hukum, Alumni, Bandung, 1991, hal.4-5

abab XX.6 Sehingga dikenal dua jenis subjek hukum, yaitu manusia (natuurlijk persoon/pribadi kondrati) dan badan hukum (rechtspersoon). Badan hukum dapat ini dapat berbentuk badan hukum publik dan badan hukum privat. Pada dasarnya setiap negara telah mengatur mengenai siapa atau persyaratan apa yang diperlukan untuk diakui sebagai badan hukum. Dalam hal ini hukum positif bertindak sebagai hukum yang mengatur halhal yang berhubungan dengan badan hukum. Untuk dapat memahami dengan baik status badan hukum Yayasan, maka terlebih dahulu diuraikan teori-teori mengenai badan hukum, diantaranya yaitu: 1) Teori fiksi Menurut teori fiksi ini, badan hukum dianggap sebagai suatu fiksi, karena hanya manusia yang secara alami adalah subjek hukum. Sehingga anggapan bahwa badan hukum sebagai suatu subjek hukum hanyalah suatu fiksi dari pembuat Undang-Undang/Negara atau Pemerintah. Pelopor dari teori ini yaitu Friedrich Carl von Savigny, menurutnya hanya manusia yang mempunyai kehendak karena itu, badan hukum adalah suatu abstraksi yang tidak mungkin menjadi subjek dari hubungan hukum, oleh karena hukum memberi hak-hak kepada yang bersangkutan suatu kekuasaan dan menimbulkan kehendak berkuasa.7 Jadi, badan hukum sesuatu hal. 2) Teori Peralatan atau Tori Organ Teori yang dipolopori oleh Otto von Gierke ini, berpendapat bahwa badan hukum bukan suatu fiksi tetapi merupakan suatu realitas atau kenyataan yang tidak berbeda dengan pribadi kondrati manusia yang mempunyai kepribadian hukum.8 Apabil manusia dalam tindakannya menggunakan alat (organ) seperti tangan, mulut, otak dan lain-lain, maka badan hukum juga mempunyai organ/alat misalnya rapat pengurus yang bertindak sebagai badan hukum.
ibid Chatamarrasjid, Tujuan Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal.30 8 Ibid
6 7

merupakan sesuatu hal

yang fiksi, yang sebetulnya tidak ada akan tetapi untuk menjelaskan

3) Teori Kekayaan Bersama Teori kekayaan bertujuan ini beranggapan bahwa hak dan kewajiban badan hukum itu pada hakikatnya adalah hak dan kewajiban anggota bersama-sama. Kepentingan badan hukum adalah kepentingan bersama, mereka bertanggung jawab secara bersama-sama, dan juga harta kekayaan badan hukum itu adalah milik (eigendom) bersama.9 Badan Hukum adalah subjek hukum yang bukan manusia yang mempunyai wewenang dan cakap bertindak dalam hukum melalui wakilwakil atau pengurusnya. Sebagai subjek hukum yang bukan manusia tentu Badan Hukum mempunyai perbedaaan dengan Subjek hukum manusia. Dalam pergaulan hukum terdapat bermacam-macam bentuk dari Badan Hukum, yakni10 Perhimpunan yaitu yang dibentuk dengan sengaja dan sukarela oleh orang-orang yang bermaksud untuk memperkuat kedudukan ekonomis mereka, memelihara kebudayaan, mengurus sosial, dan lain-lain. Badan hukum semacam ini dapat berupa korporasi (Perseroan Terbatas, koperasi, dan lain sebagainya) serta Yayasan. Korporasi sebagai subjek bersifat tidak dapat diindera dan tidak berwujud yang bersifat terpisah dari pemiliknya yang menjalankan perusahaan. selain itu, korporasi merupakan badan hukum yang mempunyai anggota, dan juga mempunyai hak dan kewajiban. Sedangkan Yayasan merupakan badan hukum tanpa anggota. Korporasi dan Yayasan sama-sama mempunyai pengurus yang mengurus kekayaan dan menyelenggarakan tujuannya. Sehingga Yayasan adalah suatu bentuk usaha yang didirikan oleh orang-orang dengan cara memisahkan harta kekayaan pemiliknya dengan tujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan.11 Dalam menjalankan usahanya, Yayasan mengumpulkan dana melalui donator tetap maupun tidak tetap, menerima sumbangan yang tidak mengikat, hibah, dan lainlain. 2) Teori Tujuan Hukum

