Anda di halaman 1dari 13
Pembelajaran Nilai-nilai Kewirausahaan: Pendekatan Fenomenologis pada Kelas Wirausaha Siswa SMK Negeri Malang Agung Winarno Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang, Abstract: Specifcaly, the aim of this study is to answer the following questions (1) How is students’ entrepreneurship values before they are involved in learning process at school? (2) Hw is a learning process in case of internalization of entrepreneurship values? and (3) How is evaluation done to know the success of the process of internalization of students’ entrepreneurship values? The result ofthis study shows tha! each student had a diferent talent from others; even, they were relative. Talent had a close relationship with a certain desire and skil it was not related to values. Generally, students’ entrepreneurship unlues before they were invotved in learning at school were abstract which was like self-confidence and motivation gained from their fanity education, but it had not come to the awareness, Evaluation of the learning in entrepreneurship class which focused om quantity of selling reached by students influenced on the neglected evaluation which was related to the development of entrepreneurship unlues. The vnlue that could be constructed in learning process was self-confidence vnlue. IE wns constructed fromthe improvement of students’ vocational skill and academic skill. Sel-confiderice was the main value of the entrepreneurship values which could raise other values like creativity, motivation, risk-teking, and leadership. There was degradation phenomenon of entrepreneurship vaie after graduating. Suck phenomenon happened in family education, Students oko had the same business at home together with their parents would tend to have degradation on entrepreneurship cae, AS the tine goes by, the entrepreneurship values like creativity, motivation, and risk-taking atitude would lend to be degraded. Ina contrast to graduate student who had a different business with their parents, their entrepreneurship values grew positively Keywords: internalization, entrepreneurship values, phenomenology. Menyadari arti penting kewirausahaan ini maka peran lembaga pendidikan menjadi strategis. Pendidikan harus mampu berpe: ran aktif dalam menyiapkan sumberdaya manusia terdidik yang siap menghadapi tantangan baik lokal maupun global dengan membekali peserta didiknya tidak hanya kemampuan akademis, tetapi juga keteram- pilan dalam menghadapi berbagai tantang- an hidup baik sebagai individu maupun se- bagai bagian dari komunitas, lebih-lebih bila dikaitkan dengan kondisi pendidikan dima- syarakat saat ini, data Depdiknas tahun 2000 menunjukkan bahwa sekitar 88,4% lulusan Alamat Koresponden: Agung Winarmo, JL Surabaya No. 6 Telp. 556427 HP, 085649905951 199 SLTA tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi, dan 34% Lulusan SLTP tidak melan- jutkan ke SLTA, hal ini akan menumbuhkan jumlah pencari kerja yang makin banyak. disinilah pentingnya lembaga pendidikan berorientasi pada penbentukan jiwa kewira- usahaan, yakni jiwa yang bercirikan keman- dirian, berani mengambil risiko, berkeingin- an kuat untuk maju, kreatif, komunikatif dan kepemimpinan yang memadai. Pendidikan yang berbasis kewirausa- haan adalah pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arah ke- cakapan hidup (life skills) pada peserta di- diknya melalui kurikulum yang terintegrasi dengan perkembangan yang terjadi baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakatnya. Lembaga pendidikan tidak an, akan tetapi yang jauh lebih penting ada- lah seberapa besar Wulusan itu dapat meno- Jong dirinya sendiri dalam menghadapi tan- tangan di masyarakat. Kontribusi Sekolah kejuruan dalam masalah ini terus dipertanyakan banyak hak, selain karena banyak lulusan yang ti- dak memenuhi kualifikasi yang disaratkan oleh sektor pengguna, sebagaimana hasil pe- nelitian Muchlas Samani dan Soeryanto (1993) yang menunjukkasn bahwa siswa ke- las tiga menjelang lulus untuk sekolah Tek- nologi menengah di Indonesia kemampuan kognititnya sangat rendah, data ini mengin- dikasikan bahwa lulusan sekoloh. kejuruan bidang teknik tidak dapat memenuhi harap- an kalangan industri. Pada sisi lain Sunaryo (1996) yang, melakukan penelitian pada SMK yang menerapkan program pendidik- an sistim ganda di Sulawesi Tenggara me- nunjukkan bahwa meskipun pada aspek penyusunan, kurikulum dan pelaksanaan pendidikan cukup positif, namun masalah pemasaran lulusan menjadi _persoalan mengingat daya tampung sektor industri yang terbatas. