Anda di halaman 1dari 15

Gelombang HF memiliki range frekuensi yang kecil yaitu 3 -30 MHz, hal ini menyebabkan propagasi dari komunikasi

gelombang HF dapat dipengaruhi oleh ionosfer (lapisan pemantul) dan kondisi geografis bumi, karena frekuensi HF merambat mengikuti keadaan medan yang dilewatinya. Itulah sebabnya mengapa komunikasi pada gelombang HF kurang bersih sinyalnya, namun jangkauannya luas. Gelombang VHF memiliki range frekuensi antara 30 300 MHz dan panjang gelombang 1 10 m, dengan demikian jarak tangkap sinyal terbatas dan antara pemancar harus line of sight (LOS) atau tidak ada penghalang (obstale). III.1.2 Fasilitas Telekomunikasi Penerbangan 1. Multichannel Digital Recorder Multichannel Digital Recorder (MDR) adalah perangkat perekam yang dihubungkan dengan seluruh perangkat komunikasi yang ada, sehingga proses pengendalian penerbangan yang dilaksanakan oleh petugas lalu lintas udara selalu ada bukti jika suatu saat diperlukan. MDR berfungsi merekam seluruh komunikasi A/G (Air to Ground), yaitu komunikasi antara pengendali dan pilot pesawat maupun aktivitas berupa suara dari kanal-kanal yang digunakan dalam pengaturan lalu lintas udara beserta pendukungnya seperti Direct Speech. Jenis recorder yang digunakan adalah MDR 2000 XL buatan ATIS System, Jerman. Media perekam yang digunakan oleh alat ini berupa kaset DVD RAM, khususnya Produk Exacbyte Eliant 820 (7 GB) dan Panasonic LF-D201(9,4 GB) yang berfungsi merekam informasi dalam kanal-kanal selama satu hari penuh, sehingga tiap pergantian hari (00.00 GMT) atau tepat pukul 08.00 WITA harus diganti dengan kaset baru untuk mem-back up rekaman 24 jam kemudian. Maksimal kanal yang ditangani sebanyak 128 input kanal, sementara kanal yang digunakan di Bandara Hasanuddin hanya 104 kanal. Recorder ini terdiri dari 2 bagian, di mana tiap bagian ini mempunyai dua unit penyimpan (A dan B). Selain disimpan dalam kaset DVD, rekaman secara otomatis juga tersimpan dalam buffer (Hard Disk pendukung) yang bisa dihapus sewaktu-waktu jika sudah penuh terisi. Hasil rekaman yang berupa DVD ini bisa diputar (ditampilkan dalam bentuk suara melalui media replay voice).

2. Replay Voice

Replay Voice adalah media penyimpan data hasil rekaman yang tersimpan di kaset DVD. Hasil replay ini berupa suara dari seluruh aktivitas tiap - tiap kanal. Karena yang di-replay adalah adalah hasil rekaman dari MDR 2000, maka media penampil ulangnya (playback) juga satu produk dengan recorder-nya. Hasil rekaman audio ini dapat diputar kembali bersamaan dengan data rekaman visual. 3. Climax DS 900 Climax DS 900 adalah alat yang berfungsi sebagai media pemroses sinyal, baik penerima maupun pengirim kanal sinyal. Setiap unit mencakup 2 atau 3 AF kanal. Daftar Frekuensi Peralatan VHF ER 1. Upper West Control Area : 132.5 MHz : 132.5 MHz : 132.5 MHz :132.505 MHz :132.495 MHz : 128.1 MHz : 128.1 MHz : 128.105 MHz : 128.095 MHz : 128.105 MHz : 128.100 MHz : 128.105 MHz : 128.095 MHz : 128.100 MHz : 128.3 MHz
: 128.305 MHz : 128.295 MHz

