Anda di halaman 1dari 3

SETETES AIR MATA

Setitik cahaya lilin menerawang ke dalam hatiku yang gelap dan kelam ini, tak ada kata yang dapat terucap ketika takdir telah bicara, hanya Allah yang dapat menentukan takdir itu tapi aku tetap berusaha, berusaha, dan berusaha agar diriku tak kandas dalam perjalanan hidup yang panjang ini. Kumencoba bangun dari kenyataan, walaupun hati ini begitu sakit untuk menerimanya. Tanganku meraba kertas dan pulpen, terasa pahit rasa hatiku ketika kutersadar dari semua ini. Aku menangis dalam sepinya malam, kucoba untuk menulis kembali kisahku setahun yang lalu saat masa masa SMA dulu. Aku, haha.... aku seorang gadis yang lugu tanpa tujuan. Kujalani hari-hariku ditempat yang tak pernah aku sukai, sekolah, ya memang sekolah tapi bukan sekolah tempat yang seharusnya aku berada. Ayahku memaksaku sekolah di SMA Negeri, semua itu dia lakukan agar dia dapat berfoyafoya dengan gadis lain tanpa aku katahui. Kasihan Ibu dialam sana, pasti dia merasakan hawa tak nyaman yang dibuat oleh suaminya sendiri. Pahit memang hidupku, Ayahku pria jahatwalaupun dia juga pria mapan dalam dunia keluarga. Ibuku meninggal karena perbuatan keji Ayahku, sakit, tapi buat apa aku menyalahkan Ayah toh Ibu tidak akan kembali lagi. Hari-hari kujalani dengan cacian, makian, dan gunjingan. Teman-temanku menjauh, menjauh dariku. Hanya karena fisikku, hanya karena perbuatan Ayahku, kapan dia sadar? Setiap hari, dia selalu memukulku, dia selalu membentakku, cukup rasanya ketika ia membunuh ibuku dan memasukkanku ke sekolah SMA Negeri. Tapi yang tak akan pernah akan ku maafkan darinya adalah kelakuannya yang membutakan mataku. Apakah dia ingin aku hidup dalam kesengsaraan seumur hidupku dengan dicaci setip hari, alangkah baiknya jika aku bersekolah di tempat khusus orangorang yang kurang, tapi dia memyekolahkanku ditempat yang membuat hidup dalam kekelaman, kenistaan dan kegalauan. Airmata keluar begitu saja tanpa aku perintah, dia tau rasa sedih di dalam hatiku Assalamualaikum, kamu kenapa melarikan diri dari kenyataan, apa dengan ini masalah akan terselesaikan. Menagislah jika kamu ingin menangis, tapi pakai sapu tangan ini. Kamu jangan menggunakan jilbabmu yang suci karena air mata yang keluar itu adalah air mata kebencian. Ohya satu lagi, setelah kamu membersihkan air matamu segera buang sapu tangan yang penuh kebencian itu.... kata orang yang suaranya agak ngebas ditelingaku. Aku yakin dia adalah seorang lelaki tapi dari suaranya sepertinya dia bukan angkatanku karena aku tak mengenal suara itu di kelasku. Kucoba mengusap air mataku, aku menangis sejadi-jadinya seperti yang disuruh lelaki itu. Kemudian kuingat kata-katanya, segera buang sapu tangan yang penuh kebencian itu.....Aku mengepal sapu tangan itu terbang dengan sebagaian kebencianku. He..... Kataku legah, entah mengapa rasa legah langsung ku rasakan. Aku yakin ini karenakatakata lelaki itu, tapi suaranya telah samar-samar dipikiranku. Aku lupa dengan gaya bicaranya, aku lupa dengan langkah kakinya, dan aku lupa aroma tubuhnya, padahal hanya itu yang dapat membuatku mengenal seseorang selama ini, aku bingung harus bagaimana? Kuraba tepi dinding, kucoba untuk mencari tongkatku agar aku dapat kembali kekelas untuk menjalani hidupku.

