Secaraorganisatoris,
Q-Communicationbernaungdi bawahbenderaPTQuadratVisi Komunika,yangberdomisili di Jakarta. Q-Communicationterutamabergerak
di bidanglayanankonsultasi komunikasi danmedia, seperti audit danriset komunikasi, publicrelations (hubunganmasyarakat); community
development, penerbitan dan event organizer. Layanan konsultasi Q-Communication mencakup asistensi bagi instansi pemerintah dan
swasta ataupun tokoh-tokoh publik untuk berkomunikasi secara baik dan efektif dengan masyarakat umum.
Q-Communication
Gedung Gajah Unit AP Lt.3
Jl. Dr. Sahardjo, No. 111, Tebet Barat, Jakarta 12810
Telp. 021-83705656, Fax. 021-8306568
Email : vehub@yahoo.com
Rekan-rekan sekalian,
Malam ini adalah malam yang istimewa bagi kita. Jika penutupan tahun-tahun lalu
kita hanya sekadar berpesta atau tinggal di rumah, malam ini kita merasa perlu berkumpul di
sini dan mencanangkan malam ini sebagai: Malam Keprihatinan. Tentu ada sebab-sebabnya.
Sebab yang paling nyata adalah tahun 1973 yang telah menimbulkan kebingungan-kebingungan
dan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu perasaan kita. Tetapi yang terang
bagi kita, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya, malam ini bukanlah malam pesta pora
dan peragaan kemewahan. Tetapi sebaliknya, malam ini justru merupakan kesempatan untuk
sejenak berhenti dari kesibukan kita sehari-hari dan merenungkan suasana prihatin yang kini
sedang mencekam kita dan rakyat Indonesia pada umumnya. Tetapi lebih dari itu adalah bahwa
protes kita terhadap keadaan yang tercermin dalam Petisi 24 Oktober ternyata menuntut
kita untuk lebih menegapkan langkah dan menjernihkan pikiran agar kehadiran kita dalam
masyarakat menjadi nyata dan berarti. Apalagi kalau kita bertekad untuk menanggung beban
sejarah. Karena sejarah telah membuktikan bahwa perubahan-perubahan besar selalu diawali
oleh kibaran bendera Universitas.
Mari kita baca beban sejarah yang ada di depan kita. Beban kita adalah membebaskan
rakyat dari penderitaan hidup sehari-hari. Beban kita adalah membuat rakyat yang menganggur
untuk mempersoalkan kesempatan kerja dan pembangunan ekonomi yang tidak menguntungkan
rakyat. Beban kita adalah mengetatkan gandengan dengan sesama generasi muda memikirkan
masa kini dan masa depan. Ringkasnya, beban sejarah kita adalah menggalakkan keberanian
rakyat untuk menyuarakan diri. Semua itu adalah beban yang tidak ringanuntuk tidak
mengatakan berat sekali. Namun pada akhirnya berat atau ringan beban itu tetap merupakan
beban kita. Sekali kita mengelak, untuk selamanya kita akan menjadi warga negara yang dikutuk
sejarah. Tetapi yang terpenting bagi kita adalah menghentikan kebisuan yang ditimbulkan oleh
himbauan kenikmatan yang dijanji-janjikan kepada kita. Dan juga kebisuan akibat feodalisme
yang mementingkan sikap nrimo, apatis dan antipartisipasi. Artinya, kita harus membebaskan
diri dari mitos-mitos yang menempatkan diri kita dalam posisi bisu dan terbelenggu. Misalnya,
mitos bahwa cinta kasih dan kemurahan hati kelompok-kelompok kecil penguasa jika mereka
berbuat baik adalah memang betul-betul dari hati yang tulus; mitos bahwa setiap ucapan dan
setiap tindakan penguasa adalah untuk kepentingan rakyat; mitos bahwa pemberontakan
terhadap nilai-nilai budaya feodal adalah berdosa untuk masyarakat.
Petikan Pidato Hariman Siregar saat acara Malam Keprihatinan,
31 Desember 1973.
Editor:
Amir Husin Daulay
Imran Hasibuan
Tim Penulis:
Imran Hasibuan
Airlambang
Yosef Rizal
Q-Communication
Jakarta, 2011
Hariman & Malari
Gelombang Aksi Mahasiswa
Menentang Modal Asing
Buku Hariman Dafis 18x25 Fix.ind1 1 3/26/10 6:54:47 PM
Kau dengarkah genderang bertalu, saudaraku?
Angin menderu lewat terali besi tingkap penjaramu.
Kau terbaring di atas lembaran-lembaran koran.
Dan rakyat di kampung yang kau bela
bersembahyang tasbih melewatkan malam.
Deru-deru hujan tiba
badai dan prahara tiba.
Semangat hidupmu adalah kali yang purba.
Selalu hadir dan mengalir.
Menghanyutkan gunung sampah ke samodra.
Dan samodra
sebagai pangkuan ibunda
selalu membasuh dosa-dosa manusia.
Kau dengarkah genderang bertalu, saudaraku?
Ketika tengah malam kau dibangunkan
dan dikawal ke kamar interogasi.
Wajahmu pucat tetapi matamu menyala
dan ibu-ibu di kampung yang kau bela
memasak rendang dan ketupat
untuk dikirim kepadamu.
Fajar akan muncul
menembus kabut yang menyelimuti pulau-pulau.
Matahari adalah kenyataan yang tak bisa dikhianati.
Engkau adalah putera matahari
kerna engkau melindungi kehidupan.
Kau dengarkah genderang bertalu, saudaraku?
Ketika di tengah panas terik siang hari
kau hadapi pengadilan yang sumpeg
dan jaksa menuntutmu
dengan undang-undang orang kulit putih
yang dipakai untuk menindas orang pribumi.
Guntur membelah udara
untuk menciptakan keseimbangan angkasa
kesabaran menyala menjadi semangat perjuangan
untuk membela keseimbangan kehidupan.
Kau dengarkah genderang bertalu, saudaraku?
Ketika engkau dan para tahanan
Gita Durma
~ ii ~
Buku Hariman Dafis 18x25 Fix.ind2 2 3/26/10 6:54:48 PM
berderet di muka barak penjara
untuk appel sore hari
sebelum tiga lapis pintu besi
digrendel untuk mengurungmu.
Dan para abang becak
akan bercerita kepada puteramu
bagaimana kau telah berdiri
dan merumuskan keadaan.
Ya, mata bayonet memang berkilat.
Raung sirene memang menerpa batin.
Dan para oportunis menuduhmu teatral dan sok pahlawan.
Ya, barangkali kau pun juga terkencing di celana
Tetapi kau menolak
untuk meletakkan hati nurani di atas sampah.
Kau menolak untuk menukar hukum dengan kekuasaan.
Dan aku, si penyair, memihak kepadamu.
Penyair bukan hakim.
Penyair adalah orang yang memberikan kesaksian.
Menguraikan simpul-simpul kelesuan dan kebisuan
akan terdengar alu-alu dipukulkan ke lesung penumbuk padi,
menjadi genderang bertalu untukmu.
Kau dengarkah genderang bertalu, saudaraku?
Di saat engkau bertapa
memasuki kesepian penjara?
Dari pulau ke pulau
dari ufuk ke ufuk
dari puncak-puncak gunung berapi
arwah leluhur telah bangkit
menanggapi tapamu.
Di tengah-tengah masa beratmu,
ketika kau memukuli tembok sel dengan buku-buku tanganmu,
kenangkanlah, saudaraku,
bahwa genderang langit telah dibunyikan
menyambut keprihatinan sang putera matahari.
Rendra
Depok, Oktober 1981
Sajak Gita Durma adalah satu dari dua sajak WS Rendra yang ditulis untuk
Hariman Siregar. Sajak Gita Durma dibacakan pertama kali di depan publik oleh
WS Rendra dalam acara Temu Sastra di Teater Arena Taman Ismail Marzuki,
16 Desember 1982.
~iii ~
Buku Hariman Dafis 18x25 Fix.ind3 3 3/26/10 6:54:48 PM
Hariman & Malari
Gelombang Aksi Mahasiswa Menentang Modal Asing
Editor : Amir Husin Daulay & Imran Hasibuan
Tim Penulis : Imran Hasibuan
Airlambang
Yosef Rizal
Pewawancara : Saptono, M. Abriyanto, Rama Siregar,
Zainal, Acik Munasik, Toni Listianto
Fotografer/Riset Foto : Bodi CH/ Robby Surya
Penyunting Bahasa : Poerwadi Djunaedi
Desain Grafs : Arief Cepu
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Diterbitkan oleh Q Communication, Jakarta
Cetakan Pertama, 2011
Imran Hasibuan (eds.)
Hariman & Malari
Gelombang Aksi Mahasiswa Menentang Modal Asing, Cet.1.
Jakarta : Q Communication, 2011
432 halaman ; 18 x 25 cm
ISBN 978-979-26-6213-9
1.Sejarah I. Judul
II. Malari, Hariman
~ iv ~
Buku Hariman Dafis 18x25 Fix.ind4 4 3/26/10 6:54:48 PM
Daftar Isi
Prakata Editor ix
Prolog-Max Lane 1
Drama Kehidupan Hariman Siregar 11
Episode 1. Masa Terkelam 13
Episode 2. Metamorfosis Seorang Aktivis Mahasiswa 21
Episode 3. Jalan Menuju Malari 37
Episode 4. Ditengah Pusaran Peristiwa Malari 55
Episode 5. Pengadilan dan Penjara 71
Episode 6. Menjaga Ruh Gerakan Mahasiswa 77
Episode 7. Dalam Lingkaran Kekuasaan 101
Episode 8. Mengawal Transisi Demokrasi 109
Episode 9. Meluruskan Jalan Demokrasi 121
Galeri Foto 133
Mereka Bicara Hariman 151
a Siti Noor Rachma 153
a WS Rendra 158
a Sjahrir 164
a Prof. Dr. Mahar Mardjono (alm.) 170
a Jenderal Soemitro (alm.) 173
a Jenderal A.H. Nasution (alm.) 182
a Ali Sadikin (alm.) 185
a Poncke Princen (alm.) 188
a Adnan Buyung Nasution 192
a A. Rahman Tolleng 195
~v ~
Buku Hariman Dafis 18x25 Fix.ind5 5 3/26/10 6:54:49 PM
a Prof. Dr. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti 199
a Junus Effendi Habibie 213
a Cosmas Batubara 216
a Akbar Tandjung 219
a Soegeng Sarjadi 222
a Prof. Dr. Anwar Nasution 226
a KH Prof. Dr. Ali Yafe 230
a KH Cholil Badawi 232
a Habib Husein Al Habsy 236
a Andi Mapetahang Fatwa 239
a Komjen Pol. (Purn) Noegroho Djajoesman 243
a Jenderal (Purn) Luhut Panjaitan 245
a Letjen (Purn) Syamsir Siregar 248
a Jenderal TNI (Purn.) Tyasno Sudarto 250
a Letjen (Purn) Zacky Anwar Makarim 253
a Didi Dawis 256
a Gurmilang Kartasasmita 259
aSylvia Tiwon 265
a Jopie Lasut 268
a Theo L. Sambuaga 274
a Judilherry Justam 280
a Eko Sudjatmiko 285
a Amir Hamzah 288
a Salim Hutajulu 294
a Rauf Arumsah 299
a Pollycarpus da Lopez 304
a Todung Mulya Lubis 311
a Christine Hakim 316
a Komaruddin 319
a Ahmad Fuad Afdal 323
a Fuad Bawazier 326
a Jusman Syafi Djamal 329
a Rizal Ramli 332
~ vi ~
Buku Hariman Dafis 18x25 Fix.ind6 6 3/26/10 6:54:49 PM
~ vii ~
a Prof. Dr. Akmal Taher 336
a Eggi Sudjana 338
a Burzah Zarnubi 341
a Syahganda Nainggolan 344
a Jumhur Hidayat 347
a Trimedya Pandjaitan 350
a Sukardi Rinakit 352
a Danial Indra Kusuma 354
a Max R. Lane 359
a Mulyana Wira Kusumah 363
a Fahri Hamzah 367
a Maiyasak Johan 371
a Amir Husin Daulay 373
Senarai Pemikiran Hariman Siregar 378
Gerakan Pemuda Mahasiswa 1970-an 381
Idealisme Arus Bawah di Indonesia 387
Mengorganisir Rakyat Menentang Regimentasi 390
Format Perjuangan Intelektual 395
Gerakan Mahasiswa & Nilai Universal
Perguruan Tinggi 398
Transisi Kedua Membayangi Pemilu 2004 408
Setelah Krisis Amerika Kita Mau Apa? 412
Pemilu dan Kredibilitas Partai Politik 415
Indeks 418
Tentang Editor 432
Buku Hariman Dafis 18x25 Fix.ind7 7 3/26/10 6:54:50 PM
Mari kita baca beban sejarah yang ada di depan kita. Beban
kita adalah membebaskan rakyat dari penderitaan hidup sehari-
hari. Beban kita adalah membuat rakyat yang menganggur
untuk mempersoalkan kesempatan kerja dan pembangunan
ekonomi yang tidak menguntungkan rakyat. Beban kita
adalah mengetatkan gandengan dengan sesama generasi muda
memikirkan masa kini dan masa depan. Ringkasnya, beban
sejarah kita adalah menggalakkan keberanian rakyat untuk
menyuarakan diri. Semua itu adalah beban yang tidak ringan
untuk tidak mengatakan berat sekali. Namun pada akhirnya
berat atau ringan beban itu tetap merupakan beban kita. Sekali
kita mengelak, untuk selamanya kita akan menjadi warga
negara yang dikutuk sejarah. Tetapi yang terpenting bagi kita
adalah menghentikan kebisuan yang ditimbulkan oleh himbauan
kenikmatan yang dijanji-janjikan kepada kita. Dan juga
kebisuan akibat feodalisme yang mementingkan sikap nrimo,
apatis dan antipartisipasi. Artinya, kita harus membebaskan diri
dari mitos-mitos yang menempatkan diri kita dalam posisi bisu
dan terbelenggu.
Petikan Pidato yang dibacakan Hariman Siregar saat acara
Malam Keprihatinan, 31 Desember 1973.
~ viii ~
Buku Hariman Dafis 18x25 Fix.ind8 8 3/26/10 6:54:50 PM
... Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh/Hidup adalah untuk
mengolah hidup/bekerja membalik tanah/memasuki rahasia langit dan samudra/
serta mencipta dan mengukir dunia/Kita menyandang tugas/kerna tugas adalah
tugas/Bukannya demi surga atau neraka/Tetapi demi kehormatan seorang
manusia//Kerna sesungguhnyalah kita bukan debu/meski kita telah reyot, tua
renta dan kelabu/Kita adalah kepribadian/dan harga kita adalah kehormatan
kita/Tolehlah lagi ke belakang/ke masa silam yang tak seorang pun kuasa
menghapusnya....
emangat yang ada dalam petikan salah
satu puisi penyair besar Indonesia, WS Rendra, di
atas tampaknya tepat benar untuk menggambarkan
sikap Hariman Siregar dalam menjalani kehidupan.
Bukan sengaja dipas-paskan, tapi memang begitulah
adanya kalau kita membaca catatan sejarah,
penuturan kawan dekatnya, pandangan orang-orang
yang sempat berkenalan dengannya, termasuk dari
orang-orang yang berseberangan sikap politiknya
dengan Hariman, dan juga dari kisah yang disampaikan Hariman Siregar
sendiri dalam berbagai kesempatan.
Rendra sendiri sempat menulis dua puisi khusus untuk Hariman, tapi
bukan yang dikutip di atas. Dari sini saja sebenarnya bisa dilihat betapa Hariman
sebagai suatu kepribadian memiliki pesona, yang mampu mendatangkan
inspirasi bagi penyair sekaliber Rendra. Dan, pesona itu juga dirasakan oleh
banyak orang, terutama oleh para aktivis pergerakan penentang pemerintahan
yang zalim, korup, dan tidak berpihak kepada rakyat kecil.
Prakata Editor
S
~ ix ~
Buku Hariman Dafis 18x25 Fix.ind9 9 3/26/10 6:54:51 PM
Tentu saja, pesona itu bukan sesuatu yang datang begitu saja dari langit,
given. Tapi, hadir meraga sukma ke dalam diri Hariman karena aktivitasnya
dalam mengolah hidup/bekerja membalik tanah/memasuki rahasia langit
dan samudra/serta mencipta dan mengukir dunia. Dan, semua itu dilakukan
Hariman bukan hanya dalam beberapa fase dalam hidupnya, terutama fase
yang membuat namanya menjadi bahan perbincangan banyak orang di Tanah
Air dan juga dunia internasional. Tapi, sampai sekarang, di usianya yang
sudah berkepala enam, Hariman masih setia memperjuangkan cita-citanya
untuk mencapai kehidupan demokrasi yang lebih baik di Indonesia dan
memperbaiki sistem politik, yang ia yakini akan berimbas pada meningkatnya
taraf kesejahteraan rakyat, terutama dari golongan rakyat jelata. Dan, sampai
sekarang pun Hariman tidak bergeser keyakinannya bahwa salah satu agen
perubahan sosial-politik yang memegang peran penting untuk mewujudkan
cita-cita itu adalah: mahasiswa.
Memang, dalam pergaulan politik nasional, Hariman Siregar dikenal
luas sebagai tokoh sentral gerakan mahasiswa pada tahun 1973-1974 yang
menentang strategi pembangunan yang dijalankan rezim Jenderal Soeharto,
yang kemudian dikenal sebagai Peristiwa Malari 1974. Hariman adalah ikon
Peristiwa Malari. Dan Peristiwa Malari sendiri merupakan tonggak penting
dalam gerakan perlawanan mahasiswa dan rakyat Indonesia terhadap kekuasaan
rezim Orde Baru dan belitan modal asing dalam strategi pembangunan negeri
ini. Demi menyegarkan kembali ingatan terhadap ikon dan tonggak penting
gerakan perlawanan mahasiswa itulah buku ini kami beri judul Hariman &
Malari: Gelombang Aksi Mahasiswa Menentang Modal Asing.
Meskipun, buku ini tak melulu berkisah tentang Hariman dan Malari.
Sebab pasca-Peristiwa Malari pun, Hariman terus aktif bergerak dalam pentas
perpolitikan nasional. Meski tak penah masuk dalam partai politik mana
pun, jejak Hariman tetap terasa dalam berbagai episode sejarah perpolitikan
Indonesia. Mengapa bisa begitu? Bisa jadi, hal itu dikarenakan rentang pergaulan
politik Hariman Siregar yang sedemikian luas. Hampir tidak ada kalangan yang
tak tersentuh pergaulan politiknya: mulai aktivis mahasiswa, penggiat lembaga
swadaya masyarakat, militer, birokrasi pemerintah, pengusaha, seniman,
sampai pemuka agama. Singkat kata, jaringan sosial-politik yang luas itulah
salah satu kekuatan utama seorang Hariman Siregar.
Sebagai aktivis politik, Hariman selalu bersikap kritis terhadap situasi
perpolitikan negeri ini. Dan sikap itu tak hanya berhenti pada ucapan saja, tapi
juga dimanifestasikan dalam gerakan politik yang terbuka. Salah satu gerakan
kritis itu adalah saat Hariman menggalang dan memimpin Pawai Rakyat Cabut
Mandat, tanggal 15 Januari 2007, di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Aksi
~ x ~
Buku Hariman Dafis 18x25 Fix.ind10 10 3/26/10 6:54:51 PM
ini merupakan simbol ketidakpuasan rakyat terhadap kinerja pemerintah. Aksi
tersebut diikuti sejumlah tokoh yang tergabung dalam Indonesian Democracy
Monitor (INDEMO) serta 52 elemen masyarakat, antara lain aktivis tahun 1974,
aktivis mahasiswa, buruh, nelayan, dan etnis Tionghoa. Ada 124 mobil pikap
ikut dalam pawai tersebut. Kami sengaja menggelar dialog jalanan karena
kami tetap memegang tradisi bahwa, kalau saluran resmi kami anggap tidak
berfungsi, masyarakat harus berani menyatakan keinginannya, kata Hariman
Siregar. Menurut Hariman, pemerintah SBY-JK tidak bisa menjalankan mandat
yang diberikan rakyat. Kami merasa tidak puas dan kecewa. Maka, mandat
(Presiden SBY) itu harus dicabut, ujarnya dengan berapi-api.
Ia juga kerap mengkritik proses reformasi yang telah berjalan lebih dari
sepuluh tahun tapi substansi dan arahnya tak jelas. Bahkan, bisnis dan modal
semakin menelikung demokrasi menjadi sekadar transaksi bisnis dan politis,
yang kian jauh dari amanat rakyat, kata Hariman, pertengahan Januari 2010.
Hariman menegaskan, demokrasi kita tidak memiliki visi-misi dan
program yang jelas untuk memberdayakan rakyat dan menyejahterakan
rakyat,sementara institusi-institusi politik dan negara nyaris bangkrut semua
dalam menegakkan kemaslahatan rakyat. Anomali demokrasi ini sampai
kapan? Orang sudah mulai berbicara mengenai perlunya meninjau kembali
pelaksanaan demokrasi parlementer selama ini, ujarnya. Hariman selalu
mengingatkan, kekuatan rakyat sebagai masyarakat sipil di luar institusi formal
tetap diperlukan untuk checks and balances agar demokrasi bisa berkualitas
dan substantif dalam melayani kepentingan rakyat.
Konsistensi Hariman tersebut tentunya sangat berharga untuk bahan
pembelajaran bagi para generasi baru aktivis politik negeri ini. Sebuah
dokumentasi tertulis tentang seorang aktivis yang senantiasa beroposisidan
tak menggunakan peluang bagi dirinya sendiri ketika sempat dekat dengan
kekuasaan masa Presiden B.J. Habibie--, seorang intelektual, seorang dokter,
seorang yang percaya kekuasaan tak bisa selamanya manipulatif. Akan selalu
hadir kelompok-kelompok yang mencoba mengoreksi kekuasaan, terutama
kalangan pemuda dan mahasiswa.
Itulah sebabnya, kami meminta Hariman agar berkenan memberi
kehormatan kepada kami untuk merekam jejak-langkah dan gagasan-
gagasannya tentang masalah-masalah negara-bangsa ini. Dan, sungguh
menggembirakan, ia menyetujui dan berkenan menceritakan banyak hal
dalam hidupnya, termasuk juga membantu kami menghubungi orang-orang
yang bisa kami jadikan narasumber untuk melengkapi kisahnya. Karena itu,
boleh dibilang, inilah buku pertama tentang Hariman Siregar yang cukup
komprehensif, karena ditulis dengan memanfaatkan berbagai literatur dan
~ xi ~
Buku Hariman Dafis 18x25 Fix.ind11 11 3/26/10 6:54:51 PM
mewawancarai sejumlah narasumber.
Lewat sosok Hariman, buku ini berupaya merekam sejarah politik
Indonesia sejak awal 1970-an hingga pascareformasi. Kami berupaya agar
buku ini juga dapat mengungkap berbagai sisi manusiawi dari Harimanyang
tampak luarnya dikenal sebagai tokoh yang garang belaka kepada kekuasaan.
Pada akhirnya, ada sisi biasa dan sehari-hari dari tokoh besar mana pun.
Dan buku ini turut menghadirkan wajah nonpolitis Hariman dan catatan
tentang perasaannya pada berbagai peristiwa, baik peristiwa penting bagi
politik Indonesia maupun pergaulannya dengan kawan-kawannya, tentang
kenakalannya semasa remaja dan kesetiakawanan yang menjadi benang merah
dari gambaran umum tentang sosoknya.
Bisa jadi, berbagai kisah yang terpapar dalam buku ini telah diketahui
banyak orang lewat berbagai obrolan Hariman dan kawan-kawannya. Begitu
pula kesaksian kawan dan koleganya tentang Hariman, mungkin pernah pula
dituturkan dalam berbagai pembicaraan. Tapi, merupakan kebanggaan bagi
kami, bisa mendokumentasikan berbagai kisah dan kesaksian dalam buku ini.
Harapan kami kisah itu bisa berguna bagi khalayak pembaca, apapun bentuk
kemanfaatannya. Tapi, jika pun dalam penulisan berbagai kisah dan kesaksian
itu ada kekeliruan, kami tentunya terbuka untuk dikoreksi.
Akhirnya, kami perlu mengucapkan terima kasih kepada Hariman
Siregar dan berbagai pihak yang telah membantu penulisan dan penerbitan
buku ini, yang tak mungkin kami tuliskan namanya satu per satu. Dan, tentu
saja, bila ada kekurangan dan kesalahan dalam buku ini, sepenuhnya menjadi
tanggungjawab kami.
Jakarta, Januari 2011
Amir Husin Daulay
Imran Hasibuan
~ xii ~
Buku Hariman Dafis 18x25 Fix.ind12 12 3/26/10 6:54:52 PM
~ 1 ~
Prolog
M a x L a n e
P
engambilalihan kekuasaan oleh Jenderal Soe
harto dan Orde Baru pada tahun 19651968 merupakan
peristiwa luar biasa dalam perjalanan sejarah bangsa
Indonesia sejak diproklamasikan sebagai nasion dan
negara merdeka tahun 1945. Sekali pukul, seluruh
kehidupan kebudayaan, politik, dan ekonomi di
putarbalikkan. Indonesia didirikan kembali dengan
suatu paket nilai baru, yang meninggalkan sepenuhnya
paket nilainilai revolusioner dari perjuangan kemerdekaan. Menyembah kekuasaan
dengan budaya gila hormat, dan menyembah kekayaan dengan budaya mata duitan
menjadi defnisi keindonesiaan baru.
Indonesia yang baru ini berkuasa sampai sekarang, meski bentuk
pemerintahan kediktatoran yang menjaganya selama 32 tahun sudah dijatuhkan.
Sekarang digulirkan tidak lagi dengan kediktatoran, tapi lewat kombinasi menyuap
sebagian rakyat dengan hidangan hiburan di TV dan lainlain dan kesibukan
pemilihanpemilihan umum langsung, walau tanpa pilihan yang menarik. Tapi,
mungkin, faktor yang paling berperan membuat elite politik merasa aman adalah
belum munculnya secara matang sebuah pilihan politik yang meyakinkan buat
rakyat banyak, rakyat miskin.
Sebenarnya embrioembrio alternatif dengan ide dan ideologi alternatifnya
ada dan pasti sedang dalam proses menuju lahir serta akan tumbuh. Selama Orde
Baru, perlawanan pertamayang juga merupakan rupture (keputussambungan)
dengan Orde Baruterjadi pada tahun 1973 dan awal 1974. Pada periode itu
muncul sebuah gerakan perlawanan terhadap kekuasaan yang bukan saja hampir
berhasil menjatuhkan Soeharto, tapi juga sekaligus mendirikan kerangka pemikiran
alternatif yang masih berlangsung sampai sekarang.
Prolog
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 1 3/26/10 7:20:30 PM
~ 2 ~
Hariman & Malari
Embrioembrio alternatif yang sedang bertumbuhan di masyarakat tidak
mungkin akan berkembang kecuali jika kembali mempelajari secara serius
pengalaman para pendobrak tahun 19731974. Memahami sejarah adalah sebuah
senjata politik yang ampuh. Dan gerakan perubahan tahun 19731974 merupakan
satu dari hanya dua atau tiga peristiwa politik paling penting selama Orde Baru.
Sedikit sekali pengupasan ilmiah oleh kaum akademisi tentang gerakan 1973
1974 ini. Juga di kalangan aktivis, terlalu sedikit dipelajari dan dianalisis. Salah satu
sebab dari keadaan ini, saya kira, ialah karena gerakan 19731974 itu gagal merebut
kekuasaan. Karena, mental yang dominan adalah yang penting langsung merebut
kekuasaan, tanpa adanya kesadaran bahwa itu semua proses historis. Akibatnya,
gerakan 19731974 ini dianggap tidak penting untuk dipelajari.
Dalam esai pendek ini saya mau menjelaskan, meski gerakan itu tidak berhasil
merebut kekuasaan pada Januari 1974, dalam hal laindan hal sangat penting
pulagerakan 19731974 yang berkembang dipimpin oleh Dewan Mahasiswa UI
serta ketuanya, Hariman Siregar, sebenarnya berhasil.
Lima Sifat Keputus-sambungan Gerakan 1973-1974
Tahun 19651968 merupakan keputussambungan dengan periode revolusi
nasional Indonesia yang berlangsung sejak berdirinya Sarekat Dagang Islam
sampai 29 September 1965, dengan segala kehebatannya dan kontradiksinya.
Periode 19651972 merupakan, dalam pandangan saya, periode kontrarevolusi.
Semua yang diperjuangkan sejak periode zaman bergerak tahun 1920an sampai
1965 dihancurkan dan dibasmi. Kekuasaan kontrarevolusioner sebenarnya ber
kuasa sampai sekarang (2010), tapi masa jayanya adalah tahun 19651972pada
periode ini tak ada keretakan dalam dominasinya di segala bidang. Dominasi
ini yang sebenarnya dipatahkan oleh gerakan 19731974. Kalau 19651968 me
mutuskan sambungan dengan revolusi nasional, 19731974 meretakkan dominasi
kontrarevolusi 19651972 dan ini merupakan sebuah keputussambungan lain
lagi. Kontrarevolusi tetap berkuasa, tapi juga embrio masa depan Indonesia yang
sebenarnya juga sudah diciptakan oleh gerakan tersebut.
Ada beberapa sifat daripada keputussambungan gerakan 19731974 ini.
Pertama, gerakan ini kembali ke tradisi machtvorming di jalan dengan mengorganisasi
demonstrasidemonstrasi turun ke jalan. Meskipun belum ada usaha mengorganisasi
sektor selain mahasiswa, gerakan tetap mengambil panggung dan bicara ke sektor
sektor selain mahasiswa. Buruh, rakyat miskin kota, dan orang desa pun tahu, kira
kira, apa yang sedang dibicarakan oleh mahasiswa. Suara mahasiswa tersebar
lewat media massa. Juga dibantu dengan munculnya penyair gerakan 19731974,
Rendra. Sifat turun ke jalan inimelakukan aksitercermin baik dalam aksi
aksi kecil oleh berbagai komite yang muncul maupun oleh kegiatankegiatan
yang diselenggarakan Dewan Mahaiswa Universitas Indonesia, yang memelopori
kebangkitan gerakan ini, apalagi menjelang puncaknya pada Desember 1973
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 2 3/26/10 7:20:30 PM
~ 3 ~
Januari 1974.
Kedua, gerakan ini menolak menghormati atau bersikap sopan di depan
kekuasaan. Sebenarnya, sebelum 1973 juga ada beberapa protes dan kritik terhadap
korupsi. Bahkan juga sudah ada delegasi mahasiswa bertemu dengan Presiden
Soeharto. Tapi, gayanya selalu sopan sekali terhadap Pak Harto dan juga terhadap
tentara. Kewibawaan moral Soeharto dihormati dan diterima. Legitimasi yang
dimajukan adalah legitimasi mau membantu pemerintah dengan kritik.
Beda halnya dengan gaya perlawanan gerakan 1973, yang tidak memberi
penghormatan sama sekali kepada kekuasaan. Kekuasaan tidak lagi dilihat sebagai
suatu kekuatan yang harus dibantu dengan mengoreksinya. Watak kekuasaan memang
digambarkan oleh mahasiswa 1973 sebagai kekuasaan kontrarevolusionermeski
istilah ini tak dikenal generasi 19731974. Dalam pidato malam keprihatinannya,
Hariman Siregar menggambarkan kekuasaan yang tumbuh di bawah Soeharto pada
saat itu sebagai berikut.
Setelah secara moral dan konstitusional Jenderal Soeharto menjadi presiden
di negeri ini, pembangunan ekonomi telah dijadikan alat legitimasi kekuasaan dan
mitos baru yang banyak menimbulkan harapan. Tetapi, ternyata, perkembangan
ekonomi telah menolak kemauan penguasa untuk menjadikan pembangunan
ekonomi sebagai alat legitimasi kekuasaan dan mitos politik sematamata.. Sikap
penguasa yang demikian itu akan selalu menghasilkan keputusankeputusan yang
hanya menguntungkan kelompok yang ada di sekitar kekuasaan.
Dalam pidato 31 Desember 1973 itu, Hariman Siregar sudah menyatakan
dengan jelas watak kekuasaan yang sedang berlangsung saat itu. Hubungan
kekuasaan dengan rakyat banyak juga sangat jelas dikemukakan.
kelompok kecil sekitar kekuasaan terang berkepentingan untuk
mempertahankan keadaan dengan segala macam peralatan dan cara dalam politik.
Rakyat dengan demikian akan terusmenerus menjadi pelengkap penderita yang
dipaksa untuk diam dan tidak berdaya.
Sikap penolakan terhadap kekuasaan juga tercerminkan dengan gaya
aksi yang sering dijalankan dan dengan sikap kepimpinan Dewan Mahasiswa
UI serta kelantangan pimpinannya, terutama ketua umumnya, Hariman Siregar.
Gaya menyindir tentara dan menolak sopan kepada kekuasaan berbeda sangat
tajam dengan gaya protesprotes 19701972. Gaya menyindir dan menolak ini
juga memelopori dan menciptakan suasana yang membuka kemungkinan untuk
memunculkan drama yang menjadikan pemerintah sebagai bahan lelucon oleh
penyair gerakan 1970an, Rendra. Misalnya dalam Kisah Perjuangan Suku Naga,
yang menggambarkan kekuasaan sebagai aliansai kekuatan feodal rakus (Sri Ratu),
militer (Kolonel Serenggi), modal Amerika (Big Boss), dan pemerintah Amerika
(Mr. Joe), dengan didukung oleh sebuah kur yes men, anggota DPR. Tanpa
keberanian untuk bersikap tak sopan yang dilakukln gerakan 19731974, sindirian
seperti itu masih akan sulit diterima.
Prolog
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 3 3/26/10 7:20:31 PM
~ 4 ~
Hariman & Malari
Ketiga, gerakan 19731974 ini yang bersikap menolak kekuasaan sekaligus
juga memutuskan diri dari sikap gerakan sebagai sekadar gerakan moral, dengan
terjun ke politik yang riil. Hal ini, sayangnya, sering dianggap sifat negatif dari
gerakan 19731974 dan ada kemungkinan anggapan ini juga merupakan sebuah faktor
yang mengakibatkan generasi aktivis berikutnya kurang mempelajari pengalaman
gerakan 1973197i. Dalam perkembangannya, pada gerakan perlawanan ini selama
tahun 1973 mulai terlihat adanya sinkronisasi gerakan mahasiswa dengan manuver
manuver politik Jenderal Soemitro, Panglima Kopkamtib.
Jenderal Soemitro mengumumkan bahwa tahun 1974 akan diselenggarakan
pola kepimpinan baru. Soemitro berkunjung ke Pulau Buru dan berjanji akan
membebaskan tahanan politik di sana. Soemitro juga mulai bertemu dengan
mahasiswa, termasuk dengan Hariman Siregar. Rendra juga bertemu dengan
Soemitro di Istana Kepresidenan di Yogyakarta. Semua ini berjalan terbuka se
hingga seluruh masyarakat mulai membaca bahwa gerakan mulai berkembang,
bukan hanya sebagai suara yang meminta kekuasaan mengoreksi diri, tapi dengan
dinamika penggantian pemerintahan.
Dalam banyak percakapan dengan aktivisaktivis, baik pada tahun 1970
an, 1980an, maupun 1990an, aliansi de facto antara gerakan pemimpin Dewan
Mahasiswa UI dan Jenderal Soemitro ini sering dilihat sebagai suatu penodaan,
bersekutu dengan elite dan militer pula. Tapi, perjuangan perubahan adalah sebuah
usaha seriusdan akan mandul kalau tidak seriusmemikirkan kesempatan
kesempatan perbaikan situasi di tingkat pemerintahan. Sikap gerakan untuk
menghitung kemungkinan keretakan di dalam kekuasaan bisa menciptakan kondisi
pemerintahaan baru yang menguntungkan perjuangan demokrasi, biar sedikitpun.
Itu merupakan kemajuan dalam kesadaran melawan dan juga sebuah keputus
sambungan lagi dengan protesprotes 19701972.
Adalah menarik juga untuk mengamati sikap penyair gerakan 19731974,
Rendra, dalam hal ini. Pada tahun 1973, Rendra mementaskan drama Mastadon
dan Burung Kondor. Drama ini, yang ditonton ribuan orang pada akhir tahun
1973, juga ikut meramaikan suasana melawan kekuasaan pada saat itu. Dramanya
menceritakan pemberontakan mahasiswa dan penyair terhadap sebuah kekuasaan
militer yang menindas rakyat miskin. Drama ini juga memberi peringatan kepada
mahasiswa untuk jangan main mata dan melakukan revolusi bersama tentara karena
akan melahirkan kekuasaan represif baru.
Dua tahun kemudian, Rendra mementaskan drama lagi, Kisah Perjuangan
Suku Naga. Pada saat ini, Hariman Siregar, Sjahrir, dan Aini Chalid masih
dipenjara. Drama ini menggambarkan perlawanan rakyat terhadap kekuasaan,
tapi masih merupakan perlawanan katakata. Baru dengan pementasan lakon yang
disadur dari karya Schiller, Perampok, Rendra bahkan menggambarkan kebutuhan
pemberontakan secara fsik, termasuk pemberontakan bersenjata. Pada momen itu,
simbol pemberontakan di mata Rendra pindah dari si empu kepada warok.
Sebenarnya gerakan 19731974 sudah sejak awal berjiwa warok: konfrontatif dan
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 4 3/26/10 7:20:31 PM
~ 5 ~
meledek kekuasaan serta mau mencapai perubahaan kekuasaan yang riilbukan
revolusi, tapi sebuah perubahan yang juga berjalan di tingkat pemerintahan.
Sinkronisasi gerakan mahasiswa dengan manuvermanuver Jenderal
Soemitro memang gagal melahirkan pemerintahan baru. Di pihak Jenderal
Soemitro, dia rupanya kalah akal dan kalah tegas dengan kubu Soeharto dan Ali
Moertopo. Di pihak gerakan mahasiswa, kelemahannya ialah, meski sudah bicara
kepada masyarakat dan massa, belum berusaha mengorganisasi dan memimpin
masyarakat dan massa: belum ada strategi untuk membangun movement sejati,
yaitu movement yang multisektor.
Ini sebenarnya tidak mengherankan. Selama tahun 19651973, semua diskusi
tentang gerakan massa hilang dari perbincangan politik nasional dengan jayanya
konsep foating mass. Selain itu, sebagian besar pimpinan mahasiswa datang dari
latar belakang keluarga Partai Sosialis Indonesia (PSI) dan Majelis Sjuro Muslimin
Indonesia (Masjumi) lewat Himpunan Mahasiswa Islam yang alergi terhadap konsep
gerakan aksi massa karena konsep itu terlalu teridentifkasikan dengan Soekarno
dan Partai Komunis Indonesia (PKI), yang merupakan musuh lima dekade dari dua
aliran itu.
Sampai sekarang pun, perbincangan tentang apa itu dan bagaimana
membangun sebuah movement masih lemah. Tahun 1980an terkuasai oleh
advokasi civil society, sesuatu yang masih kuat sampai sekarang. Pada tahun
2010 saja kesadaran tentang movement masih lemah, meskipun sejak tahun 1990
an sudah ada kelompok yang mulai sadar tentang pentingnya movementbukan
hanya lembaga swadaya masyarakat, tapi dibutuhkan gerakan. Pada 1973, politik
riilnya masih belum sempat meluas ke sektorsektor massa, terbatas pada sektor
mahasiwa dan intervensi ke dalam keretakan kekuasaan itu sendiri.
Keempat, gerakan 19731974 adalah gerakan pertama sejak sebelum tahun
1973 yang mengangkat (kembali) isu ketergantungan pada kekuatan ekonomi asing
(modal besar Amerika dan Jepang). Dalam pidatonya pada malam 31 Desember
1973, Hariman Siregar mengungkapkan analisisnya.
Masalah saling ketergantungan [antarbangsa] terutama pada tingkat per
adaban manusia sekarang adalah masalah yang tak bisa dihindarkan. Akan tetapi
sudah barang tentu saling ketergantungan ini meminta persyaratanpersyaratan.
Persyaratan utama adalah seberapa jauhkah ia membawa pihakpihak yang terlibat
harus menjaga kemampuan kondisi dalam negerinya sendiri, agar mendapatkan
posisi yang sederadjat.
Dalam menggambarkan situasi konkretnya, dia meneruskan dengan meng
gambarkan bahwa perekonomian negara pada waktu itu ditopang lima sektor.
Pertama adalah bantuan luar negeri; kedua modal asing; ketiga ekspor karet;
keempat, minyak bumi, dan; kelima adalah kayu. Sedangkan kita ketahui bahwa
peningkatan hasilhasil karet, minyak bumi, dan kayu pun tidak mungkin tanpa
Prolog
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 5 3/26/10 7:20:31 PM
~ 6 ~
Hariman & Malari
ditunjang oleh sumbersumber luar tadi. Dengan ini jelaslah betapa memang batuan
luar negeri dan modal asing merupakan faktor pokok dalam perekonomian negara,
dan bukan faktor pelengkap sebagaimana sering kali dikemukan oleh para pejabat.
Betapapun memang ada kenaikan dari hasil ekspor kita secara keseluruhan, akan
tetapi ketergantungan tadi tetap faktor pokok, yang jelas dipertunjukkan misalnya
oleh kenaikankenaikan pinjaman lewat IGGI.
Peristiwa Malari 1974.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 6 3/26/10 7:20:32 PM
~ 7 ~
Pada tahun 1973, modal besar Jepang serta pinjaman lewat forum pemerintah
pemerintah Barat, Jepang, serta Bank Dunia di IGGI yang paling berpengaruh.
Dalam pidatonya tahun 1973, Hariman Siregar dengan sendirinya lebih fokus pada
pengaruh Jepang.
Kritik terhadap tidak terpenuhinya persyaratan dalam perekonomian negara
seperti yang diuraikan di atas dan ketergantungan yang tidak menguntungkan rakyat
miskin merupakan juga sebuah keputussambungan dengan protesprotes tahun
19681972, yang fokus pada korupsi dan kemewahan saja. Ironisnya, terangkatnya
isu ini sangat mengingatkan kita kembali tentang sikap antinekolim yang disuarkan
gerakan soekanois dan gerakan komunis sebelum tahun 1965.
Kritik terhadap ketergantungan pada modal asing muncul lagi pada tahun
1978 ketika gerakan mahasiswa bangkit kembali, masih di bawah pengaruh pimpinan
gerakan 1973. Kemudian pada tahun 2000 ke atas muncul kritik terhadap neo
liberalisme sebagai bentuk penjajahan kepentingan modal besar terhdap Indonesia
oleh kekuatan di luar Indonesia. Sementara ini, kritikkritik terakhir itu merupakan
perkembangan lebih maju daripada tahun 1973 sekaligus sebuah kelemahan besar
dibanding gerakan tahun 1973.
Kemajuannya, mulai ada suarabiasanya oleh kaum aktivis golongan
radikaluntuk menuntut nasionalisasi sektorsektor vital ekonomi dan di bawah
kontrol rakyat pulasebagai pernyataan kalau dinasionalisasi jangan sampai dikorup
atau disalahgunakan. Kelemahannya, kritik terhadap ketergantungan ekonomi ini
belum disertai sebuah perdebatan serius tentang strategi ekonomi secara keseluruah,
selain ide nasional harus dapat porsi lebih besaratau meminjam istilah dari
aktivis demokrasi dan keadilan sosial: rakyat harus dapat porsi lebih besar.
Kelima, gerakan 1973 disertai, disusul, dan mendorong sebuah diskusi serius
tentang strategi pembangunan alternatif. Ini pasti salah satu pengaruh dari adanya
interaksi pemikiran antara Profesor Sarbini Soemawinata dan pemimpinpemimpin
gerakan, termasuk Hariman Siregar. Keterlibatan ekonom muda Sjahrir juga sebuah
cerminan dari hal ini.
Pemikiranpemikiran ekonomi alternatif yang dicetuskan Profesor Sarbini
jauh lebih luas daripada hanya mempermasalahkan aspek nasionalis. Membereskan
tidak adanya persyaratan yang dibutuhkan dalam ketergantungan antarbangsa juga
dilihat sebagai masalah dalam menyusun kekuatan ekonomi dalam negeri, dengan
kebijakan yang lebih memprioritaskan peningkatan produktivitas tenaga kerja
dalam negeri. Sebenarnya, perdebatan ini sebagai bagian dari gerakan 19731974
tak sempat berkembang, meskipun juga ada sesisesi sidang pengadilan Hariman
Siregar dan Sjahrir yang juga mendiskusikan ideidenya tentang ekonomi.
Dengan gerakan yang direpresi pada Januari 1974, ruang untuk mengam
panyekan pemikiran ekonomi alternatif ini tidak sempat berkembang sebagai
bagian dari gerakan. Tapi, ternyata, selama sisa dekade 1970an dan masuk
1980an, berbagai isu yang berkaitan dengan pembangunan pedesaan, penerapan
Prolog
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 7 3/26/10 7:20:33 PM
~ 8 ~
Hariman & Malari
teknologi tepat guna dan padat karya, serta soal distribusi kemakmuran dan
lainlain sempat terus mengalir dalam terbitanterbitan seperti majalah Prisma.
Sulit untuk membayangkan sebuah majalah Prisma bisa muncul kecuali adanya
perdebatan soal strategi pembangunan yang dibuka terlebih dulu oleh gerakan
1973. Tidak mengherankan jika cukup banyak orang yang terlibat dengan Prisma
juga tadinya menjadi bagian dari gerakan 1973, seperti juga salah satu editornya
yang berpengaruh, Daniel Dhakidae, yang aktif di Yogyakarta pada tahun 1973 dan
dekat dengan aktivisaktivis 19731974 di Jakarta.
Perbincangan dan penulisan tentang strategi ekonomi tersebut agak unik
selama sejarah Indonesia merdeka. Masalahnya bukan tidak ada diskusi dan
analisis ekonomi yang serius di masa sebelum 1965. Bahkan, di masa 19601965
sebenarnya banyak tulisan dan analisis menarik. Tapi, pada masa itu, seluruh dunia
politik tergerakkan oleh pertanyaan kekuatan mana yang akan kekuasa dan ke
arah mana negeri akan berkembang. Dalam suasana pertarungan yang sedemikian
tajam, perdebatan tentang bagaimana penerapan sebuah strategi ekonomiapa itu
sosialis atau kapitalistak sempat menjadi polemik utama. Polemik utamanya ialah:
kapitalis atau sosialis; Soekarno dan PKI atau bukan. Meskipun perdebatan yang
dibuka oleh gerakan 1973 dan oleh Profesor Sarbini mengandung bibit kontradiksi
sosialis atau kapitalis, pada saat 1973 tidak ada kekuatan politik prososialis yang
mengancam. Pikiran alternatif sempat mendapatkan pengikut selama 1970an dan
1980an tanpa dianggap komunis atau sosialis. Selama periode itu, banyak sekali
artikel dan ide keluar yang memperkaya medan diskusi ekonomi. Tapi, proses itu
berakhir dengan munculnya ilusi bahwa industrialisi berhasil pada tahun 1980
an dengan pertumbuhan sektor manufaktur di Indonesia, tanpa mencatat bahwa
pertumbuhan industri berat dan sedang hampir tidak ada.
*****
Gerakan 19731974, dengan pusatnya di Jakarta di bawah pimpinan Dewan
Mahasiswa UIdengan medan kegiatan cukup kuat di Yogyakarta dan kota lain
merupakan awal proses jatuhnya Orde Baru. Kelima sifat gerakan yang diuraikan di
atas merupakan komponenkomponen penting dari proses berkembangnya gerakan
gerakan yang pada akhirnya menumbangkan Orde Baru. Sulit membayangkan
munculnya gerakangerakan yang kemudian terjadi tanpa pengawalan ini. Ironisnya,
banyak aktivis tahun 1990an dan sekarang belum pernah serius mempelajari dan
menghayati pengalaman yang memelopori proses munculnya fenomena baru pasca
1972 itu: perlawanan konfrontatif yang berpolitik riil (baik politik riil machtvorming
di sektor mahasiswa tahun 1970an dan politik riil dalam melakukan intervensi pada
keretakan elite maupun politik riil mobilisasi massa buruh dan tani tahun 1990an
oleh aktivis generasi baru.).
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 8 3/26/10 7:20:33 PM
~ 9 ~
Menuntaskan Keputus-sambungan 1973 pada Abad Ke-21
Masalah mempelajari dan menghayati pengalaman gerakan perlawanan
sebagai sebuah pengalaman bangsa Indonesia pada tahun 1973 bukan sebuah hal
yang penting karena sekadar menarik dan perlu diketahui. Gerakan 1973 memulai
sesuatu yang belum tuntas. Memang, kekuasaan Orde Baru sudah jatuh, tapi sebagian
gejala yang Hariman Siregar ungkapkan pada tahun 1973 masih berlangsung.
Rakyat tidak perlu lagi diam dan tak berdaya, meski belum serius memanfaatkan
kesempatan yang ada sekarang. Tetapi situasi penguasa yang demikian itu akan
selalu menghasilkan keputusankeputusan yang hanya menguntungkan kelompok
yang ada di sekitar kekuasaan masih berlangsung. Situasi ketergantunagn tadi
tetap faktor pokok dalam bidang ekonomi juga masih berlaku.
Semua proses perubahan sosiopolitik harus dilihat sebagai sebuah realitas
historis, bukan sebagai sesuatu yang dikhayal. Sebuah realitas historis bisa dikatakan
sebagai realitas yang historis karena memang punya sebuah awal, kemudian
berkembang melalui perjalanan yang sering tak terduga. Untuk mencapai tujuan
atau agar proses itu mencapai hasil yang paling bagus, awalnya harus dipelajari
supaya tahu apa yang sudah ada dan harus diperkuat, apa yang tadinya ada tapi
hilang dan harus direbut kembali, dan apa yang memang belum hadir. Gerakan
1973 adalah pembuka jalan dari semua proses perlawanan yang berkembang sejak
berdirinya Orde Baru.