DS 900 mampu

Malino Tarakan Pangkalanbun Balikpapan


2. Upper East Control Area

Manado Palu Kendari Ambon Saumlaki Biak Timika Sorong


3. Bali East Upper Control Area

Kupang Waingapu

Kintamani I
4. Bali West Upper Control Area

: 128.300 MHz : 123.9 MHz : 123.95 MHz : 120.7 MHz : 120.7 MHz

Gedangan
5. Bali Center Upper Control Kintamani II

6. ACC Lower 7. APP 8. Tower 9. TMA


J BUS Link

: 127.5 MHz : 120.6 MHz : 118.1 MHz : 119.4 MHz

J BUS Link adalah alat yang menghubungkan jalur-jalur frekuensi VHF towerset dan VHF ER sebanyak 20 kanal. Tiap kanal mempunyai address-address (alamat) tersendiri sesuai dengan frekuensi yang dimiliki. Dengan adanya alat ini, teknisi dapat memonitor dan mengecek kondisi komunikasi VHF yang sedang beroperasi hanya dalam satu rak alat J BUS ini. 4. Microwave Link (Radio Link) Radio Link merupakan suatu alat dan perangkat yang bekerja pada frekuensi di atas 1 GHz, antara lain digunakan pada sistem backbone telekomunikasi dan jalur transmisi serta mempunyai fungsi untuk

mentransmisikan informasi dari satu stasiun/titik (point to multipoint). Saluran microwave yang digunakan di Bandara Hasanuddin ini berkoneksi dengan daerah PAI, Malino, dan Maccopa. 5. VHF RCMS (VHF Remote Control Monitoring System) VHF RCMS mempunyai fungsi untuk memonitor peralatan pemancar dan penerima dari satu tempat. Dengan posisinya yang berada di ruang supervisor teknik membuat teknisi mudah memonitor atau bahkan mengontrol peralatannya dari jarak jauh tanpa harus mendatangi lokasi peralatan. RCMS ini bermerk TELERAD, berupa tampilan screen komputer yang di dalamnya terdapat poinpoin untuk di monitor seperti tower, PAI, Malino, dsb. Tiap poin dapat diukur besarnya parameter yang dimiliki seperti gain, level, persen modulasi, atau power. Selain itu, teknisi juga dapat mengetahui keadaan peralatannya dengan melihat status alat apakah bekerja secara normal ataupun alarm, jika terjadi alarm maka teknisi dapat memindahkan peralatan dari posisi main ke standby atau jika RCMS disetel secara otomatis akan dapat mengirimkan sinyal kontrol untuk memindahkan peralatan satu (main) ke peralatan kedua (standby). 6. VCSS (Voice Communication Switching System)

VCSS merupakan suatu alat yang berfungsi menghubungkan jalur-jalur telepon maupun kanal frekuensi dalam satu pusat pengolahan yang terprogram dan ditampilkan dalam bentuk touchscreen (layar sentuh). Ini dimaksudkan agar teknisi maupun controller dapat dengan mudah melakukan komunikasi dan koordinasi. Ada beberapa kanal frekuensi yang terhubung seperti ADC, APP, ACC Lower, ACC West, ACC East dan channnel frekuensi yang lain. Selain itu terhubung juga direct speech via VSAT baik secara lokal misalnya Ambon, Bali, Balikpapan, Surabaya, maupun Internasional seperti Manila, Brisbane, atau kota Kinabalu. Cara pengoperasian alat ini cukup sederhana yaitu dengan mengangkat handle telepon dan menekan/menyentuh poin yang tampil di layar maka komunikasi dengan poin tersebut dapat langsung terlaksana. 7. VHF ER (VHF Extended Range) Alat ini mempuyai fungsi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan ACC yang mempunyai wilayah tanggung jawab yang sangat luas, maka di beberapa tempat dipasang peralatan VHF ER. Pemancar penerima serta tiang antena VHF yang sangat tinggi ditempatkan di daerah pegunungan atau di daerah dataran tinggi. Selanjutnya, dibangun stasiun radio untuk penempatan peralatan yang dimaksud, sehingga dapat menjangkau daerah yang sangat luas sesuai kebutuhan. Agar seluruh komunikasi penerbangan dapat terjadi dengan baik maka wilayah kontrol yang dimiliki Makassar yaitu, FIR (Flight Information Region) daerah timur khususnya wilayah kerja ACC (Area Control Center) yang harus seluruhnya tertangani. Namun kendala yang ada ialah alat pemancar-penerima yang digunakan sangat terbatas daerah jangkauannya. Sehingga dibutuhkan perluasan jangkauan kerja peralatan tersebut. Oleh karena itu, dipasang ER di wilayah yang berada di titik-titik tertentu di daerah kendali Makassar. Adapun ER ini telah terpasang di 20 titik (tempat) seperti Ambon, Sorong, Timika, Saumlaki, Kendari, Tarakan, Balikpapan, Merauke, Biak, Palu, Manado, Muaratewe, Pangkalanbun, Kupang, Malino, Banjarmasin, serta wilayah perbatasan dengan FIR Jakarta (Waingapu, Kintamani II, dan Gedangan). Pemasangannya pun harus berada di daerah yang tidak terhalang obstale seperti daerah gunung. Diharapkan agar sinyal yang diterima dan dipancarkan dapat secara maksimal.