Budiyono, Tri, Hukum Perusahaan, Griya Media, Salatiga, 2010, hal.63 http://my.opera.com/mid-as/blog/hukum-perorangan-teori-keperdataan, tanggal 27 Februari 2011, Jam 10.20 11 http://iqqhawidiya.blogspot.com/2010/10/bentuk-bentuk-perusahaan.html, tanggal 26 Februari 2011, jam 23.59
10

Adapun teori yang dianggap penulis sesuai dengan topik makalah ini yaitu teori Gustav Radbruch, yang mengatakan bahwa hukum memiliki tiga aspek yakni keadilan, kemanfaatan dan kepastian.12 Dalam menjalankan ketiga tujuan hukum ini dengan sebaiknya dengan menggunakan asas prioritas. Olehnya itu asas prioritas yang dikemukakan Gustav Radbruch pertama-tama kita harus memprioritaskan keadilan barulah kemanfaatan dan terakhir adalah kepastian hukum. Idealnya diusahakan agar setiap putusan hukum, baik yang dilakukan oleh hakim, jaksa, pengacara maupun aparat hukum lainnya, seyogyanya ketiga nilai dasar hukum itu dapat diwujudkan secara bersama-sama, tetapi manakala tidak mungkin, maka haruslah diprioritaskan keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Dengan penerapan asas prioritas ini, sistem hukum kita dapat tetap tegak terhindar dari konflik intern yang dapat menghancurkan. 3) Teori Utilitarianisme (John Stuart Mill) Peran John Stuart Mill dalam teori hukum terletak dalam penyelidikanpenyelidikannya John mengenai Mill hubungan-hubungan cita-cita keadilan, tentang kegunaan, Ia kepentingan-kepentingan individu dan kepentingan umum.13 Stuart menekankan manusia. menyatakan bahwa kodrat manusia dapat menjadi patokan kegiatan manusia agar mencapai kebahagiaan. Kodrat manusia ini merupakan ciri individualitas yang terkandung kebebasan dalam diri manusia. Kehendak tiap masing-masing individu apabila disatukan merupakan kehendak umum apabila dicapai bersama akan tercipta kebahagian umum yang memungkinkan tercapainya tujuan kehendak individu. Ini artinya bahwa kehendak umum harus dicapai secara kolektif dari setiap kehendak individu masing-masing.14 Pendapat John Stuart Mill ini memunculkan apa yang disebut dengan prinsip manfaat yakni setiap orang bebas mengembangkan potensi dirinya yang tidak mengganggu kehendak umum yang telah dicapai bersama. Pemaksaan menjadi wajib untuk menekankan kehendak individu yang
12Harini 13

Dwiyatmi, Sri, Master Kuliah Sosiologi Hukum, Magister Ilmu Hukum UKSW, Salatiga, 2010, Hal.15 Friedmann, W, Teori dan Filsafat Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1994, Hal.120 14 http://arestoe2003.blogspot.com/2008/04/utilitarianisme.html, tanggal 07 April 2011, Jam 15.09

melanggar kehendak umum. Dengan ini maka kehendak alami individu hilang demi mewujudkan kehendak umum. John Stuart Mill mengatakan bahwa jika kehendak umum tercapai maka kehendak individu akan tercapai pula. Oleh karenanya kaum utilitarian mengatakan bahwa kebahagian individu harus terlebih dahulu mewujudkan kehendak umum.

C. Pembahasan
Bahwa dalam hal pelanggaran sebelum adanya Undang-Undang tentang Yayasan, tidak dapat diselesai secara hukum karena belum ada hukum positif yang mengatur mengenai Yayasan sebagai alasan yuridisnya. Dalam menjawab permasalahan seputar Yayasan ini, maka ada baiknya menggunakan teori-teori hukum yang relevan dengan topik makalah ini. teori hukum memiliki hubungan dengan hukum positif yang bersifat dialektika (baca: dialektika),15 artinya teori hukum adalah teori dari gejalagejala hukum positif dalam kehidupan bermasyarakat.16 Hukum positif di dalam penerapannya seringkali dihadapkan pada suatu gejala yang memaksa untuk dilakukan peninjauan kembali terhadap teori-teori hukum yang dianut sehingga diharapkan dapat memperbaharuinya, oleh karenanya bersifat timbal balik. Aspek yang digunakan sebagai landasan dalam membahas makalah tentang status badan hukum ini yaitu teori Gustav Radbruch, yang membagi tiga tujuan hukum yakni keadilan, kemanfaatan dan kepastian.17 1) Kepastian