Ke depannya, untuk menuntaskan yang belum selesai tidak mungkin tanpa
mempelajari serta menghayati gerakan 19731974 ini, baik pencapaiannya maupun
kegagalannya, baik kelebihannya maupun kekurangannya, baik sebagai fenomena
sosialpolitik maupun sebaga hasil pergulatan orang per orang yang memimpin
dan menjalankannya. Dalam menghayati gerakan 1973 sebagai bagian dari
membangun movement penuntasan ke depan, terutama harus mampu mencari jalan
untuk mengintegrasikan semua sifat keputussambungan yang terjadi pada waktu
itu: (1) aksitapi dengan tambahan tradisi 1990an yang meluas ke semua sektor;
(2) tidak mengakui wibawa atau memberi hormat kepada kekuasaan yang ada; (3)
berpolitik riil dengan pengertian tidak puas hanya bergerak di tingkatan wacana; (4)
memperjuangkan persyaratan sederajat dalam saling ketergantungan antarbangsa;
(5) membangun perdebatan nasional yang serius dan mendalam tentang strategi
pembangunan ekonomi alternatif, di semua sektor, yang bisa menjamin kehidupan
yang layak buat seluruh rakyat.
Mungkin lima sifat gerakan yang dipelopori gerakan 1973 ini masih tidak
cukup sebagai apa yang harus dimiliki oleh sebuah movement perubahan yang
memperjuangkan keadilan sosial dan demokrasi. Perjuangan rakyat Indonesia
sudah panjang. Pasti juga ada pelajaran berguna dari pencapaianpencapaian rakyat
Indonesia di periode sebelum 1973, apalagi di antara tahun 1900 dan 1965. Itu pun
harus diraih, saya kira.
Prolog
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 9 3/26/10 7:20:33 PM
~ 1O ~
Hariman & Malari
Buku yang padat dengan berbagai materi yang menggambarkan banyak
aspek dari gerakan 1973 ini merupakan sebuah materi berharga dalam rangka
pembelajaran dan penghayatan yang diuraikan di atas. Buku ini juga padat dengan
materi tentang kegiatan dan pemikiran fgur sentral gerakan 1973, Hariman Siregar.
Memang ada hukumhukum sejarah yang banyak menentukan bagaimana sejarah
berkembang, tapi sejarah juga dibuat oleh manusia sebagai pelakunya, termasuk
oleh mereka yang memimpin di tingkat nasional. Aspek kepimpinan ini pun perlu
dihayati.
Sebuah buku tinggal sebuah buku, yaitu sebuah masukan. Apakah penghayatan
yang terjadi akibat mempelajari buku tersebut membawa arti, tergantung pada apa
yang kita semua sanggup dan mampu perbuat. Dalam hal ini, saya kira tantangan
yang dilemparkan oleh Hariman Siregar pada ribuan mahasiswa yang kumpul
bersama pada tanggal 31 Desember 1973 masih berlaku.
Mari kita baca beban sejarah yang ada di depan kita. Beban kita adalah
membebaskan rakyat dari penderitaan sehari-hari. Beban kita adalah membuat rakyat
yang menganggur mempersoalkan kesempatan kerja dan pembangunan ekonomi yang
tidak menguntungkan rakyat. Beban kita adalah mengetatkan gandengan dengan
sesama generasi muda memikirkan masa kini dan masa depan. Ringkasnya, beban
sejarah kita adalah menggalakkan keberanian rakyat untuk menyuarakan diri. Semua
ini adalah beban yang tidak ringanuntuk tidak mengatakan berat sekali. Namun, pada
akhirnya, berat atau ringan itu tetap merupakan beban kita. Sekali kita mengelak, untuk
selamanya kita akan menjadi warga negara yang dikutuk sejarah.
Saya kira tantangan tersebut berlaku buat semua orang; baik sebagai warga
negara Indonesia maupun bukan orang Indonesia, sebagai warga negara dunia. e
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 10 3/26/10 7:20:34 PM
~ 11 ~
Drama Kehidupan
Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 11 3/26/10 7:20:36 PM
~ 12 ~
Hariman & Malari
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 12 3/26/10 7:20:36 PM
~ 13 ~
entari belum lagi menampakkan wajah
nya. Subuh itu, sekitar pukul 05.00 pagi, Hariman
Siregar masih tertidur di selnya di Rumah Tahanan
Militer (RTM) Budi Utomo Jakarta. Sudah dua hari,
ia mendekam di salah satu sel Blok 5, salah satu blok
yang menyeramkan di RTM Budi Utomo karena
berpenghuni orangorang yang akan dihukum
mati. Tak jauh dari tempat Hariman berbaring
Awan Gelap
dalam Kehidupan Hariman
terbujur dua sosok rekan satu selnya: Mayor Jenderal (Polisi) Soewarno yang mantan
Panglima Daerah Kepolisian Jakarta saat peristiwa Gerakan 30 September 1965 dan
Mayor Jenderal Soeratmo yang mantan Komandan Komando Logistik Angkatan
Darat (Kologad). Kedua rekan satu sel Hariman itu adalah tahanan politik yang
dituduh terlibat Partai Komunis Indonesia (PKI).
Di keheningan subuh itu tibatiba pintu sel dibuka petugas RTM. Ketiga
penghuninya yang sedang terlelap mendadak terkesiap. Rupanya ada kabar untuk
Hariman: Sriyanti, istri Hariman, dalam kondisi mengkhawatirkan di Rumah Sakit
St. Carolus, Jakarta. Hariman diminta bergegas untuk menjenguk istrinya di rumah
sakit.
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, perasaan Hariman cemas dan
waswas. Saat ditinggal Hariman beberapa hari sebelumnya, Sriyanti memang dalam
keadaan hamil tua, mengandung anak kembar. Karena itu, Hariman mengkhawatirkan
keadaan Yanti dan anakanak yang berada dalam rahim istrinya.
Setiba di Rumah Sakit St. Carolus, kecemasan Hariman menjadi kenyataan.
Untung tak dapat diraih, malang tak bisa ditolak. Kondisi istri tercintanya benarbenar
mengkhawatirkan. Dan, innalillahi wainna ilaihi rajiun, anak kembar yang baru saja
dilahirkan sang istri telah dipanggil kembali oleh Sang Mahapencipta.
M
E p i s o d E 1
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 13 3/26/10 7:20:36 PM
~ 14 ~
Hariman & Malari
Betapa berat derita dan duka yang menerpa Hariman. Sungguh wajar bila ia
tak kuasa menahan kesedihannya. Air mata mengalir di pipinya.
Namun, beberapa jenak kemudian, Hariman seakan menyadari bahwa dirinya
tak boleh terlalu larut dalam kesedihan. Istrinya masih dirawat di rumah sakit. Ia
harus segera mengatasi kesedihannya.
Sore hari itu juga ia ikut mengantar jenazah anak kembarnya ke pemakaman
Karet Bivak. Dari sana, Hariman kembali ke rumah sakit untuk menunggui Yanti.
Tapi, pukul 03.00 dini hari, ia harus kembali ke RTM Budi Utomo, sesuai aturan yang
berlaku saat itu. Saat Hariman meninggalkan rumah sakit, kondisi Yanti masih dalam
keadaan sadar.
Namun, perasaan memang kerap memilih jalannya sendiri. Walau sudah
berusaha untuk tegar, Hariman di dalam selnya tetap saja tak bisa memejamkan mata.
Pikirannya tak tenang. Kesedihan kembali mendera perasaannya. Terbayang istrinya
yang terbaring lemah di rumah sakit. Ia juga teringat putra sulungnya, Reza, yang
ditinggal bersama mertuanya.
Ketika matahari memancarkan sinarnya, mata Hariman masih belum terpejam
sedikit pun. Sampai akhirnya, petugas RTM kembali membawa Hariman ke rumah
sakit. Rupanya kabar duka yang lain telah menanti di sana: sang istri koma. Hariman
Hariman Siregar bersama
istrinya, Sriyanti, dan putranya,
Reza, 1976.
[TEMPO/ GY Adicondro).
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 14 3/26/10 7:20:37 PM
~ 15 ~
pun diizinkan menunggui Yanti selama sepuluh hari penuh. Tapi, kesehatannya tak
pulih lagi. Sejak itu, Yanti hilang ingatan, kenang Hariman.
1
Setelah izinnya habis, Hariman digiring kembali ke RTM Budi Utomo. Yang
kemudian menunggui Yanti adalah ayah Hariman sendiri, Kalisati Siregar. Tapi,
karena kecapekan dan usia tua, beberapa hari kemudian Kalisati jatuh sakit.
Sakit sang ayah ternyata cukup serius. Hariman pun kembali diizinkan
ke luar tahanan, untuk menunggui ayahnya di rumah sakit. Tapi, cobaan Tuhan
kembali mendera Hariman. Pada 29 September 1974, malam hari, Kalisati Siregar
mengembuskan napasnya yang terakhir. Keesokan harinya, Ayah dimakamkan. Kota
Jakarta kala itu sedang dipenuhi kibaran bendera setengah tiang. Tentu saja, orang
orang memasang bendera setengah tiang bukan untuk menghormati Ayah. Tapi, pada
30 September, bendera memang dikibarkan setengah tiang (untuk memperingati
Peristiwa Gerakan 30 September). Namun, itu semua saya anggap saja untuk
menghormati mendiang Ayah, tutur Hariman.
Mendekam di penjara, kehilangan bayi kembar, sang istri yang hilang ingatan,
wafatnya sang ayah, serta mertua (Prof. Dr. Sarbini Soemawinata) yang juga dipenjara,
betapa masa ini merupakan fase kehidupan seorang Hariman yang sedang diliputi
awan gelap, bahkan bisa dikatakan inilah masa terkelam dalam perjalanan hidupnya.
Sebagaimana manusia biasa, rentetan peristiwa menyedihkan itu sempat
mengguncang jiwa Hariman Siregar. Dalam percakapan dengan siapa pun jarang
Hariman menyinggung masamasa ini. Kalaupun mengisahkannya, selalu matanya
berkacakaca. Kalau ingat masa itu, gue jengkel. Membicarakan ini rasanya tidak
menyenangkan. Bayarannya tidak imbang. Semuanya sudah habis, tutur Hariman.
2
Tapi, Hariman segera menyadari itulah konsekuensi yang harus ia tanggung
atas sikap kritisnya terhadap rezim Orde Baru. Semua kesedihan itu merupakan harga
yang harus ia bayar karena melawan suatu rezim otoriter dan represif. Sebagai ekspresi
kesedihan itu, selama di penjara, Hariman selalu menuangkannya dalam catatan
harian. Namun, bila membaca kembali catatan harian itu, isinya hanya kecengengan
belaka, sekadar uraian perasaan dan pikiran yang mendatangkan kesedihan. Padahal,
gue enggak boleh lengah, apalagi kalah oleh kesedihan. Gue harus mampu membuat
diri gue sendiri menjadi kuat. Gue sedang melawan kekuasaan Soeharto, sampai mati
gue enggak boleh kalah. Kita mesti kuat, meskipun dia (Soeharto) terus menginjak
nginjak kita, begitulah tekad Hariman.
Hariman bertekad tak mau kalah dalam menghadapi rezim Soeharto, meski
badannya mendekam di penjara. Di penjara sebenarnya sedang berhadapan juga
dengan kekuasaan Soeharto dalam wujudnya yang lain. Di penjara, kekuasaan itu
dimanifestasikan melalui sipir penjara, prajurit penjaga, petugas pengawal, bahkan
lewat benda mati seperti tembok dan gembok! Kalau kita sudah dikunci di dalam sel,
kita tak bisa melawan kekuasaan tembok dan gembok. Kita tak bisa lagi melawan
1
Hariman Siregar. 1999. Gue Dipenjara Soeharto. Naskah tidak diterbitkan. Jakarta: Yayasan Biograf Indonesia,
halaman 3.
2
Hariman Siregar: Gue Masih Akan Turun, majalah Matra edisi Agustus 1992.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 15 3/26/10 7:20:38 PM
~ 16 ~
Hariman & Malari
prajurit dan penjaga penjara yang mengunci sel.
Wujud kekuasaan kini berganti. Tidak lagi berupa sosok Soeharto, melainkan
bunyi klik misterius ketika pintu sel digembok dari luar. Dan suara klik itu sungguh
menimbulkan rasa kebencian yang amat sangat. Karena, kita secara telak menyadari
bahwa kita sangat tidak berdaya. Tidak memiliki kekuatan perlawanan apa pun,
kecuali kepasrahan.
Bertahuntahun, sekeluar dari penjara, Hariman tetap terlihat penuh semangat
dan berkobarkobar ketika berbicara tentang kondisi negeri ini. Namun, tak
banyak orang yang tahu, betapa ia juga pada waktu bersamaan sebenarnya sedang
menyembunyikan kegalauan hatinya melihat kondisi istrinya tercinta, Yanti, yang
sedang menderita sakit berkepanjangan dan anak mereka yang masih kecil, Reza,
yang masih membutuhkan banyak perhatian. Untuk urusan ini, Hariman memang
seperti berjalan seorang diri, walau secara fsik ia tetap aktif menjalin hubungan
dengan jaringan temannya yang luas, termasuk kalangan aktivis mahasiswa dari
berbagai kampus. Ke manakah gerangan kegalauan hatinya itu akan dilabuhkan?
Pada suatu kesempatan, pertengahan tahun 1980an, Hariman pun berkenalan
dengan Siti Noor Rachma, yang ketika itu masih bekerja sebagai public relations di
Hotel Mandarin, Jakarta. Hubungan mereka awalnya biasa saja. Malah, Noor sempat
tak suka dengan sikap Hariman, yang ia anggap tak beradab. Gayanya itu jauh dari
beradab. Kalau datang ke Mandarin, begitu masuk lobi, ia sudah berteriak, Nooriii....
Saya sampai malu banget dan harus berkalikali mengumpet di bawah meja agar tak
kelihatan Hariman, tutur Noor.
Namun, setelah lama menghilang, Hariman datang ke Hotel Mandarin dan
berbicara dengan gaya berbeda kepada Noor. Ia menyapa saya dengan lembut. Hai,
Noori, apa kabar, katanya. Saya kaget juga, dari mana orang ini belajar sopansantun
Hariman (depan memegang papan nama) bersama teman-teman sekelasnya di SMPN 13 Jakarta.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 16 3/26/10 7:20:39 PM
~ 17 ~
peradaban? Nadanya lembut dan pelan, kenang Noor.
Sejak itulah, hubungan yang lebih dekat terjalin di antara mereka. Empat
tahun setelah perkenalan pertama mereka, Hariman pun menikahi Siti Noor Rachma
pada 27 Mei 1989. Ketika itu, Hariman mengatakan bahwa ia tak punya penghasilan
tetap. Saya juga punya Yanti dan Reza, juga punya komitmen sama kelompok, jadi
tak bisa seperti suamisuami lain, ujarnya. Saya mendengarkan saja. Sejak awal, saya
tahu harus sharing dengan keluarga Hariman. Tapi, baru beberapa waktu kemudian,
saya memahami apa yang dimaksud sharing dengan kelompoknya, ketika A.M. Fatwa
ditangkap dan dipenjara, tutur Noor.
*****
Apa yang dialami Hariman merupakan imbas dari Peristiwa 15 Januari 1974
atau yang lebih dikenal dengan sebutan Peristiwa Malarisebuah aksi kritis mahasiswa
terhadap modal asing, yang berbuntut kerusuhan sosial di Jakarta. Sebelumnya, ia tak
pernah membayangkan hidupnya akan memasuki ruang sekelam itu.
Hariman Siregar lahir di Padang Sidempuan, sebuah kota kecil di wilayah
Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, 1 Mei 1950. Ia dilahirkan sebagai anak keempat
dari tujuh bersaudara. Jadi, Hariman merupakan anak tengah pasangan Kalisati
Siregar dan Anibarsah Hutagalung.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Hariman semasa SMP bersama seorang temannya.
Hariman semasa SMA bersama seorang temannya.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 17 3/26/10 7:20:51 PM
~ 18 ~
Hariman & Malari
Ayahnya saat itu bertugas sebagai pejabat di kantor Jawatan Perdagangan
setempat. Sebagai pegawai negeri, gaji sang ayah tergolong paspasan untuk memenuhi
kehidupan keluarga seharihari. Tapi, sang ibu termasuk perempuan yang ulet dan
giat bekerja. Untuk membantu kebutuhan keluarga, sang ibu berdagang perhiasan
emas dan berlian. Dari penghasilan berdagang perhiasan itulah kebutuhan keluarga
bisa terpenuhi dengan cukup layak.
Layaknya seorang pegawai negeri, Kalisati Siregar harus siap dipindahtugaskan
ke kotakota lain. Saat Hariman berumur lima tahun, sang ayah dipindahtugaskan ke
Medan. Di ibu kota Sumatra Utara ini, Kalisati Siregar tak lama bertugas. Tak sampai
setahun kemudian ia dipindahkan ke Palembang, sebagai Kepala Kantor Wilayah
Perdagangan Sumatra Bagian Selatan (yang meliputi wilayah Sumatra Selatan, Jambi,
Bengkulu, dan Lampung).
Di Palembang, Hariman masuk SD Metodist English School, yang
menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Hariman sangat pintar,
cepat menangkap pelajaran. Cuma kalau ngomong, dia suka melompatlompat. Orang
pintar memang kalau ngomong melompat dari A langsung D. Kalau kita tak mengerti
bcd, kita pasti menyangka dia orang gila, kenang Dr. Amir Hamzah, yang pernah
sekelas dengan Hariman saat bersekolah di SD Methodist English School.
Menurut Aca (nama panggilan Dr. Amir Hamzah), di sekolah Hariman
termasuk nakal. Saya ditunjuk guru untuk mencatat siapa saja yang ribut di kelas.
Posisi duduk saya di belakang. Nah, Hariman terus yang masuk dalam daftar saya.
Akibatnya, kaki dia sering kena pukulan rotan oleh guru kelas, kata Aca. Lamalama
mungkin dia berpikir, siapa yang suka melaporkan? Akhirnya setelah tahu bahwa
saya yang disuruh membuat laporan, dia mendekati saya. Dari situ kami dekat.
Di Palembang, ayah Hariman bertugas hanya sampai tahun 1959, lantas
dipindahkan ke Jakarta sebagai pejabat di Departemen Perdagangan. Saat tiba di
Jakarta, usia Hariman baru sembilan tahun. Di Jakartalah Hariman menamatkan
sekolah dasarnya. Ia kemudian masuk ke SMP XIII di Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan. Menurut Gurmilang Kartasasmita
3
, saat di SMP Hariman termasuk murid
yang pandai dan cepat menangkap pelajaran, tapi juga berani dan ugalugalan.
Fisiknya memang terbilang kecil saat itu. Tapi, dalam permainan yang membutuhkan
tekad, fsiknya yang kecil tidak menjadi penghalang. Dia justru tampil paling depan
dalam menunjukkan keberanian dan kekuatan. Misalnya dalam bermain sepakbola
dan juga berkelahi dengan anakanak lain, kata Gurmilang. Boleh jadi, sikap berani
Hariman itu tumbuh karena kakakkakaknya, Oli dan Maruf, yang terkenal sebagai
jagoan di kawasan Kebayoran.
Hariman juga termasuk pecinta alam. Masa pertengahan 1960an itu, daerah
Blok A di Kebayoran dan juga Ciputat (tetangga Kebayoran yang kini masuk
wilayah Provinsi Banten) masih berupa hutan. Di tempattempat itulah kami sering
berkemah. Menikmati pemandangan alam tanpa penerangan listrik. Main setan
3
Gurmilang Kartasasmita merupakan sahabat Hariman Siregar sejak di bangku SMP, SMA, hingga samasama kuliah di
Fakultas Kedoketran Universitas Indonesia. Hingga kini pun mereka berdua masih bersahabat baik.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 18 3/26/10 7:20:51 PM
~ 19 ~
setanan dan membakar ketela. Dan dalam kesempatan seperti itulah saya melihat lagi
keberanian Hariman, kenang Gurmilang.
Setamat SMP, Hariman dan Gurmilang masuk ke SMA Negeri 3 di Jalan
Setiabudi, Jakarta. Di sini tingkah dan kelakukan Hariman belum berubah, masih suka
berkelahi. Namun, di masa itu pula, ia mulai ikutikutan demonstrasi Kesatuan Aksi
Pemuda dan Pelajar Indonesia (KAPPI) menyusul pecahnya Peristiwa G 30 S. Yang
mengajaknya ikut demonstrasi tak lain sahabatnya sendiri, Gurmilang Kartasasmita.
Saat itu, Gurmilang sudah menjadi Ketua KAPPI Rayon Setiabudi. Di masa SMA,
saya lebih aktif berpolitik daripada Hariman. Tapi, setelah kuliah di FKUI, dia dengan
cepat menjadi seorang pemimpin, kata Gurmilang.
Sesungguhnya, Hariman mulai belajar memahami soalsoal politik dari kedua
orangtuanya pula. Afliasi politik orangtuanya adalah Partai Sosialis Indonesia (PSI).
Bahkan, sang ibu cukup aktif di Gerakan Wanita Sosialis, salah satu onderbouw PSI.
Sejak kecil, gue sudah memperoleh stereotipe bahwa PSI itu baik, sementara PKI
itu tidak beragama. Dan Presiden Soekarno akan runtuh oleh dirinya sendiri. Saat itu,
memang gue mendapat kesan keluarga kami antiSoekarno. Bahkan, di rumah kami
tak ada gambar Soekarno satu pun, sebagaimana banyak terdapat di rumahrumah
orang Indonesia lainnya, kata Hariman.
4
Karena itu, tak mengherankan jika pergaulan politik Hariman setelah menjadi
aktivis mahasiswa di kemudian hari terutama berkisar di kalangan para aktivis dan
simpatisan PSI. Bukanlah hal yang kebetulan pula, salah seorang mentor politiknya
adalah Prof. Dr. Sarbini Soemawinata, mertuanya sendiri. Dengan Sarbini, yang
dikenal sebagai seorang tokoh terkemua PSI, Hariman sering bertukar pikiran
mengenai soalsoal perpolitikan dan ekonomipolitik.
PSI sendiri merupakan penjelmaaan politik sosialdemokrasi di Indonesia.
Sebagai partai kader, PSI hanya punya sedikit pengikut di kalangan rakyat biasa.
Keanggotaannya lebih terbatas pada kalangan kelas menengah perkotaan yang
berpendidikan tinggi, sementara pengaruh politiknya tidak diperoleh melalui cara
cara populer seperti rally politik atau mobilisasi massa. Tapi, di sisi lain, partai ini
memperlihatkan suatu kekhasan yang membedakannya dari partai politik lain, dalam
perhatian besar yang diberikan kepada kebebasan individual, keterbukaan yang
leluasa terhadap pahampaham intelektual di dunia, serta penolakan tegas terhadap
berbagai bentuk obskurantisme, chauvinisme, dan kultus pribadi.
5
Meski tak pernah secara tegas mengaku sebagai penganut paham sosialisme,
sikap dan tindakantindakan politik Hariman memang menunjukkan warna kiri. Seperti
dikatakan Max Lane, Selalu ada keyakinan bahwa tujuan Hariman pastilah untuk
memperbaiki nasib rakyat dan bangsanya. Selalu ada kesan bahwa itulah motivasi
utamanya. Tapi tak pernah ada kesan bahwa tujuannya atau motivasi kegiatan
politiknya adalah hanya cari kedudukan dan uang. Selalu terkesan bahwa tujuaannya
adalah cari kekuasaan sebagai alat memperbaiki situasi negeri dan masyarakat.
4
Hariman Siregar. 1999. Loc.Cit., halaman 124125.
5
Herbert Feith & Lance Castles. Eds. 1988. Pemikiran Politik Indonesia 1945-1966. Jakarta: LP3ES
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 19 3/26/10 7:20:51 PM
~ 2O ~
Hariman & Malari
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 20 3/26/10 7:20:52 PM
~ 21 ~
inggu, 21 Mei 1972, menjelang sore.
Sirkuit motor lintas alam milik Lapangan Kodam V
Jaya di Pondok Pinang, Jakarta Selatan, telah sepi.
Tak ada lagi yang melintas di sirkuit sepanjang tiga
kilometer itu. Tak ada lagi napas yang berhenti
ketika para pembalap menikung di kelokan 90
derajat setelah 100 meter lepas dari garis start atau
180 derajat pada 100 meter berikutnya. Tak ada
lagi teriakan kagum ketika pembalap berhasil terbang dengan motornya di tanjakan
setinggi dua meter dengan sudut 60 meter, untuk kemudian seakan lenyap di selasela
pohon karet. Tak ada juga dukungan terhadap pembalap yang terjatuh di kubangan
lumpur selebar 200 meter.
Menjelang sore itu waktunya penyerahan trof bagi para pemenang. Mereka
bukan pembalappembalap profesional. Laga bernama Campus Motor Cross itu
diselenggarakan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Pesertanya tak
lain caloncalon dokter yang kuliah di sana. Mereka telah menghabiskan empat kali
putaran untuk kelas up to 100 cc dan enam kali putaran untuk free for all.
Pada kelas bebas yang diikuti 13 peserta, Indra Sukmana yang mengendarai
Yamaha Trail 125 cc ditetapkan menjadi pemenang dengan waktu 47 menit 15 detik.
Ia mendapat Piala Bergilir Gubernur DKI Jakarta ditambah uang Rp30 ribu. Tempat
kedua diduduki Tonny dengan Kawasaki tipe 90 SS dan juara ketiga adalah Untung
Subrata dengan Yamaha tipe L2G. Mereka masingmasing menerima uang tunai
sebesar Rp20 ribu dan Rp10 ribu.
Adapun juarajuara dalam kelas up to 100 cc yang diikuti 18 pembalap adalah
Ade dengan Suzuki tipe A 100 III, Hariman Siregar (Honda tipe 90 S), dan Damora
Lubis (Honda tipe 90 S). Mereka pulang dengan mengantongi hadiah Rp20 ribu,
Metamorfosis
Seorang Aktivis Mahasiswa
M
E p i s o d E 2
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 21 3/26/10 7:20:52 PM
~ 22 ~
Hariman & Malari
Rp15 ribu, dan Rp10 ribu. Tiga peserta terpilih sebagai pembalap favorit tanpa hadiah
adalah Bulganon (Honda tipe CB 100), Amal (Honda tipe 90 S), dan Judilherry
Justam (Honda tipe 90 S).
1
Masa itu aku memang lumayan sering ikut turnamen
balap motor, sekadar melanjutkan hobi semasa di SMA, kenang Hariman.
Di awal tahun 1970an itu, Hariman sudah tercatat sebagai mahasiwa FKUI.
Ia masuk FKUI tahun 1968. Sebelumnya, ia sempat mengikuti kegiatan masa
prabakti mahasiswa (mapram) di Institut Teknologi Bandung (ITB). Tapi, baru dua
hari mapram berjalan, ayahnya memanggil ke Jakarta dan menganjurkan Hariman
menjadi dokter. Ia pun menurut.
2
Meski hanya dua hari menjadi calon mahasiswa ITB, Hariman sempat
meninggalkan kesan yang tak terlupakan. Komarudin yang mantan Wakil Ketua
Dewan Mahasiswa ITB periode 19731974 mengisahkan peristiwa berkesan tersebut.
Mereka kebetulan satu rayon saat mapram itu. Komarudin bertutur, Entah bagaimana
kejadiannya, saat perpeloncoan, Hariman kesal dan menyebut ITB berengsek
1
Motor Tabib Melintas Alam, Tempo edisi 3 Juni 1972.
2
Hariman Siregar. 1999. Loc.Cit.
Hariman memakai seragam Walawa (1968).
Bersama kawan-kawan FKUI (1971).
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 22 3/26/10 7:20:57 PM
~ 23 ~
sehingga membuat seorang mahasiswa residivisistilah kami untuk mahasiswa
tahun sebelumnya yang belum ikut maprammarah besar.
Hariman dianggap sok jago dan keduanya nyaris baku pukul. Masingmasing
menyebut daerah asal untuk menggertak lawannya. Si lawan mengaku berasal dari
Komering, Sumatera Selatan, sedangkan Hariman langsung berteriak, Gue anak
Batak. Lu mau apa?
Tapi, sebelum perkelahian antara anak Komering dan anak Batak itu
pecah, keduanya segera dilerai para mahasiswa ITB. Belakangan, setelah ia menjadi
Ketua Dewan Mahasiswa UI, Hariman baru tahu bahwa mahasiswa residivisitu
ternyata masih tetangganya saat tinggal di Palembang.
Bakat melawan Hariman kembali muncul saat mapram di kampus UI. Saya
lebih senior satu tahun di FKUI dari Hariman dan melihat bagaimana dia sebetulnya
marah dengan perintahperintah dari senior yang kadang menjengkelkan saat
mapram, kisah Judilherry Justam.
Selain kerap melawan, Hariman juga terkenal jahil. Misalnya saat kegiatan
wajib latih mahasiswa (walawa)
3
di awal masamasa perkuliahan mahasiswa. Selama
program walawa, Hariman selalu mengganggu temantemannya. Saat walawa, kami
kan menggunakan seragam dan sepatu tentara. Nah, ketika kegiatan baris berbaris,
Hariman suka menariknarik tali sepatu kawankawan hingga lepas. Akibatnya,
banyak kawan yang kena hukuman karena ketahuan enggak rapi. Sementara itu,
Hariman enggak pernah takut hukuman, kenang Rauf Arumsyah, rekan seangkatan
Hariman yang berasal dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UI.
Di masa itu, situasi politik Jakarta relatif mulai tenang. Sejak setahun sebe
lumnya, di awal tahun 1967, sebagian mahasiswa yang terlibat dalam gegap gempita
menghalau komunis telah masuk dalam parlemen. Sejumlah tokoh Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI) diundang masuk ke DPR Gotong Royong (DPR
GR). Brigjen Alamsjah Ratuprawiranegara, salah seorang pembantu utama Presiden
Soeharto, menghimpun namanama mahasiswa itu. Masuklah antara lain Nono Anwar
Makarim (Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia), Yozar Anwar, Firdaus Wajdi, Liem
Bian Koen (Sofyan Wanandi), Fahmi Idris (KAMI Jakarta Raya), Cosmas Batubara,
Muhammad Zamroni, David Napitupulu Mahasiswa Pancasila,
4
Johny Simanjuntak,
dan Marie Muhammad (KAMI Pusat). Ada pula mahasiswa dari Bandung seperti
Soegeng Sarjadi dan Rohali Sani (kemudian digantikan Rahman Tolleng) serta nama
nama lain seperti Slamet Sukirnanto, T. Zulfadli, dan Salam Sumangat.
5
Keberadaan mahasiswa di parlemen tidak sertamerta mulus. Suara tidak
setuju juga datang dari sesama mahasiswa. Yang menentang langkah masuk parlemen
itu berpendapat bahwa KAMI dan Angkatan 66 pada dasarnya adalah kekuatan
3
Program walawa diperkenalkan pemerintah Orde Baru pada tahun 1968. Tujuannya untuk mengontrol aktivitas politik
mahasiswa yang mulai menunjukkan gejala melawan pemerintah. Program walawa diwajibkan terhadap semua mahasiswa
perguruan tinggi negeri. Tapi, program ini hanya berlangsung selama beberapa tahun saja.
4
Mahasiswa Pancasila merupakan organisasi sayap mahasiswa Pemuda Pancasila.
5
Sori Siregar. Ed. 2007. Cosmas Batubara: Sebuah Otobiograf Politik. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 23 3/26/10 7:20:57 PM
~ 24 ~
Hariman & Malari
moral sehingga tak patut melibatkan diri dalam politik praktis. Kalau beberapa
tokoh terus berkeras memilih menjadi anggota parlemen, seharusnya tidak atas nama
KAMI, melainkan atas nama diri sendiri belaka. Sebaliknya, mereka yang memilih
menjadi anggota parlemen berpendapat bahwa saatnya sudah tiba untuk meneruskan
perjuangan KAMI dari dalam.
6
Kritik paling keras terhadap para aktivis KAMI yang masuk parlemen itu
terutama disampaikan Soe Hok Gie, Marsillam Simandjuntak, dan Sjahrir. Menurut
mereka, mahasiswa yang masuk ke parlemen mestinya tidak lagi membawa nama
atau embelembel mahasiswa karena mereka telah masuk ke dalam kekuasaan
(suprastruktur). Sebab, peran mahasiswa mestinya situasional, bukan permanen.
7
Soe
Hok Gie bahkan sampai mengirimkan anekaperlengkapan kecantikan perempuan,
seperti lipstik, cermin, jarum, dan benang sebagai sindiran kepada temantemannya
itu. Barangbarang itu dikirimkan sejak pelantikan mereka pada 1 Februari 1967.
Soe Hok Gie begitu gusar melihat temantemannya tersebut larut dan mabuk
dalam kursi kekuasaan. Orangorang itu, menurut Soe Hok Gie, adalah orangorang
yang mencatut perjuangan mahasiswa. Sebagian dari pemimpinpemimpin KAMI
adalah maling juga. Mereka korupsi, mereka berebut kursi, ributribut pesan mobil
dan tukang kecap pula, tulisnya.
8
Ujungnya, ya, itu tadi: pada 12 Desember 1969, Soe Hok Gie bersama
beberapa temannya mengirimkan paket lipstik, cermin, jarum, dan benang kepada
mahasiswa yang duduk di DPRGR. Bersama paket antaran itu diselipkan surat
bernada sindiran:
Kami mahasiswa universitas di Jakarta, dengan penuh rasa hormat, bersama
ini kami kirimkan kepada Anda, perwakilan mahasiswa di DPRGR, paket Lebaran
dan Natal. Dalam suasana Lebaran dan Natal ini kami menghormati perjuangan yang
telah kalian lakukan selama berahuntahun di lembaga perwakilan rakyat ini.
Kondisi demokrasi Indonesia dan rule of the law saat ini jelas merupakan
hasil dari perjuangan kalian semua, mahasiswa yang tak kenal ampun dan tak
terkalahkan, yang tidak pernah menyerah, dan yang tidak kenal kompromi dengan apa
yang benar!
Bersama surat ini kami kirimkan kepada Anda hadiah kecil kosmetik dan
sebuah cermin kecil sehingga Anda, Saudara kami yang terhormat, dapat membuat diri
kalian lebih menarik di mata penguasa dan rekanrekan sejawat Anda di DPRGR.
Bekerjalah dengan baik. Hidup Orde Baru! Nikmatilah kursi Andatidurlah
nyenyak!
Teman-teman mahasiswa Anda di Jakarta dan eks-demonstran 66.
6
Parakitri Tahi Simbolon. 1977. Dibalik Mitos Angkatan 66, dalam Prisma edisi Desember 1977.
7
John Maxwell. 2005. Soe Hok Gie: Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani.
Jakarta: Pustaka Utama Graftti.
8
Ibid.
9
Ibid.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 24 3/26/10 7:20:58 PM
~ 25 ~
Hariman Siregaryang telah masuk ke kampus pada masa perseteruan yang
terjadi sesama aktivis Angkatan 66 serta gerakan protes melalui surat kabar terhadap
cara pemerintah Soeharto mengelola negarabelum melibatkan diri secara aktif
dalam kegiatan politik, meski ketika masih pelajar sempat tergabung dalam KAPPI.
Tahun pertama di FKUI lebih banyak dihabiskan Hariman untuk belajar dan bermain
main.
Amir Hamzah menuturkan, meski terlihat tidak terlampau rajin, prestasi
kuliah Hariman sangat bagus. Kemampuannya membaca dan menyerap bacaan
sangat baik. Malam hari sebelum perkuliahan biasanya ia telah membaca bab yang
akan diterangkan dosen esok harinya. Jadi, ketika dosen bicara, kami baru dengar,
dia sudah pelajari, tutur Amir Hamzah. Namun, ada jeleknya: di kelas kemudian
kerjanya hanya mengganggu temannya yang mau serius belajar.
Kelakuan Hariman yang suka iseng dan sering bikin ulah dibenarkan oleh
sahabatnya, Gurmilang Kartasasmita. Sebagai mahasiswa, saya tetap melihat Hariman
sebagai orang yang riang gembira saja. Masih suka bermain dan kebetulan juga sudah
mulai berhubungan dengan Yanti, yang ia incar sejak SMA
10
, kata Gurmilang.
Hariman sendiri mengaku di masamasa awal perkuliahan belum tertarik
dengan soalsoal politik. Kalaupun ia melakukan perlawanan, itu terutama karena
nuraninya tidak bisa melihat aturan atau sikap para dosen atau seniornya yang dinilai
tidak adil dan sewenangwenang. Aku memang paling enggak bisa melihat sikap
dan perlakuan yang tidak adil, ujar Hariman.
Memasuki awal 1970an konstelasi politik mulai berubah. Situasi tak lagi
bisa dibilang relatif tenang. Hubungan mesra mahasiswaABRI yang sempat terjalin
pada masa 1966 benarbenar retak. Para aktivis mahasiswaterutama yang tidak ikut
masuk ke parlemenmulai kecewa dengan pemimpin nasional, Jenderal Soeharto,
seiring terendusnya beberapa kasus korupsi di tingkat nasional, di antaranya di
Pertamina yang dipimpin Mayjen Ibnu Sutowo dan Bulog yang dikepalai Mayjen
Ahmad Tirtosudiro. Mahasiswa mulai menuduh pemerintah Orde Baru lebih tidak
becusnya dari pemerintah Soekarno. Aktivisaktivis seperti Arief Budiman, Sjahrir,
Julius Usman, Ben Manoto, dan Harry Victor mencetuskan gerakan Mahasiswa
Menggugat. Mereka memprotes kenaikan harga bahan bakar minyak yang mencapai
100 persen dan korupsi.
11
Dalam beberapa hari, demonstrasi mahasiswa dalam jumlah besar mulai turun
ke jalan, menempelkan posterposter di dinding dinding bangunan dan mobilmobil
yang lewat. Walaupun subyek utamanya adalah kenaikan harga, demonstrasi secara
konstan dan terangterangan mengacu pada korupsi.
Di saat yang bersamaan di Bandung, Petisi Keadilan ditandatangani oleh 66
tokoh mahasiswa, tokoh gerakan senior, dan intelektual. Mereka di antaranya dari
kelompok yang lebih senior, seperti Rahman Tolleng, Roedianto Ramelan, Awan
10
Di tahun 1972, Hariman Siregar menikahi Sriyanti, putri Prof. Dr. Sarbini Soemawinata, salah seorang ekonom
terkemuka Indonesia. Setahun kemudian lahir putra sulung mereka, Reza.
11
Francois Raillon. 1984. Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia 166-174. Jakarta: LP3ES, halaman 7980.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 25 3/26/10 7:20:58 PM
~ 26 ~
Hariman & Malari
Karmawan Burhan, Chris Siner Keytimu, Rachmat Witoelar, Wimar Witoelar, Sarwono
Kusumaatmadja, Erna Walinono, dan Arifn Panigoro. Juga tokoh-tokoh mahasiswa
yang lebih yunior, seperti Paulus Tamzil, Paskah Suzetta, Rulianto Hadinoto, Noke
Kirojan, dan Tjupriono Priatna (beberapa di antaranya berasal dari Studi Group
Mahasiswa Indonesia, yang anggotanya adalah ketuaketua dan pengurus dewan
mahasiswa di Bandung); kemudian dari kalangan intelektual ada namanama seperti
Dr. Midian Sirait, dr. M.M. Moeliono, Amartiwi Saleh, S.H., Ny. Otong Kosasih,
Djuchro Sumitradilaga. Ditambah lagi dengan Dedi Krishna, Alex Rumondor, Bonar
Siagian, Djoko Sudjatmiko, R.A.F. Mully, Bernard Mangunsong, Lili Asdjudiredja,
dan Sjahrir dari Jakarta.
12
Petisi Keadilan menyoal tiga pokok masalah yang menjadi titik tolak
kegagalan usaha mengadakan pembaruan guna memperbaiki tingkat hidup rakyat.
Pertama, dalam hal pengumpulan, pemanfaatan, dan pengawasan atas pendapatan
dan kekayaan negara, seperti minyak bumi dan sebagainya, dirasakan banyak
kepincangannya. Kekayaan berlimpahlimpah yang dinikmati sebagai hasil korupsi
segelintir oknum aparatur negara di satu pihak dan dimintanya pengorbanan lebih
banyak dari rakyat dengan antara lain menaikkan harga minyak bumi dan kurang
diperhatikannya kebutuhankebutuhan dunia pendidikan di lain pihak dengan jelas
memperlihatkan contoh kepincangankepincangan ini.
12
Rum Aly. 2004. Menyilang Jalan Kekuasaan Militer Otoriter: Gerakan Kritis Mahasiswa Bandung di Panggung Politik
Indonesia 170-174. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Hariman bersama rekan-rekan aktivis mahasiswa UI.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 26 3/26/10 7:21:00 PM
~ 27 ~
Kedua, masih dirasakan banyaknya, bahkan makin meningkatnya, penye
lewenganpenyelewengan dan pelanggaranpelanggaran hukum yang dilakukan
terutama oleh oknumoknum aparatur negara sendiri yang tidak ditindak secara
konsekuen telah menimbulkan rasa ketidakpercayaan di kalangan masyarakat akan
iktikad pemerintah untuk menegakkan kekuasaan hukum.
Ketiga, Pandangan hari depan perkembangan politik tidak memperlihatkan
kemungkinan perubahan ke arah peningkatan kesadaran berpolitik seluruh rakyat
dengan dipertahankannya pola kehidupan politik lama, seperti diperlihatkan dalam
UndangUndang Pemilihan Umum. Petisi ini ditujukan kepada Presiden Soeharto
sebagai pimpinan Orde Baru dan para pemimpin masyarakat lainnya.
Reaksi pejabat pemerintahan menjadi mengeras ketika mahasiswa mulai
menyebut namanama para jenderal yang berada di lingkaran Presiden Soeharto. Pada
tanggal 24 Januari 1970, Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
(Kopkamtib) Jakarta Raya melarang semua demonstrasi. Dan, tanggal 27 Januari,
para pimpinan pemrotes ditangkapi. Walaupun kelompokkelompok nonpermanen
(ad hoc) yang dibentuk beberapa minggu secara formal tetap ada untuk beberapa
lama, protes di jalanan sama sekali menghilang.
13
Untuk merespons tuntutan mahasiswa itu, tanggal 2 Februari, Presiden
Soeharto membentuk komisi khusus pemberantasan korupsi, yang kemudian dikenal
dengan nama Komisi Empat. Disebut begitu karena anggotanya terdiri dari empat
orang: diketuai Wilopo, S.H., dengan anggotaanggotanya I.J. Kasimo, Prof. Ir.
Herman Johannes, dan Anwar Tjokroaminoto. Adapun sebagai sekretaris komisi
ditunjuk Mayjen Sutopo Juwono. Untuk menambah bobot kredibilitas dan mendapat
kepercayaan publik diangkat pula mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Dr.
Mohammad Hatta, sebagai penasihat presiden sekaligus penasihat Komisi Empat. Tapi,
setelah cukup lama ditunggu, hasil Komisi Empat tiada kunjung keluar. Mahasiswa
pun menyebut Komisi Empat tak lebih dari macan ompong belaka. Selain diisi oleh
orang yang sudah berusia tua, juga tak memiliki taring untuk menggusur koruptor.
Barulah lima bulan berikutnya, yakni pada 30 Juni 1970, para tokoh yang
tergabung dalam Komisi Empat menyampaikan hasil kerja dan pertimbangan
pertimbangan kepada Presiden Soeharto. Selama lima bulan, korupsi semakin
meluas, ungkap Ketua Komisi Empat Wilopo, S.H. kepada pers sehari sesudahnya.
Komisi Empat menyampaikan tiga indikasi sebagai penyebab meluasnya korupsi:
faktor pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi; penyalahgunaan kesempatan
untuk memperkaya diri, dan; penyalahgunaan kekuasaan untuk memperkaya diri.
Pertamina, Bulog, dan sektor perkayuan banyak mendapat perhatian Komisi Empat.
Kepada presiden disampaikan notanota pertimbangan khusus mengenai instansi
instansi tersebut.
Menurut Wilopo, masalah Pertamina, Bulog dan Kehutanan merupakan
masalah yang meliputi uang bermiliarmiliar rupiah dan berjutajuta dolar Amerika
13
Max Lane. 2007. Bangsa yang Belum Selesai: Indonesia sebelum dan sesudah Soeharto. Jakarta: Reform Institute,
halaman 59.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 27 3/26/10 7:21:00 PM
~ 28 ~
Hariman & Malari
Serikat yang melewati tangan petugaspetugas. Hendaknya jangan sampai Pertamina
yang merupakan bikinan pemerintah itu menjadi monster yang tidak bisa dikendalikan
oleh administrasi negara, ujar Wilopo.
Tapi mahasiswa menyahut, Tanpa Komisi Empat dan tanpa perlu menunggu
lima bulan, kami pun sudah tahu itu. Hanya ucapan Mohammad Hatta yang
menyatakan korupsi di Indonesia telah membudaya yang mendapat sambutan luas
di masyarakat dan disepakati kebenarannya.
Aksiaksi mahasiswa pun kian meningkat. Selain Jakarta dan Bandung,
mahasiswa di Yogyakarta, Surabaya, Makassar, dan Medan ikut bergerak. Arief
Budiman yang memelopori Komite Anti Korupsi (KAK) merencanakan malam
tirakatan pada 15 Agustus 1970 di jalur hijau Jalan M.H. Thamrin. Tapi, rencana
itu dilarang oleh Panglima Kopkamtib Jenderal Soemitro. Larangan itu dilontarkan
Jenderal Soemitro seraya mengancam akan mengirim pasukan bila tirakatan tetap
dilaksanakan. Arief waktu itu tetap bersikeras, meskipun ada beberapa kawannya
yang agak gentar, sebab diperhitungkan akan terjadi bentrok.
Akhirnya, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin mencoba menengahi. Ia
menawarkan mahasiswa agar melaksanakan malam tirakatan di rumah masing
masing dan menjanjikan akan memadamkan lampu selama lima menit malam itu
di seluruh Jakarta. Dua hari sebelum tirakatan, KAK memutuskan menerima usul
Ali Sadikin tersebut. Namun, W.S. Rendrapenyair dari Yogyakartamerasa bukan
warga Jakarta dan bukan anggota KAK, sehingga mengaku tidak terikat dengan
keputusan KAK. Ia tetap datang ke Jalan M.H. Thamrin pada pukul 21.00, tanggal
15 Agustus 1970, bersama beberapa rekannya sesama seniman: Azwar A.N., Nashar,
Djuffri Tanissan, Goenawan Mohamad, Bur Rasuanto, Hutasoit, J.E. Siahaan, dan
ekonom muda Drs. Dorodjatun KuntjoroJakti. Mereka turun ke jalur hijau Jalan
M.H. Thamrin di depan Wisma Warta. Duduk dengan tenang di sana dalam suatu
lingkaran, kemudian berdoa, bertirakat.
Namun, tirakatan baru saja berlangsung kuranglebih setengah jam datang
tentara dan langsung menangkap mereka. Rendra digiring ke mobil petugas, diikuti
Azwar dan Hutasoit, lalu dibawa ke Komando Distrik Militer (Kodim) Jakarta Pusat
sebelum dibawa ke Staf Komando Garnisun (Skogar). Beberapa teman tirakatannya
dan eksponen KAK, juga Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Akbar
Tandjung, menyusul ke Skogar. Tapi, para pengunjung itu malah juga ikut diperiksa.
Mereka dibebaskan pada pukul 02.30, kecuali Akbar Tandjung dan Dorodjatun yang
masih diperlukan dan ikut diinapkan semalam bersama Rendra. Mereka baru
dibebaskan keesokan siangnya pukul 15.00 WIB.
14
Pada situasi seperti inilahketika mahasiswa terpanggil kembali mengoreksi
pemerintah dan masyarakatHariman berada di lingkup kampus. Pada era 1970an
ini mahasiswa masih memiliki kekuatan yang amat diperhitungkan oleh penguasa.
Maklum, Soeharto naik ke kursi kekuasaan di antaranya juga buah dari aliansi bersama
14
Ibid.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 28 3/26/10 7:21:00 PM
~ 29 ~
mahasiswa pada 1966. Di dunia kampus pun lazim berlangsung yang disebut sebagai
pemerintahan mahasiswa (student government). Kebijakan pemerintah yang dirasakan
bertentangan atau merugikan kepentingan rakyat akan dikoreksi dan dikritik habis.
Bila petisi tidak didengar, jalanan adalah lanjutan, begitulah slogan mereka.
*****
Hariman mulai terlibat secara intens dalam politik kampus ketika duduk di
tingkat tiga di FKUI. Ia masuk dewan perwakilan mahasiswa (DPM), sebagai anggota
legislatif dari fakultas kedokteran. Pada saat itu, mahasiswa umumnya terlibat dalam
suatu organisasi ekstrakampus. Ada yang berhimpun di HMI, Gerakan Mahasiswa
Nasionalis Indonesia (GMNI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI),
Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), dan lainlain. Di
luar itu biasanya disebut kelompok nonpartisan. Hariman termasuk yang non
partisan, termasuk minoritas di fakultas kedokteran karena ratarata mahasiswanya
anggota HMI, baru sedikit GMNI dan PMKRI, ujar Didi Siswapranata dari Fakultas
Psikologi UI. Di fakultas psikologi petanya justru kebalikan, hampir semua aktivis
adalah nonpartisan.
Di kalangan nonpartisan, Hariman termasuk yang dianggap sebagai pentolan.
Juga Amir Hamzah dan Salim Hutadjulu dari fakultas ilmuilmu sosial.
Lantas, kapan Hariman mulai tampil sebagai pemimpin mahasiswa? Pertama
kali saya lihat dia memimpin ketika kami study tour ke Pangandaran dan Palembang,
jawab Gurmilang. Tempattempat itu diusulkan oleh Gurmilang dan Amir Hamzah.
Sebetulnya ada unsur sekalian dalam usulan tempat itu. Baik Gurmilang maupun
Amir Hamzah berniat sekalian menengok kampungnya dalam wisata studi itu.
Gurmilang berasal dari Pangandaran, Jawa Barat, sedangkan Amir Hamzah dari
Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan. Sejak itu, Hariman mulai menunjukkan
leadership setiap kali ada kegiatan di kampus FKUI.