8. Transceiver RDARA dan MWARA High Frequency Air/Ground Communication (HF A/G) merupakan peralatan transceiver (pemancar dan penerima) yang digunakan untuk komunikasi antara pilot (pesawat udara) dengan unit-unit ATS (FSS, FIC) dalam bentuk suara yang bekerja pada frekuensi HF. Ditujukan untuk melayani suatu daerah tertentu yang dibagi atas 2 wilayah, yaitu : 1) RDARA (Regional and Domestic Air Route Area), untuk pelayanan penerbangan domestik, dengan menggunakan pemancar sebesar 1 KW atau lebih kecil. 2) MWARA (Major World Air Route Area), untuk pelayanan penerbangan Internasional, dengan menggunakan pemancar sebesar 3-5 KW. Dengan cakupan wilayah Makassar yang cukup luas, maka dibutuhkan pengontrol dengan menggunakan frekuensi VHF dan HF. Untuk HF digunakan RDARA dan MWARA. Adapun fungsi dari RDARA adalah mengontrol pergerakan dan lalu lintas pesawat udara dalam lingkup domestik dan pesawat dengan Flight Level 245 di area uncontrolled airspace, sedangkan MWARA berfungsi untuk mengontrol pergerakan dan lalu lintas internasional dengan Flight Level di atas 245. Di Bandara Hasanuddin Makassar ini, komunikasi lewat HF dibagi menjadi 3 kanal. Kanal 1 HF RDARA (8918 kHz, 11309 kHz), kanal 2 HF MWARA (11396 kHz, 6556 kHz), Kanal 3 HF MWARA (3470 kHz). Transmisi VHF digunakan secara line of sight dengan cuaca cerah, maksimal 200 Nauticale Mile, jika VHF tidak digunakan maka akan dipakai HF dengan pengaruh kondisi lapisan atmosfer, pada malam hari lapisan F maka digunakan HF MWARA kanal 3 (3470 kHz). RDARA dan MWARA adalah sistem telekomunikasi radio yang digunakan dalam wilayah uncontrolled ; yaitu wilayah FIR Makassar yang tidak tertangani oleh VHF dan tidak terdeteksi radar. Pada telekomunikasi RDARA dan MWARA pilot hanya mendapatkan informasi dan status dari keadaan sekitar namun tidak diperkenankan untuk mengubah parameter pesawat seperti ketinggian, kecepatan, ataupun arah sebelum ada konfirmasi dari operator ACC. 9. VSAT (Very Small Aperture Terminal) VSAT adalah media transmisi untuk menyampaikan data maupun suara via satelit dengan jarak yang relatif jauh sehingga lebih efisien daripada

