Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.

Sesuai dengan kodrat yang dimiliki oleh manusia, bahwa manusia diciptakan sebagai individu dan makhluk sosial. Sebagai individu, manusia diciptakan dengan mempunyai ciri yang berbeda antara satu dengan yang lain. Dengan demikian, manusia atau individu dapat dikenal oleh orang lain dengan mengenal ciri ciri tertentu yang dimilikinya. Sebagai makhluk sosial manusia merupakan bagian dari masyarakat di sekitarnya baik dari lingkungan yang terkecil yang mempengaruhi pola kehidupan manusia adalah keluarga (family). Hal inimengartikan bahwa seluruh tangkah laku manusia tidak akan lepas dari kehidupan masyarakat yang ada di sekelilingnya. B. Permasalahan. Masalah yang akan dibahas adalah : Pengertian Lintas budaya. Koseling multi budaya. Aplikasi konseling lintas buadaya di sekolah. C. Tujuan. Agar maahasiswa dapat mengerti dan memahami, tentang apa itu konseling lintas budaya pada umumnhya. Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami serta mengembangkan konseling lintas budaya dalam dunia pendidikan terutama di era globalisasi yang semakin maju. D. Metode Pustaka. Ahmadi, Abu 1986. Antropologi Budaya: mengenal kebudayaan dan suku suku bangsa di Indonesia. Surabaya:pelangi.

BAB II PEMBAHASAN

A. Konseling Lintas Budaya. Dalam mendefinisikan konseling lintas budaya, manusia tidak akan dapat lepas dari arti konseling dan budaya. Pada kegiatan kegiatan terdahulu telah tersajikan secara lengkap mengenai pengertian konseling dan pengertian budaya. Dalam pengertian konseling terdapat empat elemen pokok yaitu, Adanya hubungan. Adanya dua individu atau lebih. Adanya proses. Membantu individu dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan. Sedangkan dalam pengertian budaya, ada tiga elemen yaitu, Merupakan produk budidaya manusia. Menentukan ciri seseorang. Manusia tidak akan bisa dipisahkan dari budayanya. Konseling lintas budaya ( cross culture counseling ) mempunyai suatu arti hubungan konseling dalam mana dua peserta atau lebih, berada dalam latar belakang budaya, nilai nilai dan gaya hidup ( Sue et al dalam Suzetta et all 1991; Atkinson, dalam Herr, 1939). Definisi singkat yang disampaikam Sue dan Atkinson tersebut ternyata telah memberikan definisi konseling lintas budaya secara luas dan menyeluruh. Dari pengertian di atas, maka konseling lintas bidaya akan dapat terjadi jika antara konselor dan klien mempuyai perbedaan. Kita tau antara konselor dan klien pasti mempunyai perbedaan budaya yang sangat mendasar. Perbedaan budaya itu bisa mengenai nilai nilai, keyakinan, perilaku dan lain sebagainya. Perbedaan ini muncul karena antara konselor dan klien berasal dari budaya yang berbeda. Konseling lintas budaya akan dapat terjadi jika konselor kulit putih memberikan layanan konseling kepada klien kulit hitam atau konselor orang batak memberikan layanan konseling kepada klien yang berasal dari Ambon. Layanan konseling lintas budaya tidak saja terjadi, pada mereka yang berasal dari dua suku bangsa yang berbeda. Tetepi layana lintas dapat pula muncul pada suatu suku bangsa yang sama. Sebagai contoh, konselor yang berasal dari Jawa Timur memberikan layanan konseling pada klien yang berasal dari Jawa Tengah, mereka sama sama berasal dari suku atau etnis Jawa. Hal lain yang berhubungan dengan definisi konseling lintas budaya adalah bagaimana konselor dapat bekerja sama dengan klien ? Dalam melakukan hubungan konseling dengan klien, maka konselor sebaiknya bisa memahami klien seutuhnya. Memhami klien seutuhnya nini berarti konselor harus dapat memahami budaya spesifik yang mempengaruhi klien, memahami keunikan klien dan memahami manusia secara umum / universal ( Spight, 1991 ). Memahami budaya spesifik mengandung pengertian bahwa konselor sebaiknya mengerti dan memahami budaya yang dibawa oleh klien sebagia hasil
2