Secara umum, di masa itu, UI sesungguhnya memiliki arti penting bagi
gerakan mahasiswa di Jakarta dan karenanya bisa disebut seIndonesia. Kedudukan
Dewan Mahasiswa UI diperhitungkan betul oleh pemerintah. Tapi, Hariman melihat
tak banyak yang dilakukan Dewan Mahasiswa UI ketika dipimpin Hariadi Darmawan.
Dewan Mahasiswa UI baru mulai melawan pemerintah ketika posisi ketua umum
dipegang Yozar Azwar. Itu pun belum memainkan isuisu yang sentral. Misalnya baru
isu mengenai pendidikan kedokteran dan pendidikan sekolah.
15
Justru tokoh mahasiswa yang tidak terlibat di Dewan Mahasiswa UI seperti
Sjahrir dan beberapa aktivis lainnya yang memainkan tematema sentral. Sjahrir,
misalnya, aktif di KAK bersama Arief Budiman, yang selanjutnya mengusung tema
menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Dewan Mahasiswa UI
pada isu itu mengambil posisi netral, tidak mau terlibat dan tidak mau ikut berperan.
Pada awal tahun 1970an, Sjahrir dan 15 tokoh lainnya menghidupkan
15
Ibrahim Zakir dkk. Manuskrip tidak diterbitkan, tanpa keterangan judul dan angka tahun.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 29 3/26/10 7:21:01 PM
~ 3O ~
Hariman & Malari
kembali Grup Diskusi Universitas Indonesia (GDUI), yang telah berdiri sejak 1968.
GDUI memainkan peran penting dalam mengembangkan kebijakan gerakan protes.
Sebagai penasihat GDUI didapuk Billy Joedono, Dorojatun KuntjoroJakti, dan
Juwono Sudarsono. Akan halnya motor utamanya adalah Sjahrir sendiri.
16
Kegiatan
utama GDUI adalah diskusi, yang diselenggarakan hampir setiap minggu. Sejumlah
tokoh terkemukaantara lain Mohammad Hatta, Wilopo, dan Jenderal T.B.
Simatupangpernah berbicara dalam forum diskusi GDUI.
Selain itu ada juga semacam kuliah tentang masalahmasalah sosialpolitik
dan ekonomi. Materi kuliah tentang ekonomi, misalnya, diberikan oleh Dorodjatun,
falsafah oleh Billy Joedono, dan politik luar negeri oleh Juwono Sudarsono. Setiap
semester, GDUI rajin merekrut anggota baru. Di masa itu, GDUI bahkan sempat
memiliki anggota aktif sekitar 200 mahasiswa dari berbagai fakultas di UI.
Hariman sendiri baru masuk GDUI pertengahan tahun 1972. Ia menjadi
sekretaris angkatan di kelompok diskusi ini. Meski begitu, ia tergolong tak terlalu
sering ikut diskusi. Hanya saja, setiap datang, ia dipastikan meramaikan diskusi
diskusi yang digelar. Sjahrir ketika itu bercerita kepada saya bahwa ada seorang
mahasiswa baru, seorang tokoh yang penuh harapan: pintar dan berani. Mahasiswa
baru ini diyakini dapat mewujudkan niat Sjahrir mengambil alih kepemimpinan
mahasiswa UI dari dominasi Hariadi Darmawan dkk., yang berasal dari HMI, tutur
Rahman Tolleng.
Kesan yang sama tentang Hariman juga diungkapkan Dorodjatun Kuntjoro
Jakti, yang kala itu masih seorang dosen muda UI sekaligus penasehat GDUI. Kalau
dilihat dari kemampuannya membangkitkan semangat dengan kemampuan oratornya,
Hariman sulit ditandingi anakanak GDUI lainnya. Bahkan, Sjahrir sekalipun enggak
bisa menandinginya. Menurut saya, sangatlah penting peran seorang orator di GDUI,
terutama untuk menghadapi massa. Hariman juga tidak mudah gentar, dia sangat
berani. Mungkin ini salah satu ciri generasi Hariman, enggak ada takutnya, kata
Dorodjatun.
Pada perjalanannya, keberadaan GDUI memang memberikan warna lain
bagi UI yang organisasi mahasiswa intrakampusnya saat itu didominasi para aktivis
HMI. Penguasaan HMI itu antara lain dengan terusmenerus memegang kursi Ketua
Umum Dewan Mahasiswa UI. Saat itu, Hariman juga telah menduduki kursi Ketua
Senat Mahasiswa FKUI. Ia terpilih pada tahun 1971. Dalam pemilihan Ketua Senat
FKUI itu, Hariman berhadapan dengan Fahmi Alatas (wakil dari HMI). Pada masa
kampanye pemilihan, Hariman yang sehariharinya mengendarai Morris Cooper Mini
digambarkan dengan mobilnya itu melewati Fahmi Alatas yang dilukis mengenderai
unta. Kemenangan Hariman ini menjadi tonggak penting bagi mahasiswa non
partisan di UI, ujar Didi Siswapranata.
Sejak itu, Hariman lebih lincah dalam melakukan manuvermanuver yang
bernuansa politis. Fisiknya memang kuat dan mobilitasnya tinggi, sehingga ia tak
16
Saat itu Sjahrir telah menjadi asisten dosen Prof. Sarbini Soemawinata untuk mata kuliah strategi pembangunan.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 30 3/26/10 7:21:01 PM
~ 31 ~
pernah lelah untuk sibuk dengan GDUI dan tetap konsentrasi dengan kuliah, kata
Gurmilang.
Hariman pun mulai berinteraksi dengan orangorang di luar kampus. Sebagai
pengurus organisasi kampus di UI, ia mulai bersinggungan dengan sejumlah elite
politik. Salah satunya saat rapat Ikatan Mahasiswa UI medio 1972 di Mega Mendung,
Bogor, Jawa Barat. Beberapa elite politik turut hadir, seperti Ali Moertopo, Liem Bian
Koen (Sofyan Wanandi), dan Marie Muhammad. Hariman mulai melihat betapa
dominannya peran Ali Moertopo dalam pemerintah.
Dalam pertemuan itu, Ali Moertopo mengingatkan tentang peran mahasiswa
Angkatan 66 sebagai titik tolak perubahan Indonesia. Ali Moertopo menginginkan
persatuan di antara Angkatan 66. Pada kenyataannya, keinginan Ali Moertopo itu
tidaklah sederhana. Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) yang ia bentuk
kemudian untuk maksud penyatuan ini justru dianggap sebagai upaya pengendalian.
Pada awal 1970an itu Soeharto bersama Ali Moertopo memang mulai giat
menjalankan politik pewadahtunggalan bagi kelompokkelompok dan profesi
masyarakat: pemuda, wartawan, pegawai negeri, hingga istri pegawai negeri dan
militer. Untuk mahasiswa, Ali Moertopo telah menyiapkan satu wadah tunggal:
National Union Student (NUS). Anggota NUS diharapkan berasal dari dewandewan
mahasiswa universitas seIndonesia. Tugas mewujudkan NUS diserahkan terutama
kepada salah seorang kepercayaan Ali Moertopo: Dr. Midian Sirait. Ia adalah orang
Golkar yang sebelumnya aktivis dan memiliki jaringan cukup kuat di Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen Dikti
Depdikbud).
Strategi kemudian disusun. Kelompok Operasi Khusus (Opsus) merasa rencana
sudah cukup matang untuk menjalankan konsep NUS. Pemimpin NUS kelak adalah
mahasiswa yang bakal menjadi pemimpin pemuda Indonesia. Ada dua nama yang
digadanggadang Opsus: Bambang Warih Kusumah (yang berasal dari Bandung)
dan Hariman Siregar. Pemimpin NUS kelak akan dijadikan kakitangan Opsus untuk
mengendalikan mahasiswa.
Tetapi, kandidat paling kuat jatuh pada Hariman. Menurut Gurmilang,
Dr. Midian Sirait turut berperan dalam pemilihan Hariman sebagai pemimpin
kaum muda itu. Pilihan terhadap Hariman lebih karena kemampuannya dalam
berkomunikasi, personal approachnya yang bagus, dan mobilitas Hariman yang
sangat tinggi, kata Gurmilang.
Selanjutnya, kedekatan dengan Ali Moertopo membuat Hariman bisa diterima
kelompok Centre for Strategic and International Studies (CSIS), lembaga studi yang
dibentuk Ali Moertopo dan Sudjono Hoemardhani bersama sejumlah akademisi. Ia
mulai sering terlihat mondarmandir di kantor CSIS di Jalan Tanah Abang III, Jakarta.
Bahkan, ia kemudian dianggap sebagai salah satu anak emas Tanah Abang III.
Kemampuan Hariman bergaul membuat ia bisa diterima di berbagai kelompok,
baik kawan maupun lawan Opsus. Kecerdasannya juga menjadi modal kuat untuk
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 31 3/26/10 7:21:02 PM
~ 32 ~
Hariman & Malari
Hariman saat memimpin pertemuan Ikatan Mahasiswa Profesi di Puncak Bogor (1973).
Disebelah kirinya Marzuki Darusman.
Hariman saat memimpin pertemuan Ikatan Mahasiswa Profesi di Puncak Bogor (1973).
Disebelahnya Prof. Dr. Kusnadi Harjasumantri.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 32 3/26/10 7:21:14 PM
~ 33 ~
kelak menjadi tokoh mahasiswa. Istilahnya, mendapatkan Hariman bagaikan men
dapat berlian yang siap diasah.
Tapi, jalan pembentukan NUS tidak mulus. HMI menentang keras gagasan
tersebut. Wakil dari HMI, Awad Bahasoan, pada sidang pembentukan NUS di Istana
Bogor beranggapan pewadahtunggalan hanya akan membuat mahasiswa tidak bisa
lagi kritis. Menurut hemat Hariman, penolakan terhadap NUS sangat masuk akal. Ia
sendiri bukan bagian dari orang yang setuju dengan politik korporatisme yang bersifat
mengendalikan. Tapi, kedekatan yang tengah digalang dengan kelompok kekuasaan
ini merupakan babak yang harus dilewati hingga nanti memiliki barisan sendiri yang
lebih kuat.
Ali Moertopo pun mulai membuat pola baru. Ia ingin agar mahasiswa di
ikat dalam organisasi berdasar keilmuan dan lebih berkutat di masalahmasalah
disiplin ilmu masingmasing. Hariman tetap diplot menjadi tokoh sentral. Ia terbang
ke Makassar bersama Judilherry Justam, yang berasal dari HMI. Di sana mereka
hadir dalam Kongres Ikatan Mahasiswa Kedokteran Indonesia (IMKI). Ini juga
kepentingan Ali Moertopo, kata Judilherry. Saat itu, nama Hariman dan Judilherry
merupakan kandidat kuat pimpinan IMKI.
Salah satu keputusan IMKI waktu itu adalah membuat sekretariat bersama.
Untuk itu perlu dipilih seorang sekretaris jenderal (sekjen). Dalam pemilihan, Hariman
bersaing ketat dengan Judilherry. Hasil pemilihan berakhir dengan angka seri: 6
lawan 6. Sebetulnya peserta kongres terdiri dari 13 perwakilan fakultas kedokteran
seIndonesia, namun UI memutuskan abstain dalam pemungutan suara karena kedua
kandidat sekjen samasama berasal dari UI.
Sesampainya di Jakarta, tercapai kesepakatan antara Hariman dan Judilherrry.
Judil mundur dari pemilihan kandidat Sekjen IMKI dan, sebagai konsesinya, dia
menggantikan saya sebagai Ketua Senat FKUI, kata Hariman. Memang, Judilherry
kemudian mengumumkan mengundurkan diri sehingga tak diperlukan pemilihan
ulang. Maka, jadilah Hariman Siregar sebagai Sekjen IMKI. IMKI dan ikatan
mahasiswa profesi lainnya ini memang dirancang untuk mewadahtunggalkan
mahasiswa, tutur Gurmilang. Maksudnya, gagal masuk lewat penyatuan dewan
dewan mahasiswa, Ali Moertopo mencoba untuk menyatukan mahasiswa lewat
organisasi formal lain yang ia bentuk. Kelak, demikian rancangan Ali, ikatanikatan
mahasiswa profesi itu akan berkumpul dan didorong melakukan unifkasi serupa
NUS yang telah gagal. Tapi, rencana merebut UI dari dominasi HMI dan organisasi
ekstrakampus tetap digalang.
Pertengahan 1973, salah satu agenda penting mahasiswa UI adalah pemilihan
Ketua Dewan Mahasiswa UI. Hariman pun berkeinginan maju sebagai salah satu
kandidat. Menjadi Ketua Dewan Mahasiswa UI di masa itu, dalam perhitungan
Hariman, sebenarnya usaha yang cukup sulit. Sejarahnya, Ketua Dewan Mahasiswa
UI harus memiliki basis organisasi mahasiswa ekstrakampus, seperti HMI, GMNI,
atau PMKRI. Akan halnya Hariman tak terlibat dalam organisasiorganisasi tersebut.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 33 3/26/10 7:21:15 PM
~ 34 ~
Hariman & Malari
Ia hanya tercatat ikut dalam GDUI. Dan di dalam GDUI sendiri mulanya agak ragu.
Bahkan Sjahrir, motor utama GDUI, waktu itu sempat menyampaikan keraguan
Hariman bakal terpilih sebagai Ketua Dewan Mahasiswa UI.
17
Tapi, bukan Hariman namanya kalau mundur begitu saja. Tantangan berat
justru membuat dirinya bersemangat untuk mengatasinya. Ia pun mulai mengatur
strategi dan melakukan pendekatan terhadap anggota Majelis Perwakilan Mahasiswa
(MPM) UI. Pelan tapi pasti, simpati mulai berdatangan. Orang tertarik kepada
Hariman karena pendekatan kemanusiaannya. Personal approachnya tinggi, kata
Salim Hutadjulu, yang saat itu menjabat Ketua Senat FISIP UI. Aktivis mahasiswa
fakultas sastra, yang mayoritas merupakan mahasiswa independen, juga menyatakan
dukungan. Begitu pula beberapa organisasi mahasiswa profesi yang berada di UI,
seperti Mahasiswa Pencinta Alam.
Rekam jejak sebagai anggota DPM, Ketua Senat Mahasiswa FKUI, dan
Sekjen IMKI turut mendongkrak ketokohan Hariman sebagai kandidat Ketua Dewan
Mahasiswa UI. Saingan utama Hariman sebagai kandidat Ketua Dewan Mahasiswa
UI adalah Ismeth Abdullah, yang diusung oleh HMI.
Di atas kertas, kemenangan sudah hampir pasti diperoleh Ismeth Abdullah.
HMI memiliki 25 suara di MPM, sisa suara diperebutkan oleh Hariman dan kandidat
lain. Saya sendiri mulanya mencalonkan diri, kata Gurmilang. Ia dan beberapa calon
lain mengundurkan diri guna mendukung Hariman. Hingga akhirnya menjelang hari
pemilihan Ketua Dewan Mahasiswa UI tinggal tiga kandidat yang siap bertarung:
Hariman, Ismeth Abdullah, dan Theo L. Sambuaga yang diusung GMNI. Melihat peta
suara, posisi Theo karenanya menjadi penentu, bahkan bagi HMI bila ingin menang
telak dalam pemilihan.
Akbar Tandjung, yang kala itu menjadi Ketua Umum Pengurus Besar HMI,
mengatakan sebetulnya HMI UI telah melakukan kesepakatan koalisi dengan GMNI.
Kami meminta GMNI mendukung calon kami, Ismeth Abdullah, ujarnya. Dengan
menang telak, HMI bakal menancapkan dominasinya di UI.
Ketika itu, Theo L. Sambuaga sempat memberi sinyalemen akan mengalihkan
suara GMNI ke HMI. Ia dijanjikan menjadi sekjen Dewan Mahasiswa UI bila kelak
Ismeth Abdullaj menjadi ketuanya. Di kubu Hariman, berbagai manuver pun dilakukan
dengan intensif. Pendekatan personal dilakukan satu per satu terhadap para anggota
MPM UI. Gurmilang, misalnya, mendekati kerabat di fakultas psikologi dan duduk
di MPM. Pendekatan itu sukses.
Namun, tetap saja di atas kertas suara untuk Hariman belum cukup. Lantas,
Theo Sambuaga yang menjadi memiliki posisi kunci juga dilobi secara intensif. Dari
kelompok Hariman yang didukung GDUI datang melobi saya. Begitu juga dari HMI.
Prosesnya cukup panjang, sampai berbulanbulan. Lobi sanasini dan kampanye.
Tapi, tidak ada unsur uang. Pada akhirnya, saya dan temanteman GMNI bergabung
mendukung Hariman, kenang Theo Sambuaga.
17
Ibrahim Zakir. Loc Cit.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 34 3/26/10 7:21:15 PM
~ 35 ~
Hitung punya hitung, seandainya GMNI sepakat mengalihkan suaranya ke
Hariman, pertarungan HMI versus nonHMI akan menghasilkan suara berimbang
25:25. Peta suara di MPM yang cukup berimbang ini membuat tegang suasana
menjelang pemilihan. Selain dukungan dari GMNI yang memiliki jatah empat suara,
Hariman sudah mengantongi dukungan 21 suara dari PMKRI, GDUI, perwakilan
fakultas nonpartisan, dan small group UI. Yang disebut terakhir ini adalah kelompok
Opsus di UI yang dibina oleh Letkol Utomo, ajudan Ali Moertopo. Kelompok ini
bermarkas di sebuah rumah di belakang Apotek Tunggal, yang letaknya persis
berseberangan dengan kampus UI di Jalan Salemba Raya. Sampai menjelang hari
pemilihan, suara Theo masih ke HMI sebetulnya, ujar Judilherry Justam yang kala
itu menjadi Ketua HMI UI.
Pendekatan yang dilakukan atas saran Akbar Tandjung adalah pembentukan
koalisi Islamnasionalis. Memang dari awal ada beberapa teman di HMI yang ragu
akan komitmen Theo, tapi saya kala itu percaya betul sama dia, kata Akbar.
Faktanya, saat pemilihan, Theo dan GMNI mengalihkan suara kepada
Hariman. Mengapa bisa begitu? Sewaktu kampanye, Hariman bilang: Selama ini
HMI terus, sekalikali gantian dong. Saya kira dia benar dan kami memang ingin
lihat ada perubahan, tutur Theo L. Sambuaga tentang perubahan sikapnya. Dalam
pemilihan itu, Theo tetap maju menjadi kandidat, namun ia sudah menginstruksikan
semua suara GMNI diberikan ke Hariman.
Nah, saat penghitungan suara, perolehan suara Hariman dan Ismeth berkejaran.
Hasil akhir pemilihan mengejutkan semua pihak. Hariman unggul tipis, 26 lawan 24, dari
Ismeth. Dari mana satu suara untuk Hariman? Rupanya ada anak HMI yang membelot,
kata Gurmilang sambil terkekeh mengingat masa itu. Anggota HMI dari fakultas hukum
itu bermarga Hasibuan. Kepada Gurmilang dan kawankawan, ia mengungkapkan
alasannya mendukung Hariman: Aku ini memang anggota HMI, tapi orang Batak. Jadi,
aku pilih si Hariman. Agaknya ini teknik pendekatan lain dari Hariman. Ia berhasil
memainkan sentimen latar belakang kesukuan di anggota MPM.
Kemenangan Hariman tentu cukup mengejutkan kalangan HMI. Tak lama
beredar rumor bahwa kemenangan Hariman itu tak lepas dari campurtangan orang
orang Opsus. Benar begitu? Hariman sendiri tak mengelak bahwa ia didukung
oleh kelompok Ali Moertopo untuk merebut kursi Ketua Dewan Mahasiswa UI.
Pendukung saya sebenarnya, ya, GMNI, PMKRI, GDUI, dan Pak Ali Moertopo,
kata Hariman.
18
Tapi, itu tak berarti Hariman bisa didikte begitu saja oleh Ali Moertopo dan
orangorang Opsus. Terbukti kemudian, hanya beberapa hari setelah dilantik sebagai
Ketua Dewan Mahasiswa UI, Hariman mulai menunjukkan jatidirinya. Ia, misalnya,
mengangkat sejumlah aktivis HMI menduduki posisi penting dalam kabinet Dewan
Mahasiswa UI.
18
Malari: Apa yang Terjadi?, Tempo edisi 48/XXI 25 Januari 1992.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 35 3/26/10 7:21:16 PM
~ 36 ~
Hariman & Malari
Hariman juga menjadikan GDUI sebagai dapur Dewan Mahasiswa UI.
GDUI mengolah isuisu, mempertajam masalah, dan menggariskan sikap yang akan
dilemparkan, khususnya kepada dunia kampus. Adapun pelaksana utama gerakan di
lapangan adalah Dewan Mahasiswa UI. e
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 36 3/26/10 7:21:16 PM
~ 37 ~
ak lama setelah terpilih sebagai Ketua
Dewan Mahasiswa UI, Hariman Siregar dilantik
oleh pihak Rektorat UI. Saat itu, ia masih tercatat
sebagai anggota Golkar. Menjelang pelantikan, ia
menyatakan mengundurkan diri dari keanggotaan
Golkar.
1
Saya dipilih oleh mahasiswa, bukan oleh
Golkar, kata Hariman.
Pelantikan pengurus Dewan Mahasiswa UI dilakukan Penjabat Rektor UI,
Prof. Dr. R. Slamet Iman Santoso, awal Agustus 1973, yang mengggantikan sementara
Prof. Soemantri Brodjonegoro yang sedang sakit keras. Baru sebulan kemudian Prof.
Soemantri menominasikan calon tunggal untuk rektor defnitive, yaitu Prof. Mahar
Mardjono. Kurang dari sebulan setelah pelantikan itu pula Dewan Mahasiswa UI
langsung sibuk dengan berbagai aktivitas protes terhadap Orde Baru.
Saat penyusunan kabinet Dewan Mahasiswa UI, Hariman mulai menunjukkan
independensinya. Ia memilih Judilherry Justam, Ketua Komisariat HMI UI, sebagai
Sekjen Dewan Mahasiswa UI. Padahal, orangorang Opsus sebelumnya sudah wanti
wanti agar Hariman tidak melibatkan aktivis HMI. Garagara Hariman memilih Judil
sebagai sekjen, bukan aktivis binaan Opsus, para petinggi Opsus marah besar, tutur
Gurmilang Kartasasmita. Gurmilang sendiri kemudian ditunjuk sebagai wakil ketua
II dan Theo Sambuaga menjadi wakil ketua I. Beberapa anggota aktif GDUI juga
ditunjuk Hariman dalam kabinetnya, antara lain Darmin Nasution yang menduduki
posisi Ketua Departemen Pendidikan Dewan Mahasiswa UI.
Judilherry sendiri menilai keputusan Hariman memilih dirinya sebagai hal
yang sangat strategis. Menurut saya, waktu itu Hariman telah menemukan dirinya
sendiri, kata Judilherry Justam, atau mungkin bagi Hariman, Opsus waktu itu hanya
sekutu taktis saja.
1
C. Van Dijk. 2000. Pengadilan Hariman Siregar. Jakarta: TePLOK PRESS.
Jalan
Menuju Malari
T
E p i s o d E 3
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 37 3/26/10 7:21:16 PM
~ 38 ~
Hariman & Malari
Pendapat Judilherry diamini oleh mantan Ketua Umum Pengurus Besar HMI
kurun waktu itu, Akbar Tandjung. Menurut dia, Hariman adalah orang yang tidak
bisa dikendalikan. Seusai terpilih menjadi Ketua DMUI, ia segera menggunakan
posisinya itu untuk memimpin gerakan mahasiswa menentang penguasa.
Mantan Panglima Kopkamtib Jenderal Soemitro punya cerita sendiri. Suatu
malam tak lama setelah dilantik sebagai Ketua Dewan Mahasiswa UI, kata Soemitro,
Hariman datang ke kantor Kopkamtib bersama semua pengurus Dewan Mahasiswa
UI. Saat itu, Soemitro ditemani wakilnya, Laksamana Sudomo.
Kedatangan mahasiswamahasiswa itu mengenalkan diri dan melapor sebagai
pengurus Dewan Mahasiswa UI yang baru. Tapi dalam laporannya Hariman me
nutup dengan ucapan yang saya anggap aneh, tulis Soemitro dalam memoarnya.
Ucapan yang dianggap aneh itu ialah Kami ada hubungan dengan Tanah Abang
III.
2
Maksudnya adalah kantor CSIS, organisasi think thank yang didirikan oleh
tokohtokoh Opsus. Tapi kelak waktu bergulir Hariman berubah 180 derajat, imbuh
Soemitro.
Hariman mengaku sengaja memilih Judilherry sebagai Sekjen Dewan Ma
hasiswa UI demi menjalankan misi besar: konsolidasi gerakan mahasiswa Indonesia.
Untuk itu, ia merangkul HMI yang notabene saat itu masih memiliki pengaruh besar
di kampuskampus di seluruh Tanah Air. Setelah saya terpilih menjadi Ketua DMUI
pada Agustus 1973, kami memutuskan menjadikan DMUI sebagai lembaga sentral
untuk mempersatukan semua potensi aksi yang ada di masyarakat. Saya berusaha
memperkuatnya. Susunan pengurus harian DMUI, saya isi dengan mahasiswa UI
yang juga merangkap menjadi aktivis dari berbagai organisasi ekstraHMI, GMNI,
PMKRI, GMKIsehingga DMUI memiliki akses ke organisasi mereka, ungkap
Hariman.
Mengapa konsolidasi gerakan mahasiswa menjadi penting? Sebagaimana
diketahui, terhadap kebangkrutan ekonomi orde sebelumnya, Orde Baru menganut
politik pembangunan yang mengutamakan strategi pertumbuhan ekonomi. Dalam
pelaksanaannya, strategi ini membutuhkan injeksi modal yang besar untuk investasi,
yang sulit dipenuhi dari dalam negeri. Karenanya, terbitlah UU No. 1/1967 tentang
Penanaman Modal Asing (PMA).
PMA bersedia masuk jika ada jaminan stabilitas politik. Maka dilakukanlah
stabilisasi bidang politik, antara lain dengan mengintegrasikan struktur komando
ABRI, agar tidak terjadi lagi persaingan antarangkatan; menciptakan monoloyalitas
pegawai negeri sipil melalui Korps Pegawai Republik Indonesia (Permendagri No.
12/1969 dan PP No. 6/1970), sehingga birokrasi sipil tidak menjadi ajang perebutan
pengaruh partaipolitik lagi. Kemudian, atas nama konsensus nasional, dibakukan
dalam UU No. 16/1969, diadakan sistem pengangkatan (pembagian jatah kursi bagi
ABRI di DPR/MPR) guna mengimbangi peran politisi sipil.
2
Heru Cahyono. 1998. Pangkopkamtib Jenderal Soemitro dan Peristiwa 15 Januari 74.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 38 3/26/10 7:21:17 PM
~ 39 ~
Dalam suasana keberhasilan berbagai upaya konsolidasi seperti itulahyang
sesungguhnya merupakan upaya sistematis menuju sentralisasi kekuasaanRencana
Pembangunan Lima Tahun (Repelita) I dilaksanakan. Kalangan teknokrat (yang
tergabung dalam Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Bappenas) menyusun
rencana dan birokrasi sipil bertugas melaksanakan rencana yang disetujui presiden.
Dalam tempo yang relatif singkat, dilihat dari makro ekonomi di atas kertas,
terlihat prestasi yang mengesankan. Infasi dapat ditekan, situasi moneter terkendali,
dan laju pertumbuhan ekonomi meninggi. Namun, menurut Dorodjatun Kuntjoro
Jakti, 80 persen biaya investasi pembangunan justru datang dari utang luar negeri.
3
Keadaan utang luar negeri hingga akhir 1973 dari Intergovernmental Group on
Indonesia (IGGI) saja mencapai US$2,73 miliar. Ini tidak mainmain, mengingat
Orde Baru baru berusia tujuh tahun, tapi sudah membukukan utang sebegitu besar.
Akibatnya sangat mahal, masyarakat kecil menjadi lebih berat kehidupannya.
4
Ini terjadi, selain karena aspek pemerataan memang kurang mendapat
perhatian, juga akibat adanya arogansi sektoral yang menimbulkan ketimpangan
antarsektor dalam pembangunan. Muncul pula ekses lain: merajalelanya korupsi,
antara lain di Pertamina, Bulog, serta PT Berdikari; dan mislokasi keuangan negara
seperti dalam proyek TMII.
5
3
Dikutip dari Eep Saefulloh Fatah. 2010. Konfik, Manipulasi dan Kebangkrutan Orde Baru: Manajemen Konfik Malari,
Petisi 50, dan Tanjung Priok. Jakarta: Burung Merak Press.
4
Lihat Donald Hindley. 1971. Indonesia 1970, dalam Asian Survey, Februari, halaman 115. Juga Ingrid Palmer. 1978.
The Indonesian Economy since 1965: A Case Study of Political Economy. London: Frank Cass, Ltd., halaman 196.
5
Lihat Hariman Siregar. 1995. Gerakan Mahasiswa 1970an, makalah pengantar diskusi dalam pertemuan
Mengembangkan Wawasan Ke2 yang diselenggarakan oleh mahasiswa Indonesia di Kanada dan Amerika Serikat di
MadisonWisconsin, Amerika Serikat, 4 Juni 1995.
Hariman saat memimpin rapat Dewan Mahasiswa UI.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 39 3/26/10 7:21:18 PM
~ 4O ~
Hariman & Malari
Menyaksikan dan mendengar berbagai permasalahan tersebut, Hariman
dan aktivis mahasiswa lain yang dapat merasakan apa yang sedang terjadi saat itu
menjadi tergugah untuk bergerak. Karenanya, saya dapat memahami jika kemudian
banyak reaksi yang muncul dari kalangan pemuda dan mahasiswa ketika itu: ada aksi
Mahasiswa Menggugat, Aksi Pelajar 70, Komite Anti Korupsi, Bandung Bergerak,
Komite Anti Kelaparan, Anti TMII, dan sebagainya. Aksiaksi semacam ini lebih
didorong oleh keprihatinan yang mendalam atas rasa keadilan dan keberpihakan
kepada rakyat banyak. Inilah salah satu yang membedakannya dengan gerakan
mahasiswa 19651966, yang lebih berdasarkan perasaan antikomunis dan Sukarno,
tutur Hariman.
6
Boleh dikata, sepanjang awal tahun 1970an itu hampir tiada hari tanpa aksi. Ha
nya saja yang menjadi tandatanya di benak Hariman: mengapa efek dari berbagai aksi
itu tidak pernah meluas. Setelah mendiskusikan soal itu, para aktivis mahasiswa tiba
pada kesimpulan: penyebabnya adalah, selain tidak adanya isu sentral yang konkret
seperti Tritura, juga tidak ada lembaga yang mampu mempersatukan berbagai potensi
aksi setelah bubarnya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI).
Sebuah diskusi bertema 28 Tahun Kemerdekaan Indonesia kemudian digelar
GDUI pada 1316 Agustus 1973. Pembicaranya adalah Soebadio Sastrosatomo,
Sjafruddin Prawiranegara, Ali Sastroamidjojo, dan T.B. Simatupang. Beberapa ke
simpulan dari diskusi ini menyatakan: 1) perlunya praktik politik dan serangkaian
tindakan untuk menyelesaikan masalah dan bukan sekadar diskusidiskusi; 2) di
kalangan generasi muda dan tua masih terdapat perbedaan gambaran mengenai
struktur politik serta lebih banyak kondisi obyektif dihadapi dalam merumuskan
strategi bersama bagi generasi muda; 3) ada dua pandangan dalam melihat praktik
kekuasaan, yaitu perlu bergerak di luar pemerintahan atau mengubahnya dari dalam.
Hariman menggarisbawahi kesimpulan perlunya serangkaian tindakan untuk
menyelesaikan masalah: suatu aksi yang terencana dan melibatkan massa. Menurut
Jusman Syafi Djamal, yang baru menjadi mahasiswa di ITB pasca-Malari, prinsip
Hariman menjadi aktivis memang aksi bagi rakyat. Ia bilang kepada saya dalam
suatu perjalanan dari Bandung ke Jakarta: menjadi aktivis itu nyemplung saja dulu,
pemahaman dan teori akan muncul dari pengalaman bersentuhan dengan rakyat,
kenang Jusman.
Setelah kabinet Dewan Mahasiswa UI terbentuk, Hariman menjalin kontak
dengan berbagai pihak, baik ke sesama dewan mahasiswa dari perguruanperguruan
tinggi lain maupun ke unsurunsur nonkampus, terutama dengan kalangan buruh
dan kelompokkelompok marginal perkotaan lainnya. Banyak informasi yang
berisi keluhan mengenai berbagai masalah kemasyarakatan yang diterima Dewan
Mahasiswa UI dari kalangan rakyat kecil itu.
Sosialisasi gagasan mengenai perlunya mempersoalkan strategi pertumbuhan
ekonomi yang bergantung pada modal asing dan melupakan aspek pemerataan
6
Ibid.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 40 3/26/10 7:21:18 PM
~ 41 ~
mendapat sambutan yang baik. Banyak mantan aktivis 1966entah karena kesadaran
(umpamanya: barisan Golongan Putih, Golput) ataupun hanya di dorong rasa kecewa
karena tidak mendapat jatah dalam refreshing DPRGR (1967) atau yang mendapat
jatah tapi kemudian tersingkir ketika ada refreshing lagi tahun 1968ikut mendukung
gagasan kritis tersebut.
*****
Gelombang demonstrasi menentang pembangunan TMII menyurut pada
1973. Dua isu besar muncul sebagai tema utama aksi jalanan pada bulanbulan akhir
1973: antiRUU Perkawinan dan antimodal asing. Yang pertama terutama digalang
oleh organisasiorganisasi massa Islam, menentang rancangan undangundang yang
diajukan pemerintah ke DPR pada 31 Juli 1973. Akan halnya isu tentang dominasi
modal asing di Indonesia merebak dari komitekomite mahasiswa, aktivis antikorupsi
(sebagian dimotori eks mahasiswa Angkatan 1966), grupgrup diskusi kampus, hingga
kemudian diusung oleh lembaga formal mahasiswa: dewan mahasiswa.
Bulan Oktober 1973 bertepatan dengan Ramadan dalam kalender Hijriah.
Artinya, siang hari kebanyakan umat Islam menjalankan ibadah puasa. Idul Fitri akan
tiba bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober. Padahal, Dewan
Mahasiswa UI berencana menggunakan momentum Hari Sumpah Pemuda untuk
menyampaikan sikap mahasiswa mengenai situasi politik dan ekonomi nasional.
Karena Hari Sumpah Pemuda bertepatan dengan Lebaran, kami mempercepat
aksi menjadi tanggal 24 Oktober, kata Theo L. Sambuaga, Wakil Ketua Dewan
Mahasiswa UI kala itu.
Kegiatan dimulai dengan diskusi yang mengundang generasi dari berbagai
angkatan: Angkatan 1928, Angkatan 1945, dan Angkatan 1966. Diskusi tersebut
berlangsung di Student Centre UI. Diskusi malam hari itu dihadiri juga oleh Bung
Tomo yang datang dengan sarung dan peci, karena malam itu ia baru pulang dari salat
tarawih.
Adapun pembicara dalam diskusi penting itu adalah Sudiro (mantan Walikota
Jakarta, mewakili Angkatan 1928), Menteri Luar Negeri Adam Malik dan B.M. Diah
(mewakili Angkatan 1945), Cosmas Batubara (mewakili Angkatan 1966), dan Ketua
Dewan Mahasiswa UI Hariman Siregar. Pembicara lainnya ialah Emil Salim dan Frans
Seda. Isuisu yang disinggung antara lain tentang generasi muda vs. generasi tua,
pembangunan yang tidak merata, dan Dwifungsi ABRI. Tampil sebagai moderator
adalah Theo L. Sambuaga.
Pada diskusi itu, Hariman menyatakan bahwa pembinaan terhadap generasi
muda merupakan penghinaan terhadap kaum muda. Adanya ganja, seks bebas, dan
kenakalan pemuda lainnya tidak boleh dijadikan alasan dilakukannya pembinaan
itu melalui organisasiorganisasi yang dibentuk oleh prakarsa pemerintah. Maka,
menurut dia, Diperlukan gerakangerakan mahasiswa yang tidak terlibat dengan
lembagalembaga yang dibirokrasikan seperti sekarang.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 41 3/26/10 7:21:19 PM
~ 42 ~
Hariman & Malari
Sudiro, yang mewakili Angkatan 1928, menunjukkan kalangan tua tidak
melihat adanya jurang antargenerasi: Generasi muda selalu terlibat dalam masa
kini bangsanya, sebab generasi muda antisesuatu yang rutin. Pernyataan Sudiro
itu disimpulkan B.M. Diah sebagai pekerjaan bagi generasi muda. Katanya, generasi
mudalah yang menentukan masa kini, bukan generasi tua.
Wakil dari Angkatan 1966 yang sudah duduk dalam kekuasaan Orde Baru,
Cosmas Batubara, mengungkapkan sebaliknya. Menurut dia, kondisi serta kestabilan
politik telah mendukung persiapanpersiapan bagi generasi muda untuk mengambil
alih kepemimpinan nasional. Tidak perlu mempertentangkan kedua generasi, juga tak
perlu menentang Dwifungsi ABRI. Menjawab pertanyaan mengenai perannya dalam
kekuasaan, Cosmas berujar bahwa ada saatnya kita ikut memengaruhi perumusan
kebijakan. Demonstrasi saja tidak menyelesaikan masalah. Ngomong lebih mudah
daripada berbuat, kata Cosmas.
7
Kepada Hariman, Cosmas saat itu sempat mewantiwanti, Man, hatihati
kalau bikin demonstrasi. Sekarang suasananya berbeda. Menurut Cosmas, mahasiswa
saat itu tidak lagi homogen seperti pada tahun 1966. Begitu juga sistem politik, telah
betulbetul berubah, militer memiliki peran besar dalam politik.
Ah, Bang, jangan takut. Saya bisa kendalikan mahasiswa, jawab Hariman.
Usai diskusi, acara berlanjut dengan ziarah ke Taman Makam Pahlawan
Kalibata. Di sini, sebuah petisi yang kemudian dikenal dengan nama Petisi 24 Oktober
1973 dibacakan
8
:
Kami, Pemudapemudi Indonesia, milik dan pemilik nusa dan bangsa tercinta,
dari tempat terbaringnya kusumakusuma bangsa yang telah memberikan milik mereka
yang paling berharga bagi kemerdekaan dan kekayaan bangsa Indonesia menyatakan
kecemasan kami atas kecenderungan keadaan ini yang menjurus pada keadaan yang
makin jauh dari apa yang menjadi harapan dan citacita seluruh bangsa.
Bahwa dengan kesadaran penuh akan tanggung jawab di hari depan, yang
keadaannya akan sangat ditentukan oleh masa kini, di mana kami, sebahagian
daripadanya, merasa berkewajiban mengingatkan pemerintah, militer, intelektuil/
teknokrat, politisi untuk halhal sebagai berikut:
1. Meninjau kembali strategi pembangunan dan menyusun suatu strategi yang
di dalamnya terdapat keseimbangan di bidangbidang sosial, politik, dan ekonomi
yang antikemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan;
2. Segera membebaskan rakyat dari cekaman ketidakpastian dan pemerkosaan
hukum, merajalelanya korupsi dan penyelewengan kekuasaan, kenaikan harga, dan
pengangguran;
3. Lembagalembaga penyalur pendapat rakyat harus kuat dan berfungsi serta
pendapat masyarakat luas mendapat kesempatan dan tempat yang seluasluasnya;
4. Yang paling berkepentingan akan masa depan adalah kami, oleh karena itu
7
Jenderal Besar Dr. A.H. Nasution. 2008. Mengawal Nurani Bangsa, Jilid III: Bersama Mahasiswa Aset Utama Pejuang
Nurani, Jakarta: Yayasan Kasih Adik bekerjasama dengan Disbintalad.
8
Ricardo Iwan Yatim, dkk.. 1994. Hati Nurani Seorang Demonstran: Hariman Siregar.
Jakarta: PT Mantika Media Utama Jakarta.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 42 3/26/10 7:21:19 PM
~ 43 ~
penentuan masa depanyang tidak terlepas dari keadaan kiniadalah juga hak dan
kewajiban kami.
Kiranya Tuhan Yang Maha Esa menyertai perjalanan Bangsa Indonesia.
Kalibata, Peringatan Sumpah Pemuda tahun 1973
DEWAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA
Setelah diskusi dan petisi, Hariman mulai sibuk dengan berbagai diskusi di
berbagai kota. Ia melakukan berbagai kunjungan ke dewan mahasiswa seJawa. Pada
awal November dan Desember, misalnya, Hariman ke Yogyakarta bertemu dengan
Dewan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga. Ia juga tampil
sebagai pembicara dalam suatu pertemuan mahasiswa, intelektual, dan seniman yang
disebut Pertemuan Ririungan di Bandung, 9 Desember 1973.
Setelah Petisi 24 Oktober 1974 keluar, berbagai kelompok mulai dibentuk, baik
di dalam maupun di luar kampus, antara lain Komite Kebanggaan Nasional, Komite
Kewaspadaan Nasional, Komite Antikemewahan, Generasi Pembayar Utang, dan
Kelompok Desember Hitam. Petisi itu juga memengaruhi kebangkitan pers dengan
sangat berarti.
9
Sementara itu, pertengahan Oktober 1973, terjadi suatu peristiwa penting
di Thailand. Aksiaksi mahasiswa berhasil menggulingkan Perdana Menteri
Marsekal Thanom Kittikachorn. Melihat itu, pemerintah Indonesia semakin
gencar mengupayakan meredam aksi mahasiswa Indonesia. Peristiwa di Thailand
dianggap bisa memberi inspirasi bagi mahasiswa di Tanah Air. Bawahanbawahan
Presiden Soeharto, terutama Jenderal Soemitro dan Ali Moertopo, bersaing untuk
mengendalikan mahasiswa. Soemitro rajin ke kampuskampus bersama Kharis Suhud
dan Iwan Stamboel. Hanya UI yang tidak ia datangi.
Tapi, laporanlaporan media massa tentang cukongisme, korupsi, komisi 10
persen yang didapat oleh pejabat pemerintah atas proyekproyek pembangunan, dan
konsolidasi di antara gerakan mahasiswa telanjur mulai menguat. Berbagai upaya
pendekatan yang dilakukan oleh otoritas keamanan itu hanya menjadi tempat untuk
debat antara mahasiswa dan utusan pemerintah. Diskusidiskusi dan aksi di dalam
kampus atau ke jalan oleh mahasiswa tetap ramai berlangsung di berbagai kota:
Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Makassar, Semarang, dan kotakota lain.
Mahasiswa tak perlu menunggu terlalu lama untuk mendapatkan momentum
berikutnya. Dua hari penting muncul di bulan November. Peringatan Hari Pahlawan
dimanfaatkan untuk mengumandangkan ikrar kesediaan berkorban untuk mencapai
masyarakat yang adil dan aman. Delapan dewan mahasiswa menandatanganai ikrar
itu, di antaranya Dewan Mahasiswa UI, ITB, dan Universitas Padjadjaran. Isi Ikrar
10 November 1973 itu
10
:
9
Max Lane. Op.Cit., halaman 72.
10
Rum Aly. 2004. Menyilang Jalan Kekuasaan Militer Otoriter: Gerakan Kritis Mahasiswa Bandung di Panggung Politik
Indonesia 170-174, Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 43 3/26/10 7:21:19 PM
~ 44 ~
Hariman & Malari
Kami, generasi muda Indonesia, setelah merenungkan sedalamdalamnya
kenyataan yang terjadi dalam perkembangan kehidupan bangsa, yang semakin jauh
dari yang dicitacitakan, merasa terpanggil kesadaran tanggung jawab kami selaku
generasi pewaris hari depan bangsa untuk turut serta melibatkan diri dalam proses
kehidupan masyarakat, menyatakan:
Kesatu, meningkatkan solidaritas di antara sesama generasi muda dalam
menghadapi kenyataankenyataan, sebagai konsekuensi dari keterlibatan kami dalam
proses kehidupan kemasyarakatan;
Kedua, menyatakan satu tekad untuk mengadakan langkahlangkah perubahan
dalam usaha mewujudkan citacita kemerdekaan yang telah dirintis oleh para pahlawan
bangsa.
Kiranya Tuhan Yang Maha Esa menyertai perjuangan kami.
Momentum kedua datang keesokan harinya: Minggu, 11 November 1973. Hari
itu Menteri Kerja Sama Pembangunan Belanda yang juga Ketua IGGI, J.P. Pronk, tiba
di Bandara Kemayoran untuk memulai kunjungan ke Indonesia. Pronk masih muda
dan berambut agak gondrong. Demonstran yang menamakan diri Gerakan Mahasiswa
Indonesia untuk Indonesia (GMII) menyambut Pronk dengan posterposter protes.
Seorang mahasiswi UI berkacamata berhasil mendekati Pronk karena ia membawa
karangan bunga berwarna putih. Namun mahasiswi bernama Jajang Pamontjak ini
tidak hanya memberikan bunga sambutan, ia pun menyelipkan sebuah amplop berisi
memorandum berbahasa Inggris dan undangan untuk berdiskusi. Menteri Ekonomi
dan Industri/Kepala Bappenas Prof. Widjojo Nitisastro yang menjemput Pronk sempat
terkejut melihat itu. Petugas keamanan mencoba meminta amplop itu, namun Pronk
telanjur memasukkan ke dalam saku jasnya.
11
Memorandum itu isinya menyesalkan terpelesetnya pemerintah Indonesia
yang menjadi sangat tergantung dan makin tergantung pada bantuan luar negeri dan
modal asing. Bantuan yang harusnya menjadi faktor pelengkap belaka menjadi faktor
substansial. Apabila salah arah itu dibiarkan, Kami khawatir bahwa nanti bantuan
luar negeri dan modal asing akan dianggap tidak berguna.
Selanjutnya, memorandum GMII itu menyebutkan: Kami tak bangga kepada
bantuan asing yang hanya berarti lebih banyak gedunggedung mentereng menjulang,
lebih banyak nightclub dan banjir Cocacola, tetapi di lain pihak makin banyak rakyat
tak mendapat pekerjaan, kehilangan tanah, tak punya rumah, industriindustri kecil
mati, hutanhutan menjadi gundul dan ladangladang minyak menjadi kering.
12
Pada pengadilan Sjahrir tampak bahwa sejumlah anggota GMII merupakan anggota
GDUI.
13
Padahal saya, atas perintah Hariman dan atas nama DMUI, telah melakukan
konferensi pers bahwa aksi yang di antaranya diikuti oleh Jajang dan Sylvia Tiwon itu
11
Ibid.
12
Ibid.
13
C. Van Dijk. 2000. Op.Cit.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 44 3/26/10 7:21:20 PM
~ 45 ~
bukan DMUI, ujar Gurmilang Kartasasmita. Pernyataan pers itu menyatakan Dewan
Mahasiswa UI tidak menggerakan aksi terhadap Pronk, tapi bisa mengerti aksi itu
sebagai suatu gerakan mahasiswa.
Saat berkunjung ke Yogyakarta, beberapa hari kemudian, Pronk juga disambut
demonstrasi mahasiswa yang menamakan diri Gerakan Mahasiswa untuk Rakyat
Indonesia (Gemiri). Demonstrasidemonstrasi itu bukan saja ditunjukkan kepada
Pronk. Para teknokrat Indonesia yang bertanggung jawab terhadap naskah rencana
rencana pembangunan juga diserang. Dalam pamfetnya yang berjudul Bantuan
Luar Negeri dan Pembangunan Kita, Gemiri menyampaikan permasalahan bantuan
dan investasi asing dengan katakata sebagai berikut:
Bantuan luar negeri dapat memberikan pertolongan jangka pendek, tapi juga
akan membebani dalam jangka panjang. Atau bahkan bisa menjadi senjata bagi
negaranegara besar untuk mengeruk bahanbahan mentah produksinya dari negara
negara berkembang.
14
Demonstrasi di Yogyakarta juga dilakukan oleh mahasiswa IAIN. Dalam
pernyataan pemerintah yang berkaitan dengan kerusuhan Malari, demonstrasi itu
dihubungkan dengan kunjungan Hariman ke Yogyakarta sebelumnya.
15
Kemudian, pada 30 November 1973 dilangsungkan diskusi tentang Untung
14
Max Lane. Op.Cit.
15
C. Van Dijk. Op.Cit.
Hariman memimpin pertemuan mahasiswa Indonesia dengan JP Pronk di Jakarta (1973).
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 45 3/26/10 7:21:21 PM
~ 46 ~
Hariman & Malari
Rugi Modal Asing di Balai Budaya Jakarta
16
. Dalam kesempatan ini, sejumlah
intelektual (eks Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia) mulai bergabung. Mereka antara lain
Adnan Buyung Nasution, Yap Thiam Hien, dan Mochtar Lubis menandatangani sebuah
manifesto bersama 152 orang yang hadir. Manifesto berjudul Ikrar Warga Negara
Indonesia itu dibacakan oleh Sylvia Tiwon, yang intinya: Ingin mengembalikan
Kebanggaan Nasional yang sebagian telah dinodai oleh segelintir orang.
Di akhir November itu juga demonstrasidemonstrasi mulai mengarah ke
pada dominasi Jepang dan peran Asisten Pribadi Presiden (Aspri), yaitu Sudjono
Hoemardani dan Ali Moertopo.
17
Demonstrasi ini berlanjut pada bulan Desember.
Sejumlah kelompok aksi mengadakan demonstrasi menentang investasi Jepang dan
investasi asing lainnya. Mereka menentang Aspri dan Ibnu Sutowo (Presiden Direktur
Pertamina). Demonstran juga mengunjungi kantor Bappenas. Dewan Mahasiswa UI
mengorganisasi suatu acara pada malam yang memberikan kesempatan kepada setiap
orang untuk mendeklamasikan puisipuisi penyelewengan. Tanggal 18 Desember,
Dewan Mahasiswa UI mengorganisasi pertemuan yang membuat para mahasiswa
bertekad berjuang bagi perubahan.
Di antara aksiaksi itu, menurut catatan Rum Aly, ada yang menarik dan
unik, bahkan boleh dibilang lucu. Aksi dimaksud digerakkan oleh KNPI yang baru
dibentuk dengan sasaran kantor Sekretariat Negara, Bappenas, Kopkamtib, dan DPR.