menggunakan media lainnya. Perangkat inilah yang menghubungkan peralatan di Bandara Hasanuddin dengan daerah lain. Pengelolaan alat ini dipegang oleh AJN selaku vendor sarana VSAT. Adapun VSAT difungsikan untuk penggunaan transmisi peralatan antara lain : a. VHF ER sebanyak 20 titik Level voice standard untuk keseluruhan ER pada sistem yang terkait dengan VSAT sebesar -4 dBm. b. D/S atau Direct Speech terdiri dari 22 buah untuk domestik dan 7 untuk Internasional dipegang oleh INDOSAT c. Data-data AFTN (Aeronautical Fixed Telecommunication Network) atau TTY (Teletype)/Telex merupakan suatu perangkat untuk mengatur pengiriman berita penerbangan melalui kanal-kanal dengan penentuan alamat dan mempuyai prinsip store dan forward yaitu dari daerah lain disimpan di MATSC Technical Room dan kemudian diteruskan ke sektor tujuan. d. Data radar sebanyak 11 input (Makassar, Kendari, Manado, Ambon, Balikpapan, Banjarmasin, Bali, Semarang, Waingapu, Surabaya, Yogyakarta). Dengan adanya VSAT, maka jalur-jalur koneksi dari Bandara Hasanuddin ke daerah lain yang tak terjangkau saluran microwave dapat tertangani dengan kecepatan transmisi yang sangat tinggi, karena menggunakan media satelit. III.1.3 Sistem Pengontrolan Penerbangan Pengontrolan lalu lintas udara dikendalikan oleh Air Traffic Controller (ATC) yang bertugas untuk memperhatikan posisi setiap pesawat di udara dalam daerah pengontrolannya, dan merencanakan serta memberikan instruksiinstruksi pada pesawat untuk menjamin keselamatan dan kelancaran lalu lintas penerbangan. Adapun fasilitas Recorder dan Time Cabinet yang berfungsi untuk merekam semua suara yang masuk baik melalui direct speech, komunikasi telepon di bandara, komunikasi radio, dan sebagainya. Semua pembicaraan Ground to Ground dan Ground to Air semuanya masuk terekam di Recorder. Pada pesawat, perekamnya adalah blackbox atau kotak hitam pesawat dan tidak berarti berwarna hitam. Ketepatan waktu pendaratan dan lepas landas pesawat di bandara juga diatur oleh ATC. Tidak hanya mengontrol pendaratan dan lepas landas pesawat, tetapi juga mengontrol pesawat yang over flying (pesawat yang melintas di atas FIR Makassar).

Tidak diperkenankan ada pesawat yang lepas komunikasi dengan terminal. Waktu yang dipakai dalam ruang operasional, yaitu Universal Time Control (UTC) disesuaikan dengan waktu GMT (Greenwich Mean Time) di Inggris. Pada ATC terdapat tiga bagian yang memfasilitasi keselamatan penerbangan yaitu Aerodrome Control (ADC), Area Approach Control (APP), dan Area Control Centre (ACC). Semua area control menggunakan gelombang VHF (30 300 MHz), dan line of sight atau sinyal langsung. 1. Aerodrome Control (ADC) ADC menggunakan Very High Frekuensi (VHF) sebagai daerah operasinya, yaitu sekitar 30-300 MHz, sifat pancaran dari VHF ini yaitu line of sight di mana informasi dipancarkan secara point to point sehingga apabila ada obstatic pada daerah yang dilewati maka informasi akan terhalang/tidak sampai pada tujuan dengan memasang repeater pada daerah obstacle (jika itu berupa gunung) maka informasi yang dikirim akan dapat sampai di tujuan. Jarak lingkup dari ADC yaitu sekitar 1 NM atau sama dengan 1,81 Km yaitu pesawat yang akan mendarat ataupun yang akan terbang. Proses pengiriman informasi pada sisi Kontrol Tower (ADC) Metode yang digunakan pada pemancar ADC yaitu metode duplex, pengiriman informasi secara bergantian dalam satu frekuensi yang sama yaitu menggunakan frekuensi 118.100 MHz dan 121.600 MHz untuk frekuensi darurat. Pada sisi pemancar ADC, keluaran dari main masuk ke Switching Unit/Remote Change Over Switch yang kemudian diteruskan ke Relay Transmitter untuk dilewatkan pada sisi pemancar yang selanjutnya masuk ke blok rangkaian multiplexer untuk dipancarkan melalui antena ke pesawat. Proses ini disebut sebagai Ground to Air dalam istilah penerbangan. Pada sisi penerima ADC, Informasi dari pesawat melalui antena yang diteruskan ke blok rangkaian multiplexer, keluarannya masuk ke relay penerima untuk diteruskan ke filter receiver yang kemudian masuk ke Remote Change Over Switch/Switching Unit. Switching unit di sini membagi dua informasi tanpa menganggu kualitas informasi tersebut. Maksud untuk dibagi dua yaitu, untuk disalurkan ke main receiver dan stand by receiver sebagai alat darurat atau

cadangan apabila main receiver tidak berfungsi. Proses ini disebut sebagai Air to Ground dalam istilah penerbangan. 2. Area Approach Control (APP) Jarak Ground Ketinggian Frekuensi = 10-60 Nautical Mile = 15.000 feet = 119,4 MHz (Stand By) 120,6 MHz (main control) Call sign = Ujung Director