dari sosialisasi dan adaptasi klien dari lingkungannya. Hal ini sangat penting karena setiap klien akan membawa budayanya sendiri sendiri. Klien yang berasal dari budaya barat, tentu akan berbeda dengan klien yang berbudaya timur. Klien yang berbudaya timur jauh akan berbeda dengan klien yang berasal dari Asia tenggara dan lain - lain. B. Konseling Multi Buadaya. Dalam kehidupan sehari hari setiap makhluk akan berusaha untuk menunjukkan siapa sebenarnya mereka. Hal ini terjadi dengan memberikan pendapat dan perilaku tertentu, bagaimana bersifat dan mungkin menunjukkan beberapa keanehan tertentu. Aktualisasi diri ini bisa jadi berbeda dengan apa yang selama ini diperoleh masyakat sekitarnya, tetapi sering kali pula bahkan harus seorang individu menampakkan perilaku sesuai dengan apa yang sering dimunculkan oleh masyarakat diman dia berada. Kesamaan perilaku, sikap, penampilan, pendapat dan lain sebagainya itu tercrmin dalam keseharian individu. Hal ini ditunjukkan pula dengan adanya restu dari masyakat, sehingga tampak adanya kesamaan perilaku, sikap, pendapat antara individu, dengan masyarakat di sekitarnya, bahkan seringkali hal hal yang dikerjakan oleh individu bisa dijadikan contoh atau acuhan untuk mengenal dariman individu itu berasal. Definisi kebudayaan dapat didekati dari beberapa macam pendekatan, pendekatan pendekatan itu seperti antropologi, psikologi, bahkan dari pendidikan. Jadi salah satu tokoh antropologi yaitu E.B Tylor (dalam Ahmadi, 1986; Soekanto, 1997) mendefinisikan bahwa budaya adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Para ahli antropologi lainnya menjelaskan kebudayaan sebagai suatu bentuk perilaku, suatu hubungan atau interaksi antara manusia yang di dalamnya terdapat nilai keyakinan yaitu nilai nilai dan peraturan. Kluckhohn mendefinisikan budaya sebagai berikut : Budaya terdiri dari pola tingkah laku eksplisit dan implisit dan pola tingkah laku itu diperoleh dan dipindahkan melalui simbol, merupakan karya khusus kelompok kelopok manusia termaksud penjelmaannya dalam bentuk hasil budi manusia. Initi utama budaya terdiri dari ide ide tradisional terutama nilai nilai yang melekat atau sistim budaya pada satu sisi dapat dipandang sebagai hasil perbuatan, pada sisi lain, pengaruh yang menentukan perbuatan perbuatan yang selanjutnya. C. Aplikasi Konseling Lintas Budaya Di Sekolah. Dalam kegiatan konseling selalu ada komponen konselor dan klien. Konselor sebagai agen kedua (skond agent) akan membantu klien (first agent) untuk membantu klien dalam memecahkan masalah, agar pelaksanaan konseling dapat berjalan dengan baik maka ada cara cara yang seharusnya dipahami oleh konselor. Cara cara ini diwujudkan dalam bentuk pernyataan sebagai konselor lintas budaya yang efektif. Menurut Sue konselor lintas budaya yang efektif adalah sebagai berikut : Memahami nilai nilai pribadi serta asumsinya tentang perilaku manusia. Sadar bahwa Tidak ada teori konseling yang netral secara politik dan moral. Memahami bahwa kekuatan sosiopolitik akan mempengaruhi dan akan menajamkan perbedaan budaya dalam kelompok.
3

Dapat berbagai pandangan tentang dunia klien dan tidak tertutup. Uraian diatas akan dijelaskan sebagai berikut dibawah ini : 1. Memahami nilai nilai pribadi serta asumsinya tentang prilaku manusia dan mengenali bahwa tiap manusia itu berbeda. Dalam melakukan kegiatan konseling dengan klien, konselor harus sadar penuh terhadap nilai yang dimilikinya. Konselor harus sadar dalam melakukan kegiatan konseling, konselor tidak akan pernah lepas dari nilan nilai yang di bawa dari lingkungan dimana ia berada, juga nilai nilai yang sesuai dengan tugas perkembangannya. 2. Sadar bahwa tidak ada teori yang netral secara politik dan moral. Dalam pelaksanan konseling, konselor harus sadar bahwa teori teori konseling yang diciptakan saat ini adalah suatu teori yang dibuat berdasarkan kepentingan para penemuan masing masing. Oleh karena itu, teori teori konseling yang diciptakan ada kemungkinan tidak akan terlepas dari moral yang dimiliki oleh penemunya, juga tidak akan dapat terlepas dari muatan politik dari sipenemu. 3. Memahami bahwa kekuatan sosiopolitik akan mempengaruhi dan menajamkan perbedaan budaya dalam kelompok. Perbedaan sosiobudaya dalam suatu negri bisa meruncing karena adanya intervensi kekuatan kekuatan politik yang memang memakai isu perbedaan sosiobudaya untuk kepentingannya. 4. Dapat berbagi pandangan tentang dunia klien dan tidak tertutup. Konselor yang efektif adalah konselor yang mampu menginterprestasikan dunia klien sebagaimana adanya, tanpa adanya interprestasi yang berlebihan dari pihak konselor. Konselor sebaiknya mampu memahami pandangan klien dan budaya yang dibawa oleh klien.

BAB III SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Simpulan. dengan mempelajari konseling lintas budaya kita tidak akan lepas dari kata konseling dan budaya, karena paparan paparan terdahulu sudah menjelaskan secara lenkap dan jelas mengenai pengertian konseling dan budaya..... Adanya hubungan Adanya dua individu atau lebih Adanya proses Membantu individu memecahkan masalah

Rekomendasi. Dengan mempelajari konseling lintas budaya, peran masyarakat dalam proses sosial budaya sangat penting.. karena pendekatan secara sosial budaya, dinyataka bahwa prilaku dan kepribadian sesorang sangat ditentukan oleh lingkungan kita berada..

Anda mungkin juga menyukai