Menjadi menarik karena tokohtokoh KNPI yang turun, terutama pada hari pertama
aksi, adalah anggota DPR/MPR yang juga anggota Dewan Pimpinan Pusat Golkar
David Napitupulu, anggota DPR Fraksi Demokrasi Indonesia Drs. Surjadi, anggota
DPR Fraksi Persatuan Pembangunan Drs. Zamroni, anggota DPR Fraksi Karya
Pembangunan Abdul Gafur dan Hatta Mustafa, Eko Cokroyogo, Hakim Simamora,
Nazaruddin, dan Letkol S. Utomo. Mereka merupakan sayap Ali Moertopo di Golkar.
18
Letkol S. Utomo merupakan ajudan Ali Moertopo yang menggalang kekuatan untuk
menguasai Dewan Mahasiswa UI.
Di Bappenas, David Napitupulu menuding para teknokrat itu kurang bersifat
terbuka dalam pelaksanaan tugasnya selama ini dan kurang responsif terhadap keadaan
masyarakat. Koran Sinar Harapan menyindir aksi mereka itu dengan karikatur
sebagai pahlawan kesiangan yang takut ketinggalan kereta.
Di dalam Dewan Mahasiswa UI sendiri, tentangan kepada Hariman mulai
16
Balai Budaya kala itu menjadi tempat berkumpul aktivis, seniman, wartawan, dan juga mahasiswa (nonorganisasi
kampus). Di antara yang aktif di tempat ini adalah Arief Budiman, Sjahrir, Jajang Pamontjak, Silvia Gunawan (keduanya
mahasiswi UI), Joppie Lasut (wartawan lepas), Jesse Arnold Monintja (KAPPI dan mahasiswa Trisakti), Jusuf Achya Rais
(Ketua KAPPI Jakarta 1966).
17
Aspri dibentuk Soeharto sejak bulan Juni 1968, dengan anggota para perwira Angkatan Darat yang loyal kepada dirinya:
Mayjen Surjo, Brigjen Ali Moertopo, Brigjen Sudjono Hoemardani, dan Kolonel Widya Latief. Pembentukan Aspri ini
setelah sebelumnya Spri (Staf Pribadi) ditentang oleh KAMI. Spri beranggotakan enam perwira Angkatan Darat dan
dua spesialis sipil yang bertugas memberi masukan bidang ekonomi dan politik: Mayjen Alamsjah Ratu Prawiranegara
(koordinator), Mayjen Surjo, Brigjen Yoga Soegama, Kolonel Ali Moertopo, dan Kolonel Sudjono Hoemardani. Spri
dibentuk pada bulan Agustus 1966, delapan bulan sebelum Soeharto diangkat sebagai pejabat presiden. Substansi kedua
lembaga itu sama, menjadi kabinet bayangan yang hubungannya dengan presiden sangat personal dan lentur, tidak
dibatasi birokrasi dan memiliki kelonggaran dalam anggaran. Pada demonstrasi 1973, penentangan terhadap Aspri
bertambah kencang.
18
Rum Aly. 2004. Op.Cit.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 46 3/26/10 7:21:21 PM
~ 47 ~
datang. Sepuluh fungsionarismahasiswa binaan Opsuspada 28 Desember 1973
mengeluarkan mosi tidak percaya kepada kepemimpinan Hariman Siregar. Mereka
memperingatkan bahwa gerakan protes mahasiswa tidak boleh disalahgunakan.
Mereka mengatakan Hariman tidak pernah membuat agenda kegiatan dalam bulan
terakhir yang dieksekusi atas nama Dewan Mahasiswa UI. Mosi itu jelas melanggar
aturan organisasi. Yang mengangkat mereka adalah saya, kok malah mereka mau
memecat saya, kata Hariman.
Menghadapi mosi itu, Hariman dan para pengurus Dewan Mahasiswa UI
lainnya bertindak tegas. Hanya sehari kemudian, para pengusung mosi dipecat oleh
Hariman, selaku Ketua Dewan Mahasiswa UI.
Hariman tampaknya tidak mau membuang waktu mengurusi persoalan itu.
Dewan Mahasiswa UI tengah bersiap menyelenggarakan malam tirakatan pada 31
Desember 1973. Pada malam pergantian tahun itu hadir juga dosen dan perwakilan
dari berbagai dewan mahasiswa dari Jakarta, Bogor, dan Bandung. Selengkapnya
pidato yang diberi judul Pidato Pernyataan Diri Mahasiswa
19
yang disampaikan
Hariman sebagai berikut:
RekanRekan sekalian,
Malam ini adalah malam yang istimewa bagi kita. Jika penutupan tahun
tahun lalu kita hanya sekadar berpesta atau tinggal di rumah, malam ini kita merasa
perlu berkumpul di sini dan mencanangkan malan ini sebagai Malam Keprihatinan.
Tentu ada sebabsebabnya. Sebab yang paling nyata adalah tahun 1973 yang telah
menimbulkan kebingungankebingungan dan sejumlah pertanyaanpertanyaan yang
mengganggu perasaan kita. Tetapi yang terang bagi kita, mahasiswa dan masyarakat
pada umumnya, malam ini bukanlah malam pesta pora dan peragaan kemewahan.
Tetapi sebaliknya, malam ini justru merupakan kesempatan untuk sejenak berhenti
dari kesibukan kita seharihari dan merenungkan suasana prihatin yang kini sedang
mencekam kita dan rakyat Indonesia pada umumnya. Tetapi lebih dari itu adalah
bahwa protes kita terhadap keadaan yang tercermin dalam Petisi 24 Oktober
ternyata menuntut kita untuk lebih menegapkan langkah dan menjernihkan pikiran
agar kehadiran kita dalam masyarakat menjadi nyata dan berarti, apalagi kalau kita
bertekad untuk menanggung beban sejarah. Karena, sejarah telah membuktikan bahwa
perubahanperubahan besar selalu diawali oleh kibaran bendera universitas.
Mari kita baca beban sejarah yang ada di depan kita. Beban kita adalah
membebaskan rakyat dari penderitaan hidup seharihari. Beban kita adalah membuat
rakyat yang menganggur untuk mempersoalkan kesempatan kerja dan pembangunan
ekonomi yang tidak menguntungkan rakyat. Beban kita adalah mengetatkan gandengan
dengan sesama generasi muda memikirkan masa kini dan masa depan. Ringkasnya,
beban sejarah kita adalah menggalakkan keberanian rakyat untuk menyuarakan diri.
Semua itu adalah beban yang tidak ringanuntuk tidak mengatakan berat sekali.
Namun pada akhirnya berat atau ringan beban itu tetap merupakan beban kita. Sekali
kita mengelak, untuk selamanya kita akan menjadi warga negara yang dikutuk sejarah.
Tetapi yang terpenting bagi kita adalah menghentikan kebisuan yang ditimbulkan
19
Ricardo Iwan Yatim, dkk. Op.Cit.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 47 3/26/10 7:21:22 PM
~ 48 ~
Hariman & Malari
oleh imbauan kenikmatan yang dijanjijanjikan kepada kita. Dan juga kebisuan akibat
feodalisme yang mementingkan sikap nrimo, apatis, dan antipartisipasi. Artinya, kita
harus membebaskan diri dari mitosmitos yang menempatkan diri kita dalam posisi
bisu dan terbelenggu. Misalnya mitos bahwa cinta kasih dan kemurahan hati kelompok
kelompok kecil penguasa jika mereka berbuat baik adalah memang betulbetul dari
hati yang tulus; mitos bahwa setiap ucapan dan setiap tindakan penguasa adalah untuk
kepentingan rakyat; mitos bahwa pemberontakan terhadap nilainilai budaya feodal
adalah berdosa untuk masyarakat.
Untuk bisa menilai situasi masa kini dan meraba kemungkinan masa depan,
marilah kita teliti perkembangan yang terjadi di negara kita dalam bidang politik,
ekonomi, serta kaitannya dengan suasana internasional, yang satu sama lain sangat
erat sekali hubungannya. Perkembangan ekonomi yang sangat mengejutkan akhir
akhir ini sudah tentu bukan hanya akibat dari suatu strategi pembangunan ekonomi
sematamata, tetapi juga disebabkan oleh strategi politik yang dilancarkan sejak 1966.
Setelah secara moral dan konstitusional Jenderal Soeharto menjadi presiden di negeri
ini, pembangunan ekonomi telah dijadikan alat legitimasi kekuasaan dan mitos baru
yang banyak menimbulkan harapan. Tetapi ternyata perkembangan ekonomi telah
menolak kemauan penguasa untuk menjadikan pembangunan ekonomi sebagai alat
legitimasi kekuasaan dan mitos politik sematamata. Hal ini disebabkan karena sikap
penguasa yang demikian itu akan selalu menghasilkan keputusankeputusan yang
hanya menguntungkan kelompok yang ada di sekitar kekuasaan.
Akibatnya adalah bahwa kesibukan pembangunan dan pemerintah sendiri
menjadi sesuatu yang asing dari rakyat. Dan lebih dari itu, kini telah terkesan dalam
hati rakyat bahwa pembangunan ekonomi berarti penggusuran tanah, pemaksaan
penjualan beras kepada pemerintah, dan kehidupan yang semakin sulit di desa
desa. Sebaliknya bagi kelompok kecil di sekitar kekuasaan, pembangunan ekonomi
merupakan saat yang memberi kesempatan kepada mereka untuk menumpuk
kekayaan dan memuaskan nafsu terhadap barangbarang mewah. Kelompok ini terang
berkepentingan untuk mempertahankan keadaan dengan segala macam peralatan
dan cara dalam politik. Rakyat dengan demikian akan terusmenerus menjadi
pelengkap penderita yang dipaksa untuk diam dan tidak berdaya. Bagi kita generasi
muda, kecenderungan ini merupakan bahaya yang mengancam pada saat ini dan di
masa depan. Ancaman itu berupa pelarangan terhadap segala kegiatan yang berbau
mempersoalkan perkembangan masyarakat, sehingga kita menjadi warga negara
yang tidak peka terhadap situasi sekitar; kita hanya boleh menyibukkan diri dengan
kegiatan yang menunjang pengukuhan politik dari segelintir orang yang menikmati
kehidupan enak dan mewah dalam pembangunan.
Hasil nyata dari pembangunan ekonomi menurut kami adalah bahwa
sejak Pelita hingga berakhir nanti 1974, walaupun bertumbuh tujuh persen setahun,
ketidakadilan sosial dan ekonomi semakin nyata. Ketidakadilan dan pengangguran
semakin terasa dibanding dengan waktuwaktu yang lalu. Ini disebabkan bersatunya
kekuatankekuatan ekonomi yang menguasai uang dan sumbersumber ekonomi
dengan kekuasaan politik dalam bentuk populer berupa kerja sama antara kelompok
Cina dan jenderaljenderal. Tidak mengherankan jika sebagian rakyat yang tidak
jenderal dan tidak Cina tidak menikmati pembangunan ekonomi seperti sekarang ini.
Terang bagi kita, sebagai unsur masyarakat dan universitas tidak mungkin menjadi
Cina dan jenderal sehingga alternatif pembangunan yang terbuka adalah menyadarkan
jenderaljenderal dan CinaCina menjadi warga negara biasa seperti sebagian rakyat.
Kalau tidak, kemungkinan lain yang harus ditempuh. Pemerintah sering mendengung
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 48 3/26/10 7:21:22 PM
~ 49 ~
dengungkanpembangunan ekonomi dalam bentuk ditekannya infasi, meningkatnya
pertumbuhan ekonomi, berlangsungnya industriindustri barangbarang dan jasajasa
dalam kepesatan pertumbuhan yang fantastis. Tetapi kalau hasilhasil itu dikuliti,
sesungguhnya isinya tidak lebih dari berlangsungnya sistem ekonomi kapitalis di
mana sebagian kecil masyarakat mengisap bagian terbesar rakyat. Ini bukan mengada
ada, karena tidak kurang dari seorang Dr. Hatta, seorang konseptor ide pembangunan
ekonomi dalam UUD 45, menyatakan demikian. Kalau seorang seperti Dr. Mohammad
Hatta yang punya tempat tersendiri dalam sejarah bangsa kita telah menyatakan
demikian, sulit bagi pemerintah untuk berdiam diri. Pada kesempatan ini kami ingin
mengajukan pertanyaann kepada pemerintah: apakah pembangunan ekonomi sudah
menyeleweng dari UUD 45 atau tidak. Kalau memang benar dan kami yakin benar,
kami serukan kepada pemerintah untuk mengoreksi sistem ekonomi sekarang. Kalau
tidak, mari kita bersamasama mengoreksi pemerintah.
Pada saat ini sering dikemukakan bahwa ekonomi Indonesia sangat ter
gantung pada modal asing. Juga sering dikemukakan bahwa kekuatan ekonomi asing
hanya menguras sumbersumber alam yang kita punyai dan sebaliknya atas jasa
jasanya itu mereka membanjiri Indonesia dengan barangbarang mewah yang hanya
bisa dibeli oleh kelompok kecil yang berkuasa. Kami ingin mengajukan pertanyaan
pertanyaan kepada rekanrekan sekalian. Apakah kita perlu mengimpor tusuk gigi?
Apakah kita perlu berpuluhpuluh ribu mobil mewah setiap bulan? Apakah perlu
kita mengimpor pakaianpakaian mewah dari rumahrumah mode di Paris? Apakah
perlu kita mengimpor sepatu yang harganya lima belas kali dari harga sepatu dalam
negeri? Apakah kita perlu mengimpor flm-flm yang bertendens asosial? Bukankah
akan lebih baik kalau kita memikirkan usahausaha penggunaan produksi kita sendiri
yang mungkin kalah mentereng tetapi sama kegunaannya? Sehingga kita tidak perlu
membuang bermiliarmiliar rupiah untuk mengimpor barangbarang mewah tadi.
Kalau ini bisa dilakukan, ladangladang minyak yang akan habis nanti, hutanhutan
kita yang akan gundul nanti, dan karet yang kegunaannya yang semakin menurun di
masa mendatang tidak menyebabkan Indonesia tenggelam bersamanya.
Sebaiknya marilah kita dengan kepala dingin meneliti secara mendalam
masalahmasalah yang kedengarannya mentereng, yaitu masalah internasional. Soal
soal internasional ini betatapun besar pengaruhnya kepada kita dan seluruh rakyat
Indonesia.
Pemerintah Orde Baru telah memulai arah politik luar negerinya dengan
suatu kebijaksanaan yang jalinmenjalin dengan kepentingan perekonomian negara
pada saat itu, yang tercakup di dalam pernyataan pemerintah tertanggal 4 April 1966.
Kondisi perekonomian Indonesia yang telah membawa beban berat kepada rakyat
Indonesia pada masa Orde Lama telah sama kita ketahui. Kondisi perekonomian
demikian itulah yang menggariskan kebijaksanaan luar negeri yang menitikberatkan
kepada usahausaha penanggulangan dengan mencari sumbersumber luar sebagai
suatu jalan keluarnya.
Masalah bantuan luar negeri dan modal asing merupakan gejala yang wajar,
suatu gejala yang menunjukkan adanya saling ketergantungan antarbangsa di dunia.
Masalah saling ketergantungan ini terutama pada tingkat peradaban dunia sekarang
adalah masalah yang tidak bisa dihindarkan. Akan tetapi sudah barang tentu saling
ketergantungan ini meminta persyaratanpersyaratan. Persyaratan utama adalah
seberapa jauhkah ia membawa keuntungan kepada masingmasing pihak yang terlibat.
Jadi diperlukan persyaratan yang kedua, yaitu bahwa pihakpihak yang terlibat harus
menjaga kemampuan kondisi dalam negerinya sendiri, agar mendapatkan posisi yang
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 49 3/26/10 7:21:23 PM
~ 5O ~
Hariman & Malari
sederajat, dan demikian pula mencegah ketergantungan sepihak.
Demikianlah, maka pernyataan pemerintah 4 April 1966 itu telah berkembang
menjadi suatu keadaan di mana perekonomian negara ditopang oleh lima sektor.
Pertama adalah bantuan luar negeri; kedua, modal asing; ketiga adalah ekspor karet;
keempat, minyak bumi, dan; kelima adalah kayu. Sedangkan kita ketahui bahwa
peningkatan hasilhasil ekspor karet, minyak bumi, dan kayu pun tidak mungkin tanpa
ditunjang oleh sumbersumber luar tadi. Dengan ini jelaslah betapa memang bantuan
luar negeri dan modal asing merupakan faktor pokok dalam perekonomian negara dan
bukanlah faktor pelengkap sebagaimana sering kali dikemukakan oleh para pejabat.
Betapapun memang ada kenaikan dari hasil ekspor kita secara keseluruhan, akan tetapi
ketergantungan tadi tetap faktor pokok, yang jelas dipertunjukkan, misalnya oleh
kenaikankenaikan pinjaman lewat IGGI.
Sumbersumber luar yang masuk ke Indonesia cenderung diusahakan dari
negaranegara Barat (termasuk Jepang) daripada negaranegara sosialis. Kondisi
obyektif kelihatan memperkeras kecenderungan tadi. Akan tetapi masalahnya
adalah timbul gejalagejala yang membatasi aliranaliran sumber tadi. Pembatasan
pembatasan ini berasal dari dalam negeri berupa kecaman yang pedas dari masyarakat
terhadap bantuan luar negeri dan modal asing dari negaranya, berupa tuntutan pula
untuk lebih meningkatkan kondisi sosial ekonomi sendiri. Pembatasan yang berasal
dari perkembangan dunia internasional berupa keguncangan moneter dan yang terlebih
dirasakan adalah kelangkaan dari sumbersumber alam (bahan mentah), yang sekaligus
menunjukkan betapa sebenarnya negaranegara menengah untuk memperjuangkan
kepentingannya bisa saja berperan dalam menghadapi negaranegara besar.
Oleh karena pembatasanpembatasan yang datang dari negaranegara Barat,
maka semakin besarlah peranan Jepang dalam mengalirkan sumbersumbernya
kepada negaranegara di Asia Tenggara. Dan sudah barang tentu hal ini pun dialami
oleh Indonesia.
Apabila kita kembalikan kepada masalah saling ketergantungan antara
bangsa, khususnya antara Jepang dan Indonesia, maka ada masalah yang akan timbul.
Dari Jepang sebagai suatu negara dengan tingkatan teknologi yang tinggi diharapkan
dapat memberikan modal, pengalihan teknologi dan industri, pengalihan keahlian
pengolahan dan penggalian sumbersumber alam, dan lainlain. Sedangkan dari
Indonesia diharapkan memberikan sumbersumber alam bagi industruindustri Jepang
dan sebagai pasar dari barangbarang industri Jepang. Akan tetapi di balik semua
itu ada cerita tersendiri mengenai Jepang ini. Upah buruh yang terus menanjak dan
pengotoran udara memaksa pengalihan pabrikpabrik padat karya ke negaranegara
lain, antara lain pabrik tekstril ke Indonesia. Sedangkan politik minyak bumi Arab telah
menunjukkan sebenarnya betapa lemah kekuatan ekonomi Jepang, pula menunjukkan
betapa sebenarnya Indonesia sebagai salah satu penghasil minyak bumi yang cukup
besar bisa bermain pula dalam hubungan saling ketergantungan ini.
Akan tetapi dan di sinilah letak masalahnya, kita tidak mempergunakan
kekuatankekuatan kita ini. Dalam masalah minyak saja, sistem ijon yang dibawa
dalam kontrak telah menempatkan Indonesia pada posisi yang konyol di saat harga
harga minyak di dunia menanjak yang tidak kita nikmati. Keadaan itu pulalah yang
sekaligus menertawakan solidaritas negaranegara tetangga sebab kita pun tidak
bisa menolong sesama negara tetangga yang kekurangan bahan bakar, oleh karena
keterikatan dengan Jepang ini. Dalam usaha perkayuan (dan khusus untuk soal ini
marilah kita berdoa mudahmudahan hutan kita tidak habis gundul, sebagai nasib yang
dialami oleh Filipina melalui kontrak dengan Jepang pula). Laporan Komisi Empat
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 50 3/26/10 7:21:23 PM
~ 51 ~
telah menunjukkan betapa kerugiankerugian berada di pihak kita dan betapa bisnis
perkayuan telah memberikan keuntungan besar bagi investor asing.
Hubungan IndonesiaJepang telah semakin menempatkan Indonesia dalam
posisi ketergantungan dan sekaligus apabila dikaitkan pada sistem internasional, maka
kelemahan Indonesia telah semakin menempatkan negara ini sebagai tawanan dan
bukan sebagai peserta dari sistem internasional tersebut.
Kelemahan Indonesia dalam penggunaan kekuatankekuatannya sebenarnya
disebabkan oleh Indonesia sendiri. Di sinilah terletak kelemahan dari segi pengawasan
di dalam sistem kita sendiri. Jelas bahwa konstelasi politik dan kondisikondisi
ekonomi dan caracara elite penguasa untuk memperbesar porsi posisi tukarnya di
dalam negeri telah mengintepretasikan dan mengambil bagian kepada kebijaksanaan
luar negeri Indonesia, dan kesemuanya ini tidak memberikan kesatuan dalam
kebijaksanaan tadi dan sudah barang tentu melemahkan posisi Indonesia dalam sistem
internasional ini.
Persoalannya terletak kepada kaitmengaitnya kepentingan dari elite penguasa
dalam kekuasaan dengan kepentingankepentingan ekonomi. Ini semua bahkan menjadi
suatu gejala yang membahayakan bagi kehidupan bernegara dari Indonesia, apalagi
apabila dihubungkan dengan pernyataan dari Bung Hatta di tahun 1970 bahwa korupsi
telah membudaya. Jadi, kepentingan dari elite penguasa dalam kompetisi kekuasaan
telah berkompetisi pula untuk memperoleh sumbersumber politik (uang, informasi,
massa, dan lainlain), yang kesemuanya mengeraskan kecenderungan korupsi. Apabila
kita kembalikan kepada sektorsektor yang menunjang perekonomian negara, bantuan
luar negeri dan modal asing menjadi faktor pokok, malahan turut memperkeras
kompetisi korupsi dalam mendapatkan sumbersumber politik, untuk mendapatkan
posisi tukar yang lebih baik dalam porsi kekuasaan.
Jadi baiklah kita menerima kenyataan pahit bahwa kenaikan bantuan luar
negeri dan modal asing adalah merugikan kepada Indonesia. Masalahnya adalah
bahwa sumbersumber luar tadi tidak menguntungkan rakyat banyak, masalahnya
karena sumbersumber luar tadi tidak sampai kepada rakyat banyak. Jelas bahwa elite
penguasa di Indonesia tidak mau bertanggung jawab untuk soal ini. Padahal, apabila
kita mempersoalkan nasib bangsa, ada pelajaran berharga dari sejarah.
Sejarah misalnya telah mencatat akibat hubungan saling ketergantungan
antara Amerika Serikat dan negaranegara sedang berkembang, terutama Amerika
Latin. Pada dekade tahun 1950an, arus modal dari Amerika Serikat lebih banyak
diarahkan kepada negaranegara sedang berkembang, terutama negaranegara
Amerika Latin. Dalam hal ini Amerika Serikat menjual barangbarang industrinya dan
menanam modal di sana, sedangkan Amerika Latin menjual sumbersumber alamnya.
Akan tetapi kecenderungan ini berubah. Pada dekade tahun 1960an, arus modal
Amerika Serikat lebih banyak mengalir ke negaranegara maju, dalam hal ini terutama
Eropa Barat. Jadi yang terjadi selanjutnya adalah bahwa interdependensi dari negara
maju kepada negara sedang berkembang beralih menjadi interdependensi dari negara
negara maju dengan negaranegara maju, sedangkan negaranegara yang sedang
berkembang (Amerika Latin) tadi malahan semakin tergantung pada Amerika Serikat
dalam teknologi dan industri, menjadi pasar barangbarang industri Amerika Serikat,
dan sementara itu sumbersumber alamnya disedot dan diolah untuk kepentingan
Amerika Serikat.
Ini yang kami khawatirkan akan terjadi dalam hubungan antara Indonesia
dan Jepang. Apalagi, Jepang telah menunjukkan kebuasan dalam caracara mengeruk
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 51 3/26/10 7:21:24 PM
~ 52 ~
Hariman & Malari
keuntungan. Dengan demikian, sebenarnya hubungan Indonesia dan Jepang bukan
saling ketergantungan, akan tetapi ketergantungan sepihak, yaitu dari Indonesia
terhadap Jepang. Dan apabila tidak ditinjau kembali, kami kira janganjangan nasib
Indonesia akan sama dengan nasib negaranegara Amerika Latin tersebut di atas.
Maka, RekanRekan, kalau ini yang terjadi, tahun 1974 dan seterusnya
hanyalah pengulangan sejarah sebelum kemerdekaan kita dijajah Jepang. Sudah
tentu bentuknya berlainan karena bila dulu yang ada adalah Kempetai Jepang, maka
sekarang namanya menjadi Toyota, Mitsubishi, Mitsui, dan lainlain. Kempetai atau
Mitsubishi tidak lain memunyai tugas mengisap bangsa, kekayaan alam, dan darah
rakyat Indonesia. Sebagaimana kita dulu menolak Kempetai, sekarang kita pun harus
bangkit melawan dominasi Jepang.
RekanRekan sekalian,
Tibalah kami pada akhir pidato ini. Pidato ini saya tutup dengan mengemukakan
kesimpulan dan langkah lanjut dari perjuangan mahasiswa.
Tidak ada hasil yang diperoleh tanpa kerja keras, tanpa perjuangan, dan tanpa
keberanian. Karena, kalau kita tidak mau dikekang, diancam, baik oleh kekuasaan
maupun cecungukcecunguknya, maka kita mahasiswa harus berani bersikap dan
bergerak untuk mewujudkan pendapatpendapat yang telah diperolehnya. Ingat, pada
akhirnya yang menentukan bukanlah analisis yang bagusbagus yang ilmiah, tetapi
tindak nyata yang mengubah keadaan.
Kepada tukang becak, mari AbangAbang, kita bergerak bersama untuk
membuka kesempatan kerja. Kepada para penganggur yang puluhan juta, yang
berada di desadesa dan kotakota untuk bergerak untuk kesejahteraan sosial; kepada
warga negara Indonesia yang bekerja pada perusahaan asing, mari kita bergerak
untuk menuntut persamaan hak dengan karyawankaryawan asing. Dan akhirnya,
kepada para koruptor penjual bangsa, pencatutpencatut sumber alam Indonesia yang
mengejarngejar komisi sepuluh persen, kami serukan bersiapsiaplah menghadapi
gerakan kami yang akan datang.
Akhirnya terima kasih atas kesediaan rekanrekan yang bersedia mengorbankan
waktunya menghadiri malam tirakatan ini menjadi titik tolak kita yang penting dalam
proses peragian menuju perjuangan baru. Fajar telah menyingsing, horizon baru mulai
tampak.
Selamat tinggal 1973 dan selamat datang tahun baru 1974. Kita semua sudah
siap menjalaninya.
Terima kasih.
Jakarta, 31 Desember 1973
Ketua Umum Dewan Mahasiswa
Universitas Indonesia
Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 52 3/26/10 7:21:24 PM
~ 53 ~
Pidato yang disampaikan Hariman ini kelak dituding sebagai seruan untuk
melakukan gerakan makar terhadap pemerintah. Apalagi, bagian akhir pidato ditujukan
juga kepada masyarakat lain di luar mahasiswa. Kebetulan pula pada malam itu
hadir tokoh serikat buruh dari Tanjung Priok, Salim Kadar, dan beberapa aktivis non
kampus lainnya
20
, ujar Theo L. Sambuaga.
Padahal, katakaca kunci yang menyerang strategi pembangunan pemerintah
dan juga keadaan rakyat telah menjadi bahasa umum dari kalangan kampus pada saat
itu. Jadi, tampak jelas sepanjang paro kedua tahun 1973 muncul berbagai kegiatan
aksi pemuda dan mahasiswa sebagai wujud peranserta mereka untuk memperbaiki
keadaan ketika itu. Gerakan kaum muda saat itu, tegas Hariman, ingin menunjukkan
bahwa kaum muda bisa melakukan perubahan dan perbaikan keadaan negeri ini.
Betapapun, pidato Hariman di malam pergantian tahun itu sungguh
menggetarkan dan bersejarah. Malam itu, di halaman depan kampus UI Salemba,
ia tampak lahir sebagai tokoh, sebagai hero. Gerakgeriknya yang seakanakan selalu
tergesagesa, matanya yang menyorot tajam, dan katanyakatanya yang tak tajam,
semuanya menguatkan kesan heroik itu, kenang Sylvia Tiwon, aktivis mahasiswi UI
yang ikut menyaksikan Peristiwa Malam Tirakatan di pergantian tahun tersebut.e
20
Setelah Peristiwa Malari, Salim Kadar, Ketua I Serikat Buruh Maritim Indonesia, sempat ditangkap,
namun dilepaskan kembali.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 53 3/26/10 7:21:25 PM
~ 54 ~
Hariman & Malari
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 54 3/26/10 7:21:25 PM
~ 55 ~
Di Tengah Pusaran
Peristiwa Malari
L
E p i s o d E 4
anggal 15 Januari 1974. Siang itu, rapat dewan
mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di kampus
Universitas Trisakti ditutup, dipercepat karena
embusan berita terjadinya kerusuhan di beberapa
wilayah Jakarta. Hariman Siregar, Ketua Dewan
Mahasiswa UI, segera memutuskan segera kembali
ke kampus UI di Salemba. Ia didampingi dua aktivis
mahasiswa UI lain: Sylvia Tiwon dan Ibrahim (Bram)
G. Zakir. Mereka mengendarai mobil khusus DMUI. Kenangan itu masih tertancap
kuat dalam ingatan Sylvia Tiwon:
Hariman minta diantar secepatnya ke Salemba. Bertiga, dengan Bram
Zakir, kami meluncur ke kampus UI, masingmasing diam dengan bayangan sendiri,
mencoba memahami berita bahwa wilayah Senen sedang dilanda kerusuhan besar
besaran, dengan massa yang entah datang dari mana, membakar mobil, merusak
gedung....
Hariman yang tak pernah menyukai atribut apa pun melepas jaket kuning dan
lencana Ketua DMUI. Di depan RSCM, Jalan Diponegoro, sudah dipenuhi massa
sehingga mobil tak dapat memasuki halaman kampus UI. Sebelum kami sempat
memutuskan untuk balik arah memasuki halaman parkir rumah sakit, Hariman
sudah lompat ke luar dan larisendirimenuju perempatan DiponegoroSalemba.
Barangkali imej Hariman inilah yang tak akan lepas dari ingatan: seorang anak muda
berdiri di tengah jalan, tangan melambailambai, berusaha menghentikan truk penuh
massa manusia yang mengalir ke arah Senen. Tak lama kemudian, ia hilang dari
penglihatan, tertelan jejalan orang yang semakin berbondong...
1
Ketika hari memasuki malam, ambulans dengan sirene yang terus meraung
bolakbalik dari berbagai lokasi ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Suara tembakan masih terdengar sampai pukul 20.00, terutama di sekitar Salemba
1
Lihat penuturan Sylvia Tiwon di buku ini, halaman...
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 55 3/26/10 7:21:25 PM
~ 56 ~
Hariman & Malari
dan Senen. Jam malam sesungguhnya sudah diumumkan berlaku sejak pukul 18.00
hingga pukul 6.00 pagi.
2
Tapi, massa masih memadati jalan sepanjang Matraman,
Salemba, dan Kramat Raya.
Selasa malam itu, 15 Januari 1974, dua orang lagi tewas di depan kantor
Departemen Pertanian. Mereka tertembak peluru aparat keamanan yang berupaya
membubarkan kerumuman massa. Baru sekitar pukul 01.00 dini hari kemudian
mayatnya bisa diangkut oleh ambulans ke kamar jenazah RSCM.
Jakarta terbakar, dua hari berturutturut: sejak Selasa (15 Januari) hingga
Rabu (16 Januari). Asap mengepul di hampir setengah bagian kota, mulai dari Roxy
(wilayah Jakarta Pusat yang dekat dengan Jakarta Barat), Cempaka Putih dan Bypass
(di Jakarta Pusat), Glodok (Jakart Barat), hingga Jalan Sudirman (Jakarta Selatan) dan
Matraman (di Jakarta Timur). Api paling besar melahap pusat pertokoan di kawasan
Senen (Jakarta Pusat) yang dibangun tahun 1967 dengan dana Rp2,7 miliar. Dua
blok bangunannya yang berlantai empat berisi 700 toko, 3 bank (BBD, BNI 46, dan
BPD Jaya), satu klub malam, taman ria anakanak, fasilitas sauna, tempat permainan
boling, dan unit perkantoran PT Pembangunan Jaya gosong dibelai si jago merah.
Menteri Pertahanan dan Keamanan /Panglima ABRI Jenderal Maraden Pang
gabean kepada sidang pleno DPR yan digelar 21 Januari 1974 melaporkan, sebanyak
807 mobil dan 187 sepeda motor rusak atau dibakar, 144 buah gedung rusak atau
2
Jam malam dikeluarkan melalui pengumuman yang dikeluarkan oleh Laksus Pangkopkamtib Jaya No: Peng002/PK/
I/1974 tanggal 15 Januari dan mulai berlaku hari itu juga, disusul oleh dua maklumat dari Laksus Pangkopkamtib Jaya
tentang larangan berkumpul lebih dari lima orang di luar rumah pada siang hari dan penutupan sekolah dari sekolah dasar
hingga perguruan tinggi mulai 16 Januari 1974.
Aksi demo mahasiswa saat Peristiwa Malari 1974.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 56 3/26/10 7:21:27 PM
~ 57 ~
terbakar (termasuk pabrik Cocacola), dan 160 kilogram emas hilang dari sejumlah
toko perhiasan.
3
Dalam kerusuhan dua hari itu jatuh korban 11 orang meninggal,
177 mengalami luka berat, 120 mengalami luka ringan, dan 775 orang ditangkap.
4
Gubernur Jakarta Ali Sadikin saat memberi penjelasan di hadapan guruguru se
Jakarta yang juga dihadiri oleh Wakil Panglima Kopkamtib Laksamana Sudomo
serta Musyawarah Pimpinan Daerah Jakarta di gedung Jakarta Theater, 19 Januari,
menyebut angkaangka berbeda: 522 buah mobil dirusak dengan 269 di antaranya
dibakar, 137 buah motor dirusak (94 buah dibakar), 5 buah bangunan dibakar ludes,
termasuk 2 blok proyek Pasar Senen bertingkat 4 serta gedung milik PT Astra di Jalan
Sudirman, juga 113 buah bangunan lainnya dirusak.
5
Mengenai pembakaran dan pengrusakan pada Peristiwa Malari itu, Hariman
Siregar mengatakan, Berbagai aksi pembakaran dan pengrusakan oleh massa itu
sudah di luar kendali mahasiswa. Begitu sore hari ada kebakaran di Pasar Senen, saya
sudah mikir pasti ada yang menunggangi aksi mahasiswa.
Hari itu, 15 Januari 1974, sejak pagi hingga sore, mahasiswa Jakarta, Bogor,
dan Bandung didukung pelajar sibuk melakukan demonstrasi. Mereka berjalan dari
Universitas Indonesia di Salemba, Jakarta Pusat, menuju Universitas Trisakti di
Grogol, Jakarta Barat. Sebagian tokohnya sudah kelelahan karena berdemonstrasi
menyambut kedatangan Perdana Menteri Jepang, Tanaka, pada Senin malam.
Siangnya, karena capek, saya pulang bareng Djodi Wuryantoro naik motor. Baru
jam 4 sore saya ditelepon Hariman. Katanya ada bakarbakaran, kisah Gurmilang
Kartasasmita, salah satu pimpinan rombongan dari UI hari itu.
Mimbar bebas di Trisakti sebagai bagian dari apel mahasiswa belum usai
benar sesungguhnya ketika Gurmilang pulang. Saya juga pulang duluan ke indekos
dekat kampus di Grogol, karena memang sudah ngantuk sekali, ujar Jesse A.
Monintja, mantan aktivis KAPPI yang kala itu tercatat sebagai mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Trisakti. Ia baru tahu adanya huruhara setelah seorang
kawannya menggedor pintu kamar. Jesse bergegas menuju Balai Budaya, tempat
ia biasa berkumpul dengan aktivis lain, dan bertemu Fikri Jufri (wartawan Tempo).
Keduanya lalu berboncengan skuter melihat situasi. Intinya, kami tidak tahu sama
sekali bagaimana kerusuhan bisa terjadi, timpal Judilherry Justam, mantan Sekretaris
Jenderal Dewan Mahasiswa UI.
Judilherry adalah pemimpin rombongan paling depan dalam long march
UITrisakti. Ia bertahan mengikuti acara apel sampai betulbetul kelar. Menjelang
acara berakhir tersiar desasdesus tentang adanya kendaraan dirusak dan dibakar di
beberapa jalan. Situasi agak menegang di sebagian mahasiswa. Selewat tengah hari,
mahasiswa memutuskan kembali ke UI, menumpang truktruk yang dihentikan.
Ketika tiba di jalan dekat Museum Nasional, jalan sudah ditutup tentara. Truk
lalu dibelokkan ke Harmoni dan Jalan Juanda. Namun, sepanjang Harmoni menuju
3
Musibah bagi Golongan Menengah dan Atas, Tempo edisi 26 Januari 1974.
4
B. Wiwoho dan Banjar Chaerudin. 1990. Memori Jenderal Yoga. Jakarta: PT Bina Reka Pariwara.
5
Tempo, Loc.Cit.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 57 3/26/10 7:21:28 PM
~ 58 ~
Hariman & Malari
Senen waktu itu belum terjadi apaapa. Setiba di kampus baru didengar kabar: Senen
dibakar. Mahasiswa pun memilih bertahan di kampus, seorang pun tidak diizinkan
keluar.
Menurut catatan mantan Rektor UI Prof. Mahar Mardjono, bakarbakaran
sudah terjadi sekitar pukul 11.00 WIB, saat mahasiswa dari berbagai universitas
masih melakukan apel akbar di Trisakti. Sekelompok mahasiswa lainyang diduga
mendapatkan janjijanji insentif material dan jabatan dari kelompok Ali Moertopo
bersama sejumlah massa telah mulai melakukan sejumlah pengrusakan di bagian kota
lain, seperti Pasar Senen, Harmoni, dan Jalan Juanda, tutur Mahar Mardjono.
6
Persiapan apel akbar itu berlangsung sejak pagi. Sejak pukul 08.00 sudah
banyak mahasiswa berkumpul di halaman FKUI. Selain dari UI, mahasiswa yang
datang di antaranya dari Universitas Kristen Indonesia, Universitas Trisakti, Uni
versitas Atma Jaya, Universitas Nasional, Universitas Jayabaya, IKIP Jakarta,
Universitas Pancasila, IAIN Syarif Hidayatullah, Universitas Krisnadwipayana, dan
Sekolah Tinggi Olahraga. Datang pula beberapa truk yang mengangkut pelajar yang
diorganisasi oleh Jusuf A.R. dan Jesse A. Monintja.
Mereka berasal dari lima rayon ekspasukan gabungan KAPPI Jakarta Pusat.
Menjelang berangkat, upacara singkat dilakukan. Mejameja ditumpuk menjadi
mimbar. Saya pernah berseloroh kepada Hariman, kalau mahasiswa 74 mau buat
patung seperti mahasiswa 66, simbolnya meja yang ditumpuk, kata Sugeng Sarjadi,
mantan mahasiswa ITB.
6
Antony Z. Abidin, dkk. 1997. Mahar: Pejuang, Pendidik dan Pendidik Pejuang. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan bekerja
sama dengan Ikatan Alumni UI.
Amuk massa saat Peristiwa Malari.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 58 3/26/10 7:21:37 PM
~ 59 ~
Saat upacara menjelang berangkat, sebuah helikopter terbang rendah
berkeliling di atas kampus. Raungan suaranya ditimpali teriakan mahasiswa, Kami
bukan makar. Sementara itu, di luar pagar, polisi telah menjaga ketat.
7
Lalu barisan mulai bergerak. Seluruhnya sekitar 500 orang dibagi dalam
beberapa barisan. Judilherry berada di barisan muka. Didahului oleh barisan yang
memakai tameng bergambar tengkorak, lalu saf berbendera MerahPutih. Disusul
rombongan yang dipimpin oleh Gurmilang Kartasasmita. Hariman sendiri ada di
barisan ketiga bersama Eko Djatmiko dan Salim Hutadjulu. Paling belakang adalah
beberapa truk yang melaju dengan kecepatan rendah.
Bambang Sulistomo dengan pengeras suara berteriak, Aksi mahasiswa
bukan makar. Sementara itu, posterposter dibentangkan, di antaranya bertulisan
Get Out Japan, Menerima Tanaka = Menerima Kolonialis, Tolak Dominasi Eko
nomi Jepang, Ganyang AntekAntek Kolonialis Jepang, Menghimpun Kekuatan
BudakBudak Kapitalis Jepang = Makar, dan Mahasiswa Militan, Tanaka You
Genit, deh. Bagero.
Rute yang ditempuh: UIKramat RayaRaden SalehGedung LIA Cikini
Tugu TaniMerdeka Selatan. Di Jalan Merdeka Selatan, sebagian peserta long march
sempat menurunkan bendera Jepang yang berdampingan dengan Bendera Merah
Putih. Jangan dirusak, asalkan turun dan bawa saja, seru pemimpin rombongan
melalui pengeras suara.
Tentara dari berbagai kesatuan lengkap dengan kendaraan lapis baja telah
menjaga ketat jalan menuju Monumen Nasional.
8
Wakil Panglima Kopkamtib
Laksamana Sudomo telah menambah dua batalyon pasukan untuk menjaga
sekeliling istana.
9
Penjagaan ketat juga dilakukan di kantor Wakil Presiden Sri Sultan
Hamengkubuwono. Mahasiswa gagal menurunkan bendera menjadi setengah tiang
di sini, tapi sukses di Balai Kota Gubernur DKI Jakarta, sehingga mereka bersorak
kegirangan.
Perjalanan berlanjut ke Jalan Merdeka Barat. Di jalan ini, Kopkamtib dan
Menteri Pertahanan berkantor. Di dalamnya tengah berlangsung rapat Dewan Jabatan
dan Kepangkatan Tinggi (Wanjakti). Pemimpin rapat adalah Ketua Wanjakti yang juga
Menteri Pertahanan dan Keamanan /Panglima ABRI Jenderal Maraden Panggabean.
Diikuti antara lain oleh wakilnya, Pangkopkamtib Jenderal Soemitro, dan Jenderal
Soerono.
10
Di depan kantor Markas Besar ABRI/Departemen Pertahanan dan Keamanan,
beberapa mahasiswa sempat beraksi. Massa mahasiswa ketika itu beraniberani,
sampai ada yang nekat masuk halaman Mabes ABRI/Dephankam dan menurunkan
7
Rum Aly. 2004. Op.Cit.
8
Ibid.
9
Julius Pour. 1997. Laksamana Sudomo: Mengatasi Gelombang Kehidupan. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
10
Menurut catatan dalam biograf Jenderal Soemitro (Heru Cahyono. 1998. Pangkopkamtib Jenderal Soemitro dan
Peristiwa 15 Januari 174. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan), rapat ini salah waktu dan salah posisi. Jenderal Panggabean
pun tak mengizinkannya dan terusmenerus menahan Soemitro untuk bertahan di rapat dan menyerahkan penanganan
kepada Wakil Pangkopkamtib Laksamana Sudomo.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 59 3/26/10 7:21:37 PM
~ 6O ~
Hariman & Malari
bendera menjadi setengah tiang. Akibatnya, mereka dikejarkejar tentara yang jaga,
kata Jopie Lasut.
Dari Merdeka Barat, mereka belok ke kiri melalui Museum Nasional. Di
sini, kalau jalan terus, menuju Jalan Tanah Abang II seperti rute yang ditetapkan, tapi
saya belokkan sebentar ke Tanah Abang III, kisah Judilherry. Di Tanah Abang III ini
terdapat kantor Golkar. Tidak ada polisi yang jaga. Pucat semua orangorang di sana
ketika kami datang. Kami memakimaki Golkar di situ, tutur Judil.
Hanya beberapa menit di sana, sekadar bernyanyi Aspri dan Komisi,
rombongan besar itu menuju Cideng, kemudian Roxy, dan kirakira pukul 10.30
sudah tiba di kampus Trisakti. Di sini, apel akbar digelar: orasi, puisi, bernyanyi, dan
memakimaki boneka yang digambarkan sebagai Aspri Presiden Soeharto.
Manakala mahasiswa sudah kembali ke kampus masingmasing, asap tebal
sudah mengepul dari berbagai titik di pusat kota. Keletihan melanda Hariman. Jam
tidurnya telah berkurang banyak pada beberapa hari terakhir. Semalaman itu pun
matanya baru terlelap duatiga jam, karena memimpin rapat sampai tengah malam,
sebelum akhirnya dialihkan kepada Gurmilang. Menjelang terlelap, Hariman sudah
membayangkan peristiwa yang terjadi keesokan harinya.
Memang keesokan harinya Rabu, 16 Januari, kerusuhan masih berlanjut.
Larangan berkumpul di siang hari tidak ditaati massa. Pengumuman dan maklumat
yang dikeluarkan Laksus Kopkamtib Jaya tertanggal 15 Januari 1974 tumpul karena
massa tetap berkerumun di jalan. Beberapa rumah petinggi dikepung, di antaranya
rumah Ali Moertopo di Matraman dan rumah Sudjono Hoemardani. Beberapa
bangunan di Jalan Blora dibakar; gedung Pertamina di Kramat Raya diserbu massa,
isinya dikeluarkan dan dibakar, mobilmobil yang ada di kantor gedung itu pun
dibakar.
Hampir seluruh petinggi ABRI pun turun ke jalan pada hari Rabu itu. Jenderal
Maraden Panggabean mendatangi kerumunan massa di Kramat Raya. Panglima
Kopkamtib Jenderal Soemitro juga beredar di jalanan. Begitu juga Kepala Kepolisian
Daerah Jakarta, Mayjen Polisi Widodo Budidarmo. Reaksi mereka seolah melengkapi
ketidakhadiran malam sebelumnya di Istana Merdeka, tempat jamuan makan malam
bersama Perdanan Menteri Jepang, Kakuei Tanaka, diselenggarakan. Dari 68
undangan, makan malam itu hanya dihadiri oleh 17 orang.
Siang hari, Jenderal Soemitro memberikan keterangan pers didampingi oleh
Ali Moertopo, Sudjono Hoemardani, Wakil Pangkopkamtib Sudomo, dan petinggi
petinggi ABRI lainnya. Ia mengumumkan akan dilakukannya sejumlah penangkapan.
Keadaan telah memaksa kami yang telah sabar sampai batasnya terpaksa bertindak
keras dan di sanasini dengan mempergunakan kekerasan, ancam Soemitro, siapa
pun dan kepada kekuatan sosial apa pun bentuknya, yang masih belum mengerti
keadaan sekarang dan membantu secara langsung maupun tidak langsung menambah
ketegangan yang ada, kami terpaksa akan bertindak tegas. Dan, hal ini sudah cukup
kami pertanggungjawabkan terhadap hati nurani kami.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 60 3/26/10 7:21:38 PM
~ 61 ~
Serangkaian penangkapan memang betulbetul dilakukan. Hariman Siregar,
Gurmilang Kartasasmita, Theo L. Sambuaga, Bambang Sulistomo, Purnama
Munthe, dan Salim Hutadjulu merupakan namanama yang masuk dalam gelombang
penangkapan pertama. Lalu disusul Dorodjatun KuntjoroJakti. Penangkapan
berikutnya dilakukan kepada Fahmi Idris, Sugeng Sarjadi
11
, Marsillam Simandjuntak,
Adnan Buyung Nasution, H.J.C. Princen, Imam Waluyo, Jusuf A.R., Jesse A. Monintja,
dan Laksamana Muda Mardanus. Sejumlah tokoh yang dikaitkan dengan Partai
Sosialis Indonesia (PSI) pun ditangkap, yakni Prof. Sarbini Soemawinata (yang juga
mertua Hariman), Soebadio Sastrosatomo, dan Moerdianto. Gelombang berikutnya
adalah Sjahrir, Rahman Tolleng, Soemarno, dan Ramadi. Terakhir yang ditangkap
adalah Mochtar Lubis, pemimpin harian Indonesia Raya yang penerbitannya
kemudian ditutup selamanya oleh rezim Orde Baru.
12
Menanggapi kerusuhan yang meluas tersebut, Hariman Siregar tampil ke depan.
Dalam pernyataan yang disiarkan langsung oleh TVRI, malam hari 16 Januari 1974,
Hariman mengatakan bahwa Dewan Mahasiswa UI mengutuk tindakan perusakan
dan huruhara yang terjadi. Ia menjelaskan bahwa aspirasi Dewan Mahasiswa UI
sudah jelas. Dan ini bisa dibedakan dengan tindakan kerusuhan yang dilakukan
pemuda karena punya program. Kami menyesalkan tindakan kerusuhan tersebut.
Karena, ekseseksesnya mengaburkan perjuangan kami kepada pemerintah, kata
Hariman.
13
Setelah membacakan pernyataan itu, Hariman langsung ditahan oleh
aparat keamanan.
Sikap mahasiswa itu kembali ditegaskan lewat pernyataan Dewan Mahasiswa
seJakarta yang dikeluarkan sehari setelah kerusuhan terjadi. Dalam pernyataan itu
dinyatakan bahwa: 1) tindakan pengrusakan yang telah dilakukan massa adalah
tindakan destruktif, tidak bertanggung jawab, dan mengarah anarkis, dan nyatanyata
merusak citra mahasiswa; 2) mahasiswa menyesalkan dan menyatakan prihatin atas
kejadian yang telah menyebabkan kerugian material dan moral itu; 3) diserukan
kepada seluruh mahasiswa untuk siaga di tempat, tetap memelihara ketertiban dan
tidak terpancing oleh provokasi; 4) diserukan kepada masyarakat agar mereka menjaga
ketertiban demi tercapainya aspirasi perjuangan mahasiswa yang murni.
*****
Di awal Januari 1974 suhu politik nasional memang makin memanas.