Area Aproach Control (APP) merupakan daerah pengontrolan yang mencakup wilayah 10-60 Nmile. Setelah keluar melewati daerah kontrol ADC, pesawat kemudian dikontrol oleh APP. Radio kontrol ini bekerja pada frekuensi VHF 110,4 MHz pada keadaan standby, dan frekuensi 120,6 MHz pada saat sedang mengontrol pesawat dengan jarak jangkauan hingga 60 Nmile dan daya sebesar 100 watt. APP mengontrol pesawat yang akan mendarat dan yang baru saja terbang di daerah sekitar bandara. Setelah pesawat melewati daerah control ADC dan APP, maka pesawat selanjutnya akan dikontrol oleh Radio control ACC. 3. Area Control Centre (ACC) Area Central Control terbagi atas 2 bagian yaitu : 1. ACC Lower, bekerja pada frekuensi VHF 127,5 MHz dengan daya sebesar 100 watt, dan jarak jangkauannya 60-90 nauticale mile. 2. ACC upper, terbagi atas 5 bagian dengan frekuensi yang berbeda, yaitu:

Upper West Upper East Bali West Bali Centre Bali East

= 132,5 MHz = 128,1 MHz = 123,9 MHz = 128,3 MHz = 128,3 MHz

Jarak jangkauan dari ACC upper lebih dari 90 nautical mile.

III.2. Teknik Navigasi Udara dan Radar

Sistem navigasi udara sangat diperlukan dalam menujang kelancaran penerbangan, sebagai sarana penghubung pesawat dengan ATC sebagai pengatur lalu lintas penerbangan. Selain itu sistem navigasi udara sangat di butuhkan sebagai penuntun pesawat agar dapat landing dengan selamat.

III.2.1 Tugas Pokok Teknik Navigasi Udara dan Radar


Memfasilitasi peralatan Navigasi udara. Menyiapkan fasilitas navigasi udara untuk menjamin keselamatan penerbangan. Perawatan dan penggunaan fasilitas sesuai dengan prosedur. Maintenance alat apabila terjadi kerusakan.

III.2.3 Fasilita Teknik Navigasi Udara dan Radar


Adapun peralatan yang ditangani oleh Teknik Navigasi Udara dan Radar yaitu : NDB(Non Directional Beacon) NDB adalah alat bantu navigasi yang berfungsi memancarakan sinyal idetifikasi berupa informasi kode morse 2 huruf (Oscar Juliet) kesegala arah (omnidirectional) menggunakan LF dan MF agar pesawat mengetahui posisi letak bandara hasanuddin. alat penerima sinyak NDB pd pesawat disebut ADF(Automatic Directional Finder). NDB yang dimiliki oleh Dinas Teknik Navigasi udara & Radar MATSC bermerek NX12000BD, Merupakan NDB High Range(>500NM) bekerja pada frekuensi 375 Khz meancarkan ident OJ berdasarakan fungsinya NDB dapat dibedakan atas:
Homing: NDN yang berfungsi untuk memberikan informasi tentang posisi bandara tujuanx adalah agar pesawat menemukan lokasi Bandara udara yang dituju Locater: NDB yang berfungsi untuk memberikan informasi tentang posisi suatu titik tertentu diluar daerah bandara biasanya diletakan di pulau/daerah terpencil, gunanya sebagi penuntun agar pesawat tdk keluar jalur penerbangan 1. DVOR (Doppler very high Frequency Omni Directionla Range)