Dialektika adalah sebuah cara untuk memikirkan dan mengartikan dunia baik yang mewujud dalam alam maupun dalam masyarakat. Ia adalah sebuah cara untuk melihat alam semesta, yang berangkat dari aksioma bahwa segala hal berada dalam kondisi yang selalu berubah dan mengalir. Tapi bukan hanya itu. Dialektika menjelaskan bahwa perubahan dan pergerakan melibatkan kontradiksi dan hanya dapat terjadi melalui kontradiksi itu. Jadi, bukannya sebuah garis progres yang mulus dan tak terputus-putus, melalui dialektika kita mendapati satu garis yang di sana-sini disela dengan masa-masa yang mendadak dan penuh gejolak, di mana akumulasi dari perubahan-perubahan yang kecil-kecil (perubahan kuantitatif) menjalani satu percepatan yang tinggi, di mana kuantitas diubah menjadi kualitas. Dialektika adalah logika dari kontradiksi.http://larung.blog.friendster.com/2007/07/apa-itu-dialektika-1/, tanggal 26 Februari 2011, jam 21.53 16 Chatamarrasjid, Tujuan Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal.29 17Harini Dwiyatmi, Sri, Master Kuliah Sosiologi Hukum, Magister Ilmu Hukum UKSW, Salatiga, 2010, Hal.15
15

Status badan hukum Yayasan setelah adanya Undang-Undang tentang Yayasan, Yayasan dianggap sebagai badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.18 Artinya ketika mendirikan Yayasan maka tujuannya mesti idiil dan tidak boleh mencari keuntungan. Jika dilihat dari satu sisi kepastian hukum, pengaturan mengenai tujuan pendirian Yayasan yang diperuntukkan untuk kegiatan di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan menjadi jelas dan pasti. Yayasan merupakan salah satu bentuk badan usaha sehingga ada anggapan bahwa Yayasan sebagai lembaga ekonomi yang mencari profit. Hal ini menjadi permasalahan apakah benar, setiap badan usaha itu memang didirikan dengan tujuan mencari keuntungan?. Untuk menjawab permasalahan ini, sebaiknya digunakan pendapat yang mengatakan bahwa Yayasan boleh saja mencari keuntungan, hanya saja keuntungan yang diperoleh harus digunakan untuk kepentingan Yayasan. Jenis Yayasan seperti ini, tampaknya sangat cocok untuk Yayasan yang belum mempunyai sumber dana abadi.19 Dalam hal Yayasan mau melakukan kegiatan usaha, mendirikan badan usaha melakukan penyertaan dalam badan usaha sesuai dengan Pasal 7 ayat (1,2 dan 3) UU tentang Yayasan, maka ada ketentuan atau batasan dalam memanfaatkan peluang usaha tersebut20 yaitu: (a). Kegiatan usaha yang dijalankan harus sejalan dengan maksud dan tujuan Yayasan, yakni bertujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Kegiatan ini juga tidak boleh melanggar Peraturan Perundang-Undangan, kesusilaan dan kepentingan umum. (b). Penyertaan kekayaan Yayasan pada badan usaha itu maksimal hanya 25% (dua puluh lim persen) dari total kekayaan Yayasan.