Melanjutkan pidato Hariman Siregar dalam malam tirakatan 31 Desember 1973,
para mahasiswa menggelar berbagai aksi. Tanggal 10 Januari 1974 dideklarasikan
Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura) yang baru dirumuskan: pembubaran Dwifungsi
ABRI, penurunan hargaharga, dan pemberantasan korupsi. Dua hari kemudian, pada
11
Kepada Tim Penulis buku ini, Sugeng Sarjadi mengaku tidak pernah ditangkap karena Malari. Penyebutan namanya
muncul di koran yang terbit keesokan hari setelah pengumuman dari Laksus Kopkamtib. Yang ditangkap di lokasi dan pada
hari penangkapan Fahmi Idris adalah Nurcholish Madjid yang kemudian dikeluarkan pada hari itu juga.
12
Pada tanggal 6 Februari 1974, Jaksa Agung mengumumkan bahwa 45 orang yang dituduh terlibat dalam peristiwa politik
Malapetaka 15 Januari atau Malari telah ditahan. Pada harihari berikutnya, beberapa koran dan majalah terkemuka dila
rang terbit dengan tuduhan telah memberitakan berbagai laporan yang memanasmanasi kerusuhan dan peristiwaperistiwa
sebelumnya. Lihat: Max Lane. 2007: Op.Cit.
13
Hariman Siregar. Loc.Cit.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 61 3/26/10 7:21:38 PM
~ 62 ~
Hariman & Malari
pertemuan mahasiswa yang diorganisasi oleh Universitas Kristen Indonesia (UKI)
Jakarta, patungpatung Sudjono Hoemardani, Ali Moertopo, Tanaka, dan Widodo
Budidarmo dibakar. Dewan mahasiswa dari berbagai kota, terutama Bandung dan
Bogor, berpartisipasi dalam demonstrasi yang terjadi di Jakarta.
Demonstrasi lain juga terjadi di Makassar. Akibatnya, dua anggota Angkatan
Muda Sulawesi (AMS) diajukan ke pengadilan: M. Zubair Bakri dan Drs. Yuus Teken.
Mereka dituduh memainkan peran penting dalam kegiatankegiatan yang ditujukan
untuk merongrong pemerintah yang sah.
14
Aksiaksi menentang Aspri dan Jepang juga marak. Di Jakarta dan Bandung,
bonekaboneka yang menggambarkan sosok Sudjono Hoemardani dan Kakuei Tanaka
dibakar massademonstran. Aksi ini merupakan pemanasan untuk menyambut
kunjungan Tanaka ke Indonesia sepanjang tanggal 1416 Januari 1974 itu. Kami
bahkan demo ke Istana Negara dan Jalan Cendana. Sejak itu, Opsus mulai marah dan
mengancam akan menjatuhkan gue, kata Hariman. Toh, Hariman tidak takut dengan
ancamanancaman tersebut.
Karena berbagai aksi yang marak itu, Presiden Soeharto pun bersedia menerima
delegasi mahasiswa. Maka, pada 11 Januari 1974, tiga hari sebelum Tanaka datang,
Presiden Soeharto mengajak mahasiswa berdialog. Hariman selaku Ketua Dewan
Mahasiswa UI hadir bersama delegasi 34 dewan mahasiswa perguruan tinggi se
Jawa. Dalam pertemuan yang berlangsung selama dua jam itu, delegasi mahasiswa
yang hadir ada sekitar 100 orang.
Dalam kesempatan ini, Hariman menyampaikan Petisi 24 Oktober 1973, yang
isinya, pertama, mengingatkan kepada pemerintah, militer, intelektual, teknokrat,
dan politisi agar meninjau kembali strategi pembangunan, sehingga di dalamnya
terdapat keseimbangan bidang sosial, politik, dan ekonomi yang antikemiskinan,
kebobrokan, dan ketidakadilan. Kedua, meminta rakyat segera dibebaskan dari tekanan
ketidakpastian dan pemerkosaan hukum, merajalelanya korupsi dan penyelewengan
kekuasaan, kenaikan harga dan pengangguran. Ketiga, lembaga penyalur pendapat
masyarakat harus kuat dan berfungsi serta masyarakat harus mendapatkan kesempatan
yang seluasluasnya untuk berpendapat dan berbeda pendapat.
Pada pertemuan di Istana Merdeka itu, beberapa wakil dewan mahasiswa
sempat memakimaki Presiden Soeharto dan mengecam habis para Aspri Presiden,
yang bertindak melebihi pejabatpejabat resmi dan memperkaya diri secara tidak sah.
Soeharto, sih, senyumsenyum saja. Eh, menjelang pertemuan bubar, banyak aktivis
dewan mahasiswa yang minta foto bareng Soeharto. Hahaha...., kenang Hariman.
Menjawab tuntutan mahasiswa itu, Soeharto tak menjanjikan apa pun. Ia hanya
mengucapkan akan memperhatikan aspirasi yang berkembang di kalangan mahasiswa
di masa depan. Respons Soeharto itu tentu saja tak memuaskan mahasiswa. Teman
teman kemudian mendesak agar perjuangan terus dilanjutkan. Mereka meminta
dewan mahasiswa perguruan tinggi seJawa membuat pernyataan politik menyambut
14
C. Van Dijk. 2000. Op.Cit.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 62 3/26/10 7:21:39 PM
~ 63 ~
kedatangan Perdana Menteri Tanaka, kata Hariman.
Pada 12 Januari 1974, mahasiswa kembali melanjutkan demonstrasi anti
dominasi ekonomi Jepang sekaligus antiAspri. Bonekaboneka yang menggambarkan
diri Sudjono Hoemardani dan Perdana Menteri Jepang Kakue Tanaka kembali
dibakar.
Hariman (berjalan paling depan, ditengah) memimpin delegasi Dewan Mahasiswa se-Indonesia bertemu Presiden
Soeharto di Bina Graha (1974).
Hariman (duduk paling kiri) dan Delegasi Dewan Mahasiswa se-Indonesia sesaat sebelum bertemu Presiden
Soeharto di Bina Graha.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 63 3/26/10 7:21:42 PM
~ 64 ~
Hariman & Malari
Tanggal 14 Januari 1974 malam, Perdana Menteri Tanaka datang ke Indonesia.
Jalan menuju Lapangan Udara Utama Halim Perdanakusuma diblokir mahasiswa.
Menterimenteri yang datang untuk menjemput pun tidak diberi jalan, kecuali
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Soerono. Meski wilayah di sekitar Halim
Perdanakusuma dijaga ketat aparat keamanan, beberapa aktivis berhasil menerobos
sampai ke landasan pacu. Begitu Tanaka turun dari tangga pesawat, mereka
membentangkan posterposter bernada protes. Melihat itu, aparat keamanan segera
mengamankan para aktivis mahasiswa tersebut.
Malam itu juga, dewan mahasiswa perguruan tinggi seJawa mengadakan rapat
di Student Centre UI, Salemba, untuk membahas undangan dialog dengan Tanaka di
Istana Negara, 15 Januari 1974. Mereka juga memperbincangkan pernyataan Jenderal
Maraden Panggabean yang menyatakan bahwa gerakan mahasiswa menjurus makar.
Selain para mahasiswa, sejumlah unsur nonkampus juga ikut dalam
rapat tersebut. Mereka antara lain Jesse A. Monintja, Jusuf A.R., dan Jopie Lasut.
Kedatangan unsurnon kampus itu berkaitan dengan usul untuk melakukan koordinasi
demonstrasi pelajar sekolah dan mahasiswa selama kunjungan Tanaka. Menurut
Jopie Lasut, usul itu terinspirasi oleh pernyatana Kepala Kepolisian Jakarta Widodo
Budidarmo, beberapa hari sebelumnya, bahwa demonstrasi terbagi dalam dua kategori:
demonstrasi mahasiswa adalah bersih, sedangkan demonstrasi di luar lingkungan
universitas adalah demonstrasi liar. Pernyataan Widodo diikuti pernyataannya pada
14 Januari di radio yang menyebutkan bahwa, setelah dipelajari, aksiaksi tersebut
telah mencapai titik ketika mereka dapat berubah menjadi kegiatan subversif.
Yang mengajak Jusuf A.R., Jesse A. Monintja, dan Jopie Lasut ke Student
Center UI adalah Sjahrir. Sebelum ikut pertemuan, mereka menunggu di luar. Pada
pertengahan pertemuan, Theo L. Sambuaga terlihat ke luar ruangan. Setelah diberitahu
tentang rencana untuk melakukan koordinasi demonstrasi itu, Theo mengatakan
bahwa rencana semacam itu memerlukan persetujuan Hariman Siregar. Mereka lalu
menulis catatan untuk Hariman Siregar. Setelah membacanya, Hariman mengundang
mereka bergabung dalam pertemuan.
Usai pertemuan tersebut, diskusi pendek terjadi antara tiga perwakilan gerakan
pelajar dan John Pangemanan (Ketua Dewan Mahasiswa Sekolah Tinggi Olahraga),
Pataniari Siahaan (Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Trisakti), dan Hariman
Siregar. Disepakati, pelajarpelajar sekolah akan berpartisipasi dalam rencanarencana
para mahasiswa. Setelah itu, pertemuan terjadi dengan Eko Djatmiko.
Rapat yang dipimpin Hariman sendiri berlangsung alot. Tema yang dibicarakan
adalah apakah massa dalam aksi demo besoknya akan dilokalisasi di Monas atau
turun ke jalanjalan. Sebagian peserta rapat bersikeras massa dilokalisasi di Monas
saja, tapi sebagian lagi ngotot agar massa turun ke jalanjalan Ibu Kota. Akhirnya
dicapai kata sepakat: aksi akan dipusatkan di kampus Universitas Trisakti di kawasan
Grogol. Tapi, massa mahasiswa akan berjalan dari kampuskampus di Jakarta, dengan
titiksinggung kawasan Monas. Maksudnya, massa mahasiswa yang berjalan akan
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 64 3/26/10 7:21:43 PM
~ 65 ~
Showroom Toyota di jalan Sudirman, Jakarta, yang dibakar massa saat Peristiwa Malari.
Jenderal Soemitro berpidato di depan massa saat meletusnya Peristiwa Malari.
melewati kawasan Monas dan membawa massa di Monas ke kampus Trisakti.
Setelah dicapai kata sepakat, rapat dilanjutkan dengan membicarakan konsep
rute perjalanan massa dari kampus UI di Salemba menuju kampus Trisakti di kawasan
Grogol. Rapat ini dipimpin Gurmilang Kartasasmita. Rute perjalanan saya susun
berdasarkan pengalaman memimpin demonstrasi sebagai Ketua KAPPI Rayon
Setiabudi di tahun 1967, kata Gurmilang.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 65 3/26/10 7:21:44 PM
~ 66 ~
Hariman & Malari
*****
Lantas, apa sesungguhnya Peristiwa Malari? Ada banyak versi yang diungkap
berbagai pengamat sosial-politik terhadap Peristiwa Malari: merupakan ekses konfik
internal di kalangan elite politik; ledakan ketidakpuasan kelompok kelas menengah
pribumi terhadap strategi pembangunan Orde Baru; sampai peristiwa yang didalangi
oleh oknumoknum PSI dan Majelis Sjuro Muslimin Indonesia.
Hariman Siregar dianggap telah melakukan perbuatan melawan, merongrong
wibawa, bahkan berniat menjatuhkan kekuasaan pemerintahan yang ada. Subversi.
Hariman Siregar kemudian dianggap menjadi tokoh sentral gerakan Malari. Bukan
hanya pada tahuntahun 19741975, namun terus hingga lebih dari 30 tahun berikutnya.
Nama Hariman Siregar lalu selalu dilekatkan dengan atribut tokoh Malari. Dan di
sinilah kesalahan mulai terjadi.
Faktanya, kerusuhan, pembakaran, pencurian, dan pengrusakan hingga lepasnya
11 nyawa merupakan suatu aksi terpisah dari gerakan mahasiswa yang memprotes
dominasi modal asing, mengkritik strategi pembangunan pemerintah Soeharto, dan
mengecam korupsi di pemerintahan. Aksi itu bukan dirancang dan digerakkan atau
dilakukan oleh gerakan mahasiswa yang di Jakarta dimotori oleh Dewan Mahasiswa
UI dengan ketua umumnya Hariman Siregar. Aksi kekerasan itu juga sulit disebut
sebagai inisiatif masyarakat yang setuju isi protes mahasiswa. Maka, menyebut
Hariman Siregar sebagai tokoh sentral gerakan Malari mengandaikan tuduhan yang
dibacakan jaksa penuntut umum di persidangan Hariman di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, Agustus 1974, sebagai kebenaran mutlak. Pengandaian ini membenarkan
bahwa aksiaksi kekerasan yang terjadi menyusul demonstrasi mahasiswa disponsori
atau setidaknya didukung oleh Dewan Mahasiswa UI.
Mantan Panglima Kopkamtib Jenderal Soemitro, melalui memoarnya,
15
mengungkapkan bahwa kelompok Operasi Khusus (Opsus)
16
yang bertanggung jawab
terhadap kerusuhan tersebut. Opsus merancang suatu operasi untuk menetralisasi
posisi Soemitro sebagai Panglima Kopkamtib, mahasiswa, dan golongangolongan
yang dianggap bisa menghalangi ambisi politik Ali Moertopo. Operasi itu dilancarkan
dengan cara menunggangi rencana apel mahasiswa pada 15 Januari 1974 dengan
serangkaian aksi kerusuhan dan huruhara. Sasaran kerusakan seperti mobilmobil
Jepang, kantor Toyota Astra, dan Cocacola sengaja ditentukan agar mengesankan
kerusuhan memang benarbenar dibuat mahasiswa. Soemitro menunjuk serangkaian
rapat dan pertemuan rahasia di Jalan Sabang, Jalan Salemba, dan Jalan Timor
(semuanya di Jakarta Pusat) guna mendukung kesimpulannya.
Sungguhpun begitu, menurut Hariman Siregar sendiri, yang merupakan tokoh
sentral gerakan itu, Peristiwa Malari adalah puncak dari gerakan kritis terhadap
konsep pembangunan yang dilakukan pemerintah Orde Baru saat itu. Gugatan
terhadap strategi pembangunan tersebut juga berkaitan dengan ekseseksesnya
yang sudah terlihat jelas saat itu, seperti mismanajemen pembangunan, korupsi,
15
Heru Cahyono. 1998. Op.Cit.
16
Dipimpin oleh Asisten Pribadi Presiden Soeharto, Ali Moertopo.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 66 3/26/10 7:21:44 PM
~ 67 ~
kesenjangan sosialekonomi, dan dominasi modal asing.
Isuisu tersebut berhasil digerakkan Dewan Mahasiswa UI yang berhasil
tampil sebagai lembaga sentral yang dapat mempersatukan kekuatan berbagai potensi
aksi. Di situlah letak strategisnya aksi atau gerakan pemuda dan mahasiswa dibanding
gerakan kaum buruh dan tani. Perjuangan mereka yang disebut belakangan umumnya
lebih tertuju kepada kepentingan mereka sendiri.
Bagi kaum buruh, misalnya, isu gerakan mereka biasanya seputar kebebasan
berserikat, jaminan keamanan dan keselamatan kerja, serta tuntutan kenaikan upah. Isu
gerakan kaum tani selalu berkisar soal lahan (tanah), alatalat produksi, dan tuntutan
kenaikan harga hasil tani. Akan halnya isu gerakan pemuda dan mahasiswa jauh lebih
luas, bersifat lintas sektoral, karena umumnya tertuju pada upayaupaya mengangkat
masalahmasalah publik, dengan maksud agar semua orang mengetahuinya serta turut
memikirkan dan menyelesaikannya.
Adnan Buyung Nasution juga menilai, Gerakan mahasiswa itu saya yakini
merupakan gerakan yang murni, mandiri, dan independen, tidak mengekor siapa
pun. Yang dihantam adalah rezim Soeharto, baik Soehartonya, Ali Moertoponya,
maupun Soemitronya.... Saya heran kalau gerakan mahasiswa dan cendekiawan
disangkutpautkan dengan salah satu pihak. Tidak betul itu.
17
Yang jelas, dari Peristiwa Malari ada beberapa hal yang dapat dijadikan acuan,
yakni pemuda dan mahasiswa memang mampu menciptakan isu yang memimpin
untuk melakukan perubahan; perlu adanya lembaga sentral guna mempersatukan
berbagai potensi aksi yang ada; untuk sampai ke suatu gerakan yang menyeluruh
diperlukan waktu yang cukup panjang dan terusmenerus, dan; dukungan media
massa sangat diperlukan.
18
Soemitro menyebutkan, para pemain yang bertanggung jawab terdiri dari
jaringan intel lepas Opsus, CSIS yang berjaringan dengan Opsus, sejumlah tokoh
Gabungan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam (GUPPI)organisasi massa Islam
yang direkrut Ali Moertopo untuk memenangkan Golkar dalam Pemilu 1971dan
sejumlah massa binaan Ali Moertopo yang terdiri dari preman, tukang becak, dan
bekasbekas Darul Islam/Tentara Islam Indonesia. Komando operasi pembakaran
dipimpin oleh anggota Opsus, Bambang Trisulo S.H., dengan didukung oleh
Freddy Latumahina, Leo Tomasoa (seorang preman), dan Aulia Rachman. Konsep
penunggangan ini dibahas oleh tokohtokoh CSIS
19
pendukung Opsus, di antaranya
kakak beradik Liem Bian Koen (Sofyan Wanandi) dan Liem Bian Kie (Yusuf
Wanandi), serta Cosmas Batubara. Sementara itu, dana operasi disebutkan sebesar
Rp100 juta. Untuk dana operasi preman saja, Bambang Trisulo mengeluarkan uang
sebesar Rp30 juta. Angka ini tergolong amat besar pada masa itu, mengingat nilai
17
Lihat Ramadhan KH dan Nina Pane; Adnan Buyung Nasution: Dirumahkan Soekarno,
Dipecat Soeharto; 2004, Aksara Karunia.
18
Hariman Siregar; Gerakan Mahasiswa 1970an; makalah pengantar diskusi dalam pertemuan Mengembangkan
Wawasan ke2 yang diselenggarakan oleh mahasiswa Indonesia di Kanada dan Amerika Serikat, bertempat di Madison
Wisconsin, USA, 4 Juni 1995.
19
Centre for Strategic and International Studies (CSIS) adalah lembaga think thank.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 67 3/26/10 7:21:45 PM
~ 68 ~
Hariman & Malari
tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih di bawah Rp400 per US$1.
Peristiwa Malari juga berbuntut pada pembredelan 12 koran dan majalah di
Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar. Ke12 penerbitan yang surat izin terbit
(SIT)nya dicabut itu adalah Indonesia Raya, Pedoman, Abadi, Harian KAMI,
Nusantara, Jakarta Times, Mingguan Wenang, Pemuda Indonesia, Majalah Ekspress
(Jakarta), Suluh Berita (Surabaya), Mingguan Mahasiswa Indonesia (Bandung), dan
Indonesia Pos (Ujungpandang). Di Jakarta, selain pencabutan SIT masih ditambah
pencabutan surat izin cetak (SIC) oleh Pelaksana Khusus Kopkamtib Jakarta Raya.
Mereka dianggap menerbitkan berita yang menjurus ke arah usahausaha
melemahkan sendisendi kehidupan nasional, dengan mengobarkan isuisu seperti
modal asing, korupsi, Dwifungsi ABRI, kebobrokan aparat pemerintah, pertarungan
tingkat tinggi; merusak kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan nasional;
menghasut rakyat untuk bergerak mengganggu ketertiban dan keamanan negara;
menciptakan peluang untuk mematangkan situasi yang menjurus pada perbuatan
makar.
20
Akibat Peristiwa 15 Januari 1974 selanjutnya adalah reorganisasi di tubuh
kekuasaan. Jenderal Soemitro mengundurkan diri dari jabatan Panglima Kopkamtib,
Presiden Soeharto menghapuskan jabatan Aspri yang disandang Ali Moertopo,
mengganti Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) yang dipegang oleh
Letjen Sutopo Juwonodianggap orang dekat Soemitrodengan Mayjen Yoga
Soegama.
Menyimak berbagai buntut peristiwa pascaMalari, Eep Saefulloh Fatah
memilih melihat peristiwa ini sebagai keberhasilan Presiden Soeharto menerapkan
manajemen konfik dalam pemerintahannya. Tujuannya: (1) membentuk tertib politik
atau stabilitas dan (2) mewujudkan dan mengefektifkan kekuasaan. Secara umum,
stabilitas yang bisa tercipta dari manajemen konfik adalah stabilitas konsensual atau
stabilitas yang dibentuk berdasarkan konsensus antara negara dan masyarakat serta
dan stabilitas otokratis atau stabilitas yang diciptakan melalui pemaksaan, koersif,
represi, dan menendang semua pihak yang tidak sepakat dan sejalan dengan nilai
dan kepentingan negara.
21
Kata negara pada aras politik bisa disamakan dengan
penguasa. Sengaja atau tidak, Presiden Soeharto menemukan satu momentum untuk
meringankan beban perseteruan dalam tubuh kekuasaan yang dipimpinnya melalui
Malari.
22
Tapi, dalam pandangan Jopie Lasut (aktivis nonkampus yang terlibat
dalam Peristiwa Malari), Peristiwa Malari justru merupakan mometum awal yang
memanfaatkan kontradiksi di kalangan rezim militer Orde Baru. Hariman dkk.
menggunakannya untuk mempertajam friksi antara kekuatan prostatus quo dan
kekuatan yang properubahan demi kepentingan rakyat jelata. Dan, yang pasti,
20
Ignatius Haryanto. 1996. Pembredelan Pers di Indonesia: Kasus Koran Indonesia Raya.
Jakarta: LSPP.
21
Eep Saefulloh Fatah. 2010. Op.Cit.
22
Rum Aly. 2004. Op.Cit.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 68 3/26/10 7:21:45 PM
~ 69 ~
Malari merupakan titik awal perlawanan terhadap Suharto secara besarbesaran,
kata Jopie.
Bagi gerakan mahasiswa Indonesia sendiri, Malari merupakan suatu titik balik
atau antiklimaks dari perannya sebagai pengontrol kekuasaan. Mahasiswa tak lagi
bebas memerankan student government melalui kampus, aktivitas politik mahasiswa
dilikuidasi, Tridharma Perguruan Tinggi yang salah satunya berbunyi pengabdian
masyarakat dibatasi pada aktivitas kerja bakti dan memberi bantuan ke desadesa.
Akibatnya, konsolidasi dan aksi mahasiswa sebagai kekuatan politik yang mengontrol
pemerintah berlangsung dalam skala lebih kecil dibanding awal 1970an.
Kendati demikian, dalam periode pascaMalari mulai akhir 1970an, periode
Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) 1980an, gerakan mahasiswa 1990an,
hingga gerakan tahun 1998 yang mengakibatkan jatuhnya kekuasaan Soeharto, nama
Hariman Siregar tetap lekat pada berbagai kegiatan konsolidasi dan protes mahasiswa.
Ia bagaikan menjadi ikon dari setiap gerakan kaum muda yang lahir sesudahnya.
Hal senada juga dikatakan Todung Mulya Lubis, tokoh pejuang hak asasi
manusia yang juga sempat terseret Peristiwa Malari. Memang saat itu Hariman tidak
berhasil untuk menggulingkan Soeharto. Tapi, sebagai sebuah gerakan mahasiswa,
Peristiwa Malari adalah sebuah embrio dari suatu perlawanan yang terus berlanjut.
Bahwa dia tidak berhasil menggulingkan Soeharto itu soal lain. Tapi, Hariman telah
meletakkan embrio dari suatu perlawanan generasi muda terhadap kekuasaan yang
otoriter. Dari segi itu, saya lihat keberhasilan gerakan Malari, kata Todung Mulya
Lubis.
23
Bahkan, dalam pandangan Max Lane, seorang aktivis dan pengamat per
politikan Indonesia, gerakan protes mahasiswa sepanjang 19731974 adalah awal
gerakan menjatuhkan Soeharto. Gerakan mahasiswa itu membuka agenda politik
baru. Sebelumnya agenda protes terbatas pada isu korupsi. Mulai dengan gerakan
1973, ketika Hariman menjadi Ketua Dewan Mahasiswa UI, agenda dibuka sehingga
strategi pembangunan, peran pejabat militer, kesewenangwenangan antidemokrasi,
dan peran modal asing, semuanya diperdebatkan, tulis Max Lane. Ketika Soeharto
melakukan represi pada tahun 1974, dan lagi pada tahun 1978, perdebatan itu mungkin
berlangsung di bawah tanah, tapi jalan terus.
24
e
23
Wawancara dengan Todung Mulya Lubis.
24
Max Lane. 2007: Op.Cit.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 69 3/26/10 7:21:46 PM
~ 7O ~
Hariman & Malari
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 70 3/26/10 7:21:46 PM
~ 71 ~
Pengadilan
dan Penjara
J
E p i s o d E 5
alan masuknya hanya berupa tanah. Sempit
pula. Mobil akan sulit masuk dan, bila hujan, jangankan
roda kendaraan, langkah kaki pun kurang gagah karena
lumpur becek. Tetapi setelah menempuh jalan buruk
itu beberapa menit akan dijumpai tembok batu tinggi
dikelilingi persawahan yang membentengi beberapa
bangunan. Mereka yang hidup pada periode awal Orde
Baru mengenalsetidaknya pernah mendengarnama
tempat ini: Penjara Nirbaya. Dulu lokasi Nirbaya
terpencil di pinggir Jakarta. Untuk mencapainya, keluarga
para tahanan harus melalui jalan tanah, yang kalau musim hujan jadi becek dan
berlumpur, kenang Hariman Siregar.
Sekarang mungkin orang hanya mengenal nama Nirbaya untuk menyebut
salah satu lembaga permasyarakatan (lapas) di Pulau Nusakambangan. Nirbaya yang
tempat mendekam Hariman Siregar, setelah di vonis pengadilan, tidaklah sejauh itu.
Letaknya hanya di pinggir Jakarta, di kawasan Pondok Gede, tidak jauh dari Taman
Mini Indonesia Indah. Namun, kini tak ada lagi bekas penjara itu. Tempatnya sudah
berganti dengan pemukiman yang dipadati penduduk. Hanya nama Jalan Nirbaya
yang masih mengingatkan penduduk lama di daerah itu bahwa dulu ada sebuah
penjara di tempat mereka. Lokasinya ada di sisi kanan jalan dari Terminal Pinang
Ranti menuju Asrama Haji.
Selama satu tahun delapan bulan, Hariman Siregar pernah menjadi salah satu
penghuni Nirbaya, setelah sebelumnya mendekam di sejumlah penjara lain. Menyusul
kemudian ke Nirbaya adalah Sjahrir dan Aini Chalid. Tokoh lain yang sempat diseret
kasus Malari oleh pemerintah dan ditempatkan di Nirbaya adalah Mochtar Lubis,
Adnan Buyung Nasution, dan Bung Tomo. Sebelum mereka telah ada tahanan dari
peristiwa Gerakan 30 September 1965.
1
Mereka antara lain: Omar Dhani (Kepala Staf
Angkatan Udara di masa Soekarno), Soebandrio (mantan Wakil Perdana Menteri dan
1
Mochtar Lubis menggunakan istilah tahanan Gestapu. Lihat: Mochtar Lubis. 2008. Op.Cit.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 71 3/26/10 7:21:46 PM
~ 72 ~
Hariman & Malari
Menteri Luar Negeri), dan sejumlah tokoh lainnya.
Penjara Nirbaya terdiri dari lima blok. Istilah yang digunakan untuk menamai
blokblok itu bisa dibilang dipaksakanuntuk perspektif zaman pascaSoeharto.
Masingmasing blok dinamai Amal, Bakti, Nusa, Ikhlas, dan Rela. Tidak diketahui
dari mana dan apa ide dasarnyabarangkali tidak penting juga dicari tahutapi
kemungkinan bersumber dari kebiasaan Orde Baru memberi stigma kepada lawan
politiknya. Mereka yang dimasukkan ke sini dinilai bukanlah orangorang yang cocok
dengan istilahistilah nama blok itu, tapi diharapkan kelak bisa cocok atau bertobat.
Nama resmi penjara ini sebenarnya adalah Instalasi Rehabilitasi (Inrehab)
Nirbaya. Tempat ini direncanakan dan didirikan pada era pemerintahan Soekarno,
dengan tujuan untuk tempat penampungan para tahanan politik terkemuka, yang
sebelumnya ditahan di penjara biasa di Madiun, Jawa Timur. Yang menarik, penjara
Nirbaya tak memiliki pintu gerbang masuk dan tidak ada dinding penyekat di antara
blok. Sayap kanan Nirbaya terdiri dari Blok Amal, Bakti, dan Nusa.
Di dalam Blok Amal terdapat rumahrumah kecil yang berdiri sendiri. Penjaga
dan penghuni menyebutnya paviliun ayau bungalo. Tiaptiap paviliun memiliki lahan
kosong di muka, kedua sisi dan belakang. Akan halnya blok lain hanya terdiri dari
barakbarak panjang dengan kamarkamar lebih kecil. Tentu saja terdapat tempat
khusus untuk penjaga dan dapur umum. Blok Amal dianggap merupakan blok VIP di
Nirbaya. Setiap tahanan menempati paviliun berukuran 5 x 6 meter, dengan fasilitas
WC di dalam, jendela kaca dan pintu yang berkunci biasa. Paviliun itu dilengkapi
Hariman bersama para aktivis DMUI (Bambang Sulistomo, Gurmilang Kartasasmita, dan Eko Djatmiko) di
RTM Budi Utomo (1974).
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 72 3/26/10 7:21:50 PM
~ 73 ~
dengan tempat tidur, sofa, meja dan kursi makan, serta lemari pakaian. Dan tidak ada
terali besi.
2
Di Blok Amal inilah mendekam Omar Dhani, Soebandrio, dan sejumlah
tahanan politik yang dulunya adalah para pejabat pemerintahan era Soekarno.
Di Nirbaya terdapat pula poliklinik. Di paviliun poliklinik inilah Hariman
ditempatkan. Dibanding di penjara lain selama menjadi tahanan, di Nirbaya relatif
lebih baik, kata Hariman. Di sini ia dibolehkan membaca berbagai buku, bukan
hanya novelnovel, dan bergaul dengan tahanan lain yang kebanyakan mantan pe
tinggi Orde Lama. Sewaktuwaktu bisa juga berkunjung ke blok lain.
Seperti ditulis Mochtar Lubis, dalam catatan hariannya, Kamis, 13 Februari
1975, Kemarin Hariman Siregar datang bertamu waktu jam main volley. Dia gembira
seperti biasa dan mengatakan padaku bahwa mahasiswa waktu demonstrasi terhadap
Tanaka sama sekali tidak merencanakan untuk menentang pemerintah Soeharto dan
bahwa kekerasankekerasan yang terjadi bukanlah dilakukan mahasiswa. Katanya,
dia dan kawankawannya telah berhasil mengenal mereka yang mengerahkan orang
untuk merampok dan membakari toko dan mobil.
Tiaptiap kamar atau paviliun tidak pernah dikunci sepanjang siang dan malam.
Hanya pintu masuk ke tiap blok yang dikunci. Dua pengawal tentara ditempatkan
secara bergantian untuk berjaga. Menurut catatan harian Mochtar Lubis, tentara
penjaga itu prajuritprajurit muda dan senantiasa bersikap ramah.
Layaknya penjara, di tiap sudut tembok tinggi terdapat menara pengawalan.
Dari menara itu, selain bisa mengawasi kegiatan tahanan, juga bisa melihat suasana
sibuk di dekat tembok selatan, yakni pembangunan Taman Mini Indonesia Indah yang
tengah dikebut agar bisa diresmikan bulan April 1975.
Setelah melewati waktu enam bulan lebih, Sjahrir yang sudah divonis 6
tahun 6 bulan tahun pada pertengahan Juni 1975 dikirim juga ke Nirbaya. Kemudian
menyusul Mohammad Aini Chalid, mahasiswa Universitas Gadjah Mada, yang
divonis dua tahun dua bulan. Mereka berkumpul di tempat ini. Hariman telah pula
menulis catatancatatan hariannya.
Suatu sore, 4 Februari 1975, Mochtar Lubis dimasukkan juga ke Nirbaya. Ia
ditempatkan di Blok Amal Paviliun A2. Sama seperti ketika Hariman masuk, tak ada
perlengkapan di dalam paviliun itu. Hanya ada sebuah meja dan kursi tua, bufet,
tempat tidur dengan kasur busuk, tanpa bantal atau sprei. Hariman sempat meminta
dikirimi kasur dari rumah menggantikan yang disediakan Nirbaya.
Mochtar Lubis sempat mencatat menu yang disajikan setiap harinya. Makan
pagi adalah nasi dengan sepotong tahu atau tempe, siang hari makan dengan nasi
ditambah satu tempe dan sayur rebus, sedang makan malam diberi nasi lebih banyak
dengan sayur lodeh, perkedel, dan setengah telur asin. Menu ini berbeda dengan
tahanan Gerakan 30 September yang hanya diberi nasi, tahu/tempe, sayur rebus untuk
pagi, siang, dan malam. Pada siang hari pun menu untuk Hariman dan Mochtar Lubis
2
Lihat Benedicta A. Surodjo dan J.M.V. Soeparno. 2001. Tuhan, Pergunakanlah Hati, Pikiran, dan Tanganku: Pleidoi
Omar Dani. Jakarta: ISAI, halaman 140141.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 73 3/26/10 7:21:50 PM
~ 74 ~
Hariman & Malari
(kelak nanti dengan Sjahrir dan Aini) masih ditambahi satu telur dadar atau sesekali
pada pagi hari diberi perkedel.
Tahanan yang telah lama menghuni Nirbaya memelihara kucing dan ayam.
Ada enam kucing saat itu yang dimaksudkan untuk menjaga agar ular dan tikus tidak
masuk ke paviliun. Maklum, ular belang dan ular sendok masih banyak di daerah itu.
Untungnya tidak ada tikus masuk ke paviliun, tulis Mochtar Lubis dalam catatan
hariannya. Di tengah blok ada taman dengan kolam ikan mujair dan bunga teratai.
Tahanan lama juga menanam singkong, pepaya, mangga, jambu klutuk, alpukat, dan
bungabunga.
*****
Acara masih dua setengah lagi berlangsung. Jam di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat baru menunjukkan pukul 06.30 WIB. Sepagi itu, dua batalyon polisi lengkap
dengan brigade satwa yang menuntun anjing pelacak telah siaga.
3
Pengunjung
pengadilan telah mulai membanjir. Mereka antre untuk mendapatkan tanda pengenal
khusus agar bisa masuk ke ruang persidangan. Satu di antaranya adalah Bung Tomo,
tokoh 10 November 1945. Ia termasuk pengunjung yang datang paling pagi.
Kamis pagi itu, 1 Agustus 1974, Hariman Siregar akan disidang. Ketua Dewan
Mahasiswa UI ini pertama kalinya akan kembali muncul di muka publik setelah
sejak pertengahan Januari ditahan berpindahpindah. Ia telah lebih dulu datang ke
pengadilan dengan mobil tahanan dari RTM Budi Utomo.
Sebelum sidang betulbetul dimulai pukul 09.00 sudah ada dua ribuan orang,
yang sebagian besar mahasiswa. Ratarata berjaket kuning. Tampak pula mahasiswa
dari Bandung dan Bogor, ditandai dengan jaket almamater yang mereka kenakan.
Di ruang sidang, di kursi pengunjung sudah ada Pembantu Rektor III UI Dr. Budi
Swasono, yang seorang menantu mantan Wakil Presiden Bung Hatta. Hadir juga
abang Hariman: Marhum Siregar.
Majelis Hakim dipimpin oleh B.H. Siburian, S.H., dengan anggota Bremi,
S.H. dan Hungudidojo, S.H. Jaksa dipimpin oleh Ph. Rompas, S.H. Terdakwa,
Hariman Siregarmengenakan jaket almamaternya jugaduduk di tengah di muka
meja majelis hakim. Beberapa meter di sebelah kanannya, duduk empat pembelanya:
Suardi Tasrif, Jamaluddin Dt. Singomangkuto, Nusjirwan Kusumonegoro, dan Talas
Sianturi.
Sidang pertama ini agendanya mendengarkan dakwaan jaksa:
Hariman Siregar, baik bertindak atas nama Dewan Mahasiswa Universitas
Indonesia, organisasi lain, ataupun perseorangan, pada bulan Oktober, November,
Desember 1973, dan Januari 1974 setidaktidaknya dalam waktu antara 1973 dan 1974,
di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, atau daerah lain di wilayah Republik Indonesia telah
3
Pasukan keamanan itu sebelumnya, 30 Juli 1974, mengikuti pelatihan bersandi Jaya Siaga III yang diikuti oleh berbagai
satuan ABRI, Wankamra, dan Hansip. Latihan selama enam setengah jam itu dipimpin oleh Panglima Pelaksana Khusus
Kopkamtin Jakarta Raya. Lihat: Bab Sistem Pengamanan dalam Tempo edisi 10 Agustus 1974.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 74 3/26/10 7:21:51 PM
~ 75 ~
Pengunjung sidang berusaha mendekati Hariman Siregar yang akan masuk ke mobil tahanan, Jakarta, 1975.
[TEMPO/ Zulkify Lubi)
Sidang pengadilan peristiwa malari, Hariman Siregar di pengadilan negeri Jakarta Pusat, Jakarta, 1975.
[TEMPO/ Harun Musawa)
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 75 3/26/10 7:21:55 PM
~ 76 ~
Hariman & Malari
melakukan serangkaian perbuatan dan maksud merongrong atau menyelewengkan
haluan negara, merongrong kekuasaan negara atau kewibawaan pemerintah yang
sah atau aparatur negara, menimbulkan kekacauan, kegoncangan, atau kegelisahan
di kalangan penduduk atau masyarakat luas, mengganggu, menghambat, atau
mengacaukan jalannya industri, produksi, distribusi, perdagangan, atau pengangkutan
yang diselenggarakan pemerintah, atau memunyai pengaruh luas terhadap rakyat,
perbuatanperbuatan mana dilakukan dengan caracara sebagai berikut:
Pada tanggal 24 Oktober 1973 di Student Centre Universitas Indonesia,
Salemba Raya Jakarta, terdakwa telah mencetuskan dan menandatangani Petisi 24
Oktober. Untuk maksud itu, terdakwa telah melakukan serangkaian kegiatan antara
lain:
1. Pada tanggal 20 November 1973 di dalam pertemuan delapan dewan
mahasiswa yang diadakan di Universitas Padjadjaran, Bandung, terdakwa telah
mengucapkan antara lain:
Pemerintah semakin lama semakin menyimpang dari tujuan semula.
Perlu adanya perubahan struktur pemerintahan karena tidak menghasilkan
kemajuan.
2. Pada tanggal 24 November 1973 kirakira jam 02.00 malam bertempat
di ruangan DMUI Jalan Salemba Raya Jakarta, di hadapan beberapa anggota DMUI,
terdakwa telah melontarkan katakata, Setuju enggak kita ganti Soeharto dengan
Soemitro?
3. Pada tanggal 9 Desember 1973 dalam pertemuan reriungan antara tiga
golongan masyarakat, yaitu mahasiswa, cendekiawan, dan seniman yang diadakan di
Student Centre ITB, terdakwa telah mengatakan antara lain:
Kultur penguasa yang jelas tidak menghasilkan perubahan.
Tanpa mahasiswa bergerak mungkin akan ada kudeta dari pihak militer,
maka sebelum ini terjadi mari mulai sekarang juga.
Sekarang tujuan kita merombak struktur pemerintahan, bila perlu secara
keseluruhan, dan bila perlu kita angkat senjata dan berkorban untuk citacita bersama.
4. Pada tanggal 12 Desember 1973 di kantor DM IAIN Sunan Kalijaga
di Yogyakarta dalam dialog dengan beberapa anggota DM IAIN, ketika anggota
anggota DM tersebut menjelaskan bahwa maksud dari gerakangerakan mahasiswa
adalah melenyapkan ketimpanganketimpangan yang ada di negara ini, terdakwa telah
menyampaikan katakata mengapa bukan Soeharto?
5. Pada tanggal 14 Desember 1973 malam di rumah makan Siyo Jakarta,
sewaktu saksisaksi Tisnaya Kartakusuma dan Togar Hutabarat menanyakan apa
maksudnya posterposter yang sedang disiapkan oleh mahasiswa UI dan berisi
mendiskreditkan Aspri dan Kopkamtib, terdakwa menjelaskan, Mau revolusi lebih
daripada yang terjadi di Muangthai dan Athena, caranya akan diadu antara Aspri dan
Pangkopkamtib agar Presiden Soeharto jatuh.
6. Pada bulan Oktober 1973 sewaktu DMUI mendapat undangan dari
Presiden Soeharto ke Cendana pada Hari Raya Lebaran, terdakwa telah mengucapkan
katakata di antara kawankawan anggota DMUI sebagai berikut: Kita bunuh saja
(Presiden) Soeharto sekarang, dia ini kacung Cina, sebentarsebentar CinaCina pada
datang.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 76 3/26/10 7:21:55 PM
~ 77 ~
7. Pada bulan Oktober atau November 1973 dalam acara perkenalan
DMUI yang baru dengan Gubernur Ali Sadikin, terdakwa telah melontarkan kata
kata, Bagaimana ini, Pak, mahasiswa akan mengadakan aksi secara besarbesaran,
bagaimana kalau kami dukung Bapak menjadi presiden?
8. Pada tanggal 18 Desember 1973 di UI Salemba Jakarta, terdakwa
selaku Ketua Umum DMUI mengadakan apel kebulatan tekad dan antara lain telah
meneriakkan: Bapak main golf, ibu sedang ngobyek.
9. Pada suatu malam tirakatan, terdakwa telah mengajak rakyat untuk bergerak
maju mengikuti jejak mahasiswa dalam usaha mencapai tujuan yang tercantum dalam
tekad bulat mahasiswa.
10. Pada apel di UKI tanggal 12 Januari 1974, terdakwa telah menghasut
agar mahasiswa dalam menyambut kedatangan PM Tanaka dari Jepang meneriakkan,
Bahwa Indonesia masih punya kebanggaan nasional. Dan dalam perjalanan
menyambut PM tersebut, terdakwa menganjurkan mahasiswa agar menurunkan
benderabendera menjadi setengah tiang.
11. Pada tanggal 15 Januari 1975, di depan Fakultas Kedokteran UI, terdakwa
memberikan instruksi kepada para pimpinan rombongan yang akan berangkat
bergerak, agar mengambil rute Salemba (UI) Kramat Raya RS Cikini Menteng
Raya Jalan Tanah Abang III terus ke Universitas Trisakti dengan garis singgung
Monas.
Dalam long march tersebut, pemimpin barisan depan adalah Judilherry,
barisan tengah dipimpin langsung Hariman, dan barisan belakang dipimpin mahasiswa
lainnya. Pada sepanjang jalan yang dilalui, barisan harus menurunkan benderabendera
yang dipasang penuh menjadi setengah tiang dan banban mobil agar dikempiskan.
Dengan caracara ini, terdakwa bermaksud merongrong kewibawaan
pemerintah, menimbulkan kekacauan, mengganggu ketertiban umum, dan menim
bulkan hambatan terhadap perkembangan industri, sedangkan pemerintah sedang giat
giatnya melaksanakan pembangunan nasional dalam segala bidang.
Maka, terdakwa telah melanggar Pasal 1 ayat 1 sub a, b, c, d UndangUndang
No. 11/PNPS/1963 dalam tuduhan primer, sedangkan dalam subsider telah melanggar
Pasal 107 ayat 1 dan 2 KUHP, Pasal 2 UU No. 5/PNPS/1958 (bermaksud mengadakan
makar hendak menggulingkan pemerintah yang sah).
4
Setelah setengah jam dakwaan dibacakan, Ketua Majelis Hakim B.H. Siburian
bertanya kepada Hariman. Saudara mengerti tuduhan yang baru saja dibacakan?
Tidak, jawab Hariman.
Mengerti bahasa Indonesia? tanya Hakim lagi.
Mengerti. Tapi saya tidak dapat memahami segisegi hukumnya, kata
Hariman.
Ada yang Saudara mohon kepada Majelis Hakim?
Ada. Kalau boleh supaya sidang yang memeriksa saya ditunda satu bulan
4
Hariman Siregar. 1999. Op.Cit.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 77 3/26/10 7:21:56 PM
~ 78 ~
Hariman & Malari
agar saya dapat berhubungan dengan para pembela saya. Karena BapakBapak ini
(seraya menoleh kepada Tim Pembela) baru bertemu dengan saya pagi ini di sidang,
kata Hariman. Waktu saya ditangkap, istilahnya diamankan, tidak disebutsebut
untuk dibawa ke pengadilan.
Suardi Tasrif mengajukan pernyataan senada: Kami menyayangkan bahwa
sepanjang pengetahuan kami, selama berada dalam tahanan, tersangka tidak
pernah mendapat kesempatan untuk menghubungi dan meminta bantuan penasihat
hukum, sekalipun hal itu adalah haknya berdasar Pasal 36 UU Pokok Kekuasaan
Kehakiman.
5
Mereka lalu meminta agar sidang ditunda selama satu bulan ke depan. Tapi,
hakim beranggapan sebulan terlalu lama. Akhirnya, sidang berikutnya ditunda kurang
dari dua pekan, yakni 12 Agustus.
Pada dasarnya, sidang terhadap Hariman merupakan sidang pesanan. Pada
masa Orde Baru, sidang model begini biasanya vonis bersalah dan harus menjalani
hukuman penjara yang sudah ditetapkan sebelum persidangan itu sendiri dimulai.
Maka, ketika eksepsi disampaikan kepada sidang kedua oleh tim pembela, majelis
hakim menyatakan menolak dan menyatakan bahwa Hariman harus diperiksa
pengadilan. Sidangsidang setelah putusan sela hakim itu tentunya memeriksa
keterangan saksisaksi.
Seluruhnya ada 35 saksi yang diajukan oleh jaksa. Mereka ialah Theo L.
Sambuaga, Gurmilang Kartasasmita, Judilherry Justam, Jessy A. Moninca, Slamet
Rahardjo, Pataniari, John Pangemanan, Eko Djatmiko, Arifn Simanjuntak, Nasrun
Yasabari, Dorodjatun KuntjoroJakti, Juwono Sudarsono, Joppie Lasut, Jusuf A.R.,
Carpus da Lopez, Abdul Salim Hutadjulu, Sani Hutadjulu, Djarot Santoso, Harjuna
Ganes Siahaan, Hatta Albanik, Rum Aly, Leo Tomasoa, Postdam Hutasoit, Sarwoko,
Tisnaya Kartakusuma, Slamet Effendy Yusuf, Togar Hutabarat, Remy Leimena,
Muslim Tampubolon, Benny Sudiro, Mangirim Simaremare, Ashadi Siregar, Firdaus
Basuni, Yusuf Muhammad, dan Sjahrir.
Sebenarnya ada satu saksi lain yang diajukan jaksa: Razak Manan, wartawan
mingguan Mahasiswa Indonesia, terbitan Bandung. Namun, kesaksian Razak Manan
dibatalkan hakim karena dianggap membuat ulah. Sebelum memberi kesaksian
seperti biasasaksi disumpah berdasarkan kitab suci agamanya. Razak menolak
disumpah sebelum ia dibolehkan memeriksa apakah Alquran yang digunakan untuk
menyumpah benarbenar asli atau tidak. Ia pun kemudian menangis tersedu sedan
untuk melengkapi protesnya di pengadilan.
6
Ratarata agenda sidang yang menghadirkan saksisaksi memang berisi kisah
menarik yang mengundang senyum, kadang tertawa dan tepuk tangan. Misal saja,
Theo L. Sambuaga, Wakil Ketua Dewan Mahasiswa UI, bertanya lebih dulu kepada
majelis hakim sebelum ia diperiksa. Mengapa saya, sebagai pengurus DMUI, tidak
5
Hari Pertama untuk Hariman, Tempo edisi 10 Agustus 1974.
6
Rum Aly. 2004. Op.Cit.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 78 3/26/10 7:21:56 PM
~ 79 ~
diajukan bersamasama dengan ketua saya?
Setelah diberitahu oleh hakim bahwa ia dihadirkan hanya sebagai saksi, Theo
langsung menyergah, Kalau hanya sebagai saksi saja, yang harus memberi keterangan
obyektif, mengapa ditahan? Saksi memerlukan suasana yang bebas. Dan kalau saya
ditahan, tentu akan ada kelanjutannya, diadili. Kalau diadili, mengapa tidak bersama
sama dengan semua pengurus DMUI?
Akhirnya, hakim ketua menyatakan mungkin jaksa telah menyiapkan suatu
perkara tersendiri bagi Theo. Urusan membawa ke persidangan adalah wewenang
jaksa. yang menentukan siapa yang akan diajukan lebih dulu sesuai dengan
keperluannya, kata B.H. Siburian.
Kepada Theo, hakim menanyakan seputar Petisi 24 Oktober 1973, Ikrar 10
November 1973, dan juga tentang acara Malam Tirakatan. Soal protes terhadap modal
Jepang, hakim bertanya, Kenapa ketidakpuasan kepada Jepang tidak disampaikan
pada pertemuan dengan presiden?
Dijawab Theo singkat, Waktu itu tidak terpikir.
Kenapa pembacaan memorandum direncanakan di Monas? Apa supaya
banyak mahasiswa yang tertampung? Apa dengan pembacaan di Monas itu lantas
bisa didengar Tanaka? Pertanyaan ini menyambung keterangan Theo bahwa
memorandum yang dibacakan di Universitas Trisakti, 15 Januari 1974, mulanya mau
dibacakan di Monas.
Menjawab serentetan pertanyaan hakim ini, Theo lagilagi menjawab singkat,
Hemat saya, Monas sebagai lambang Jakarta dan merupakan daerah netral.
Hariman bersama para pengacaranya, Suardi Tasrif dan T. Mulya Lubis, di halaman PN Jakarta Pusat (1983).
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 79 3/26/10 7:22:00 PM
~ 8O ~
Hariman & Malari
Ketika hakim menyoal tentang Malam Tirakatan, setelah memberitahu bahwa
itu pertama kali diadakan di UI, Theo langsung menukas cepat, Maaf, Pak, saya haus
sekali. Akhirnya, hakim menunda sidang sampai beberapa hari berikutnya.