DVOR adalah alat bantu navigasi yang berfungsi untuk Memberikan informasi posisi Azimuth / Bearing pesawat terhadap bandara dimn lokasi DVOR. DVOR bekerja pada frekuensi 108-118MHz maka jangkauannya ditentukan oleh

batas Line of Sight sebab itu VOR disebut alat bantu Navigasi jarak pendek maksimum 200km ketinggian 200feet Antena DVOR terdiri atas 2 bagian yaitu 1 antena Carrier yang dipasang atau terdapat ditengah-tengah shelter/gedung VOR yang memancarakan a. Reffrence signal 30 Hz AM b. ident Signal 1020 Hz c. Voice Signal (optional) serta 48 buah Antena side band berpasangan, yang terdiri atas 12 pasang antenna ganjil dan 12 pasang antenna genap. jadi jumlah keseluruhan antenna adalah 48 buah antenna side band + 1 antenna carrier= 49 buah antenna. DVOR menggunakan sistem antena tunggal yang memberikan pancaran ke segala arah (omnidirectional) dan 48 antena non directional yang diletakkan mengelilingi antena pusat dalam bentuk lingkaran dengan diameter 44 ft yang memberikan pancaran Doppler. Pola pancaran dari DVOR dihasilkan antara sinyal Referensi yang dipancarkan oleh antena carrier dan sinyal Variabel yang dipancarkan oleh antena sideband.
DVOR memancarkan dua sinyal yang berbeda yaitu :

1. Sinyal Referensi adalah sinyal 30 Hz AM dipancarkan dengan fase sesaat seragam ke segala arah yang dihasilkan dari sinyal RF carrier (fc) yang dimodulasi AM Kemudian sinyal yang dihasilkan ini dipancarkan oleh antena carrier yang berada di tengah-tengah kesatuan antena DVOR kesegala penjuru (Omnidirectional). 2. Sinyal Variabel adalah sinyal yang dihasilkan dari modulasi frekuensi yang berasal dari simulasi pergerakan atau perputaran sumber sinyal RF non directional (fc9960 Hz) di sekeliling lingkaran dengan diameter lingkaran 44 ft (13.4 m) dengan kecepatan 1800 rpm yang menimbulkan modulasi frekuensi 30 Hz. Hal ini dilakukan dengan penghubung saklar elektronik secara berurutan pada setiap antena sideband (48 antena) yang terletak di sekeliling antena carrier. Pola pembentukan sinyal Variabel ditunjukkan pada gambar dibawah:

Percampuran antara sinyal Referensi dan sinyal Varibel terjadi di udara (space modulation). Kombinasi sinyal Referensi dan sinyal Variabel yang dipancarkan ke udara akan menghasilkan frekuensi carrier yang dimodulasi AM oleh 9960 Hz (sub carrier). Selanjutnya 9960 Hz subcarrier bermodulasi dengan 30 Hz FM karena efek Doppler. Dengan demikian Gambar (III.12) menunjukkan hasil pancaran DVOR untuk modulasi di udara dari sinyal-sinyal tersebut.

Gambar (III.12) Sinyal pancaran dari DVOR

Sinyal Referensi dan sinyal Variabel umumnya digambarkan sebagai pola fase sesaat, pada saat beda fase kedua sinyal ini sama maka akan menunjukkan line off magnetic North. Dimanapun lokasi pesawat yang berada di dalam relasi untuk menuju DVOR dapat secara seksama menentukan arah dari perbedaan fase antara sinyal Referensi dan sinyal Variabel. Perbedaan fase antara sinyal Variabel dan sinyal Referensi terhadap arah ditunjukkan pada gambar dibawah

.
Gambar (III.13) Perbedaan fase antara sinyal Variabel dan sinyal Referensi

dinas teknik navigasi & radar MATSC menangani 2 set peralatan DVOR. 1 set terletak di perpanjangan runway 13dan 1set terdapat di perpanjang runaway 21 DVOR runway 13bermerk AWA type VRB51Dyang bekerja pada frekuensi 114.7Mhz dengan sinyal indentMKS \sedang yang di runway 21 bermerk selextype 1150 yang bekerja pada frekuensi 110 MHz dengan sinyal identMAK
2. DME (Digital Mesuaring Equipment) DME adalah suatu alat bantu navigasi yang berguna untuk memberikan informasi jarak pesawat terhadapa bandara/ lokasi dimana DME tsb dipasang. Ada 2 macam Komponen dama DME system.