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional, salah sa- tunya adalah diberlakukannya Kurikulum 1994 untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Bahkan, karena kurikulum tersebut dianggap belum mewadahi wawasam dan misi paradigma baru, maka kurikulum itu- pun telah direvisi, dan lahirlah kurikulum SMK edisi 1995 (saat ini kurikulum tersebut sedang dikaji untuk menjadi 2004). Paradig- ma baru dimaksud adalah adanya pergeser- an pandangan dan perilaku yang dapat di- rangkum menjadi tiga hal, yaitu: (1) dari su- ply driven ke demand driven, (2) dari academic oriented ke occupational oriented, dan (3) dari school based program ke dual based program. Pemberahan dalam hal apapun yang dilakukan, menutut Norton (1985) hasil ter- kini dan temporer adalah selau mengacu dan mengantisipasi secara cepat berbagai perubahan baik kebutuhan maupun persya- ratan kerja. Karenanya, sekolah menengah kejuruan dapat dikatakan sebagai kendara- an bagi siswa untuk mengaplikasikan berba- gai hal yang dipelajari dalam suatu keahlian tertenta dalam berbagai alternatif lapangan kerja yang masih sejalan dengan keablian tersebut (Pucel, 1990), Di sisi lain Penelitian Sutjito (2001) me- nunjukkan bahwa minat siswa sekolah me- nengah kejuruan dalam kewiraswastaan ti- dak cukup kuat dimana dorongan, rang- sangan, dan motivasi yang dapat memben- tuk kepribadian siswa, yang ditimbulkan oleh lingkungan, baik lingkungan kultural maupun sosial kurang kuat. Penelitian ini juga menemukan bahwa secara psikologis segenap stimulasi yang diterima dan atau dimiliki oleh siswa, misalnya sifat-sifat, se- lera, keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, ke- butuhan, kemauan, emosi, dan kapasitas in- telektual untuk kewiraswastaan juga kurang kuat. Adapun yang mencakup segenap stimulasi, interaksi dan kondisi ekternal da- lam hubungannya dengan perlakuan, misal- nya pola hidup keluarga, pergaulan kelom- pok, pola hidup masyarakat sekitar, juga ku- rang memberikan kontribusi yang kuat ke- pada siswa untuk berwiraswasta, Penelitian ini difokuskan untuk men- diskripsikan dari berbagai pertanyaan ten- tang bagaimana suatu pembelajaran menjadi bagian dari proses internalisasinilai-nilai kewirausahaan pada seseorang, juga bagai- mana menemukan model pengembangan budaya kewirausahaan dikalangan siswa Meskipun tidak sedikit penelitian para pa- kar yang mengungkap masalah kew’ haan. Masala is ngan pendekatan yang lebih menyeluruh guna mengungkap lebih dalam bahkan mungkin menyempurnakan temuan-temuan sebelumnya. Sangat krusial untuk memahami pro- ses internalisasi nilai kewirausahaan melalui ptoses pembelajaran pada diri manusia, yakni bagaimana memahami proses-proses yang bersifat intrinsik pada diri seseorang guna mengembangakan kapabilitas-kapabi- litas yang dimilikinya baik konseptual mau- pun praktik-praktik kewirausahaan. Peneli- tian ini secara khusus akan berusaha mema- hami berbagai praktik-praktik spesifik dari alam kejiwaan siswa dan pengalaman- pengalaman hidup keseharian sebagai ba- gian dari proses pembelajaran. Penelitian ini difokuskan untuk mema- hami bagaimana seseorang siswa mengem- bangkan kapabilitas-kapabilitas yang dimili- ki yang merupakan bagian dari proses in- ternalisasi nilai-nilai kewirausahaan melalui pembelajaan hidup keseharian baik di se kolah, keluarga maupun di lingkungan per- gaulan. METODE Pendekatan yang digunakan dalam pe- nelitian adalah pendekatan kualitatif feno- menologi, Kualitatif, karena data yang akan dikumpulkan besifat data lunak (soft), pene kanan pada diskripsi-diskripasi tentang orang, tempat dan percakapan dan tidak menekankan penggunaan prosedur statistik Pendekatan ini dipilih karena dalam eksplorasi_masalah nilai_ kewirausahaan yang melekat pada diri seseorang berusaha untuk dipahami secara mendalam atas pe- ristiwa-peristiwa dan keitan-kaitannya da- lam situasi-situasi tertentu dengan cara ber- usaha untuk memasuki ke dalam dunia kon- septual para subjek yang diteliti sedemikian rupa sehingga dikarapkan dapat dimengerti apa dan bagaimana proses internalisasi nilai kewirausahaan itu dapat terjadi. Dalam penelitian kualitatif kehadiran dan keterlibatan langsung peneliti di dalam Ene eer pengumpulan informasi menjadi mutlak, se- bab dalam pendekatan ini perelitia bertin- dak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Lebih jauh Bogdan & Biklen (1998) mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif peneliti berposisi sebagai perenca- na, pengumpul data, penganalisis, penafsir, sekaligus pelapor hasil penelitian. Dengan demikian dalam penelitian kualitatif ke- sungguhan, ketekunan, ketelitian, kesabaran dalam mengumpuikan informasi sangat di- perlukan. Penelitian ini mengambil lokasi di SMKN 3 Malang, dengan fokus pada kelas Wirausaha, Sekolah ini awal berdirinya pada tahun 1951 dalam bentuk Sekolah Ke- juruan Putri (SKP) yang berlokasi di jalan Suropati 6 Malang. Melalui SK Pendirian no90/C.10/LP.W an Inspektris Pendidikan Wanita, sekolah ini setara dengan SMP, Kompetensi yang diajarkan saat itu adalah Spesialisasi Program Khusus Kewanitaan. Informan kunci dalam penelitian ini terbagi menjadi informan kunci utama (pri- mer) yaitu Siswa Kelas Kewirausahaan dan Alumni/lulusan kelas kewirausahaan dan informan kunci pendukung (sekunder) meli- puti Guru, Wali kelas, dan orang tua siswa Dalam pengumpulan data, teknik yang di- gunakan adalah observasi partisipan (parti- cipant observation) dan Observasi non parti- sipan (non-participant observation), dan infor- masi yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan pendekatan yang dikemuka- kan Miles dan Huberman (1984) yaitu men- cakup aktivitas yang berlangsung bersama- an yekni reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Untuk le- bik jelas dapat dilihat pada gambar berikut:

Anda mungkin juga menyukai