7
Aksi saksisaksi di pengadilan tak berhenti. Beberapa saksi menggunakan
acara sidang untuk mengungkapkan pelanggaran yang terjadi selama mereka ditahan.
Sebagian malah menarik keterangan dalam berita acara yang dibuat sebelumnya
dengan alasan dipaksa dan diancam.
Jusuf A.R., Salim Hutadjulu, Eko Djatmiko, dan Joppie Lasut meminta agar
hakhak tahanan untuk menerima pengunjung dipenuhi. Mereka meminta agar izin
dari hakim yang menjamin mereka bisa menerima pengunjung dibuat tertulis. Soal
ini disanggupi oleh majelis hakim. tapi Jusuf A.R. tetap menolak memberi kesaksian
sebab sampai sepekan kemudian janji izin tertulis itu belum keluar. Ketika dipanggil
ke pengadilan, 6 September 1974, ia mengaku tak siap secara mental untuk memberi
kesaksian. Pada hari itu, Jessy A. Moninca juga mengaku tidak berada dalam kondisi
yang mantap karena tengah menderita sakit gigi.
Juwono Sudarsono menarik keterangan dalam berita acara karena melihat
bahwa pengadilan terhadap Hariman merupakan pengadilan politik yang bertujuan
mengesahkan sebuah hukuman yang telah ditentukan. Eko Djatmiko pun mencabut
pernyataan yang ia buat ketika diinterogasi. Alasan Djatmiko, waktu diperisa ia
dalam keadaan tidak sadar dan merasa terancam. Ia pun mengaku pernah dipukul.
Jaksa mengakui insiden itu, namun menurut jaksa tidak ada kaitan dengan interogasi,
melainkan perselisihan Eko Djatmiko dengan penjaga belaka.
Saksi lain yang mencabut berita acara adalah Jopie Lasut dan Bambang
Sulistomo. Jopie mengaku tidak merasa aman selama interogasi. Saya diancam,
katanya di depan pengadilan. Jopie Lasut mengungkapkan bahwa ia telah dipaksa
untuk menyebutkan sejumlah pejabat penting pemerintah seperti Jaksa Agung Ali
Said, Panglima Kopkamtib Soemitro, dan Wakil Panglima Kopkamtib Sudomo.
8
Alasan Bambang Sulistomo menarik keterangan dalam berita acara karena dia
diberitahu bahwa interogasi yang telah dilakukan tidak ada terkait dengan pengadilan
Hariman.
9
Protes serupa Bambang Sulistomo diajukan saksisaksi dari Bandung, Hatta
Albanik dan Rum Aly. Secara tertulis, mantan Ketua Umum Dewan Mahasiswa
Universitas Padjadjaran Hatta Albanik memprotes beritaberita yang menyebutkan ia
pernah memberi kesaksian tertulis mengenai Hariman. Keterangan yang pernah saya
berikan dalam pemeriksaanpemeriksaan tidak untuk pengadilan perkara Saudara
Hariman Siregar, tulis Hatta dalam surat protesnya kepada hakim. Paling tidak
saya tidak pernah secara jelas diberitahukan untuk apa keteranganketrangan tersebut
dimintakan dari saya.
7
Masih Soal Petisi, Tempo edisi 31 Agustus 1974.
8
Setelah Soemitro mengundurkan diri, jabatan Panglima Kopkamtib diambil alih langsung oleh
Presiden Soeharto. Sudomo pun menjadi Kepala Staf Kopkamtib.
9
C. Van Dijk. 2000. Op.Cit.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 80 3/26/10 7:22:00 PM
~ 81 ~
Akan halnya menurut catatan Rum Aly
10
, protes dilakukan karena hakim ketua
dalam suatu persidangan pernah mengatakan kita akan memanggil pemimpin koran
(Mahasiswa Indonesia) itu untuk mendengarkan penjelasan mengenai beritanya,
apakah sekadar modal dengkul. Rum Aly memberitahu apa itu Mahasiswa Indo-
nesia dan mengenai terbitannya yang berskala nasional.
11
Secara keseluruhan, jaksa gagal membuktikan dakwaan makar oleh Hariman.
Ia lebih banyak menggunakan keterangan dan informasi intelijen dengan sedikit
pembuktian hukum. Beberapa saksi yang memberatkan Hariman dari kalangan
OpsusLeonard Tomasoa, Sarwoko, Djarot Santoso, Postdam Hutasoit, dan Tisnaya
Kartakusumatampil dengan keteranganketerangan yang kontroversial, namun
tidak dikejar hakim untuk didalami. Pada dasarnya, sepanjang keterangan mereka
bisa memberatkan Hariman, selesai sudah.
Keterangan Leo, misalnya, menyebut Hariman adalah otak peristiwa Malari.
Ia menyimpulkan setelah bertemu massa yang dikenali sebagai tukang becak pada 16
Januari 1974. Ketika Leo bertanya apa yang sedang dilakukan mereka di depan UI,
mereka menjawab, Menunggu komando Bang Hariman.
Sontak Hariman keberatan. Itu analisis, bukan keterangan.
Namun, hakim kala itu berpihak kepada Leo. Majelislah yang akan
memutuskan apakah analisis itu benar atau tidak, kata B.H. Siburian.
12
Secara keseluruhan, Hariman Siregar menolak dakwaan yang disampaikan
jaksa. Ia menolak berbagai keterangan yang disampaikan saksi memberatkan (saksi a
charge). Hariman menyatakan tidak pernah berbicara tentang perubahanperubahan
yang harus dilakukan dalam struktur pemerintahan dan tentang kudeta. Ia menolak
telah menyebutkan tentang revolusi yang lebih keras dari yang terjadi di Athena dan
Muangthai yang dapat dicapai dengan jalan mengadu domba Aspri dan Opsus.
Meski kadang keras dalam persidangan, terutama pada pemeriksaan saksi
saksi memberatkan, pledoi Hariman terkesan lebih lembut. Ia pun tak mengajukan
argumenargumen hukum. Isi pledoinya singkat saja:
Bapak Majelis Hakim yang terhormat,
Kami telah siap menunggu keputusan Bapak Majelis Hakim mengenai
segala kegiatan kami. Hanya, sekali lagi, kami ingin menegaskan pendirian kami:
generasi muda Indonesia yakin perjuangan selama ini bukan untuk memenangkan
pribadpribadi, golongangolongan, atau kekuasaan. Lebih lagi untuk menggulingkan
pemerintah dan pimpinan nasional yang sah! Tapi, perjuangan kami adalah untuk
menegaskan prinsipprinsip yang kita ciptakan bersama. Karena, pribadipribadi bisa
mati, golongangolongan silih berganti, kekuasaan dapat menyeleweng, tetapi prinsip
prinsip akan tetap abadi.
10
Mantan Pemimpin Redaksi Mingguan Mahasiswa Indonesia, terbitan Bandung,
dibreidel setelah Malari.
11
Rum Aly. 2004. Op.Cit.
12
Hariman Siregar. 1999. Op.Cit.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 81 3/26/10 7:22:00 PM
~ 82 ~
Hariman & Malari
Kami yakin prinsip yang paling langgeng adalah prinsip yang kami
perjuangkan, yakni yang termaktub dalam UUD 45 dan Pancasila.
Jiwa patriotisme kami, kecintaan kami kepada nusa dan bangsa, serta
penghayatan kami pada prinsipprinsip yang terdapat dalam UUD 45 dan Pancasila
tak akan pernah luntur, walaupun ditukar dengan harta ataupun karena dipenjarakan
dan menderita.
Pada akhirnya, kami mendoakan selalu agar Bapak Majelis Hakim yang
terhormat dapat melakukan tugasnya sebaikbaiknya berdasarkan hukum yang berlaku,
dan dengan penuh keberanian mengatasi setiap rintangan yang dapat menghambat
tegaknya kebenaran dan keadilan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membimbingnya
selalu.
Kami juga menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Majelis
Hakim yang terhormat, yang bertugas selama ini di persidangan. Kepada Bapak
Jaksa, kami sampaikan ucapan yang sama. Ucapan terima kasih yang mendalam kami
sampaikan kepada Bapak Tasrif, Bapak Jamaluddin, Bapak Nursjiwan, dan Kak Talas
Sianturi yang telah mendampingi kami selama di persidangan ini.
Kepada rekanrekan kami dan majelis hadirin serta petugas dan wartawan
dan kepada mereka yang telah memberikan bantuan moril dan simpati, baik selama
ini maupun selama kami ditahan dan menerima sebagai musibah, kami ucapkan
diperbanyak terima kasih. Khusus kepada orangtua saya yang telah memberikan arti
tanggung jawab dan arti kesetiaan kepada saya, juga saya ucapkan terima kasih.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati dan memberi balas yang
setimpal kepada kita semua.
Jakarta, 18 November 1974
Hariman Siregar
Tim pembelanya membacakan pembelaan pada sidang ke50 setebal 150
halaman. Tim yang dipimpin Suardi Tasrif begitu meyakinkan membacakan naskah
pembelaan. Isinya melibatkan sejumlah fakta berita, keterangan saksi, kutipan para
ahlitermasuk bukubuku yang ditulis oleh ahli dari Barat, puisi yang di antaranya
dari W.S. Rendra, hingga lirik lagu Bob Dylan.
13
Beberapa bagian yang dibacakan sempat membuat hadirin tertegun, terutama
ketika Tasrif membacakan bagian penutup pembelaan. Ada empat perkara yang
sedang dipertaruhkan oleh pengadilan ini, menurut pembela. Yang pertama adalah
generasi muda Indonesia sedang diadili.
Melalui perkara terdakwa Hariman Siregar ini, sesungguhnya the young
generation in Indonesia is on trial. Sejarah akan mencatat dan memberikan penilaian,
apakah dalam tahun 1974 ini pengadilan di Indonesia benarbenar dapat menghayati
dan menyelami aspirasiaspirasi generasi mudanya melalui keputusan pengadilan
dalam perkara terdakwa Hariman Siregar, ujar Tasrif.
13
Ricardo Iwan Yatim, dkk. 1994. Hati Nurani Seorang Demonstran: Hariman Siregar,
Jakarta: PT Mantika Media Utama Jakarta.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 82 3/26/10 7:22:01 PM
~ 83 ~
Yang kedua: kebebasan mimbar sedang diuji. Perihal ketiga adalah kepercayaan
antarmahasiswa dalam bahaya. Menurut pembela, selama pengadilan ada beberapa
saksi yang menyatakan Hariman telah mengucapkan berbagai kata pada berbagai
kesempatan yang sifatnya menghasut. Padahal, katakata itu diucapkan saat Hariman
sedang makanmakan, bersenda gurai, berkumpul sambil berkelakar, dan sebagainya.
Kami terus terang merasa risi apabila omongomong senda gurau antarmahasiswa
sampaisampai secara serius dijadikan kesaksian dalam perkara ini, sekalipun
kesaksiankesaksian itu telah disangkal secara tegas kebenarannya oleh saksisaksi
lain.
Apakah kecurigaan di dalam kampus tidak akan merajalela apabila sesudah
ini mahasiswa yang satu menganggap yang lainnya menjadi spion Melayu? ungkap
Tasrif. Lebih luas lagi hal itu akan berakibat bahwa para dosen dan guru besar dalam
memberi kuliah diliputi rasa khawatir. Janganjangan ada mahasiswanya yang akan
melaporkan isi kuliah yang dianggap di luar konteks, seperti peristiwa yang pernah
dialami Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H. pada zaman Orde Lama.
14
Sampai di sini, suasana sidang langsung sepi. Pengunjung terdiam. Tasrif
berhenti membaca. Ketika melanjutkan membaca, suaranya tersendat karena haru.
Hariman pun tak kuasa menahan air matanya.
15
Taruhan keempat dari pengadilan ini ialah tantangan bagi pengadilan di zaman
Orde Baru. Selama ini telah banyak perkara penting yang diadili oleh pengadilan
dalam suasana Orde Baru, namun menurut hemat kami tidak ada satu perkara selama
ini yang lebih berat untuk diputus daripada perkara sekarang ini, oleh karena perkara
ini menyangkut persoalanpersoalan politik yang sangat peka.
Sebenarnya, Hariman sudah divonis bersalah sebelum pengadilan dimulai.
Pada 21 Desember 1974, ia dijatuhi hukuman enam tahun penjara. Ia dianggap
terbukti telah melakukan tindak pidana subversi: merongrong haluan negara. Hakim
mendasarkan putusan pada tiga rangkaian tindakan yang dilakukan Hariman. Pertama:
Petisi 24 Oktober 1974. Petisi ini, menurut majelis hakim, tidak sekadar menunjukkan
rasa tidak puas terhadap keadaan negara, berbeda dengan keluh kesah pegawai di atas
bus kota mengenai kenaikan harga. Jika rasa tidak puas itu disalurkan lewat pidato,
itu punya latar belakang dan tujuan politik, demikian kata majelis hakim.
Bagian pertama petisi menyebut meninjau kembali strategi pembangunan,
yang menurut majelis hakim sama dengan meninjau GarisGaris Besar Haluan Negara
(GBHN) dan membuat GBHN baru. Soal itu dipidatokan lagi dalam acara Malam
Tirakatan sebagai tindakan Hariman yang kedua. Adapun tindakan ketiga adalah
demonstrasi menyambut Perdana Menteri Jepang, Kakuei Tanaka.
Meski tidak terbukti menjadi penggerak kerusuhan, menurut majelis hakim,
Hariman mestinya tahu bahwa pada triwulan terakhir tahun 1973 dan awal 1974
Jakarta dilanda aksiaksi demonstrasi. Karena kelalaian Hariman, terjadilah aksi
14
Ricardo Iwan Yatim, dkk. 1994. Ibid.
15
Dimulai: Spion Melayu, Tempo edisi 30 November 1974.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 83 3/26/10 7:22:01 PM
~ 84 ~
Hariman & Malari
pembakaran dan pengrusakan. Kelalaian ini sama seperti kelalaian seseorang yang
membeli arloji di pinggir jalan, padahal tahu di Jakarta sering ada penjambretan,
begitu alasan majelis hakim.
Logika kacau ini diulangi majelis hakim untuk menampik argumentasi tim
pembela yang menyamakan perkara Hariman ini dengan perkara Bung Karno dan
Bung Hatta pada zaman penjajahan. Majelis tegas menyebut berbeda. Mengapa? Ja
wabannya: Zaman penjajahan tentu belum ada undangundang subversi. Sampai di
sini Hariman tidak dapat menahan tawanya.
16
Sepuluh hari sebelum vonis untuk Hariman, terdakwa lain kasus Malari
mulai disidang: Sjahrir. Jaksa mendakwanya untuk kegiatan subversi. Ia dianggap
menggalang kekuatan makar sejak 1970 hingga 1972 dan tahun 19731974.
Rangkaian perbuatan subversi itu berupa aksi demonstrasi, diskusi, dialog dalam
berbagai pembicaraan bersama anggota GDUI, mahasiswa, pemuda, pelajar, dan
masyarakat lainnya. Perbuatan ini ia lakukan selaku pribadi dan selaku asisten pribadi
Prof. Sarbini Soemawinata dan Sekretaris GDUI. Bila Hariman didakwa sebagai
penggerak lapangan Malari, Sjahrir diarahkan sebagai otak gerakan.
Sama seperti kepada Hariman, jaksa pun mengutip beberapa pernyataan
Sjahrir untuk menjeratnya, seperti political culture saat ini harus dicairkan, sehingga
tercapai warna politik baru yang disebut sebagai kultur elite politik. Juga untuk
menciptakan warna politik baru tersebut perlu adanya suatu mobilisasi politik yang
dimulai oleh elite politik.
Saat pledoi, 7 April 1975, Sjahrir menyatakan bahwa apa yang terjadi padanya
tidak lebih dari suatu permainan. Ia hanyalah seorang warga negara biasa yang diseret
dan dipaksa untuk ikut berperan dalam cerita yang ia tak pahami ini. Sidang atas
dirinya tak lebih dari skenario politik yang serampangan dan absurd dengan latar
belakang gerakan subversif dan konspirasi politik.
Selama berbulanbulan majelis hakim, penuntut umum, pembela, dan saya
sendiri telah berusaha memainkan peran masingmasing dengan sebaikbaiknya.
Namun, sayalah seorang pemain yang menyadari bahwa tidak ada penonton yang
memedulikan permainan ini. Ada beberapa hal yang boleh jadi menyebabkan mereka
tidak tertarik kepada permainan ini: mungkin pembagian peran tidak cocok, saya
tidak terbiasa dengan peran yang seberat dan sebesar ini. Barangkali seseorang di luar
tahanan dan di luar persidangan ini selayaknya menjalankan peran saya. Mungkin
alur ceritanya kelewat dibuatbuat sehingga para penonton melihat permainan ini
kurang wajar. Tetapi, mungkin juga para penonton telah bosan setelah tiga puluh tahun
merdeka, mereka kini muak dengan segala macam permainan, ungkap Sjahrir.
Toh, lagilagi, seperti juga terjadi pada Hariman sesungguhnya Sjahrir pun
telah dinyatakan bersalah sebelum sidang dibuka hakim. Maka, pada Kamis
malam, 12 Juni 1975, majelis hakim yang terdiri dari Anton Abdurrahman Putera,
Indra Malaon, dan D. Suwandono menjatuhkan palu hukuman selama 6 tahun lebih
16
Vonis, Senyum, Naik Banding, Tempo edisi 28 Desember 1974.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 84 3/26/10 7:22:02 PM
~ 85 ~
6 bulan bagi Sjahrir.
Sidang ketiga untuk perkara Malari digelar dengan terdakwa Mohammad Aini
Chalid, mahasiswa Universitas Gadjah Mada, 23 Juni 1975. Aini menolak didampingi
pembela. Sidang yang intinya sama saja dengan sidang Hariman dan Sjahrir ini lebih
singkat. Meski pada persidangan Aini Chalid ini disebut juga siapa yang membakar
Senen dan menggerakan massa, yakni Ramadi. Namun, majelis hakim kelihatannya
kurang berminat untuk mendalami, sama seperti pada persidangan dengan dua
terdakwa lain. Maka, kurang dari sebulan kemudian, jaksa sudah menyampaikan
tuntutan penjara selama 10 tahun dan beberapa pekan kemudian vonis bisa dijatuhkan:
2 tahun lebih 2 bulan penjara.
Aini Chalid lalu dikirim ke Penjara Nirbaya, menyusul dua rekannya yang
telah dikirim ke sana lebih dulu: Hariman Siregar dan Sjahrir.
*****
Penjara dan penderitaan hidup tak membuat Hariman Siregar patah semangat.
Mochtar Lubis, yang masuk ke Nirbaya belakangan, menulis dalam catatan harianya:
Aku senang dengan Hariman. Semangatnya baik sekali. Rasa keadilan sosialnya
besar, apalagi untuk anak muda zaman sekarang. Terutama pula dia dari keluarga
yang berkecukupan.
17
Masa mendekam di penjara dipakai Hariman untuk membaca banyak buku.
Ia terutama sangat menyukai novelnovel berlatar belakang politik. Novelnovel
itulah yang memberinya semangat, memberi banyak inspirasi untuk tidak menyerah.
Perjuangan, kata Hariman, tidak boleh berhenti di tembok penjara. Penjara tak boleh
membuat orang jera untuk berjuang.
Salah satu penulis favoritnya saat itu adalah Alexander Solzhenitsyn,
sastrawan Rusia yang pernah mendapat Hadiah Nobel untuk Bidang Sastra. Satu
novel ringkasnya pernah membekas begitu dalam bagi Hariman Siregar adalah One
Day in the Life of Ivan Denisovich. Ini satu dari dua karyanya yang dianggap terbaik.
Satu lagi berjudul The Gulag Archipelago.
Solzhenitsyn sesungguhnya seorang komunis loyal dan pernah bergabung
dengan pasukan artileri demi Uni Soviet. Namun, sebuah surat yang ia kirim kepada
sahabatnya bocor ke tangan intelijen dan jadilah ia tahanan negara. Isi surat itu biasa
saja, namun ia menyebut Stalin sebagai pria bermisai. Katakata yang biasa saja,
tapi dianggap penghinaan terhadap penguasa Uni Soviet kala itu. Dari pengalaman
dipindahpindah ke berbagai kamp tahanan Soviet, Solzhenitsyn menuliskan dalam
satu hari pengalaman seorang tokoh rekaannya: Ivan Denisovich, yang akrab disapa
Shukov.
Katakata biasa juga yang menyeret Hariman Siregar dan kawankawannya ke
penjara. Katakata yang sesungguhnyaseperti dalam pledoi Harimanbersumber
dari jiwa patriotisme, kecintaan kepada nusa dan bangsa, serta penghayatan pada
17
Mochtar Lubis. Op.Cit., halaman 88.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 85 3/26/10 7:22:02 PM
~ 86 ~
Hariman & Malari
prinsipprinsip yang terdapat dalam UUD 45 dan Pancasila. Isinya memang
kritik kepada pemerintah dan strategi pembangunannya, tapi katakata itu buah dari
kecintaan tadi.
Kritik dan kontradiksi sangat diperlukan oleh bangsa ini. Saya dosen dan
saya percaya bahwa kemajuanseperti juga kalau kita sayang kepada teman kita,
kepada mahasiswa kitakritiklah. Dengan begitu ia akan semakin sempurna dalam
pekerjaannya, ujar Guru Besar Ekonomi UI, Anwar Nasution, menanggapi kisah
pemenjaraan Hariman.
Ganjaran rasa cinta kepada nusa dan bangsa dari tiga loyalis negeri ini
Hariman, Sjahrir, dan Aini Chalidternyata adalah mendekam di Penjara Nirbaya.
Kisah Shukov dalam novel Solzhenitsyn dibaca Hariman ketika mendekam
di Nirbaya. Ia mengaku novel ini membuat dirinya menjadi lebih kuat menerima
perlakukan penguasa Orde Baru. Karya Solzhenitsyn lain yang sempat ia baca adalah
The Firs Circle. Ia juga banyak membaca novel Indonesia. Kawan Hariman, Husin
Sasongko, sempat mengirimkan Max Havelaar karya Multatuli. Berbagai bacaan itu
dimanfaatkan Hariman untuk membangkitkan perasaan, menghidupkan percakapan
batin, dan mengembangkan imajinasi.
Diakui Hariman, Masa dua tahun sembilan bulan di penjara memberi banyak
waktu untuk membaca ketimbang 23 tahun ketika di luar penjara. Ketika dimasukkan
ke Penjara Nirbaya, bacaannya tidak terbatas pada novel. Di Nirbaya, ia dibolehkan
membaca buku apa pun, boleh membaca koran, boleh mendengar radio, dan boleh
menonton televisi. Di sini pula ia menggali berbagai peristiwa yang pernah terjadi
pada masa lalu di Indonesia dari saksisaksi dan pelaku sejarah yang hidup.
Umum diketahui, Nirbaya dihuni oleh banyak pejabat pemerintah Soekarno
yang oleh pemerintah Soeharto dikaitkan dengan peristiwa Gerakan 30 September
1965, di antaranya Soebandrio. Omar Dhani, Oei Tjoe Tat (mantan Menteri Negara
Diperbantukan kepada Presiden RI), Astrawinata (mantan Menteri Kehakiman),
dan Jenderal Pranoto Reksosamudro. Nama yang disebut terakhir ini adalah mantan
Kepala Staf Angkatan Darat yang sempat diangkat Soekarno menjadi Pemangku
Komando Angkatan Darat menggantikan Ahmad Yani yang kemudian ditolak oleh
Soeharto secara langsung.
Beberapa tokoh PKI juga sempat ditemui Hariman di Nirbaya, antara lain
tokoh Politbiro PKI Asep Suratma dan Sjam Kamaruzzaman yang disebutsebut
sebagai tokoh Biro Khusus PKI. Beberapa waktu setelah Hariman masuk Nirbaya,
Sjam Kamaruzzaman dikabarkan dieksekusi mati. Blok kami memang blok paling
sial. Sedikit penghuninya, tapi untuk orangorang yang dihukum mati, kenang
Hariman.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 86 3/26/10 7:22:03 PM
~ 87 ~
Hariman (tanda X) bersama tahanan politik lainnya di Tahanan Pusdiklat Kejaksaan Agung, Ragunan (1976).
Hariman bersama jaksa penuntut umum perkaranya, Mambo (kiri) dan Ph. Rompas (kedua dari kiri) di Tahanan
Pusdiklat Kejaksaan Agung, Ragunan (1974).
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 87 3/26/10 7:22:06 PM
~ 88 ~
Hariman & Malari
Tapi, dari Nirbaya dan para penghuninya pula Hariman banyak belajar makna
kehidupan dan konsekuensi atas pilihanpilihan politik yang diambil dalam hidup
manusia. Pelajaran itu sangat membekas dalam jiwa Hariman dan menjadi bekal bagi
dirinya untuk mengarungi jalan kehidupan selanjutnya. e
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 88 3/26/10 7:22:06 PM
~ 89 ~
Menjaga Ruh
Gerakan Mahasiswa
P
E p i s o d E 6
asca-Peristiwa Malari, situasi po
litik Indonesia adem ayem. Tapi, menjelang
pertengahan 1977 hingga awal 1978, suasana
politik mulai memanas lagi. Panggungnya tak lain
adalah Pemilu 1977 dan Sidang Umum Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) 1978. Situasi
mulai menegang baik di gedung parlemen maupun
jalanan. Di parlemen, misalnya, Rapat Panitia Ad
Hoc II Badan Pekerja MPR tentang Naskah Rancangan Eka Prasetya Pancakarsa
(Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, P4) yang disodorkan Presiden
Soeharto berakhir dead-lock alias macet. Rapat yang berlangsung dari 7 November
sampai 18 Desember 1977 gagal mencapai kesepakatan tentang butirbutir tafsir
Pancasila itu.
Sehari menjelang tutup tahun 1977, seorang guru besar hukum tata negara yang
juga Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia diperiksa oleh Kodim 0505 Jakarta
Timur. Sang guru besar, Prof. Dr. H. Ismail Suny S.H., M.C.L., diinterogasi lantaran
pernyataannya pada diskusi di kampus IKIP Rawamangun: Di sini (Indonesia) ada
pejabat yang memiliki simpanan uang Rp140 miliar di bank. Akibatnya, seharian ia
berhadapan dengan mesin keamanan Orde Baru: militer.
Gerakan mahasiswa pun bagaikan mendapat suntikan darah baru. Bahkan, isu
yang dilontarkan lebih berani: kini Presiden Soeharto sendiri yang menjadi sasaran
serangan. Aksiaksi yang dilakukan di kampuskampus mencemooh korupsi serta
keserakahan pejabat negara, terutama keluarga Presiden Soeharto. Para pemimpin
mahasiswa mengkritisi seluruh basis strategi pembangunan presiden.
1
1
David Jenkins. 2010. Soeharto dan Barisan Jenderal Orba: Rezim Militer Indonesia 175-183. Depok: Komunitas
Bambu, halaman 94.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 89 3/26/10 7:22:07 PM
~ 9O ~
Hariman & Malari
Pertengahan tahun 1977, Dipo Alam yang mantan Ketua Dewan Mahasiswa
UI mengejek pemerintah Soeharto secara terbuka dengan cara mencalonkan mantan
Gubernur Jakarta Ali Sadikin sebagai presiden. Singkat kata, iklim perpolitikan
nasional sudah memanas lagi.
Di tengah suasana politik itulah, tanggal 2 Januari 1978, seorang mahasiswa
ITB bertandang ke sebuah rumah di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan. Jalanan yang
dikawal pepohonan itu sepi seperti biasaapalagi lalu lintas Jakarta belum sepadat
sekarang. Angin bertiup tak terlalu kencang. Di dalam rumah, sang tamu mengenalkan
diri: Jusman Syafi Djamal, Wakil Ketua Bidang Kemasyarakatan Dewan Mahasiswa
ITB. Ini perjumpaan pertama mereka setelah sebelumnya berbicara lewat telepon.
Pemuda yang menyambut sudah mulai menebaknebak maksud kedatangan
mahasiswa ITB. Si pemuda, yang tak lain adalah Hariman Siregar, belum terlalu lama
bebas dari penjara, sejak 11 Agustus 1976. Istrinya sedang sakit akibat pendarahan
di otak ketika melahirkan putra kembar mereka. Rumah tempat pertemuan itu tak
lain milik mertua Hariman yang seorang guru besar ilmu ekonomi, Profesor Sarbini
Soemawinata.
Ketua Umum DM ITB Heri Akhmadi mengutus saya sendirian untuk
menemui Hariman hari itu, Jusman mengenang perjumpaan pertamanya dengan si
pemuda di Jalan Brawijaya itu. Terus terang, sebagai mahasiswa dan aktivis yang
Hariman Siregar berpidato didepan massa pada peringatan sumpah pemuda oleh dewan mahasiswa dan senat
mahasiswa se Jakarta di kampus Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, 1980. [TEMPO/ Ali Said).
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 90 3/26/10 7:22:09 PM
~ 91 ~
lebih yunior, saya senang mendapat tugas ini.
Bertemu Hariman Siregar, seorang legenda gerakan mahasiswa, di rumahnya,
dengan sebuah misi. Mata Jusman bersinar dan bibirnya mengulum senyum
mengenang pertemuan yang telah lewat 32 tahun itu. Kepada Hariman, ia menuturkan
niat mahasiswa ITB menyampaikan ikrar menuntut Sidang Istimewa MPR bagi
Soeharto. Tuan rumah langsung menyambut.
Kalian sudah mau langsung hantam Soeharto? tanya Hariman.
Ya, tapi kami di ITB paling hanya 10 orang nanti yang menandatangani
ikrar, jawab Jusman.
Hebat itu. Dulu gue paling cuma berdua, imbuh Hariman menyemangati.
Berarti kami cukup banyak, kata Jusman mantap. Ia lalu menyampaikan
undangan kepada Hariman untuk berpidato di ITB pada 15 Januari 1978.
Hariman terkekeh. Gila lu, gue baru keluar penjara sudah diundang. Nadanya
seolah keberatan.
Faktanya, hari Minggu 15 Januari, Hariman memasuki pagar kampus ITB
bersama Gurmilang Kartasasmita dan Rahman Tolleng. Hariman bicara di depan
mahasiswa dan 21 ketua dewan mahasiswa di ITB, yang dihadiri juga oleh Rektor
ITB Iskandar Alisjahbana. Gurmilang dan Rahman Tolleng juga bicara. Sekali lagi
seperti ketika 19731974Hariman menerangkan kekeliruan strategi pembangungan
Soeharto: Pembangunan Soeharto ini berorientasi hanya kepada pertumbuhan di atas
kertas dan tidak mengutamakan pemerataan.
Ia juga membantah kabar yang menyebut demonstrasi 15 Januari 1974 adalah
ciptaan Jenderal Soemitro yang bermusuhan dengan Ali Moertopo. Itu sepenuhnya
inisiatif mahasiswa, tapi tanpa tujuan pembakaran, ungkap Hariman kala itu.
Belajar dari Malari, ia mengingatkan, Kalau kalian tak suka kekerasan,
jangan berdemonstrasi di jalan, diam saja di kampus. Maksudnya, jika turun ke
jalan, risiko kekerasan itu pasti ada, apakah datang dari aparat keamanan langsung
atau diprovokasi intel.
Usai bicara, Hariman tak langsung pulang ke Jakarta. Pengurus Dewan
Mahasiswa ITB melakukan rapat sore itu. Jusman menghampiri Hariman,
menyampaikan rencana apel akbar ITB dan peluncuran Buku Putih Gerakan
Mahasiswa 178: Man, besok kami mau bikin pernyataan sikap.
Apa isinya? tanya Hariman.
Menolak Soeharto, jawab Jusman
Gila lu. Baru bicara sehari sudah menolak Soeharto, canda Hariman.
Kata lu, dua atau 10 orang cukup. Ini kita 21 orang, pengurus DM ITB,
Jusman menimpali.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 91 3/26/10 7:22:09 PM
~ 92 ~
Hariman & Malari
*****
Berbagai aksi memang telah bersemi kembali sejak pertengahan 1977. Dewan
dewan mahasiswa dan senat mahasiswa telah siuman setelah dihajar Kopkamtib
dan perangkat kerasnya. Pada November 1977, Presiden Soeharto sendiri menjadi
sasaran kritik tajam mahasiswa terhadap dugaan bahwa keluarganya membelanjakan
uang sebesar US$9,6 juta. Uang tersebut direncanakan untuk membangun sebuah
pemakaman di bukit pemakaman rajaraja di Jawa Tengah.
Dalam sebuah rapat terbuka mahasiswa untuk memperingati Hari Pahlawan
di Jakarta, pasukan antikerusuhan merampas puluhan umbulumbul dan spanduk
dengan alasan tidak sesuai dengan semangat peringatan Hari Pahlawan. Memang
tulisantulisan dalam spanduk mengkritik dan menyindir para penguasa. Antara
lain tertulis Rakyat tidak makan, Bos membangun makam. Pada peringatan yang
sama di Bandung, sebuah poster menyatakan: Bukan citacita pahlawan membeli
gunung.
2
Momentum peringatan Tritura, 10 Januari 1978, juga digunakan mahasiswa
untuk menyampaikan pernyataanpernyataan bernada kritik. Berbagai dewan
mahasiswa di Indonesia memprotes pemerintah Soeharto berkaitan dengan soal
cukongisme, penyediaan fasilitas bagi keluarga istana untuk berbisnis, dan ujungnya
mengingatkan MPR hasil Pemilu 1977 untuk tidak melahirkan calon tunggal dalam
sidang pemilihan presiden.
Mantan Ketua MPRS yang mengangkat Soeharto menjadi presiden, Jenderal
(Purn.) Abdul Haris Nasution, mengirim pernyataan ke Dewan Mahasiswa UI
yang dimuat koran Salemba, 10 Januari itu: Peringatan dan ziarah Tritura ini
mengingatkan kita kembali kepada kepeloporan generasi muda dalam situasi dan
kondisi mobilitas generasi tua 12 tahun yang lalu. Kepeloporan pendobrakan status
quo dengan spontanitas Tritura sebagai aksi yang pertama untuk berani dan jujur
mengoreksi Pemimpin Revolusi. Kini 12 tahun telah berlalu, kembali kita banyak
berbicara tentang penyelewengan dan pembaruan. Memang masih jauh juga rasanya
citacita kebenaran dan keadilan, citacita murni dan konsekuen kepada UUD 45,
citacita Ampera.
3
Jumat malam sebelum Hariman datang ke ITB, mantan Panglima Siliwangi
Letjen Hartono Rekso Dharsono berbicara di Gedung Julius Usman di Jalan Lembang,
Bandung. Ia menyatakan ada penyimpangan perjuangan Orde Baru. Kepada siapa
pun yang nanti terpilih dalam MPR sebagai pimpinan nasional, saya meminta
agar memperhatikan keresahan masyarakat. Teriakan dari bawah jangan diartikan
merongrong, tapi sebagai peringatan.
4
Pada peringatan Tritura di UI Jakarta, Letjen Kemal Idris berpidato keras,
Citacita Orde Baru kini makin menjauh. Citacita itu kini ternyata tidak dilaksanakan
2
Ibid., halaman 96.
3
Jenderal Besar Dr. A.H. Nasution. 2008. Op.Cit.
4
Majalah Tempo edisi 21 Januari 1978.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 92 3/26/10 7:22:10 PM
~ 93 ~
oleh beberapa rekan generasi saya.
5
ITB di tahun 1978 seperti mengambil peran UI di tahun 1974: menjadi motor
gerakan mahasiswa. Di kampus ITB, 20 Oktober 1977, diselenggarakan pertemuan
68 senat dan dewan mahasiswa seIndonesia. Mereka mencetuskan Ikrar Mahasiswa
Indonesia, yang isinya mendesak MPR menggelar sidang istimewa untuk meminta
pertanggungjawaban Presiden RI tentang penyelewenganpenyelewengan dalam
pelaksanaan UUD 1945 dan Pancasila.
Senin, 16 Januari 1978, informasi dari Jusman betulbetul dilaksanakan. Siang
hari itu, sekitar 3.000 mahasiswa berkumpul di kampus ITB. Orasi dan teriakan
mahasiswa senada dengan bunyi spanduk merah yang terbentang di pintu masuk
kampus. Tidak mempercayai dan tidak menginginkan Soeharto kembali sebagai
Presiden Republik Indonesia. Mahasiswa menuntut MPR memunculkan tokoh
tokoh nasional sebagai calon presiden: jangan calon tunggal.
Tekad para mahasiswa itu sungguh bulat. Ditandai dengan pernyataan Ketua
Dewan Mahasiswa ITB Heri Akhmadi, Kalau semua fungsionaris ITB ditangkap,
masih ada 8.000 mahasiswa yang akan melanjutkan perjuangan. Maka rapatkan
barisan.
Dalam aksi itu beredar juga Buku Putih yang telah dilansir dua hari sebelumnya.
Buku Putih menyoroti pemusatan kekuasaan di tangan Soeharto. Partai politik dan
Golkar tidak dapat membawa suara hati rakyat karena tidak punya kekuatan nyata.
Gaya hidup keluarga Soeharto juga dikritik pedas. Pemberian fasilitas kepada anak
anak Soeharto dituding memicu perilaku korup gubernur, bulati, walikota, camat, dan
lurah. Adakah Bung Karno yang bertahuntahun disekap dalam penjara menuntut
kekayaan yang berlimpah untuk tebusan perjuangannya? Bung Hatta, Bung Sjahrir,
dan pemimpin sejati rakyat lainnya, walaupun telah bertahuntahun disekap dalam
penjara, diasingkan, dan dikejarkejar, tidak menuntut imbalan kekayaan yang
berlimpah, demikian antara lain isi Buku Putih.
6
Pada harihari itu, kampuskampus di Indonesia, terutama di Jakarta, Bandung,
Yogyakarta, Surabaya, Palembang, dan Medan, kembali bergolak. Upaya mahasiswa
menyampaikan penolakan terhadap Soeharto secara langsung, 18 Januar 1978i, gagal.
Mereka akhirnya hanya diterima oleh Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
Jenderal Alamsjah Ratuprawiranegara. Utusan dewan mahasiswa seIndonesia yang
dipimpin Lukman Hakim dari Dewan Mahasiswa UI itu meminta DPA menasihati
Soeharto agar tidak mencalonkan diri lagi. Ini demi kepentingan pribadi beliau
sendiri agar kelak tidak sampai dipaksa mundur oleh rakyat, kata Lukman Hakim.
Akibat aksiaksi tersebut, Presiden Soeharto menurunkan tangan keras. Mulai
20 Januari 1978 dilakukan aksi operasi penangkapan terhadap mahasiswa. Militer
memasuki kampus, menggeledah dan menangkap tokohtokoh dewan mahasiswa
dari Medan hingga Surabaya. Hariman Siregar termasuk yang ditangkap, bersama
5
Ibid.
6
Pada tahuntahun ini Soeharto telah memiliki Tapos untuk perkebunan dan Mangadeg yang bakal dijadikan tempat
pemakaman dia dan keluarganya kelak. Buku Putih juga menyoroti kedua properti Soeharto itu.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 93 3/26/10 7:22:10 PM
~ 94 ~
Hariman & Malari
tokoh nonkampus lain. Namun, Hariman kemudian dilepaskan. Tapi, ia termasuk
yang banyak membantu kami yang ditangkap, memberikan bantuan politik, logistic,
dan mengupayakan bantuan hukum melalui Bang Buyung Nasution, ujar Heri
Akhmadi.
Andi Mapetahang Fatwa, Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Jakarta dan
pegawai negeri pada Pemerintah Daerah DKI Jakarta, turut ditangkap Pelaksana
Khusus Daerah Jakarta pada 23 Januari 1978. Bersama Fatwa ikut ditangkap Muslim
Dahlan dan Charles Killian dari HMI Jakarta. Penggerebekan dilakukan bukan hanya
ke kampus, beberapa kantor organisasi massa juga digeruduk tentara, di antaranya
kantor Pemuda Muhammadiyah di Jalan Menteng Raya 58, Gerakan Pemuda Islam,
dan Pelajar Islam Indonesia.
Kopkamtib menuding mereka semua merongrong kekuasaan negara
atau kewibawaan pemerintah yang sah, menimbulkan permusuhan, perpecahan,
pertentangan, serta kegelisahan dalam masyarakat. Apabila dibiarkan berlangsung
akan dapat menimbulkan kekacauan. Kegiatankegiatan tersebut secara hukum
sudah termasuk dalam klasifkasi perbuatan subversi yang harus ditindak, demikian
pernyataan Kepala Staf Kopkamtib Laksamana Sudomo dalam keterangan persnya,
23 Januari 1978.
Meski tidak terlibat langsung sebagai penggerak 1978, Hariman berperan
besar membantu gerakan kami, ujar A.M. Fatwa. Ia berterus terang mulanya tidak
sejalan dengan Hariman yang pada tahun 1973 menjadi Ketua Dewan Mahasiswa
UI dengan bantuan antara lain dari Operasi Khusus Ali Moertopo. Fatwa yang alum
ni HMI tentu saja mendukung Ismeth Abdullah. Namun, pandangannya terhadap
Hariman berubah setelah Peristiwa Malari.
Hariman bersama Adnan Buyung Nasution dan WS Rendra tampil di panggung aksi mahasiswa ITB (1978).
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 94 3/26/10 7:22:13 PM
~ 95 ~
Ketika aktivis mahasiswa dan nonmahasiswa itu dipenjara, Hariman modar
mandir memberikan bantuan tahanan. Dia sangat memperhatikan kesehatan kami,
banyak teman dokternya dibawa ke penjara untuk memeriksa kesehatan tahanan dan
menyediakan kebutuhan lain, papar A.M. Fatwa.
Selepas dari penjara, Hariman Siregar memang lebih banyak menjadi pendorong
gerakan perlawananterutamamahasiswa. Ia memberikan dukungan baik secara
materi maupun semangat dan pikiran kepada berbagai aksi yang mengoreksi kepe
mimpinan Soeharto. Andilnya itu menjadikan Hariman sebagai benang merah dari
setiap gerakan mahasiswa pada berbagai periode, hingga ia turun sendiri pada aksi
cabut mandat terhadap kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada
tahun 2007.
Saya kira dialah orang yang sanggup menjaga dan meyakinkan mahasiswa
bahwa mahasiswa adalah suatu kekuatan, kekuatan moral, kata Theo L. Sambuaga,
politisi Golkar yang sempat bersama Hariman Siregar memimpin Dewan Mahasiswa
UI. Hariman memelihara dan memperkuat daya juang dan militansi mahasiswa.
Sumbangan paling besar Hariman bagi demokrasi, menurut Theo, adalah membuat
mahasiswa percaya bahwa mahasiswa adalah sebuah kekuatan. Soal kekuatan ini
berhasil merombak atau tidak, itu soal lain.
Hariman di mata temantemannya adalah orang yang sangat memercayai
kekuatan mahasiswa sebagai penentu perubahan. Masa depan itu milik anak muda,
kata Komarudin, mantan Wakil Ketua Dewan Mahasiswa ITB, menirukan ucapan
Hariman.
Berkalikali dalam berbagai diskusi, Hariman menyampaikan bahwa anak
muda yang harus memperjuangkan perubahan dan meraihnya. Kalau situasi normal,
anak muda harus menjadi motor dari kemajuan dan kalau krisis, anak muda yang
harus pertama melawan. Mahasiswa yang menjadi bagian dari kaum muda terpelajar
karenanya harus memenuhi panggilan sejarah ini. Dalam bahasa Hariman, panggilan
sejarah itu merupakan kutukan yang harus dijawab dan dipenuhi.
Keyakinannya ini berdasarkan pada berbagai fakta empiris. Sebagaimana
kutukan sejarah pada umumnya, kaum muda terutama mahasiswa di negaranegara
dunia ketiga pascakolonialketika tata kehidupan berbangsa dan bernegara belum
menemukan bentuknya yang demokratis sekaligus adiltelah menjadi tumpuan dan
harapan rakyat, kata Hariman.
7
Berdasar fakta sejarah pula biasanya di seberang gerakan mahasiswa selalu
ada penguasa yang lalim, birokrasi yang korup, dan tak jarang militer yang sekadar
menjadi anjing penjaga penguasa. Rezim berkuasa senantiasa merasa perlu mengawasi
setiap langkah dan gerak mahasiswa. Amat perlu merasa untuk mengendalikannya,
seperti terjadi pada upaya Ali Moertopo menyatukan mahasiswa dalam NUS
dan menyatukan pemuda dalam KNPI. Penyatuan yang tak lain sebagai upaya
pengendalian sistematis.
7
Hariman Siregar. 2001. Gerakan Mahasiswa Pilar Ke-5 Demokrasi, Jakarta: TePLOK Press
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 95 3/26/10 7:22:14 PM
~ 96 ~
Hariman & Malari
Diharapkan elite organisasi pemuda yang telah masuk ke dalam KNPI
dapat memengaruhi organisasinya masingmasing. Alhasil, visi organisasinya tak
bertentangan dengan KNPI dan bersedia menerima kehadiran KNPI sebagai satu
satunya wadah pembinaan generasi muda. Ini adalah bagian dari politik kekaryaan
yang menghendaki dilakukannya profesionalisasi dan fungsionalisasi terhadap
seluruh lembaga yang ada di masyarakat.
8
Sebagai indikasi dari betapa sungguhsungguhnya ruling elite melakukan
pembinaan melalui wadah tunggal, sejak 1978 diangkat seorang menteri negara untuk
membidanginya. Pada tahun 1979 dibentuk pula Badan Koordinasi Penyelenggaraan
Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda di bawah Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan. Badan ini dibentuk menyusul diberlakukannya konsep normalisasi
kehidupan kampus (NKK) di universitas setelah aksi mahasiswa 1978.
Di muka Pengurus Pusat KNPI saat dilakukan dialog nasional yang
diselenggarakan KNPI, 27 Desember 1995, Hariman tak kehilangan taringnya untuk
mengkritik langsung. Katanya, KNPI seolaholah menjadi kepanjangan tangan
birokrasi negara semata. Apa yang dinilai terbaik oleh negara seolaholah itulah
yang terbaik bagi pemuda. Daya kritis dan pemikiranpemikiran alternatif sulit
berkembang.
KNPI tak lebih dari kendaraan politik bagi elite generasi muda yang telah
terkooptasi untuk meraih posisi politik di parlemen dan pemerintahan. Pragmatisme
pun berkembang. Dengan begitu, menurut Hariman, alihalih mempersatukan, KNPI
malam memecah belah pemuda menjadi yang kebagian dan yang tak kebagian.
Upaya rezim Orde Baru lainnya untuk mengebiri peran sosialpolitik mahasiswa
adalah menerapkan konsep NKK. Berdasarkan konsep ini, dewan mahasiswa
8
Hariman Siregar. 1995. Pemuda dan Tantangan masa Depan, makalah pada Dialog Nasional Pemuda Menatap Masa
Depan Indonesia yang diselenggarakan DPPKNPI di Jakarta, 27 Desember 1995.
Hariman Siregar (kanan), Lukman Hakim (kedua dari kanan), Chudori Hamid (kiri) pada diskusi KM UI tentang
demokrasi setelah 35 tahun merdeka, Jakarta, 1980. [TEMPO/ Najib Salim).
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 96 3/26/10 7:22:16 PM
~ 97 ~
dilarang di semua kampus. NKK sejajar dengan konsep Ali Moertopo tentang massa
mengambang, yang kini diterapkan dalam di arena kehidupan kampus. Mahasiswa
aktivitasnya hanya untuk belajar, selesai, dan sebagai massa mengambang yang
sekadar menyibukkan dirinya dalam usaha pembangunan. Setelah dua gelombang
penindasan, di tahun 1974 dan tahun 1978, NKK sedikit banyak terbukti efektif dalam
menghentikan politik mobilisasi di dalam dan di luar kampus untuk satu dasawarsa
ke depan.
9
Tapi, Hariman tak merasa khawatir terhadap upaya kooptasi dari penguasa
kepada mahasaiswa dan kaum muda. Sebab, seperti terjadi sepanjang sejarah, akan
selalu ada kaum mudaterutama mahasiswayang percaya dengan kekuatannya dan
sadar bahwa keberadaannya adalah untuk menyuarakan nurani rakyat. Ini berangkat
dari karakter gerakan mahasiswa sendiri. Karakter gerakan mahasiswa, menurut
Hariman, meliputi empat kata kunci: berani, kreatif, spontan, dan konsisten.
Keberanian, tulis Hariman, sangat dibutuhkan untuk mendobrak kesumpekan
situasi politik yang terasa menindas, mengimpit, hingga meremukkan tulang.
10
Keberanian diperlukan untuk melakukan perubahan. Dan, keberanian praktis
dimilikikalau tidak hendak disebut dimonopolioleh kaum muda. Mahasiswa
sebagai bagian kaum muda yang terpelajar merupakan perpaduan antara emosi dan
pemikiran. Kekerasan dan tindakan brutal dari aparat keamanan adalah risiko.
9
Max Lane. 2007. Op.Cit, halaman 91.
10
Hariman Siregar. 1995. Loc.Cit.
Hariman Siregar, Bambang Sulistomo pada diskusi tentang peranan politik mahasiswa dengan tokoh tokoh
Universitas Indonesia di Asrama PGT Universitas Indonesia, Jakarta, 1991. [TEMPO/ Donny Metri).
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 97 3/26/10 7:22:18 PM
~ 98 ~
Hariman & Malari
Seperti masa saya mahasiswa. Substansinya bukan pada persoalan ada yang
merekayasa peristiwa Malari atau menjadikan para pelakunya sebagai tokoh. Sebab
ini berkaitan dengan soal leadership. Artinya, sebelum saya berdiskusi di kampus,
semua orang merasakan situasi yang kritis dan masyarakat resah, cuma tidak ada orang
yang berani bertanggung jawab. Tak ada yang berani maju. Ketika menjadi Ketua
Dewan Mahasiswa UI, saya mengambil alih isu yang berkembang di masyarakat.
Jadi, bukan berarti saya hanya menggunakan momentum saat itu, melainkan saya
Hariman berpidato memberikan dukungan untuk aksi keprihatinan mahasiswa di kampus Trisakti, 13 Mei 1998.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 98 3/26/10 7:22:20 PM
~ 99 ~
berani memimpin, ujar Hariman.