1. Ground DME adalah DME yang terpasang di darat. Berfungsi mengecek pulsa interogasi yang diterima dari pesawat (Airbone DME) mengirimkan jawabannya. Ground DME bekerja pada frekuensi 962-1213Mhz. 2. Ground DME adalah suatu Transmitter di pesawat yang berfungsi mengirimkan sinyal interogasi kepada Ground DME, yang kemudian di memproses jawaban yang diterima untuk mendapatkan informasi tentang jaraknya dari Ground DME. Airbone DME bekerja pada frekunsi 1025- 1150 Mhz..

Fasilitas DME biasanya dipasang pada suatu gedung / shelter dengan fasilitas VOR untuk melengkapinya guna memberikan informasi kepada penerbang tentang jarakpesawat terhadap stasiun DME di tanah.
3. ILS (Instrument Landing System)

Fasilitas ILS direncanakan dan dipasang untuk membantu pendaratan pesawat terbang dengan tepat terutama pada saat-saat cuaca buruk. Peralatan di tanah ini terdiri dari dua jenis pemancar yang sangat terarah dan tiga bua Marker Beacon sepanjang daerah pendaratan Pemancar yang dua jenis itu dinamakanLocalizer yang bekerja pada frekuensi 108,10 - 111,95 MHz dan Glide Slope yang bekerja pada frekuensi 329,15-335 MHz. Sedangkan tiga buah Marker Beacon yaitu Outer Marker, Middle Marker dan Inner Marker semuanya bekerja pada frekuensi 75 MHz.

Gambar (III.16) bagan ILS pesawat

a. Localizer Localizer adalahs salah satu alat dalam ILS yang 108Mhz-112Mhz, bekerja pada frekuensi

Informasi pacaran localizer disediakan oleh modulasi sinyal

dengan sinyal audio (kode morse) 90 Hz dan 150 Hz. Pola radiasi antena dirancang

sehingga modulasi sinyal 150 Hz dominan ke sisi kanan dan modulasi sinyal 90 Hz dominan di sebelah kiri saja. Secara teoretis, antenna localizer itu sendiri mengarah kedepan, tetapi dalam kenyataannya, titik tengah localizer dibentuk oleh suatu titik yang merupakan perpotongan antara gelombang sinyal 90 dan 150 Hz lalu diterima dan terdeteksi oleh pesawat. dengan frekuensi tone 1020Hz localizer pada runway 13

memancarkan identIUPG, sedangkan Localizer 03 memancarkan ident IUPJdan Localizer 21 memancarkan identIMAK fungsi daripada localizer adalah

memberikan tuntunan kepada pesawaat menuju center runway Dalam system antena localizer, terdapat antena yang menggunakan single-frekuensi dan antena yang menggunakan dual-frekuensi. Antena Single-frekuensi beroperasi pada frekuensi carrier yang ditetapkan dan hanya mempunyai 1 sinyal (hanya memiliki sinyal course dan tidak terdapat sinyal clearance). Antena Dual-frekuensi beroperasi di dua frekuensi, dengan pancaran sinyal course pada frekuensi 4 KHz di atas frekuensi yang ditetapkan dan sinyal clearance 4 KHz di bawah frekuensi yang ditetapkan. Pancaran sinyal course dirancang untuk membatasi sinyal radiasi sehingga menjadi dekat dengan centerline sedangkan sinyal clearance dirancang untuk menguatkan sinyal course.

Gambar (III.18) pola radiasi antena double & single frekuensi

Untuk letaknya, biasanya localizer terletak di ujung landasan pacu. Sistem antena pada localizer harus simetris diposisikan di centerline landasan pacu dengan sumbu longitudinal dari arah tegak lurus ke tengah landasan pacu. Jarak Optimal dari ujung landasan ke localizer harus ditentukan oleh beberapa faktor:
Jarak penggunaan dan jangkauan sinyal. Adanya benda-benda di sekitar yang merefleksikan sinyal antena.