Pasal 1 ayat (1) UU No.28 tahun 2004 tentang Perubahan UU No.16 tahun 2001 Pengantar UU No.28 tahun 2004 tentang Perubahan UU No.16 tahun 2001 tentang Yayasan, Nuansa Aulia, Bandung, 2006. 20 Rita M.-L & Law Firm, Resiko Hukum Bagi Pembina, Pengawas dan Pengurus Yayasan, Forum, Forum Sahabat, Jakarta, 2009.
18 19

(c). Organ/perangkat Yayasan tidak boleh memangku jabatan rangkap dalam satu badan usaha milik Yayasan. 2) Kemanfaatan Dengan adanya penegasan terhadap status badan hukum Yayasan tersebut, maka pembahasan dari segi kemanfaatan juga menarik untuk dikaji oleh karena aspek kemanfaatan biasanya menunjuk pada tujuan keadilan yaitu memajukan kebaikan dalam hidup manusia. Karena penegasan status badan hukum yayasan. Biasanya selama ini negara (pemerintah) sangat membutuhkan kehadiran dan keberadaan Yayasan. Sebagaimana yang telah diuraikan diatas bahwa Yayasan didirikan untuk dipergunakan dalam kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa yayasan ada untuk tujuan meningkatkan harkat, martabat dan kesejahteraan masyarakat. warga negara. Sehingga Oleh Yayasan Yayasan berperan membantu dalam membantu maka cara pemerintah/negara dalam menjalankan tugas dan kewajibannya terhadap karena pemerintah dengan sebaliknya pemerintah sangat mendukung kegiatan

memberikan kemudahan atau fasilitas seperti kemudahan dalam pendirian Yayasan, subsidi, keringanan pajak dan lain sebagainya. Manfaat lain yang diperoleh dari Undang-Undang tentang Yayasan ini yaitu adanya pengaturan mengenai Laporan Tahunan sesuai yang diatur dalam Pasal 48-52 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Dalam laporan tahunan tersebut, Pengurus wajib membuat dan menyimpan catatan atau tulisan yang berisi keterangan mengenai hak dan kewajiban serta hal lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha Yayasan. Selain itu, Pengurus keuangan Yayasan Yayasan juga wajib membuat dan menyimpan dan data dokumen pendukung berupa bukti pembukuan

administrasi keuangan. Jika seandainya Yayasan mengadakan transaksi dengan pihak lain yang dapat menimbulkan hak dan kewajiban bagi Yayasan, maka transaksi tersebut wajib dicatumkan dalam laporan tahunan. Hal ini sebetulnya meminimalisir transaksi-traksaksi yang mencurikan, agar transaksi yang dilakukan Yayasan tidak digunakan untuk memperkaya diri sendiri.

Ikhtisar

laporan

tahunan

Yayasan

diumumkan

pada

papan

pengumuman di kantor Yayasan. Akan tetapi ada juga ikhtisar laporan keuangan yang diumumkan dalam surat kabar harian berbahasa indonesia bagi Yayasan yang:21 a. Memperoleh bantuan negara, bantuan luar negeri, dan/atau pihak lain sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau lebih, dalam 1 (satu) tahun buku; atau b. Mempunyai kekayaan di luar harta wakaf22 sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua puluh milyar rupiah) atau lebih. Laporan keuangan Yayasan wajib diaudit oleh Akuntan Publik. publik dalam hal Akuntan ini adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari

menteri keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik di Indonesia.23 Hasil audit terhadap laporan keuangan Yayasan tersebut kepada Pembina Yayasan yang bersangkutan dan tembusannya kepada Menteri dan instalasi terkait. Dengan adanya laporan tahunan ini maka minimal bisa membatasi perbuatan organ Yayasan untuk memperkaya diri sendiri. Karena ada pihak lain yang memeriksa atau mengaudit hasil laporan tahunan organ Yayasan tersebut. Sehingga dengan adanya sifat transparan lewat laporan tahunan tersebut, mendorong atau meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk memberikan sumbangan kepada Yayasan yang bersangkutan. 3) Keadilan Prinsip keadilan yang mengarah pada kejelasan hak-hak pemberi modal atau yang memberi sumbangan untuk melindungi pemberi modal dari praktik insider yang merugikan atau dari keputusan pengurus secara moral merugikan kepentigan Yayasan secara keseluruhan. Perlakuan yang sama bagi para pemberi modal untuk kelas yang sama harus diperlakukan sama, informasi orang dalam dan penggunaan modal Yayasan yang disalahgunakan harus dilarang. Pemberian modal yayasan sifatnya memang