Selain berani, mahasiswa harus memiliki kreativitas agar gerakannya tidak
monolitik dan gampang dihancurkan. Faktor kreativitas memegang peran penting
dalam pemilihan isu, opini, dan bentuk aksi yang memungkinkan diraihnya simpati
dan dukungan publik secara luas.
Kata kunci ketiga adalah spontanitas. Gerakan mahasiswa bergerak sesuai
momentum berdasarkan solidaritas dan isu yang dirasakan bersama. Tapi bukan
berarti gerakan mahasiswa sama sekali tak terorganisasi atau tanpa pemimpin.
Keempat ialah konsistensi. Sekali gerakan mahasiswa bergulir, gerakan ini
tak bisa dan tak boleh dikooptasi oleh kekuatan dan kepentingan politik mana pun.
Tokoh mahasiswa bisa saja dikendalikan, namun pasti akan lahir tokoh lainnya
yang segera menggantikannya, yakin Hariman, baik karena telah berakhir sta
tus kemahasiswaannya maupun karena dinamika internal gerakan yang akan
menyingkirkan tokoh yang telah terkooptasi itu.
Meski terkesan gerakan mahasiswa selalu menyerempet wilayah politik,
Hariman menolak bahwa gerakan mahasiswa bersifat politik. Sejatinya, gerakan
mahasiswa dapat berdiri sendiri dan memiliki konstituennya sendiri di luar lingkup
politik. Bahwa gerakan itu dapat menimbulkan implikasi politik, mengubah konstelasi
politik, bahkan menumbangkan kekuasaan, memang bisa terjadi.
11
Tetapi bukan itu misi gerakan mahasiswa, ujar Hariman. Misi utama gerakan
mahasiswa lebih bersifat sosial (social movement) dengan isu lintas sektoral, tidak
terbatas pada isu politik atau kekuasaan semata. Faktor pertama penyebab munculnya
gerakan mahasiswa sebetulnya tidak terlepas dari subyektivitas kedirian mahasiswa.
Sebagai kaum muda yang penuh gejolak idealisme, mahasiswa adalah kelompok
sosial paling spontan, responsif, dan artikulatif. Pada gilirannya, aspekaspek psikis
ini membuat mereka lebih peka terhadap seruan yang bersifat populis dan egaliter.
Sebagai seorang dokter, agaknya Hariman memahami betul keadaan fsik dan
psikis manusia, terutama orang muda. Ia pun memaparkan prinsip yang sesungguhnya
menjadi alasan seseorang menjadi mahasiswa. Ia menyebutnya sebagai faktor so
siologis yang memunculkan gerakan mahasiswa.
Benar bahwa tugas utama mahasiswa adalah belajar dan belajar (man of
analys) seperti pernah dikatakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed
Joesoef, tutur Hariman. Dengan mengutip Daoed Joesoef, ia tentu bukan sedang
mengagumi menteri periode 19771982 yang menyusun konsep NKK/Badan
Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) ini. Cobalah sejenak direnungkan: untuk apa
sebenarnya mahasiswa itu belajar dan menuntut ilmu tinggitinggi? kata Hariman.
Menurut dia, jawaban pertanyaan itu sangat jelas. Bukan hanya untuk
memenuhi ambisi pribadi atau menjadi alat reproduksi kapitalisme semata (masuk ke
11
Hariman Siregar. 1994. Dimensi Sosial Gerakan Mahasiswa, pokokpokok pikiran yang disampaikan pada studium
generale acara pembukaan Konferensi Ke44 Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Yogyakarta, 10 Agustus 1994.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 99 3/26/10 7:22:20 PM
~ 1OO ~
Hariman & Malari
dalam jaringan teknostruktur), melainkan juga guna menolong orang lain. Jawaban
ini, kata Hariman, selanjutnya melahirkan apa yang disebut sebagai obligasi moral
(amarmaruf nahi munkar).
12
Kepercayaan tinggi kepada kekuatan mahasiswa dan kemampuan menyerap
suara yang muncul di masyarakat ini, menurut mantan aktivis KAPPI Jesse A.
Monintja, membuat Hariman bukan saja menjadi pemimpin gerakan mahasiswa
pada masanya. Hariman itu pemimpin rakyat, kata Jesse. Ia adalah pemimpin
pergerakan yang benarbenar tahu membawa diri dan mengerti posisi dia di antara
elite dan rakyat. Hariman, tambah Jesse, dengan sadar menempatkan diri sebagai
pemimpin rakyat, bukan pemimpin elite. Terlepas bahwa dia datang dari pergerakan
elite kampus, tutur Jesse.
Jalan yang ditempuhnya di mata sahabatnya yang lain, Christine Hakim,
merupakan pelaksanaan dari katakatanya. Jalannya dia itu penuh risiko, dari dulu
dia tahu, tapi itu pilihan hidup. Christine melihat Hariman tak berhenti berjuang. Tak
mengherankan jika ia kini telah mencapai titik tertentu yang tak mudah dijangkau
oleh orang lain. Ia punya posisi tersendiri dalam politik Indonesia, tanpa harus betul
betul memegang tampuk kekuasaan politik formal, ujar Christine.
Kepercayaan dan keyakinan Hariman terhadap mahasiswa bukan khayalan di
udara yang mudah menguap. Ia sendiri dengan konsisten mengambil peran menjaga
ruh gerakan mahasiswa di generasigenerasi 1980an dan 1990an. Hampir semua
aktivis mahasiswa di masamasa ini, dari berbagai kelompok, pernah bersentuhan
dengan Hariman Siregar. Dia adalah orang yang banyak memberi dorongan dan
inspirasi kepada anakanak muda. Dia member inspirasi bahwa berpikir lain di luar
ilmu yang diajarkan di sekolah atau kampus adalah hal yang penting juga. Dalam
arti memikirkan masyarakat, negara, demokrasi, dan sebagainya adalah penting bagi
mahasiwa, kata Jumhur Hidayat, aktivis mahasiswa 1980an.
Hal senada juga dilontarkan Fahri Hamzah, aktivis mahasiswa 1990an.
Sebagai fasilitator pikiran yang berbedabeda, akhirnya Hariman menjadi fasilitator
posisi yang berbeda pula, termasuk bagi mahasiswa angkatan yang lebih baru, kata
Fachri. Warisan yang paling berharga dari Hariman Siregar adalah dirinya sendiri. Ia
senantiasa menjadi aktivis dan menjadi bahan belajar terusmenerus bagi kaum muda
bangsa.
Keyakinan Hariman akan peran sentral mahasiwa dan kaum muda itu terbukti
kemudian ketika, di tahun 1998, gerakan mahasiswabekerja sama dengan komponen
lainberhasil menumbangkan rezim yang dilawan mahasiswa sejak tahun 1970an,
penguasa yang dilawan saban hari oleh Hariman sejak 1974: Soeharto dan rezim
politiknya. e
12
Ibid..
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 100 3/26/10 7:22:20 PM
~ 1O1 ~
Dalam Lingkaran
Kekuasaan
T
E p i s o d E 7
anggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto resmi
mengundurkan diri. Soeharto lengser akibat tekanan
publik yang luar biasa dahsyatnya, yang ditunjukkan
melalui gelombang unjuk rasa massif yang tak pernah
henti hingga berujung pada pendudukan Gedung MPR/
DPR RI. Lengsernya penguasa Orde Baru ini juga
disebabkan karena dirinya merasa sudah tidak mendapat
dukungan lagi dari elite politik.
Yang paling mengejutkanatas desakan demonstranKetua MPR H. Harmoko
menuntut agar Soeharto menanggalkan jabatan yang telah disandang selama 32 tahun.
Tuntutan Harmoko itu mengejutkan. Maklum, sebelumnya Harmoko dianggap sebagai
penyambung lidah Soeharto yang paling setia. Sebelum pembelotan Harmoko,
sebanyak 14 menteri menolak diikutsertakan dalam Komite Reformasi yang akan
dibentuk oleh Soeharto untuk merespons tuntutan para demonstran.
Bacharuddin Jusuf Habibie, yang ketika itu menjabat Wakil Presiden RI,
pun naik jabatan menggantikan Soeharto. Indonesia masuk dalam proses transisi
demokrasi. Naiknya Habibie sebagai Presiden RI membuat kekuatan prodemokrasi
yang sebelumnya solid dalam gerakan penglengseran Soeharto menjadi terbelah: antara
yang pro dan kontra Habibie.
Kelompok masyarakat yang menolak Habibie berpendapat, bagaimanapun
Habibie adalah murid kesayangan Soeharto. Bahwa Soeharto adalah guru sekaligus
orang yang begitu dihormati Habibie, ini sudah menjadi rahasia umum. Hal ini pun
diungkapkan sendiri oleh Habibie dalam sejumlah kesempatan. Dengan background
seperti itu, menurut para oposan, bagaimana mungkin Habibie bisa diharapkan
mengemban amanat reformasi, yang salah satu tuntutannya adalah mengadili Soeharto
dan kronikroninya.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 101 3/26/10 7:22:21 PM
~ 1O2 ~
Hariman & Malari
Apatisme para oposan terhadap kemauan Habibie untuk mengadili Soeharto,
yang tidak lain adalah guru politik dan orang yang dia hormati itu, dalam batasbatas
tertentu kiranya benar adanya. Habibie, seperti diungkapkan dalam memoarnya,
memang mengakui kalau dirinya dihadapkan pada dilema yang sulit dalam proses
hukum terhadap penguasa Orde Baru tersebut.
1
Pemerintahan Habibieyang hanya bertahan sekitar satu setengah tahun
memang tidak sanggup menggelar pengadilan yang memuaskan publik. Setelah melalui
jalan yang berliku dan didasari berbagai argument, baik dari perspektif medis maupun
hukum, kasus Soeharto akhirnya dinyatakan tidak dapat dilanjutkan. Soeharto dianggap
tidak bisa menghadapi persidangan karena mengalami gangguan memori otaknya. Surat
Penghentian Penyidikan Perkara (SP3) pun dikeluarkan oleh Pejabat Sementara Jaksa
Agung Ismudjoko.
Rumitnya penuntasan kasus Soeharto ini menjadi amunisi bagi kelompok anti
Habibie untuk terus menyudutkan sang presiden. Kebijakan SP3 atas kasus Soeharto ini
juga yang di kemudian hari dijadikan salah satu senjata oleh lawanlawan politiknya,
selain kasus lepasnya Timor Timor, untuk menjegal Habibie dalam pemilihan presiden
tahun 1999. Mereka menolak laporan pertanggungjawaban Habibie yang dibacakan
dalam Sidang Umum MPR. Ketika itu pemilihan presiden dan wakil presiden masih
dilakukan oleh MPR.
Naiknya Habibie sebagai Presiden RI membuat Hariman Siregar masuk dalam
1
Bacharuddin Jusuf Habibie. 2006. DetikDetik yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi. Jakarta:
The Habibie Centre Mandiri
Hariman bersama Presiden BJ Habibie serta Fanny Habibie dan Timmy Habibie (1998).
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 102 3/26/10 7:22:24 PM
~ 1O3 ~
pusat pusaran kekuasaan. Menurut Amir Husin Daulay, tokoh aktivis mahasiswa 1980
an, Hariman sangat percaya diri bahwa keberadaannya dalam pusat pusaran kekuasaan
adalah posisi yang tepat untuk mengelola transisi politik.
2
Meski Habbie merupakan
murid kesayangan Soeharto, Hariman yakin betul bahwa Habibie memiliki komitmen
yang kuat terhadap demokrasi. Karenanya, Hariman berupaya keras untuk mengadvokasi
dan mendampingi Habibie dalam mengelola fase transisi politik yang begitu keras dari
rezim otoriter ke arah rezim demokratis tersebut. Hariman bekerja keras, tidak mengenal
waktu. Masamasa itu, waktu kerjanya boleh dibilang hampir 24 jam.
Hariman memang sudah lama dekat dengan B.J. Habibie. Kedekatan itu berkat
hubungannya dengan Junus Effendi (Fanny) Habibie,
3
adik B.J. Habibie. Kedekatan
personal itulah yang kiranya melahirkan keyakinan dalam diri Hariman bahwa Habibie
memiliki komitmen terhadap demokrasi dan inilah yang mendorongnya masuk dalam
pusat pusaran kekuasaan di era Habibie.
Meski tidak memiliki jabatan resmi dalam struktur formal pemerintahan,
Hariman dianggap memainkan peran penting dalam pemerintahan Habibie. Dia banyak
memainkan peran dalam menentukan sirkulasi para elite di sekitar Habibie. Juga ber
bagai kebijakan penting yang diambil semasa pemerintahan Habibie. Hariman berperan
layaknya seorang penasihat politik Presiden Habibie. Hampir setiap pagi, kami
berdua (Fanny dan Hariman) bertemu Rudy (nama panggilan B.J. Habibie) untuk
memberikan masukanmasukan. Ada masukan yang didengar dan dilaksanakan
Rudy, tapi banyak pula yang tidak. Seandainya saja, Rudy lebih banyak mendengar
masukan dari saya dan Hariman, mungkin sejarah politik akan menjadi lain, tutur
Fanny Habibie.
Menyangkut kekuasaan, Hariman memang dikenal sebagai aktivis politik yang
unik. Kepada kawankawan dekatnya, Hariman kerap berseloroh bahwa memiliki
kekuasaan formal itu tidak enak. Kekuasaan itu penuh dengan risiko. Yang asyik itu,
kita tidak berkuasa tapi dekat atau menjadi teman penguasa. Menjadi penguasa atau
seorang pejabat itu penuh risiko, demikian ucapan yang sering dilontarkan Hariman,
setengah berseloroh.
Orang boleh menafsirkan macammacam seloroh Hariman itu. Bisa jadi, dari
seloroh itu orang akan menyimpulkan bahwa Hariman tergolong orang yang mau ikut
menikmati kue kekuasaan, tapi emoh menanggung risikonya. Yang lain mungkin saja
menyimpulkan bahwa Hariman bukanlah orang yang haus kekuasaan.
Sebagai aktivis yang sebagian besar usianya dihabiskan untuk melawan kekuasaan
otoriter rezim Orde Baru, Hariman merasa perlu untuk terus mengawal, mendampingi,
dan mengadvokasi transisi demokrasi pascalengsernya Soeharto. Transisi demokrasi
memang sebuah proses yang tak pernah mudah di negara mana pun.
Hariman meyakini bahwa Habibie memiliki komitmen untuk membawa proses
transisi demokrasi ke arah yang dicitacitakan seperti yang dikehendaki oleh kekuatan
2
Wawancara dengan Amir Husin Daulay.
3
Kedekatan Hariman dengan Fanny Habibie telah dirajut sejak akhir 1970an. Ketika Fanny Habibie menjabat Direktur
Jenderal Perhubungan Laut, Hariman difasilitasi untuk mendirikan Klinik Baruna.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 103 3/26/10 7:22:25 PM
~ 1O4 ~
Hariman & Malari
reformis. Dia menganggap Habibie sebagai fgur yang mampu memimpin proses transisi
ini. Karena itu, dia merasa perlu untuk memback upnya.
Keyakinan Hariman terhadap komitmen Habibie untuk menegakkan nilainilai
demokrasi dan mengemban amanat reformasi pascatumbangnya Soeharto tidaklah
keliru. Dalam derasnya tuntutan dan sikap pesimistis sebagian kelompok masyarakat
terhadap dirinya, Habibie merasa harus berlari sprint untuk menunjukkan bahwa dirinya
bersungguhsungguh dalam melaksanakan proses transisi demokrasi.
Tidak lama setelah menjadi orang nomor satu di republik ini, sejumlah gebrakan
dibuat oleh Habibie. Tahanan politik dibebaskan, termasuk tokohtokoh PKI yang telah
berpuluhpuluh tahun dikurung dalam terali besi oleh Orde Baru Soeharto. Habibie juga
dianggap sebagai peletak dasardasar kebebasan berserikat, kebebasan mengeluarkan
pendapat, kebebasan berbicara, kebebasan berunjuk rasa, serta kebebasan pers pasca
lengsernya Soeharto.
Dalam hal ini saya juga terkesan oleh beberapajelas tidak semua
tingkah laku B.J. Habibie ketika jadi presiden. Saya tahu pada waktu itu Hariman
adalah salah seorang penasihat dekat Habibie. Entah benar atau tidak, saya melihat
bahwa sangat mungkin ada pengaruh Hariman dalam beberapa hal positif dari
Habibie. Pertama, Habibie cepat sekali meratifkasi beberapa peraturan yang
lebih demokratis dalam hal perburuhan. Kedua, sampai sekarang pun B.J. Habibie
adalah satusatunya presiden yang duduk di MPR mendengarkan kritik terhadap
kepresidenannya, lalu menjawabnya, kata Max Lane, salah seorang tokoh kiri
yang juga pengamat perpolitikan Indonesia dari Australia.
Toh, berbagai gebrakan yang dibuat Habibie tersebut belum cukup meyakinkan
para kaum oposan akan komitmen Habibie untuk melaksanakan amanat reformasi.
Kaum oposan menilai, Presiden Habibie sebagai orang yang sengaja dipasang Soeharto
untuk mengamankan keluarga Cendana dan kroninya pascalengsernya Soeharto.
Habibie adalah personifkasi dari kekuatan pro-status quo.
Salah satu yang pesimistis terhadap pemerintahan Habibie tak lain adalah Prof.
Sarbini Soemawinata, mertua sekaligus mentor politik Hariman. Menurut Sarbini,
Perjuangan reformasi yang didengungkan sampai sekarang masih memakai sistem
Orba, belum mencapai tujuan dan berhadapan dengan tembok. Reformasi ini sudah
mengalami salah target perjuangan. Sebenarnya, target reformasi adalah perubahan
rezim Orba. Nyatanya, setelah reformasi, rezimnya toh masih sama.
4
Dengan dasar itulah para aktivis prodemokrasi menuntut Presiden Habibie
agar menggelar pemilihan umum dalam tempo tiga bulan sejak ia menjadi presiden
menggantikan Soeharto. Tuntutan ini ditolak Habibie. Dalam memoarnya, Habibie
menjelaskan alasan kenapa dia menolak tuntutan dipercepatnya pemilu.
Pemilu multipartai memang telah menjadi agenda politik Habibie sejak awal dia
menggantikan Soeharto. Namun, Habibie berpandangan, tidak adil bila pemilu digelar
4
Lihat wawancara Prof. Sarbini Soemawinata dengan Tempo Interaktif, 11 Agustus 2001.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 104 3/26/10 7:22:25 PM
~ 1O5 ~
sebelum rakyat diberi kesempatan membentuk partaipartai yang membawa aspirasi
dan wawasan baru. Menurut Habibie, pemilu baru bisa digelar satu tahun ke depan.
Pembentukan partaipartai baru membutuhkan waktu.
5
Seperti kita ketahui, Pemilu
1999 akhirnya digelar dan diikuti tak kurang dari 48 partai. Inilah pesta demokrasi
rakyat yang disebutdisebut sebagai pemilu paling demokratis yang pernah digelar
setelah Pemilu 1955.
Posisi Hariman saat itu cukup sentral, berada dalam lingkaran dalam kekuasan
(inner circle) pemerintahan Habibie, termasuk dalam memengaruhi sirkulasi elite di
sekitar Habibie. Hal itu membawa ia semakin banyak berkenalan dengan para elite di
republik ini. Tapi, itu tak berarti melupakan kaum aktivis, terutama kalangan aktivis
mahasiswa.
Hariman memang dekat dengan para aktivis. Sebagai mantan Ketua Dewan
Mahasiswa UI dan tokoh sentral Peristiwa Malari 1974, ia kerap diundang sebagai
pembicara dalam seminarseminar di kampus hingga diskusidiskusi klandestein yang
digelar aktivisaktivis mahasiswa antiSoeharto. Selain menjadi tempat untuk sharing,
dia juga banyak membantu kegiatan-kegiatan mahasiswa dari segi fnancial, mulai
dari biaya diskusi, seminar, unjuk rasa, hingga urusanurusan pribadi aktivis, seperti
membantu biaya kuliah dan bayar uang indekos. Bagi aktivis mahasiswa era 1980an
dan 1990an, Hariman menjadi magnet tempat bertemunya para aktivis dari berbagai
kampus, golongan dan aliran politik. Sejumlah aktivis mahasiswa antiSoeharto bahkan
menjadikan Hariman sebagai panutan dan kiblat dalam melawan Soeharto.
6
Ketika Hariman masuk dalam inner circle kekuasaan Presiden Habibie, ia pun
mengajak tokohtokoh aktivis mahasiswa yang selama ini dekat dengan dirinya. Sebut
saja misalnya Amir Husin Daulay (tokoh aktivis Pijar Indonesia/Universitas Nasional),
Eggi Sudjana dan Bursah Zarnubi (keduanya mantan aktivis HMI), dan Syahganda
Nainggolan (mantan aktivis ITB).
Para aktivis ini antara lain berperan besar dalam menjalankan pospos komando
pemenangan Habibie yang dibentuk Hariman menjelang Sidang Umum MPR tahun
1999. Para tokoh aktivis ini berada di garda depan dalam memobilisasi dukungan
massa akar rumput. Eggi Sudjana, misalnya, namanya sering disebutsebut sebagai
mobilisator kekuatan massa dari kelompok Islam, termasuk kelompok yang disebut
Pasukan Pengamanan Masyarakat (Pam) Swakarsa. Presiden Habibie sebagai pendiri
dan Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) ketika itu memang banyak
mendapat dukungan dari kelompok dan organisasi massa Islam.
Tapi, yang menarik, Hariman tak hanya memperhatikan para aktivis yang pro
Habibie, tapi juga yang kontraHabibie. Malah, banyak kalangan aktivis yang notabene
secara terbuka menentang Habibie diberi bantuan dana oleh Hariman. Sewaktu
bertemu di Hotel Aston, saya sempat diberi Rp5 juta. Dia sambil bercanda bilang, Ini
money politics. Itulah dia. Walau berada di lingkungan Habibie, tetap kasih duit juga
buat orang yang melawan Habibie. kata Daniel Indra Kusuma, pendiri Partai Rakyat
5
Bacharuddin Jusuf Habibie. Op.Cit.
6
Lihat wawancara dengan Syahganda Nainggolan, Trimedya Pandjaitan, dan Jumhur Hidayat di buku ini.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 105 3/26/10 7:22:26 PM
~ 1O6 ~
Hariman & Malari
Demokratik (PRD), yang termasuk kelompok penentang Habibie.
Nama Hariman sebagai orang Habibie semakin santer terdengar oleh
masyarakat menjelang digelarnya Sidang Umum MPR tahun 1999. Media massa
antara lain menyebut Hariman sebagai motor penggerak Tim Siluman, sebuah tim
tidak resmi pemenangan Habibie. Rencananya, dalam sidang umum yang digelar bulan
Oktober 1999 itu, Habibie akan maju mencalonkan kembali sebagai Presiden RI. Ia
akan maju sebagai representasi dari Partai Golkar.
Hariman pun melakukan pendekatan ke berbagai kelompok dan kekuatan politik,
terutama kekuatan politik di parlemen untuk memobilisasi dukungan bagi Habibie.
Untuk memobilisasi dukungan massa akar rumput, Hariman menugaskan sejumlah
pentolan aktivis mahasiswa yang dipercaya bisa menggerakkan massa. Akan halnya
Hariman sendiri lebih berkonsentrasi pada upayaupaya lobi terhadap kekuatan politik
di parlemen.
Ketika Sidang Umum MPR digelar, Hariman begitu yakin mayoritas anggota
parlemen akan mendukung Habibie. Keyakinan Hariman ini beralasan karena dia sudah
melakukan pendekatan kepada mayoritas anggota parlemen dan memperoleh komitmen
dari mereka bahwa mereka akan mendukung Habibie. Di luar dugaan, sebelum Habibie
secara resmi dicalonkan dalam Sidang Umum MPR, lewat mekanisme voting, mayoritas
Hariman berbincang dengan Presiden BJ Habibie.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 106 3/26/10 7:22:30 PM
~ 1O7 ~
anggota MPR menolak laporan pertanggungjawaban Habibie. Selisih antara yang
menolak dan yang menerima hanya 27 suara.
Belakangan, Hariman menengarai telah terjadi pengkhianatan komitmen dan
pembelotan oleh sejumlah anggota parlemen yang sebelumnya telah menjanjikan akan
mendukung Habibie. Dari selisih 27 suara yang menolak, Hariman menduga 17 di
antaranya adalah anggota parlemen dari Fraksi Golkar. Pembelotan ke17 anggota Fraksi
Golkar ini dipimpin oleh seorang tokoh pimpinan Golkar yang merasa kecewa dengan
Habibie. Tokoh pimpinan Golkar tersebut kecewa karena tak kunjung jua diangkat
sebagai Menteri Sekretaris Negara oleh Habibie, hingga presiden membacakan laporan
pertanggungjawabannya di Sidang Umum MPR. Padahal, Habibie telah menjanjikan
jabatan tersebut kepada dirinya.
Tentu saja, Hariman Siregar sangat kecewa dengan hasil proses politik di Sidang
Umum MPR tersebut. Dia merasa dikhianati dan ditohok dari belakang. Meski demikian,
Hariman tetap mendesak Habibie untuk tetap maju dalam pencalonan sebagai presiden.
Alasannya, tidak ada satu pun ketentuan perundangan yang melarang seorang presiden
yang laporan pertanggungjawabannya ditolak untuk ikut kembali dalam pemilihan
presiden.
Namun, B.J. Habibie lebih memilih untuk tidak meneruskan pencalonannya.
Menurut Habibie, seperti dijelaskan dalam memoarnya, dengan tidak ngoyo
mencalonkan kembali sebagai presiden, ia ingin menjaga etika berdemokrasi yang
tengah dia perjuangkan setelah sekian lama rakyat di bawah represi Orde Baru.
7
e
7
Bacharuddin Jusuf Habibie. Op.Cit.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 107 3/26/10 7:22:31 PM
~ 1O8 ~
Hariman & Malari
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 108 3/26/10 7:22:31 PM
~ 1O9 ~
Mengawal
Transisi Demokrasi
M
E p i s o d E 8
eski kecewa karena B.J. Habibie
orang yang diyakini Hariman sebagai fgur yang
pas untuk memimpin proses transisi demokrasi
dikhianati, peristiwa tersebut memberikan sejumlah
pelajaran berharga bagi Hariman. Ia semakin
menyadari bahwa transisi politik dari rezim otoriter
menuju sistem politik demokratis tidaklah semudah
membalikkan telapak tangan. Selain memerlukan
adanya perubahan pada aras politik, juga dibutuhkan perubahan pada tataran kultural
dan sosiologis.
Hariman menilai, pengkhianatan yang dilakukan oleh sejumlah anggota parlemen
terhadap Habibie sebagai cerminan belum matangnya budaya politik demokratis bangsa
Indonesia setelah berpuluhpuluh tahun berada dalam cengkeraman penguasaan rezim
otoriter. Kesimpulan Hariman ini, selain sebagai hasil dari kontemplasi pribadi, juga
merupakan akumulasi pemikiran dari hasil diskusi antara dirinya dengan sejumlah tokoh
cendekiawan. Mereka antara lain Prof. Sarbini Soemawinata (almarhum), Prof. Malik
Fajar (Rektor Universitas Muhammadiyah Malang yang diangkat sebagai Menteri
Agama di pemerintahan Presiden B.J. Habibie), Dr. Adnan Buyung Nasution, dan Dr.
Moeslim Abdurrahman.
Diskusidiskusi tersebut berlangsung sepanjang Desember 1999 atau satu
bulan sebelum peringatan Peristiwa Malari, 15 Januari 2000. Hariman bersama para
tokoh tersebut berkesimpulan serupa: diperlukan upaya lain untuk mengawal transisi
demokrasi yang sedang berlangsung, yaitu melakukan pendidikan politik demokrasi
kepada masyarakat. Pendidikan politik masyarakat diperlukan sebagai prasyarat
terjadinya perubahan pada aras kultural dan sosiologis. Para tokoh tersebut menyarankan
Hariman untuk mendirikan sebuah wadah atau organisasi sebagai wahana pendidikan
politik rakyat.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 109 3/26/10 7:22:31 PM
~ 11O ~
Hariman & Malari
Prof. Malik Fajar, misalnya, tahu kalau selama ini Hariman kerap memperingati
Peristiwa Malari secara terbatas, hanya bersama dengan rekanrekannya sesama pelaku
sejarah tersebut. Menurut Malik Fajar, semangat Malari bisa dijadikan media untuk
melakukan pendidikan politik kepada rakyat, seperti yang mereka diskusikan. Memang,
selama ini, Hariman bersama rekanrekannya yang terlibat dalam Peristiwa Malari selalu
memperingati kejadian tersebut terbatas untuk kalangan mereka semata. Kalaupun ada
Hariman bersama Prof. Dr. Mahar Mardjono dan Wahyu Sardono ( Dono Warkop) berorasi di depan
kampus UI Salemba (1998).
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 110 3/26/10 7:22:33 PM
~ 111 ~
yang diundang, jumlahnya sedikit.
Peringatan Malari di masa itu kiranya tidak lebih sebagai ajang untuk memelihara
elan perjuangan di antara para pelakunya semata. Meski yang mereka peringati adalah
salah satu peristiwa politik paling monumental di Indonesia, hajatan tersebut jauh dari
nuansa politis. Tidak pernah ada statemen politik apa pun yang lahir dari sana. Juga
tidak ada liputan media massa.
Peringatan Malari dengan peserta yang terbatas itu selalu dirayakan di Putri
Duyung Cottage, Ancol, Jakarta Utara. Di situlah Hariman dkk. melakukan kumpul
kumpul untuk mengenang perjuangan mereka semasa Malari. Di lokasi yang sama pula,
ulang tahun Hariman selalu dirayakan. Menurut Amir Husin Daulay, aktivis mahasiswa
1980an, dirinya memang pernah beberapa kali ikut dalam peringatan Malari di Putri
Duyung Cottage. Tapi, belakangan dia menolak untuk hadir dalam acara tersebut karena
merasa tidak sreg dengan acara yang terkesan hanya senangsenang belaka. Tidak ada
statemen politik apa pun yang ditelurkan dari peringatan di cottage yang terletak di
Pantai Teluk Jakarta itu.
Belakangan, dari diskusi dengan para tokoh tersebut, Hariman kemudian
terdorong untuk mendirikan semacam lembaga swadaya masyarakat, yang akan
berupaya memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Hariman merasa ter
sengat dengan usul para tokoh masyarakat tersebut. Ia kemudian menghubungi
kolegakoleganya untuk membicarakan persiapan teknis pembentukan organisasi itu.
Salah seorang yang dihubungi pertama kali adalah Amir Husin Daulay. Setelah terjadi
titik temu pemikiran, Amir pun mengajak beberapa aktivis lain, seperti Mulyana W.
Kusumah dan Agus Edi Santoso, yang akrab disapa dengan panggilan Agus Lenon.
Tak berapa lama kemudian Indonesian Democracy Monitor (Indemo) pun
lahir. Mulyana W Kusumahlah yang memberikan nama untuk organisasi baru tersebut.
Mulyana pula yang didaulat menjadi Ketua Presidium Indemo. Peringatan Malari
pada tanggal 15 Januari 2000 dijadikan momentum deklarasi kelahiran Indemo. Untuk
pertama kalinya, peringatan salah satu gerakan mahasiswa paling monumental itu
digelar secara besarbesaran dan terbuka untuk publik.
Gelaran deklarasi berdirinya Indemo ini dikemas dalam seminar dengan tajuk
Dialog Nasional: Penguatan Peran Oposisi. Seminar yang dilangsungkan di Graha
Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, itu menghadirkan narasumber
Prof. Sarbini Soemawinata, Prof. Dr. Nurcholis Madjid, Prof. Dr. Ong Hok Ham, W.S.
Rendra, Mulyana W. Kusumah, dan tentu saja Hariman Siregar sendiri.
Melalui seminar tersebut, jelas terlihat Indemo memosisikan dirinya sebagai
oposan terhadap pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang berkuasa saat itu.
Dan, label Indemo sebagai organisasi sipil yang oposan terhadap penguasa bukan saja
terjadi terhadap pemerintahan Gus Dur. Peran ini tetap konsisten dimainkan Indemo
terhadap rezimrezim setelah Gus Dur, mulai dari pemerintahan Megawati Soekarnoputri
hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Melalui peran sebagai kelompok sipil yang oposan
itu, Indemo hendak mengajarkan kepada masyarakat Indonesia agar senantiasa kritis
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 111 3/26/10 7:22:34 PM
~ 112 ~
Hariman & Malari
terhadap jalannya roda pemerintahan.
Usai seminar itu, ketegangan sempat timbul antara Indemo dengan Gus Dur.
Ketegangan terutama dipicu oleh statemen Prof. Sarbini dan Hariman yang mencuat
dalam seminar tersebut. Sarbini mencela Gus Dur sebagai presiden yang menggunakan
manajemen pesantren. Sementara itu, Hariman mengingatkan Gus Dur untuk tidak
sapenake dhewek dalam mengelola negara ini. Senada dengan Sarbini, menurut
Hariman, budaya pesantren sangat kuat meresap dalam diri Gus Dur. Corak dan gaya
kepemiminan Gus Dur tak pelak juga sangat dipengaruhi oleh kultur pesantren, kultur
yang sebenarnya tidak bisa diterapkan dalam mengelola negara.
Sebagai upaya sosialisasi berdirinya Indemo, sejumlah seminar pun digelar
di beberapa kota di Indonesia pascadeklarasi di Taman Ismail Marzuki. Pada 9 Mei
Hariman sedang bercanda dengan Rizal Ramli dan Adhie Masardi dalam sebuah diskusi.
Hariman bersama Gus Dur (kiri), dan bersama Taufq Kiemas (kanan) dalam suatu pesta pernikahan.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 112 3/26/10 7:22:38 PM
~ 113 ~
2000, misalnya, diselenggarakan dialog nasional dengan tema Kontrol Politik Menuju
Demokrasi. Dalam seminar yang digelar di Balairung Kampus Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta itu tampil sebagai pembicara Prof. Dr. Ichlasul Amal, Sri Sultan
Hamengkubuwono X, Dr. Bambang Cipto, Hariman Siregar, dan Mulyana Kusumah.
Pada tanggal 17 Oktober 2000, Indemo kembali menyelenggarakan dialog publik di
Jakarta dengan tema Kontrol Politik dalam Transisi Demokrasi. Seminar serupa juga
diselenggarakan di Makassar dan Medan.
Karena Indemo dideklarasikan pada tanggal 15 Januari, dalam perjalanannya,
peringatan hari jadinya kerap diidentikan dengan peringatan Peristiwa Malari. Dari
tahun ke tahun, acara peringatan dikemas dalam bentuk yang sebisa mungkin berbeda.
Entah itu dalam bentuk seminar atau orasi politik dari para tokoh masyarakat. Meski
demikian, melalui acara tersebut, Indemo selalu menegaskan posisinya sebagai watch
dog atas jalannya pemerintahan dan tata kelola negara ini.
Peringatan hari jadi Indemo yang sangat berbeda dari biasanya dan sempat
menggemparkan jagad perpolitikan di Tanah Air terjadi pada tahun 2007. Jika biasanya
acara digelar di dalam gedung dan dikemas dalam bentuk diskusi atau orasi politik, kali
ini Indemo merayakan kelahirannya di jalanan dengan menggelar Pawai Rakyat Cabut
Mandat.
Sebagai organisai masyarakat sipil mungkin ada sebagian pihak yang menilai
Indemo sebagai organisasi yang memiliki struktur organisasi yang rigid dan keanggotaan
yang ketat. Pandangan ini sungguh tidak tepat. Dalam booklet dan terbitan Indemo
lainnya, kita dapati penjelasan bahwa Indemo adalah organisasi yang mengandalkan
kerja berdasarkan kultur organisasi jaringan.
1
Pola organisasi berkultur jaringan di sini janganlah dipahami bahwa Indemo
memiliki karakter sentralisme seperti Politbiro, sistim sel tertutup yang kaku, tidak
saling mengenal antarsel, hidup penuh kode, serta mengandalkan mekanisme intelijen.
Indemo adalah organisasi yang bersifat terbuka. Dengan pola organisasi berkultur
jaringan, Indemo menganggap seluruh sumber daya insani yang dimiliki bangsa ini,
selama memiliki visi yang sama, adalah mitra untuk mencapai visi dan misi organisasi.
Seminar hanyalah salah bentuk perwujudan visi Indemo dalam melakukan
pendidikan politik kepada rakyat dalam bentuk pengembangan dan reproduksi wacana.
Reproduksi wacana melalui diskusi yang lebih intensif dilakukan Indemo lewat diskusi
rutin yang diadakan setiap hari Rabu sore. Mengacu pada hari diselenggarakannya
diskusi, acara di sekretariat Indemo di Jalan Lautze, Jakarta Pusat, ini di kalangan
aktivis lebih dikenal dengan sebutan Diskusi Reboan. Diskusi Reboan boleh dibilang
sebagai salah satu diskusi berkala yang paling konsisten dilaksanakan oleh organisasi
madani di Indonesia sampai saat ini.
Peserta Diskusi Reboan begitu beragam, mulai dari aktivis mahasiswa, aktivis
buruh, petani, aktivis partai politik, anggota legislatif, hingga pejabat. Siapa saja
1
Jusman Sjafi Djamal merupakan perumus dasar konsep pola organisasi berkultur jaringan yang diterapkan oleh Indemo.
Konsep dasar dari Jusman ini kemudian disempurnakan dan dibakukan dalam Rapat Kerja Indemo yang bertema Strategic
Option and Decision Alternative: Toward Global Democracy di Bandung, 2729 Juli 2009.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 113 3/26/10 7:22:39 PM
~ 114 ~
Hariman & Malari
boleh hadir dalam diskusi ini. Tak mengherankan jika selalu ada wajah baru. Sesekali,
diskusi mengangkat sebuah tema dengan pembicara yang sengaja diundang sebagai
narasumbernya. Lebih sering, Diskusi Reboan mengalir begitu saja tanpa tema yang
telah dipersiapkan sebelumnya. Siapa saja bisa mengemukakan pengalaman, pikiran,
dan unekuneknya. Diskusi Reboan benarbenar sebuah forum demokratis tempat setiap
orang bebas berbicara, mengemukakan pikiran dan pendapatnya.
Berdasarkan konsep pola organisasi berkultur jaringan, mereka yang hadir
dalam Diskusi Reboan sudah bisa dikategorikan sebagai jaringan Indemo. Jaringan
jaringan ini setiap saat bisa diberdayakan manakala dibutuhkan. Konsep ini cukup
efektif, misalnya ketika Indemo menggelar Pawai Rakyat Cabut Mandat pada 15
Januari 2007 yang menggemparkan itu. Peserta pawai adalah para aktivis yang kerap
atau setidaknya pernah hadir dalam Diskusi Reboan.
Bagi Hariman sendiri, Diskusi Reboan bak sebuah pusaka penting yang harus
terus dirawat dan dijaga. Amir Husin Daulay yang sering dijuluki sebagai penjaga
gawang Diskusi Reboan mengemukakan, sesibuk apa pun Hariman, selagi dia bisa
menyempatkan diri hadir dalam Diskusi Reboan, Hariman pasti akan datang. Tak
bisa dimungkiri, Hariman memang magnet Indemo. Dialah pusat gravitasi yang bisa
menarik minat aktivis dari berbagai latar belakang organisasi dan aliran politik untuk
hadir dalam Diskusi Reboan.
Dalam sejarahnya, Diskusi Reboan pernah membuat geger masyarakat
Indonesia, bahkan dunia internasional. Kegegeran berawal dari tudingan Presiden Gus
Dur bahwa sejumlah jenderal berkumpul di Jalan Lautze dan hendak membuat gerakan
kudeta terhadap dirinya. Isu rencana kudeta militer ini dilontarkan Gus Dur saat dirinya
melakukan lawatan ke sejumlah negara Eropa yang dimulai pada paro kedua Januari
hingga awal Februari 2000.
Atmosfer perpolitikan saat itu memang sangat diwarnai konfik antara Gus Dur
dan barisan pendukungnya dengan militer, khususnya klik Menteri Koordinator Politik
Keamanan Jenderal Wiranto. Sejumlah elemen masyarakat menolak keberadaan Jenderal
Wiranto dalam kabinet Gus Dur. Wiranto dianggap sebagai representasi kekuatan
prostatus quo yang sengaja dipasang untuk mengamankan Soeharto dan kroninya.
Tuntutan agar Wiranto dipecat dari kabinet semakin gencar ketika Komisi Penyelidik
Pelanggaran Hak Asasi Manusia (KPP HAM) dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM) yang menyelidiki kasus pelanggaran hak asasi manusia di Timor Timur
menengarai keterlibatan Wiranto dalam pelanggaran hak asasi di sana pascapenentuan
jajak pendapat. KPP HAM dan Komnas HAM dalam laporannya memang kemudian
membuat rekomendasi bahwa Wiranto bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi
di Timor Timur pascapenentuan jajak pendapat.
2
Polemik semakin berlarutlarut akibat keragukeraguan Gus Dur untuk memecat
Wiranto, seperti yang dituntut oleh sebagian kelompok masyarakat. Keragukeraguan
sikap Gus Dur misalnya tercermin dalam permintaannya kepada Wiranto agar sang
2
Dikutip dari www.angelfre.com.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 114 3/26/10 7:22:39 PM
~ 115 ~
jenderal mengundurkan diri. Gus Dur sampai beberapa kali melontarkan permintaan ini.
Namun, Wiranto bergeming. Padahal, sebagai presiden, tanpa perlu meminta mundur,
Gus Dur memiliki hak prerogatif untuk memecat Wiranto.
Diskusi banyak digelar oleh berbagai kelompok masyarakat seputar konfik Gus
Dur dan militer tersebut. Indemo pun tak terlepas dari ketertarikan untuk mendiskusikan
isu yang sedang mendapat perhatian besar dari publik ini. Dalam obrolan tidak santai
sejumlah pengurus dan aktivis Indemo, menurut penuturan Amir terlontarkan usul agar
sejumlah jenderal aktif dan yang sudah pensiun seperti Wiranto dan Laksamana (Purn.)
Sudomo diundang sebagai narasumber dalam Diskusi Reboan yang akan membahas
masalah konfik Gus Dur dan militer.
Keputusan menghadirkan Wiranto dan Sudomo sebagai narasumber diskusi
belum fnal. Namun, menurut penjelasan Amir, tanpa sepengetahuan aktivis Indemo
yang lain, Agus Lenon sudah mengundang adik Gus Dur, Hasyim Wahid (Gus Im),
untuk hadir dalam diskusi. Kepada Gus Im, Agus Lenon mengatakan bahwa diskusi
tersebut akan menghadirkan Wiranto, Sudomo, dan beberapa jenderal lainnya sebagai
pembicara. Selama ini, Agus Lenon memang dikenal berteman dekat dengan Gus Im.
Statusnya sebagai aktivis Indemo yang memosisikan dirinya sebagai oposan terhadap
Gus Dur tidak menjadi penghalang bagi dirinya untuk tetap bersahabat dengan Gus
Im.
Diduga, informasi ini kemudian disampaikan oleh Gus Im kepada Gus Dur.
Berdasarkan informasi dari adiknya inilah Gus Dur melontarkan tudingan bahwa para
jenderal berkumpul di Jalan Lautze, yang tak lain Sekretariat Indemo, dan merencanakan
kudeta terhadap dirinya.
3
Hariman secara tegas membantah isu tersebut. Tidak benar
Indemo menjadi fasilitator perencanaan kudeta militer oleh TNI. Acara tanggal 3
Februari 2000 tersebut tidak lebih dari diskusi biasa dengan pembicara Adnan Buyung
Nasution. Diskusi yang digelar kurang dari sebulan sejak Indemo dideklarasikan itu
sedang coba dibangun oleh Indemo menjadi tradisi. Diskusi inilah embrio dari Diskusi
Reboan yang sampai saat ini masih tetap bertahan.
Jenderal Wirantolah yang paling kebakaran jenggot dengan isu tersebut. Ia pun
mendatangi Gus Dur dan memberi garansi bahwa tak akan ada kudeta militer oleh
TNI. Karena jaminan Wiranto inilah, untuk sementara waktu posisi Wiranto sebagai
Menteri Koordinator Politik dan Keamanan. Namun, tidak lama kemudian, tepatnya
hari Minggu, tanggal 13 Februari 2000, menjelang tengah malam, Gus Dur menekan
keputusan yang menonaktifkan Wiranto.
4
Entah Gus Im atau Gus Dur yang memelesetkan informasi soal rencana kehadiran
para petinggi dan mantan petinggi TNI di diskusi Indemo tersebut. Masyarakat di dalam
negeri dan dunia internasional sempat percaya akan adanya rencana kudeta militer
ini. Amerika Serikat, misalnya, mengancam TNI untuk tidak cobacoba mengudeta
pemerintah sipil di bawah pimpinan cucu pendiri Nahdlatul Ulama tersebut.
5
3
Majalah Xpose edisi No. 04/III/612 Februari 2000
4
http://www.angelfre.com/assalam/assalam091.html.
5
Majalah Xpose No. 02/III/2230 Januari 2000. Majalah Xpose No. 02/III/2230 Januari 2000.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 115 3/26/10 7:22:40 PM
~ 116 ~
Hariman & Malari
Tapi, isu kudeta itu tak pernah terbukti. Setelah lebih dari dua pekan polemik ini
menghiasi media massa, saling tuding di antara pendukung Gus Dur pun menyeruak.
Mereka menuduh Gus Dur telah dibisiki informasi yang salah. Lembaga intelijen
seperti Bakin dan Badan Intelijen Strategis (BAIS) samasama mengelak kalau mereka
telah memberikan informasi kepada Gus Dur soal rencana kudeta militer oleh TNI,
khususnya oleh klik Wiranto.
6
Cabut Mandat SBY-JK
Gegeran politik lain yang dibuat Indemo terjadi saat peringatan ulang tahun
Indemo yang keenam, 15 Januari 2007. Lebih dari sebulan (pra dan pascaPawai Cabut
Mandat), isu cabut mandat menjadi polemik yang menghiasi pemberitaan di media
massa, baik cetak maupun elektronik. Pihak Istana gerah dan geram. Hariman Siregar
dituding mau makar, hendak menggulingkan pemerintahan yang sah, hingga diancam
akan ditangkap.
7
Bergulirnya gerakan cabut mandat tidak lahir dengan sertamerta. Ada sebuah
proses yang cukup panjang. Gerakan ini bermula dari serangkaian kegiatan yang
diselenggarakan Gerakan Kebangkitan Indonesia Raya (GKIR). Hariman banyak
terlibat dalam rangkaian kegiatan GKIR, seperti seminar. GKIR sendiri dideklarasikan
pada 17 September 2004 oleh Hariman dan sejumlah tokoh lainnya.
Dalam dokumen deklarasinya, GKIR menyatakan bangsa Indonesia sedang
mengalami krisis multidimensi yang mengancam kedaulatan, jatidiri, harkat, dan
martabat sebagai bangsa merdeka. Krisis ideologi telah menyebabkan jatidiri bangsa
goyah, persatuan dan kesatuan terkoyakkoyak, kemandirian ekonomi tergadaikan,
korupsi merajalela, tata nilai dan budaya bangsa tergusur arus globalisasi, sumber daya
alam terkuras, lingkungan hidup rusak parah.
8
GKIR diprakarsai oleh sejumlah lembaga atau organisasi, antara lain Aliansi
Penyelamatan Indonesia (API), Indemo, Barisan Kebangkitan Indonesia Raya, Forum
Rektor Indonesia, Front Pembela Proklamasi 45, Gerakan Jalan Lurus, Forum
Komunikan, Badan Kerjasama Ikatan Alumni Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia,
Gerakan Rakyat untuk Demokrasi, Jaringan Aktivis Prodem, Ikatan Alumni UIJakarta,
Jaringan Aliansi Masyarakat Madani dan Pro Demokrasi, Jaringan Kader Muda
Nahdlatul Ulama, Jaringan Kader Mahasiswa Islam, Komite Independen Pemantau
Pemilu Indonesia, Yayasan Jatidiri Bangsa, dan Persatuan Wartawan Indonesia.
9
Rapatrapat GKIR banyak dilaksanakan di Sekretariat Front Pembela Proklamasi
45 di Gedung Cawang Kencana, yang tidak jauh dari Markas Besar Komando Daerah
Militer V/Jayakarta, Jakarta Timur. Selain Hariman, ada sederet nama beken lain
yang kerap terlibat dalam kegiatankegiatan GKIR. Mereka antara lain mantan Wakil
6
Majalah Xpose No. 05/III/1319 Februari 2000. Majalah Xpose No. 05/III/1319 Februari 2000. 319 Februari 2000.
7
Rakyat Merdeka, 12 Januari 2007.
8
Yop Pandie. 2007. Polemik Cabut Mandat SBY: Suatu Transformasi dari Masyarakat Nrimo ke Masyarakat Peduli Nasib
Bangsa. Cetakan 1. Jakarta: PT Bina Rena Pariwara, halaman 53.
9
Ibid., halaman 54.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 116 3/26/10 7:22:40 PM
~ 117 ~
Presiden Try Sutrisno, Saiful Sulun (mantan Wakil Ketua MPR/DPR), cendekiawan
muslim Prof. K.H. Ali Yafe, Frans Seda, Mohammad Cholil Badawi (veteran pejuang
kemerdekaan yang pernah menjadi Ketua Badan Pembina Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia), K.H. Moehammad Zain, Monang Siburian (purnawiran perwira tinggi
TNI bidang intelijen), dan Bambang Wiwoho. Adik Gus Dur yang juga anggota DPR
dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Lily Wahid, juga banyak terlibat aktif dalam
Hariman memimpin aksi cabut mandat SBY-JK di
Bundaran HI Jakarta (2007). Tampak antara lain
: Rendra, Julius Usman, Eggi Sudjana, Moeslim
Abdurrahman.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 117 3/26/10 7:22:44 PM
~ 118 ~
Hariman & Malari
GKIR. Selain Try Sutrisno, Saiful Sulun, dan Monang Siburian, di GKIR masih ada
sederet purnawiran lain yang kerap hadir dalam rapatrapat GKIR di Gedung Cawang
Kencana.