Pertimbangan Keselamatan dan Runway Safety Area (RSA). Antisipasi peningkatan fasilitas dan perluasan bandara Pertimbangan biyaya

b. Glide Slope/ Glide Path (GP) Glide Path atau biasa juga disebut Glide Slope adalah Transmiter(Tx) salah satu alat dari Instrument ILS yang berfungsi member tuntunan(guide) kepada Pesawat

mennuju sudut pendaratan, pola pancaran daripada GP adalah 2.5-3 derajat. GP bekerja pada frekuensi 328,6 Mhz-335,4 Mhz, antena ini ditempatkan di suatu lokasi berjarak 150 meter di pinggir landasan pacu dan berjarak 300 meter (750 ft) dari batas awal landasan pacu (beginning runway). Alat ini akan memancarkan radio beam yang sifatnya mendatar/horizontal sekitar 3 derajat menjulang ke atas kearah dimana ILS approach akan dilakukan. c. Marker Beacon yaitu pemancar yang menginformasikan sisa jarak pesawat terhadap
titik pendaratan. dioperasikan pada frekuensi 75 Hz. Marker Beacon terdiri dari 3 buah, yaitu : I. Outer Marker (OM) terletak 3,5 - 6 nautical miles dari landasan pacu. Outer Marker dimodulasikan dengan sinyal 400 Hz. Middle Marker (MM) terletak 1050 150 meter dari landasan pacu dan dimodulasikan dengan frekuensi 1300 Hz. Inner Marker (IM) terletak 75 450 meter dari landasan pacu dan dimodulasikan dengan sinyal 3000 Hz. Di Indonesia tidak di pasang IM mengingat ILS dioperasikan dengan kategori I.

II.

III.

di Bandara Sultan Hasanuddin hanya menggunakan Middle marker di karenakan cuaca di Makassar tidak terlalu Extrem. 4. Radar radar merupakan peralatan surveillance atau pengamataan pesawat terbang di lingkunagn sekitar radar sehingga radiusnya kurang lebih 250 NM. Radar berfungsi untuk mendapatkaan informasi dari target / pesawat yang terpantau berupa posisi ketingian , identitas, serta dukungan lainya seperti kecepataan, arah, jenis pesawat, dan lain- lain berdasarkan prinsip kerjanya, surveillance radar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu PSR(Primary Survillance Radar) dan SSR(Secondary Survillance Radar)

PSR(Primary Survillance Radar) Prinsip kerja PSR adalah dengan memancarkan sinyal pulsa radar berupa gelombang radio. jika mengenai suatu benda / target maka sinyal pulsa radar berupa gelombang radio jika mengenai suatu benda / target maka sinyal tersebut akan

dipantulkan oleh benda /target itu. sinyal pantul akan ditangkap oleh reciver PSR lalu dikirim ke ekstaktor PSR untuk di proses guna mendapatkan informasi tentang posisi, jarak, dan arah target. SSR(Secondary Survillance Radar) Prinsip kerja radar SSR adalah dengan mengirmikan sinyal interogasi berfrekuensi 1030Mhz. kepada pesawat. pesawatyang memiliki transponder akan menjawab dengan mengirimkan sinyal reply dengan frekuensi 1090 Mhz yang berisi data-data yang dibutuhkan oleh radar.sinyal reply yang diterima reciver SSR akan dikirim ke Ekstraktor untuk memproses agar menjadi informasi berupa posisi, ketinggian, identitas serta informasi lainya Dinas Teknik Navigasi dan Radar MATSC menangani radar jenis MSSR (Monopulse Secondary Survillance Radar) yang merupakan Radar teknologi terkini dengan kemampuan mendeteksi target dengan mode 1, 2, 3/A, C dan S. MSSR ini bermerek ELDIS type MSSR-1
5. ATIS (Automatic Terminal Information Service)

Suatu pemancar yang berfungsi untuk memancarkan informasi secaran otomatis tentang kondisi disekitar bandarainformaasi seperti kondisi cuaca runway yang dipakai, dan info penting lainya. rekaman informasi yang dibroadcast secara terus menerus(30 menit sekali di update ) ini membantu untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi beban kerja ATC dengan repetitive transmission untuk informasi penting secara rutin. ATIS mengenai data yang dikirim dari meteo yang kemudian diproses untuk di jadikan voice dan dipancarkan melalui ATIS

Anda mungkin juga menyukai