Pasal 52 ayat (2) UU No.28 tahun 2004 tentang Perubahan UU No.16 tahun 2001 Wakaf adalah perbuatan hukum wakif (pewakaf) untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya. Wakaf bertujuan untuk kepentingan ibadah atau kesejahteraan umum menurut syariah. http://hukumpedia.com/index.php?title=Wakaf, tanggal 26 Februari 2011, jam 22.00 23 http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntan_publik, tanggal 26 Februari 2011, jam 23.32
21 22

sukarela, bukan berarti Pengurus bertindak sewenang-wenang mengelola sejumlah sumbangan tersebut. Sedangkan aspek keadilan yang dirasakan oleh masyarakat, untuk sementara waktu penulis belum ada. Selain itu fungsi yayasan jika dilihat dari pandangan utilitarianisme yang menurut versi John Stuart Mill yang menekankan cita-cita tentang manusia. Ia menyatakan bahwa kodrat manusia dapat menjadi patokan kegiatan manusia agar mencapai kebahagiaan. Kodrat manusia ini merupakan ciri individualitas yang terkandung kebebasan dalam diri manusia. Kehendak tiap masing-masing individu apabila disatukan merupakan kehendak umum apabila dicapai bersama akan tercipta kebahagian umum yang memungkinkan tercapainya tujuan kehendak individu. Ini artinya bahwa kehendak umum harus dicapai secara kolektif dari setiap kehendak individu masing-masing.24 Jadi bisa dikatakan bahwa pandangan utilitarianisme sejalan dengan tujuan idiil yayasan yang diperuntukkan untuk kegiatan sosial. Kegiatan sosial ini tentu saja diperuntukkan untuk masyarakat yang relatif banyak atau setidaknya dimanfaatkan oleh orang lain diluar daripada organ yayasan. Sehingga kebahagian secara umum lebih didahulukan.

D. Kesimpulan
Dari pembahasan tentang status badan hukum dalam pembangunan ekonomi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Sebelum adanya Undang-Undang tentang Yayasan, seringkali masyarakat mendirikan Yayasan dengan maksud untuk berlindung di balik status badan hukum Yayasan, yang mana pendiri cenderung tidak hanya menggunakan Yayasan sebagai wadah mengembangkan kegiatan sosial, keagamaan dan kemanusiaan melainkan juga adakalnya bertujuan untuk memperkaya diri para pendiri, pengawas dan pengurus. Hal ini terjadi karena Yayasan dipandang sebagai badan usaha secara umum yakni bertujuan mencari laba.

24

http://arestoe2003.blogspot.com/2008/04/utilitarianisme.html, tanggal 07 April 2011, Jam 15.09

2) Dengan adanya UU No.28 tahun 2004 tentang Perubahan UU No.16 tahun 2001 tentang Yayasan maka tujuan pendirian Yayasan menjadi jelas serta pengelolaan Yayasan menjadi lebih baik. 3) Pengaturan hukum Yayasan ternyata bermanfaat bagi pembangunan ekonomi karena bukan hanya mengatur pengelolaan Yayasan akan tetapi juga mendorong pembangunan ekonomi yang mana dengan pengembalian fungsi Yayasan dalam rangka tujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan maka diharapkan dapat meningkatkan harkat, martabat dan kesejahteraan masyarakat. Sehingga pada akhirnya masyarakat dapat menikmatinya. 4) Jadi bisa dikatakan bahwa pandangan utilitarianisme sejalan dengan tujuan idiil yayasan yang diperuntukkan untuk kegiatan sosial

E. Daftar Pustaka
Chatamarrasjid, Tujuan Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000. Rochmat, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, PT.Eresco, Bandung, 1993. Boedi Wahyono & Margono, Hukum Yayasan antara fungsi Karikatif atau Komersial, CV.Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, 2001. Suharto,Membedah Konflik Yayasan Menuju Konstruksi Bermartabat, Cakrawala Media, Yogyakarta, 2009. Hukum

Rita M.-L & Law Firm, Resiko Hukum Bagi Pembina, Pengawas dan Pengurus Yayasan, Forum, Forum Sahabat, Jakarta, 2009. Ali, Chidir, Badan Hukum, Alumni, Bandung, 1991. Friedmann, W, Teori dan Filsafat Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1994. UU No.28 tahun 2004 tentang Perubahan UU No.16 tahun 2001 tentang Yayasan. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Anda mungkin juga menyukai