Kujalani hari-hari yang sepi, sunyi, dan sendiri. Aku mencoba untuk tetap bersabar, bertahan, dan berusaha untuk tetap bersemangat. Walaupun aku selalu dijauhi oleh teman-teman sekelasku, aku selalu dikucilkan, tapi aku akan tetap berusaha. Kudengar suara0suara jeritan teman-temanku yang bermain, bercanda gurau. Aku tak mengerti apa yang kujalani, dan kukeluarkan lagi air mataku untuk kesekian kali. semangat...semangat.....Adinda. Kataku kemudian ku pjamkan mataku, legah rasa dihatiku tapi aku menjadi gugup ketika kudengar langkah kaki menuju diriku. Aku berusaha membuka mataku yang lelah walaupun aku tau mata ini tak akan melihat seperti dulu. Astagfirullah...kataku lagi melihat seorang leleki tampan yang sedang memperhatikanku dan duduk di sampingku. Aku terkejut dapat melihat lelaki itu, tapi yang membuatku tak dapat berpikir secara logis adalah ketika aku melihat sekelilingku, hitam, semua hitam tapi berbeda dengan dia yang tampan,. Aku pura-pura tak melihat lelaki itu walaupun sebenarnya aku melihatnya. Bagaimana, apakah dengan sapu tangan ini kamu bisa melihat indahnya dunia ? Kata lelaki itu kepadaku. Aku mengangguk dan segera kupalingkan pandanganku agar aku tak merasakan hal yang tak harus aku rasakan pada dia. Aku melangkahkan kakiku dengan mantap untuk meninggalkannya. Tunggu, aku hanya meminta satu darimu! Apakah aku dapat menjadi pemandu setiap langkahmu, aku tau hanya akulah yang dapat kau lihat, dan aku yakin ketika aku berada disampingmu kau akan dapat melihat indahnya dunia! kata lelaki itu kepadaku, langkahku terhenti ketika aku mendengar kata-katanya menusuk hatiku sungguh aku tak menyangka dia dapat membaca isi hatiku. Ada rasa gembira di dalam hatiku tapi kumencoba menepisnya agar aku tak terjebak dalam dunia fantasiku sendiri, aku menggeleng dan kubalikkan badanku untuk melihatnya tapi mataku telah hitam kembali dan aku tak melihat wajahnya lagi. Mata hatiku melihat dia tak akan kembali dan aku yakin dia akan menyesal ketika seorang gadis buta sepertiku menolak keinginannya. Aku berusaha tegar dengan perjalanan hidupku. Kujalani hari-hariku seperti biasa tanpa temen yang menemaniku dan tanpa Orang tua yang tanpa arah dan tujuan ini, setiap hari aku hanya terus menyendiri di pinggir kamar kecil tapi aku berusaha untuk tidak menangis seperti biasanya tapi hari ini lagi-lagi aku mrngrluarkan air mata kebencian itu. Aku baenci dengan diriku yang terlalu cengeng, ya Allah.... Ini pakai sapu tangan ini, semoga dengan sapu tangan ini kamu bisa mengerti tentang apa yang diberikan Allah kepadamu bukan musibah dan bukan sesuatu yang perlu ditangisi. Aku tau kau tak akan mau aku tuntun tapi pakailah ini, aku yakin setelah itubanyak yang akan menemanimu. Kata leleki iti yang tiba-tiba datang lagi, aku heran dengan lelaki itu tiba-tiba saja datang dan pergi begitu saja tanpa mengucapkan kata berpisah. Jujur, aku, begitu, begitu, tapi aku takut dengan perasaan ini, aku akut perasaan ini akan merusak jilba yang baru-baru ini aku pakai. Aku masih belum tau tentang agama dan aku takut ini adalah perbuata zinah. Kucoba mengias semua pikiran itu dan kuusap mataku yang semakin membengkak, sapu tangan, pemberianya yang kedua kali untukku dan aku berharap bersama semua kebencianku ini rasa cinta itupun bisa hilang bersama sapu tangan lelaki itu. Aku meraba tongkatku yang ada disampingku tapi tongkat itu tiba-tiba tak ada, aku bingung karena tanpa tongkat ini aku tak akan dapat menjalani hari-hariku.

Aduh, Adinda ngapain disini, kamu mencari tongkat? Ini dia, ngapain kamu disini anak-anak sudah nunggu kamu untuk foto bareng perpisahan. Kata teman sekelasku, Mita. Aku heran melihat tingkahnya yang tiba-tiba saja baik padaku, tiba-tiba saja membantu diriku, dan tiba-tiba saja mengajakku dalam acara foto-foto perpisahan. Mita terus berbicara kepadaku, setiap kalimat yang diucapkanya seperti mengkhawatirkan diriku dan tangannya pun terasa dingin dan berkeringat seperti takut aku tak ada ketika acra foto-foto perpisahan. Ketika sampai, semua menyambutku dengan bahagia, semua memanggil namaku, semua mengkhawatirkanku, dan semua menyayangi diriku. Air mataku keluar begitu saja, ini adalah air mata bahagia.Satu demi satu air mataku menetes kelantai, bunyinya hampir tak terdengar karena suara-suara ribut teman-temanku. Dalam sebuah cahaya yang terang kulihat sosok lelaki itu lagi, dia sedang tersenyum kepadaku, mataku terus mamperhatikannya hingga dia menghilang dari pandanganku. Terbang bersama debudebu, dan tak akan kembali untukku. Pulpenku jatuh begitu saja bertepatan dengan selesai cerita SMAku, kertas yang kutulis terbang melayang kearah cahaya yang begitu terang, cahaya itu semakin lama semakin mendekat, kulihat seorang lelaki datang menghampiriku membawa kertas yang kutulis dia terus tersenyum tak hentihentinya. Aku tak dapatberkata apapun kepadanya, aku terus batuk, dimulutku terus saja mengeluarkan darah segar. Kudengar bunyi mobil polisi dilantai bawah, Ayah, Ayah akhirnya tertangkap, suara teriakan Ayah kudengar dia terus tak mengakui perbuatannya selama ini. Aku hanya bayanganmu yang akan selalu menemanimu, setiap tetes air mata keluar dari matamu aku akan datang menemanimu. Aku adalah hal yang paling sempurna bagimu, karena aku hanya bayanganmu semata. Tapi aku punya perasan sepertimu, dan perasaanku sama sepertimu... Dan ingatlah, kau tak boleh merasa dijauhi........ Kata lelaki itu, cahaya itu nyeri diperutku semakin terasa, kuucap dua kalimat syahadat untuk terakhir kalinya. Kupejamkan mataku seiring dengan batuk yang mengeluarkan darah. Aku tersenyum dan aku berdoa Ayah bisa dimaafkan oleh Allah karena perbuatannya selama ini termasuk membunuh Istri dan Anaknya sendiri dengan pisau. Kuterbaring dengan sepinya malam, ditemani oleh bintang-bintang yang bertaburan dan aku merasa nyaman dengan berselimutkan malam.

Anda mungkin juga menyukai