Pada 23 November 2006, GKIR menyelenggarakan dialog publik. Dialog yang
dikemas dalam acara halal bihalal ini mengambil tempat di Aula Gedung Cawang
Kencana. Dialog terutama banyak membicarakan tentang mandat rakyat, lemahnya
kepemimpinan SBY, semakin memburuknya kondisi kehidupan rakyat, dan juga
dampak dari amandemen UUD 1945.
Secara umum, peserta dialog yang berjumlah sekitar 300 orang itu sepakat
bahwa memburuknya situasi nasional dikarenakan lemahnya kepimpinan SBY. Mereka
juga kecewa dengan pengelolaan negara di bawah kepemimpinan SBY. Dalam acara
itulah untuk pertama kalinya wacana pencabutan mandat SBY mulai mengemuka.
10
Isu pencabutan mandat SBY menjadi wacana yang mendominasi dialog publik. Slogan
cabut mandatnya tak hentihentinya diteriakan peserta dialog.
Hasil dialog publik kemudian disampaikan GKIR ke DPR pada 19 Desember
2006. Delegasi GKIR yang datang bertepatan dengan Hari Bela Negara itu dipimpin
oleh Try Sutrisno. Mereka diterima langsung oleh Ketua DPR H.R. Agung Laksono.
Tuntutan cabut mandat BSY pun ditegaskan oleh GKIR dalam pertemuannya dengan
pimpinan legislatif tersebut.
Sejak pertemuan itulah wacana pencabutan mandat SBY terus bergulir. Try
Sustrisno, Hariman, dan kawankawan dianggap inkonstitusional dan dituduh hendak
berbuat makar. Di antara para tokoh GKIR, Harimanlah terutama yang paling kencang
menyerukan cabut mandat SBY.
Pihak Cikeas menuduh Try Sutrisno dkk. hanyalah sekumpulan orangorang
yang tak sabar ingin menduduki kursi kepresidenan.
11
Para pendukung SBY juga
menyebut para sesepuh ini sebagai kaum jompo moral, sebuah sebutan yang mengacu
kepada Try Sutrisno dan tokoh GKIR lainnya yang pernah menduduki jabatan formal di
masa lalu.
12
SBY bahkan sempat mengumpulkan para sesepuh dan petinggi TNI untuk
membahas isu cabut mandat ini sekaligus mencari dukungan dari TNI.
Selain dalam rapatrapat GKIR di Gedung Cawang Kencana, wacana cabut
mandat SBY juga menjadi tema diskusi yang hangat dalam Diskusi Reboan di Indemo.
Wacana cabut mandat terus menggelinding dan semakin mengkristal. Pada tanggal 10
Januari 2007, bertepatan dengan peringatan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat, 10 Januari
1966), GKIR kembali menyelenggarakan dialog publik.
Dialog publik dengan tema Tantangan dan Harapan 2007 itu dilangsungkan di
Kampus Universitas Atma Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan. Try Sutrisno,
Frans Seda, Moehammad Cholil Badawi, Hariman Siregar, dan Moeslim Abdurrahman
sebagai pembicaranya. Hadir juga pengamat politik Sukardi Rinakit serta pengamat
10
Ibid., halaman 75.
11
Ibid., halaman 79
12
Warta Kota, Sabtu, 13 Januari 2007.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 118 3/26/10 7:22:45 PM
~ 119 ~
ekonomi Hendri Saparini dan Ichsanuddin Noorsy. Sekali lagi, para pembicara mendesak
SBY untuk mundur terkait semakin terpuruknya kondisi bangsa. Seruan cabut mandat
SBY pun kembali ditegaskan dalam dialog publik ini.
Moeslim Abdurrahman menyerukan SBY agar lempar handuk saja daripada
terjadi chaos di manamana. Buat apa pemimpin yang mendatangkan mudarat daripada
manfaat. Jadi, sebetulnya dia itu sudah batal. Lebih baik dia mundur dan diganti yang
lain, kata Moeslim.
13
Ketika isu cabut mandat semakin matang dan mengkristal, para tokoh GKIR
semakin yakin bahwa gerakan pencabutan mandat SBY harus diwujudkan dalam gerakan
yang lebih konkret. Keberhasilan sebuah gerakan, selain menuntut adanya soliditas
gerakan itu sendiri, juga membutuhkan momentum yang pas. Hari ulang tahun keenam
Indemo pada 15 Januari 2000 dianggap momentum yang tepat untuk melaksanakan
gerakan pencabutan mandat SBY. Terlebih lagi, di antara para tokoh GKIR, Harimanlah
yang selama ini paling getol dan lantang menyerukan pencabutan mandat SBY. Tak
mengherankan jika isu cabut mandat sangat identik dengan Hariman.
Pada 12 Januari 2007, Indemo menggelar konferensi pers dan secara resmi
mengumumkan akan menggelar Pawai Rakyat Cabut Mandat SBYJK pada tanggal
15 Januari. Konferensi pers digelar di Hotel Harris, Jalan Dr. Saharjo, Jakarta Selatan.
Hariman, Moeslim Abdurrahman, dan Amir Husin Daulay secara bergantian menjelaskan
rencana besar Indemo tersebut.
Atmosfer Jakarta semakin tegang sejak konferensi di Hotel Harris itu.
Sebelumnya, ketegangan memang selalu menghantui Jakarta sejak mencuatnya wacana
gerakan cabut mandat yang akan dipimpin Hariman bergulir. Ketegangan ini tidak
terlepas dari pemberitaan bombastis media massa yang mengidentikan Hariman dengan
huruhara Malari tahun 1974. Dengan pemberitaan yang bombastis, media massa telah
menggiring memori kolektif masyarakat pada huruhara di Jakarta tahun 1974. Harian
Batak Pos, misalnya, menulis dengan judul Hariman Siregar Ancam Malarikan SBY
JK.
14
Senin pagi, 15 Januari 2007, seribu lebih massa bergerak dari Bundaran Hotel
Indonesia menuju Istana Negara. Mereka terdiri dari aktivis mahasiswa, buruh petani,
hingga nelayan. Sepanjang jalan, massa dari 52 elemen tersebut meneriakan yelyel
cabut mandat SBY. Di depan istana negara, Hariman Siregar, W.S. Rendra, dan sejumlah
tokoh lain, bergantian berorasi mendesak SBY mundur atau dicabut mandatnya. Pawai
Rakyat Cabut Mandat berlangsung aman dan damai, tidak seperti yang digembar
gemborkan media massa. SBY tetap bertahan sebagai presiden. Meski demikian, di
mata Indemo, SBY telah kehilangan legitimasi moralnya. e
13
Ibid.
14
Batak Pos, 11 Januari 2000. Batak Pos, 11 Januari 2000.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 119 3/26/10 7:22:45 PM
~ 12O ~
Hariman & Malari
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 120 3/26/10 7:22:45 PM
~ 121 ~
Meluruskan
Jalan Demokrasi
D
E p i s o d E 9
emokrasi dianggap mengada dalam suatu
negara antara lain dengan dua ciri: kebebasan mendirikan
partai politik dan sistem pemilihan umum yang langsung,
umum, dan bebas. Perebutan kekuasaan dimungkinkan
melalui pemilihan umum yang diikuti oleh kaderkader
partai politik. Perubahan politik karenanya terbuka lebar
untuk diperjuangkan dengan cara mengikuti pemilihan
umum.
Tapi, Hariman Siregar menolak terlibat dalam partai dan pesimistis bahwa
pemilihan umum bisa menghasilkan perubahan. Hariman lebih percaya kepada
mahasiswa sebagai motor perubahan dan demokrasi, kata Mulyana Wira Kusumah,
Sekretaris Jenderal pertama Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP).
Sejak puluhan tahun lampau hingga sekarang, Hariman Siregar meyakini masa
depan sesungguhnya dimiliki oleh anak muda dan karenanya harus diperjuangkan
pada masa kini oleh komponen terkuat dari anak muda: mahasiswa. Ia tak begitu
percayakalau tak bisa dibilang tak percaya sama sekalilembagalembaga
formal dalam demokrasi, semisal partai politik.
Keyakinan diri Hariman ini menjawab pertanyaan mengapa ia tak memimpin,
mendirikan, atau setidaknya bergabung dengan partai politik. Padahal, bila mengingat
jejaring yang telah ia rajut sejak memimpin Dewan Mahasiswa UI hingga sekarang,
Hariman memiliki sumber daya manusia dan logistik yang cukup untuk melibatkan
diri dalam partai politik. Bukan tak sedikit kelompokkelompok atau individu yang
mendorong Hariman mendirikan partai politik setelah sistem multipartai dimulai lagi
di Indonesia pasca1998. Tapi, melihat dan mengalamisejak masa awal Orde Baru
hingga sekarangbagaimana perilaku partai politik di Indonesia, Hariman memilih
untuk memercayakan perubahan pada cara lain: ekstraparlementer. Ketidakpercayaan
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 121 3/26/10 7:22:46 PM
~ 122 ~
Hariman & Malari
Hariman kepada partai berdasar sejumlah alasan yang berangkat dari kenyataan.
Partai politik dibentuk untuk building block kekuasaan semata, bukan untuk
memajukan kesejahteraan rakyat, karena partai hanya berfungsi lima tahun sekali
untuk mengantarkan (orang) ke kekuasaan, papar Hariman. Praktik kepartaian
semacam ini membuahkan tradisi jualbeli (transaksional). Di dalam partai, beberapa
hal diatur, tapi tidak bisa atau jangan menjadi yang tidak mau. Sebab, seperti dalam
halnya rumus jual beli, yang tidak mau adalah yang ditinggalkan.
Ia menunjuk pemilihan kepala daerah (pilkada) sebagai contoh kasus. Partai
Hariman Siregar : Sang Rajawali Politik Indonesia.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 122 3/26/10 7:22:50 PM
~ 123 ~
partai jelas berjualan dalam pilkada. Beberapa kali pimpinanpimpinan partai di
wilayah berniat mencalonkan diri menjadi gubernur atau bupati, namun ditentang
oleh pengurus pusat partai. Alasannya? Ada calon lain dari luar partai yang lebih
patut didukung. Kepatutan yang dimaksud bukan berbasis kompetensi, melainkan
lantaran si calon bersepakat dengan elite partai pendukung melalui komitmen berbasis
transaksi: uang.
Tidaklah heran bila, menjelang pilkada, partaipartai politik bukannya sibuk
membuat konvensi internal partai untuk menjaring kader terbaik, tapi sibuk berjalan
jalan melobi fgur yang sekiranya potensial untuk diatur atau mau terlibat transaksi.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 123 3/26/10 7:22:56 PM
~ 124 ~
Hariman & Malari
Perjalanan itu tidak terbatas kepada tokohtokoh publik di lingkungan sosial politik,
tapi merambah ke dunia lebih luas: entertainment. Kalangan artis ditawari untuk
maju menjadi calon bupati/wakil bupati atau gubernur/wakil gubernur dari partainya.
Ini hal yang rancu. Partai mengkhianati hakikat partai itu sendiri, karena kekuasaan
diberikan kepada orang lain, ujar Hariman. Itu namanya calo penjual suara. Partai
menjadi calo kekuasaan karena kemenangan diperjualbelikan. Kasihan rakyat yang
memilih karena berpikir bahwa si calon akan mewakili dirinya, padahal bakal dijual
lagi. Rakyat jadinya ditipu oleh partai.
Di tingkat nasional, partaipartai politik tak menunjukkan tanggung jawab
atas kondisi bangsa yang terpuruk. Mereka justru menyandera proses demokrasi
secara substansial. Mereka membuat prosedurprosedur formal yang mendorong
keadaan negara justru menjadi sakit. Mereka kreatif menciptakan mekanisme untuk
memperoleh berbagai fasilitas dari negara, justru ketika anggaran untuk rakyat
terbilang kecil. Jiwajiwa demokrasi sudah mati dalam orientasi mereka. Mereka
tidak percaya lagi vox populi vox Dei. Mereka lebih percaya bahwa kekuasaan itu
lampu Aladin yang dalam tempo seketika dapat mengubah gubuk menjadi istana,
sepeda motor tahun 1970an menjadi BMW seri terbaru, kata Hariman gusar.
Salah satu penyebabnya adalah proses pemilihan umum yang gagal merekrut
(atau sengaja tidak berupaya melahirkan) caloncalon wakil rakyat yang prorakyat.
Proses pemilihan umum yang memakan dana besar ditambah kegagalan dalam proses
rekrutmen membuat anggota parlemen kemudian berpikir tentang cara mengembalikan
modal yang telah dikeluarkan untuk menyetor kepada partai dan ongkos kampanye.
Syukursyukur bisa untung selama lima tahun duduk di kursi parlemen.
Kegagalan pemilihan umum melahirkan pemimpin atau wakil rakyat yang
prorakyat bersebab pula dari kondisi partai politik. Alihalih melakukan kaderisasi,
partai cenderung mengutamakan fgur populer untuk meraih suara. Dari tokoh
politik betulan hingga artis atau pelawak ditawari masuk ke partai menjelang musim
pemilihan umum berlangsung. Dianggaplah bila partai diisi oleh tokoh yang sudah
dikenal publik sertamerta publik akan memilih sang tokoh tersebut. Budiman
Sudjatmiko (mantan Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik), misalnya, bukan dari
kader PDI Perjuangan tapi bisa langsung menjadi calon anggota legislatif nomor
urut satu dan bisa duduk menjadi pengurus pusat partai. Pada akhirnya nanti mantan
petinggi tentara dan polisi atau mantan pejabat pemerintahan direkrut untuk menjadi
petinggi partai, kata Hariman.
Hariman menyetujui pendapat Rocky Gerung
1
yang mengkritik partai sebagai
penyebab defsit intelektualitas dalam praktik politik Indonesia. Partai politik berdiri
tanpa didasarkan pada suatu gagasan sosial yang kuatyang biasa disebut sebagai
ideologi. Ini melemahkan partai dalam melakukan kaderisasi. Padahal, kaderisasi
memerlukan visi ideologis yang kuat, yaitu prinsip pengatur orientasi kebijakan sosial
partai. Dengan visi ideologis itulah sang kader bertarung dalam politik. Distingsi
ideologis memerlukan kejernihan konseptualisasi intelektual, karena persaingan
1 Rocky Gerung. 2009. Intelektual dan Kondisi Politik, dalam Prisma No.1 Volume 28, Juni 2009.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 124 3/26/10 7:22:56 PM
~ 125 ~
politik adalah persaingan nilainilai publik yang harus diselenggarakan untuk
mempertahankan kondisi kemajemukan demokrasi. Ketiadaan persaingan ideologis
membuat politik menjadi urusan transaksional rutin, dalam arti tidak menimbulkan
imajinasi perubahan dan inspirasi konseptual.
Menjelang Pemilu 1999, sebenarnya suatu harapan besar sempat muncul. Pada
masa itu, partaipartai politik bebas didirikan dengan berbagai ideologi yang mereka
yakini. Ada 48 partai politik yang dinyatakan memenuhi syarat mengikuti Pemilu
1999. Indonesia pascaPemilu 1999 keruan diidamkan memiliki wajah demokrasi
dan sistem politik yang lebih sehat ketimbang sebelumnya. Kebebasan tiaptiap
partai memiliki ideologi dan memopulerkannya menjadi salah satu alasan wajar dari
munculnya harapan. Karena, ideologi yang dipercaya oleh partai politik dianggap
akan memaksa aktoraktornya bekerja mewujudkan citacita berdasar ideologi tadi.
Tapi, pascapemilihan umum, kenyataan berbicara lain. Ketika memasuki proses
pembentukan pemerintahan, persaingan antarpartai berlatar ideologi terhenti.
Kata kunci berubah dari persaingan menjadi kompromi. Isi kabinet kemudian
mengungkapkan hasil dari kompromi itu: Kabinet Persatuan Nasional, yang terdiri
dari beragama latar partai, dari partai Islam hingga partai sekuler.
Situasi pascaPemilu 2004 tak berbeda jauh. Meski keluar sebagai pemenang
pemilihan presiden, Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla hanya menempatkan
dua orang dari Partai Demokrat dan dua orang dari Golkar dalam kabinet atau 11
persen dari keseluruhan 36 kursi kabinet. Sebanyak 15 kursi diberikan kepada
kalangan profesional dan 4 kursi kepada TNI. Sisanya dibagibagi kepada partai yang
mau diajak berkoalisi.
Pilihan membentuk koalisi dalam pemerintahan menguatkan watak percaloan
dalam kekuasaan di Indonesia, kendati diberi nama Kabinet Persatuan Nasional atau
Kabinet Indonesia Bersatu yang telah memasuki seri kedua setelah Susilo Bambang
Yudhoyono terpilih kembali sebagai presiden. Kuskridho Ambardi menyebut
percaloan ini sebagai kartel. Partaipartai politik di Indonesia, katanya, cenderung
berpraktik kartel ketimbang kompetitif.
2
Menurut Ambardi, pembentukan kartel itu berangkat dari lima ciri yang terjadi
dalam kepartaian Indonesia: 1) hilangnya peran ideologi partai sebagai faktor penentu
perilaku koalisi partai; 2) sikap permisif dalam pembentukan koalisi; 3) tiadanya
oposisi; 4) hasilhasil pemilihan umum hampir tidak berpengaruh dalam menentukan
perilaku partai politik, dan; 5) kuatnya kecenderungan partai untuk bertindak
secara kolektif sebagai satu kelompok. Pengertian kelima ini bukan merujuk satu
kelompok dalam pengertian satu partai, melainkan sebagai satu kelompok elite
yang berangkat dari berbagai partai.
Ambardi menunjuk kepentingan tiaptiap partai untuk bertahan hidup
sebagai alasan mereka membentuk kartel. Sumber keuangan partai yang berasal
dari pemerintah harus dijaga bersama. Bila dianggap tidak cukup, mereka mencoba
2
Kuskrido Ambardi. 2009. Mengungkap Politik Kartel. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 125 3/26/10 7:22:57 PM
~ 126 ~
Hariman & Malari
menggali dari sumbersumber lain, yakni dari badanbadan usaha milik negara
maupun sumber yang hanya bisa dikelola atau diciptakan apabila wakilwakil partai
menduduki posisi penting dalam pemerintahan. Lazim diketahui bahwa pengurusan
perizinan atau perlindungan bisa dilakukan oleh pejabat pemerintah berimbal uang.
Perilaku partai politik semacam ini dinamakan partai pemburu rente (rent seeking).
Ketika PDI Perjuangan berkuasa dengan Megawati Soekarnoputri sebagai
presiden, badanbadan usaha milik negara yang berada di bawah pengawasan kader
PDIPerjuangan, Laksamana Sukardi, menjadi lahan pendulang uang partai. Praktik
ini diteruskan oleh partai pemenang berikutnya: Partai Demokrat. Sejumlah nama
yang dianggap berjasa menaikkan Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden
diupahi dengan posisi komisaris dalam badan usaha milik negara. Tanpa diketahui
di mana pernah belajar tentang manajemen perusahaan, Andi Arief diangkat menjadi
komisaris PT Pos dan Giro Indonesia. Jabatanjabatan tinggi di badan usaha milik
negara atau birokrasi yang dipastikan dapat memberi sumbangan kepada partai
diberikan pula kepada partaipartai koalisi. Syaratnya gampang: beri jalan terbuka
di parlemen untuk semua usul pemerintah. Dengan demikian, yang terjadi bukanlah
kontrol atau check and balances oleh parlemen terhadap pemerintah, keduanya malah
terlibat kongkalikong dan patgulipat dengan tujuan samasama enak.
Semangat kongkalikong dan patgulipat segerombolan elite ini pula yang
melahirkan berbagai jenis kebijakan penjualan aset milik negara yang bagusbagus
ke tangan orang asing, kata Hariman. Mereka telah menjadi jongos kepentingan
asing dalam arti yang sesungguhnya.
Hariman membandingkan penanganan krisis yang dilakukan Indonesia dengan
Thailand, Korea Selatan, dan Filipina. Ketiga negara yang disebut terakhir telah
melewati stadium kritis dengan baik karena dipimpin oleh nakhoda yang memiliki
konsepsi yang jelas tentang bagaimana mengatasi krisis. Beda sekali dengan elite politik
Indonesia. Elite Indonesia justru melakukan tindakan yang menghina akal sehat. Dari
seharusnya menggalang solidaritas supaya putraputri terbaik bangsa mau bekerja
keras, menghidupkan sektor pertanian tempat bergantung 80 persen rakyat pedesaan,
elite Indonesia malah mencabut subsidi dan proteksi hasil bumi. Akibatnya, orang
orang yang hidup dari sektor pertanian semakin terimpit nasibnya, ujar Hariman.
Akhirnya harus dibilang bahwa tidak ada perubahan atau kemajuan yang
dicapai dari perilaku demokrasi yang berorientasi pada perburuan rente. Bangsa ini
seakanakan sudah memasuki alam demokrasi yang advanced dan terkonsolidasi,
ujar Hariman Siregar. Suksesi kepemimpinan nasional dua atau tiga kali yang
berjalan tanpa kekerasan sudah dianggap demokrasi. Jika hanya itu ukurannya, itu
adalah demokrasi semu.
Demokrasi semu atau demokrasi seolaholah ini pernah terjadi selama
pemerintahan Orde Baru. Soeharto menciptakan pemilihan umum dan partaipartai
guna memenuhi syarat agar dianggap berkuasa melalui proses demokrasi. Pemilihan
umum lima tahunan selalu dilaksanakan dan diikuti oleh partai politik (yang jumlahnya
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 126 3/26/10 7:22:57 PM
~ 127 ~
dibatasi hanya dua ditambah satu Golongan Karya (Golkar) melalui kebijakan fusi
dengan alasan agar menampung golongan nasionalis dan agama ke dalam masing
masing satu wadah saja). Terhadap kedua partaiPartai Demokrasi Indonesia dan
Partai Persatuan Pembangunandilakukan pengawasan ketat dan dikerdilkan terus
menerus agar tidak berkembang luas, sedangkan Golongan Karya dibuat menjadi
pemenang terusmenerus dalam pemilihan umum. Rekor juara bertahan oleh Golkar
ini dimungkinkan karena perangkat pemerintah, tentara, dan intelijen dikerahkan
untuk memenangkan sematamata Golkar dengan dukungan dana tak terbatas.
Golongan yang mayoritas di Majelis Permusyarawaratan Rakyat itu kemudian
memilih Soeharto sebagai presiden berkalikali. Kedua partai yang ada pun ikut serta
memilih. Sebab, bila bersuara berbeda akan ditekan. Jadilah, Soeharto selalu menang
mutlak. Secara prosedur, tak ada yang salah dengan mekanisme yang diberlakukan
oleh Soeharto. Undangundang tentang partai memang berbunyi demikian; undang
undang tentang pemilihan umum juga mengatur bahwa peserta pemilihan umum
adalah dua partai politik dan satu Golongan Karya; undangundang tentang susunan
dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD juga menetapkan tentang kursi gratis yang
diberikan kepada ABRI sebagai penjaga demokrasi Indonesia. Tak ada yang salah
secara prosedural menurut prosedur Soeharto, tapi demokrasi yang sesungguhnya
dipasung karena tidak ada kebebasan berpendapat, boroboro lagi kebebasan memilih.
Hasil akhir dari tiap pemilihan umum telah ditentukan sebelumnya dan diterapkan
melalui berbagai operasi yang kerap dijalankan oleh perangkat intelijen.
Bila dibandingkan sekarang, dana demokrasi seolaholah pada masa Soeharto
terbilang malah lebih kecil. Pada masa ini, orang dapat saja menjadi pihak yang
berkuasa tergantung pada kemampuannya memberikan atau menjanjikan bakal
memberi berbagai fasilitas kepada partai politik (yang telah berubah menjadi calo
kekuasaan). Selain kasus pilkada, pencalonan menjadi anggota DPR melalui
mekanisme yang sama. Maka, dana yang dipertaruhkan pada masa demokrasi semu
yang sematamata prosedural ini semakin besar karena dikeluarkan oleh orang per
orang yang ingin duduk di kursi kekuasaan.
Pola semacam ini mengundang celah bagi kembalinya kekuatankekuatan lama
untuk berkuasa, karena pada dasarnya kelompok lama masih menguasai aset ekonomi
yang besar. Dana dari kelompok lama ini bahkan kerap digunakan untuk menopang
naiknya orangorang baru dalam kekuasaan. Kondisi ini sedikit menjelaskan mengapa
orangorang yang terindikasi berpraktik kolusi, korupsi, dan nepotisme pada masa
lalu tetap dapat bebas hingga empat presiden setelah Soeharto, sebagian malah ikut
duduk di kekuasaan.
Pada gilirannya, demokrasi semu yang dimotori oleh partai politik berpraktik
calo ini melahirkan golongan otoriter baru. Mereka ini pada dasarnya sama dengan
kelas otoriter masa lalu (karena sebagian berasal dari kelas berkuasa di masa lalu)
yang gemar mendiktekan keinginan kepada rakyat dan bukannya mendengarkan
keinginan rakyat. Bedanya: otoritarianisme jenis baru menggunakan prosedur formal
untuk mematikan kritik.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 127 3/26/10 7:22:58 PM
~ 128 ~
Hariman & Malari
Menurut Eggi Sudjana, berdasar kacamata Hariman, kondisi saat ini
menunjukkan ke arah sana. Bedanya, otoritarianisme sekarang dibungkus lebih soft
dengan berbagai pencitraan. Justru ini yang lebih berbahaya karena rakyat ibarat
dininabobokan dalam gendongan, dibelai, tetapi juga ditusuk dari belakang. Ruang
ruang demokrasi dan berpendapat secara bebas memang tersedia, tapi itu hanya
prosedural karena kenyataannya banyak aktivis yang digebuki, rakyat digusur, kritik
masyarakat dibalas dengan reaksi yang berlebihan dari pemerintah, papar Eggi.
Hal tersebut jelas tidak menghargai perbedaan dan kebebasaan menurut demokrasi.
Rakyat hanya dijadikan obyek demokrasi, bukan sebagai subyek yang menikmati
demokrasi serta ikut berpartisipasi.
Berbeda dengan perilaku pemerintah, Hariman di mata Eggi Sudjana justru
membuka ruang perbedaan pendapat. Ia, misalnya, sering tidak setuju dengan pendapat
Eggi dan kawankawannya, termasuk pilihan mereka memasuki partai politik.
Misalnya soal aksi cabut mandat, saya selaku orang partai agak berbeda pendapat
karena, menurut saya, mencabut mandat itu harus melalui saluran yang resmi, yaitu
pemilihan umum, ujar Eggi, tapi, menurut Hariman, cabut mandat dilakukan justru
karena saluransaluran resmi tidak berjalan normal.
Ada dua hal yang tak boleh dilupakan mengenai demokrasi prosedural. Dua
hal itu merupakan bahaya yang terkandung di dalamnya. Pertama, bagi demokrasi
prosedural, yang benar dan dapat diterima hanyalah yang sesuai atau berdasarkan
prosedur yang berlaku. Ketidakpuasan atau kritik hanya didengar dan dianggap
benar apabila disalurkan melalui prosedur yang berlaku dan diakui. Protes terbuka
dari staf atau bawahan kepada atasannyaterutama dalam lembaga negara atau
institusi pemerintahmenjadi tidak benar apabila dilontarkan secara terbuka kepada
Hariman saat tampil sebagai pembicara dalam sebuah diskusi politik.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 128 3/26/10 7:23:03 PM
~ 129 ~
publik. Protes terbuka dianggap sama dengan mengungkap keburukan bersama
dan menyebabkan rakyat hilang kepercayaan kepada lembaga atau institusi yang
diungkap kebobrokannya. Penganut demokrasi prosedural percaya bahwa citra suatu
lembaga atau institusi harus dijaga tetap bersih di mata publik. Demonstrasi pun hanya
dibenarkan bila mengikuti tata krama yang telah diatur oleh prosedur menyatakan
pendapat. Akhirnya, segala sesuatu yang di luar prosedur dianggap tidak demokratis,
bahkan disebut anarkis.
Kedua, karena prosedur ditetapkan oleh segelintir elite, isi demokrasi akhirnya
ditentukan oleh elite. Mereka yang memegang wewenang membentuk peraturan
(pemerintah dan DPR) menganggap paling berhak mendefnisikan perbuatan-
perbuatan demokratis dan perbuatanperbuatan tidak demokratis. Improvisasi
berdasar daya kreatif rakyat sepanjang belum diakui sebagai perbuatan demokratis
oleh pemerintah tetap digolongkan sebagai bukan bagian demokrasi kita, persis
argumentasi pemerintah Orde Baru tentang hak asasi manusia dan pemilihan langsung:
tidak sesuai dengan jiwa dan kebudayaan kita.
Praktik semacam ini menyebabkan demokrasi bukan lagi suatu pemerintahan
rakyat (government of the people), melainkan menjadi pemerintahan para politisi
(government of the politicians). Kenyataannya memang seperti itu, timpal Prof. Dr.
Anwar Nasution, Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia. Perubahanperubahan
tidak dirasakan rakyat, kemakmuran tidak merata, partai tidak berperan, (maka) saya
kira Hariman Siregar akan tetap berperan.
Lalu, apa ukuran demokrasi menurut Hariman? Sederhana saja, selain
seperti yang sudah dinyatakan oleh para ahli, kita pakai deep feeling, kata Hariman.
Rasa yang paling dalam dari nurani bakal mengingatkan kita bahwa suatu proses
kekuasaan berjalan baik atau menyimpang dari citacita semula atau tidak. Sekarang
orang kebanyakan bilang, Sudahlah begini saja masih bisa makan. Maka, niscaya
Indonesia yang diramalkan sejumlah ilmuwan memiliki bakat sebagai negara gagal,
state failure, akan menjadi kenyataan, ujarnya.
Ciri negara gagal, menurut Hariman, ada pemerintah tapi tidak ada
pemerintah (ungovernable). Ini kan sudah bisa kita deteksi dengan semakin tidak
berdayanya pemerintah menghadapi tekanan fundamentalisme pasar yang terbukti
menyengsarakan rakyat, ujarnya.
Dalam salah satu pidatonya, Hariman mengingatkan: Bila Anda seorang
pialang saham atau emiten di bursa saham, mungkin kekayaan Anda terus bertambah.
Tapi, Anda mesti ingat, berapa orang yang mati kelaparan pada setiap transaksi
penjualan saham yang nilainya terus bertambah dan otomatis pula kekayaan
Anda terus meningkat tanpa mengucurkan keringat. Berapa juta penganggur yang
dihasilkan oleh bergeraknya ekonomi duit makan duit, fnance make it self fnance,
itu?
3
Pemerintah, partai politik, sistem pemilihan umum, dansecara keseluruhan
demokrasi Indonesia gagal menjawab gugatan Hariman Siregar itu.
3
Hariman Siregar. 2008. Kembalikan Kedaulatan Rakyat, Jangan Bajak Demokrasi. Jakarta: Indemo.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 129 3/26/10 7:23:03 PM
~ 13O ~
Hariman & Malari
Demokrasi sebagai suatu cara hidup (bukan hanya cara memerintah) pada
hakikatnya mengembalikan segala sesuatu kepada rakyat. Keingingan rakyat
sejak lama ialah mencapai taraf hidup yang sejahtera dan adil. Maka, demokrasi
sesungguhnya adalah suatu cara bagaimana rakyatsecara keseluruhandapat
menikmati kesejahteraan dan keadilan. Bila dua indikator tersebut gagal dicapai oleh
mekanisme demokrasi, dengan mudah bisa dibilang ada kesalahan dalam menjalankan
mekanisme tersebut. Dalam bahasa Fareed Zakaria
4
, Bila memahami teori demokrasi
secara salah, praktiknya akan salah pula.
Berdasarkan teori, demokrasi memberi penghargaan besar kepada kebebasan
individu. Namun, makna demokrasi pada pengertian ini bukan berarti setiap orang
dapat mengungguli dirinya atas orang lain secara bebas, semenamena, dan akal
akalan. Justru menghargai kebebasan individu berarti tiaptiap orang harus memberi
penghargaan kepada orang lain.
Dengan demikian, pemerintahan yang demokratis adalah pemerintahan
yang mendengarkan dan menghargai orang di luar dirinya: yang diperintah, yang
memilihnya, yang tak lain adalah rakyat. Pemerintah harus banyak mendengarkan
suara dan pendapat rakyat dalam bertindak dan mengambil keputusan. Bukan berdasar
pikiranpikirannya sendiri. Pada pengertian ini, prosedur demokrasi berarti suatu cara
untuk menjaring suara dan pendapat rakyat dalam mengambil keputusan. Mandat
rakyat yang diberikan saat pemilihan lima tahun sekali itu bukan mandat sekali lalu
selesai, kata Hariman. Bukan berarti setelah terpilih semaumaunya pemerintah
yang dipilih.
Lebih parah lagi, pemerintah yang telah dipilih itu ketahuan tidak bisa berbuat
banyak untuk mengatasi memburuknya nasib rakyat kebanyakan. Hariman bercerita,
situasi kebangsaan yang tidak normal telah menyebabkan satu keluarga bunuh diri
karena gamang menatap hidup yang semakin buas dan kejam. Seorang Ibu di Malang,
Jawa Timur, September 2008, tega membunuh ketiga orang anaknya sebelum dia
sendiri bunuh diri. Rupanya ibu yang bernama Juanina Mercy itu stres menghadapi
semakin sulitnya menggapai sumber penghidupan. Pikirkan juga data yang dilansir
Litbang Departemen Kesehatan yang menyebutkan bahwa 264 di antara seribu
anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa, kata Hariman.
Bila angka itu benar, seperempat orang Indonesia terkena gangguan jiwa.
Nah, bagaimana para petinggi republik bisa mengklaim everything its okay bila
separo penduduknya miskin dan seperempat penduduknya mengidap sakit jiwa?
protes Hariman.
Susilo Bambang Yudhoyono tidak pernah mendengarkan suara rakyat setelah
terpilih sejak pertama dan kedua kali. Ia lebih mengundang pimpinan partaipartai
politik untuk merundingkan isi kabinet karena, menurut dia, secara prosedur memang
demikian: rakyat telah memberikan suaranya kepada partai ketika pemilihan umum. Di
sinilah kesalahan Yudhoyono paling pertama, menganggap suara partai adalah suara
4
Fareed Zakaria. 2003. The Future of Freedom: Illiberal Democracy at Home and Abroad. New York:
W.W. Norton & Company
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 130 3/26/10 7:23:04 PM
~ 131 ~
rakyat. Ia, misalnya, menyampingkan suarasuara yang menginginkan agar politik
Indonesia membuka peluang kepada oposisi yang kuat. Bila menjelang pemilihan ia
seolaholah percaya kepada hasil survei tentang elektabilitas seorang calon, berbagai
survei itu dipinggirkan setelah terpilih. Padahal, beberapa bunyi survei menunjukkan
keinginan rakyat. Yudhoyono menganggap oposisi bakal menjadi sandungan bagi
pemerintahannya. Saat terpilih untuk kedua kalinya, Yudhoyono menggarisbawahi
tentang pentingnya stabilitas dalam pemerintahan sehingga agendaagenda politik
bisa dijalankan tanpa gangguan. Kata kunci stabilitas ini terang mengingatkan
kepada watak pemerintah Soeharto di masa lalu. Yudhoyono menyampingkan bahwa
oposisi dalam suatu demokrasi sesungguhnya merupakan bentuk partisipasi aktif.
Prosedur demokrasi liberal pun mengacu pada tiga nilai penting: kontestasi
(kompetisi), liberalisasi, dan partisipasi. Setiap individu bebas mengikuti kompetisi
memperebutkan jabatanjabatan publik melalui pemilihan umum; orang pun bebas
untuk menentukan pilihannya (partisipasi); karenanya dibuat suatu jaminan hukum
agar proses itu bisa diikuti secara luas (liberalisasi). Artinya, menutup partisipasi
publik dalam pengambilan keputusan pemerintah, sama artinya dengan mengkhianati
demokrasi itu sendiri, bahkan dalam pengertian paling liberal sekalipun.
Jika diringkas, keengganan Hariman terlibat atau mendirikan partai politik
adalah karena praktik kepartaian yang transaksional atau berpraktik kartel. Selain itu,
partai tidak melakukan kaderisasi, tidak melahirkan kepemimpinan yang berdasarkan
kompetisi, melainkan memuja tokoh, dan tidak memiliki ideologi yang sistemis.
Pertanyaannya, mengapa Hariman tidak melahirkan partai politik yang berpe
rilaku serbakebalikan dari keadaan partai sekarang? Partai semacam itu akan
kalah bersaing, jawab Hariman, dengan kata bersaing bukan mengacu kepada
persaingan yang seyogianya terjadi dalam demokrasi, karena persaingan itu sudah
diberangus oleh kompromi pada saat membentuk pemerintahan. Persaingan yang
dimaksud adalah tidak bisa mendapat tempat dan akan terusmenerus kalah karena
menolak masuk dalam pusaran permainan yang telah disepakati. Partai yang serba
kebalikan itu akan berhasil melahirkan kaderkader yang bagus, pemimpin dengan
karakter yang kuat, tapi terseokseok untuk masuk ke kekuasaanatau parlemen
karena ketiadaan logistik.
Partai yang serbakebalikan itu akan tumbuh dengan baik dalam sistem
demokrasi yang secara substansial berorientasi pada kesejahteraan dan keadilan rakyat.
Makanya, pemerintahan seperti sekarang harus diubah. Sebab, bila pemerintahan
seperti sekarang diteruskan, siapa pun yang akan memimpin republik yang kita cintai
ini akan sulit mengatasi persoalan, kata Hariman seraya menambahkan bahwa
persoalan utama bangsa ini adalah kemiskinan dan pengangguran.
Ketimbang mengandalkan partai politik dan sistem pemilihan umum yang
berisi transaksi, Hariman lebih percaya pada kekuatan rakyat. Kekuasaan yang direbut
(kembali) oleh rakyat akan meluruskan jalan demokrasi Indonesia kepada citacita
semula, seperti diikrarkan pendiri republik: masyarakat yang adil dan sejahtera.
Drama Kehidupan Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 131 3/26/10 7:23:04 PM
~ 132 ~
Hariman & Malari
Demokrasi yang ingin kami perjuangankan adalah bagaimana membangun partisipasi
lebih luas dengan meruntuhkan oligarki dan feodalisme yang telah menduduki
partaipartai politik sebagai instrumen pelanggeng kekuasannya. Demokrasi yang
kami perjuangkan adalah tempat persemaian yang subur bagi hadirnya caloncalon
pemimpin yang lebih mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, ujar
Hariman.
Hariman berkeyakinan masa demokrasi substansial itu akan datang kelak.
Hanya saja, proses menuju demokrasi itu harus diperjuangkan dan dikelola secara
lebih baik, tidak dilakukan secara tergesagesa seperti terjadi di masa reformasi yang
salah arah. e
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 132 3/26/10 7:23:05 PM
~ 133 ~
Galeri Foto
Hari man Si regar
d a r i M a s a k e M a s a
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 133 3/26/10 7:23:08 PM
~ 134 ~
Hariman & Malari
Hariman diapit ibu dan adiknya, saat selesai diwisuda di UI (1977).
Hariman saat menunaikan ibadah haji (1977).
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 134 3/26/10 7:23:10 PM
~ 135 ~
Hariman dengan seragam Persija Selatan.
Galeri Foto
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 135 3/26/10 7:23:13 PM
~ 136 ~
Hariman & Malari
Hariman bersama sang istri tercinta, Siti Noor Rachma.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 136 3/26/10 7:23:15 PM
~ 137 ~
Hariman bercengkrama dengan Reza dan
kawan-kawannya.
Hariman bersama putranya, Reza, saat cuti dari
penjara (1974).
Galeri Foto
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 137 3/26/10 7:23:17 PM
~ 138 ~
Hariman & Malari
Hariman saat memimpin pertemuan Ikatan Mahasiswa Profesi se-Indonesia (1973).
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 138 3/26/10 7:23:21 PM
~ 139 ~
Hariman bersama Luhut NP Pangaribuan, Indro
Cahyono, dan Syahganda Nainggolan di Universitas
Harvard AS (1994).
Hariman saat mengunjungi perpustakaan John F. Kennedy
di Boston, AS (1986).
Galeri Foto
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 139 3/26/10 7:23:23 PM
~ 14O ~
Hariman & Malari
Hariman bersama Jusman S.D. dan Gurmilang Kartasasmita.
Hariman dalam sebuah acara makan malam bersama Dorodjatun Kuntjoro -Jakti, Bambang Sulistomo
dan Adnan Buyung Nasution. Acara ini merupakan pertemuan rutin sesama bekas tahanan Malari.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 140 3/26/10 7:23:30 PM
~ 141 ~
Harimanmendampingi Menteri Kesehatan Adhyatma saat peresmian Klinik Baruna.
Hariman mendampingi Fanny Habibie saat berkunjung ke Makassar.
Galeri Foto
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 141 3/26/10 7:23:35 PM
~ 142 ~
Hariman & Malari
Hariman berbincang serius dengan seorang Rincophe (Budha hidup dari Nepal).
Hariman bersama Didi Dawis (ketiga dari kiri) saat menjadi tamu Rinpoche, di Nepal.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 142 3/26/10 7:23:44 PM
~ 143 ~
Hariman dalam sebuah acara di Solo bersama Mudrick Sangidoe dan Sri Bintang Pamungkas (2003).
Hariman bersama WS Rendra dan K.H. Cholil Badawi di Magelang (2006).
Galeri Foto
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 143 3/26/10 7:23:49 PM
~ 144 ~
Hariman & Malari
Hariman bersama Presiden BJ Habibie, Fanny Habibie, dan Timmy Habibie (1998).
Hariman bersama Adnan Buyung Nasution dan para aktivis politik (2004).
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 144 3/26/10 7:23:55 PM
~ 145 ~
Hariman bersama sahabatnya, Fanny Habibie.
Galeri Foto
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 145 3/26/10 7:23:57 PM
~ 146 ~
Hariman & Malari
Hariman bermain golf bersama Jenderal Polisi (Purn) Sutanto, Jenderal Polisi (Purn) Widodo Budi-
darmo, dan Komjenpol (Purn) Noegroho Djajoesman.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 146 3/26/10 7:24:03 PM
~ 147 ~
Hariman bersama para aktivis Gerakan Rakyat Demokratik (GRD) : Mangadang, Asep dan Brigjen Purnawan (alm).
Hariman bersama Ridwan Saidi dan B. Wiwoho.
Galeri Foto
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 147 3/26/10 7:24:08 PM
~ 148 ~
Hariman & Malari
Hariman bersama Agung Laksono, dan (alm.) Maniwanen Marimutu, dalam sebuah acara resepsi pernikahan.
Hariman bersama Aristides Kattopo dan (alm.) HJC Princen.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 148 3/26/10 7:24:17 PM
~ 149 ~
Hariman meninjau kolam lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo.
Galeri Foto
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 149 3/26/10 7:24:19 PM
~ 15O ~
Hariman & Malari
Hariman bersama istri dan menantu saat wisuda
pasca sarjana Reza.
Hariman bersama rekan-
rekannya sesama alumni FK
UI (2007).
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 150 3/26/10 7:24:24 PM
~ 151 ~
Mereka Bicara
Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 151 3/26/10 7:24:26 PM
~ 152 ~
Hariman & Malari
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 152 3/26/10 7:24:26 PM
~ 153 ~
Siti Noor Rachma
Hari-Hari Kami Penuh Diskusi
O
rang di luar kebanyakan melihat Hariman sangat santai
dan banyak humor. Hariharinya paling hanya diisi dengan
pikiran tentang politik negara: apa yang terjadi di Papua
atau Tanah Toraja, misalnya. Memang, di rumah pun kami
banyak berdiskusi soalsoal politik. Saya kadang dimarahi
bila tak memahami masalah dasarnya. Sebab, Hariman
kerap memperlakukan lawan bicara seolah sudah selesai
dengan halhal elementer tentang suatu topik.
Tapi, pembicaraan sebetulnya tidak melulu soal politik. Kami sering berdebat
keras tentang satu lema dalam bahasa Inggirs. Ia ngotot mengartikan berbeda dengan
saya. Karena saya lulusan sastra Inggris, terang saya merasa lebih tahu dari dia. Saya
misalnya memancing dengan mengejek karya Mas Willy, W.S. Rendra, yang tengah
ia baca: Ah, bisanya cuma menyadur. Lalu, dia langsung bergeser dari bukunya
dan keberatan. Jangan salah, Noor, Mas Willy ini bukan cuma baca Shakespeare,
dia baca juga Ronggowarsito, dia mendalami kebatinan. Dia juga membaca sastra
Melayu lama. Ini orang pujangga, Noor.
Pancingan saya kena dan pembicaraan kami lalu melebar ke soalsoal sastra
lainnya. Dia akan berbicara juga tentang romanroman Rusia, Amerika Latin, dan
penulispenulis besar Eropa. Jarang orang paham bahwa pengetahuan sastra dan
sejarah seni Hariman cukup mendalam. Sewaktu kami ke Museum Louvre di Paris,
ia menerangkan sebagian isinya seolah sudah pernah ke sana sebelumnya atau seperti
seorang kurator museum.
Mereka Bicara Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 153 3/26/10 7:24:28 PM
~ 154 ~
Hariman & Malari
Harihari kami dipenuhi diskusi, juga perbedaan pemikiran. Betulbetul
colourful. Kadang, kami pergi selama dua minggu ke suatu tempat atau sekadar naik
kapal, untuk baca buku. Kalau ke sebuah kota atau mendarat di suatu pelabuhan, kami
pergi ke toko buku, tenggelam di sana selama tiga sampai empat jam.
Sewaktu kami ke Amerika, di tempat John F. Kennedy pernah berpidato dia
bercerita: Di sini dulu Kennedy bilang beginibegini, Noor. Itu bisa ia lakukan karena
hasil bacaannya sudah nyantol di kepala dan ketika ia lihat tempatnya langsung bisa
segera menyampaikan kembali.
Ia pun sesungguhnya memperhatikan penampilan. Fashionable malah.
Memang, ia sengaja memilih pakaian yang tak lekang oleh musim.
Saya semakin memahami dia terutama setelah menikah. Pernikahan kami pada
27 Mei 1989, menurut saya, berlangsung sepi. Sepi untuk orang seperti Hariman yang
temannya banyak dan sudah dikenal sejak muda sebagai tokoh publik. Fanny Habibie
menjadi saksi pernikahan kami dengan dihadiri oleh temantemannya yang sama
sama bergerak di tahun 1974. Ada Rauf, Miang, dan beberapa dokter yang kemudian
bergabung di Klinik Baruna.
Selama berumah tangga, saya memberi kepercayaan penuh kepada dia. Saya
tak pernah menelepon sedang berada di mana dan akan berapa lama. Baru belakangan
ini saja saya agak sering menelepon, karena kesehatannya pun harus dijaga. Ibu saya
yang menasihati, Jangan begitu. Percaya, ya, percaya, tapi menanyakan kabar ketika
dia di luar rumah itu bentuk perhatian.
Pertemuan pertama kami berlangsung empat tahun sebelum pernikahan, saat
saya bekerja sebagai public relations di Hotel Mandarin, Jakarta. Mulamula saya
tak menaksir dia sama sekali. Lah, gayanya itu jauh dari beradab! Kalau datang ke
Mandarin, begitu masuk lobi sudah teriak, Nooriii. Saya sampai malu banget dan
harus berkalikali ngumpet ke bawah meja agar tak kelihatan Hariman.
Suatu sore ia datang bersama Todung Mulya Lubis, setelah untuk waktu yang
sangat lama tak pernah muncul. Ia menyapa dengan lembut, Hai Noori, apa kabar?
Saya kaget juga, dari mana orang ini belajar sopan santun peradaban. Nadanya lembut
dan pelan. Akhirnya hari itu kami ngobrol dari jam 4 sore hingga jam 8 malam.
Setelah perjumpaan itu, ia kembali sering menyambangi saya di Hotel Mandarin
dan mengutarakan niatnya melamar saya. Ia sudah dinasihati oleh beberapa orang,
termasuk Profesor Mahar Mardjono, untuk menikah lagi. Saya tak bisa langsung
memberi jawaban. Ia sendiri sangat gigih. Kalau ia tak bisa datang, dikirimlah kawan
kawannya untuk mengawasi saya. Kadang, dia mengirim Eko Djatmiko, lalu lain
hari Salim Hutadjulu, juga Gurmilang, kemudian Sani Hutadjulu. Begitu terus setiap
hari.
Akhirnya sayayang memang makin menyukainyamenyerah dan bilang
kepada ibu saya. Ini tak mudah, karena keluarga saya mengenal siapa Hariman yang
berlatar belakang sama sekali berbeda dengan keadaan keluarga saya. Bayangkan,
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 154 3/26/10 7:24:28 PM
~ 155 ~
kakak saya adalah Letjen Sudibyo, bekerja sebagai Wakil Kepala Bakin. Om saya
Letjen Soegiarto, pernah menjabat Menteri Transmigrasi, dan dua kakak saya yang
lain juga bekerja di Bakin dan Kostrad. Jadi, ibu saya khawatir. Tapi, saya yakin
Hariman orang baik, meski pencemburu berat. Pernah suatu hari dia datang ke Hotel
Mandarin, saya baru bicara dengan Pri Sulisto
1
, ipar Arifn Siregar. Pri lalu didatangi
Hariman, dipelototin, dilihatin terus mukanya.
Sewaktu kami sudah menikah, ada tetangga namanya Manda. Pembantu saya
bilang, Manda kalau pagi suka mengintip ke rumah kami. Saya cerita ke Hariman,
lalu ia datangi rumah Manda dan gedorgedor rumah itu. Mandaaa keluar lu,
teriak Hariman. Tentu saja, yang keluar bukan cuma Manda, tapi seluruh tetangga.
Jangan macammacam lu. Lu kira gue enggak tahu apa yang lu buat? Gue colok
mata lu kalau ngintip-ngintip lagi. Hariman bicara begitu sambil mencekik leher si
Manda dan di angkat ke atas. Asal tahu saja, tubuh Manda ini lebih tinggi dan lebih
besar dari Hariman.
Waktu baru menikah, Hariman pernah bilang, Saya ini tak punya penghasilan
tetap. Saya juga punya Yanti
2
dan Reza
3
, juga punya komitmen sama kelompok, jadi
tak bisa seperti suamisuami yang lain.
Saya mendengarkan saja. Dari awal, saya tahu saya harus sharing dalam
beberapa hal dengan keluarga Hariman. Tapi, beberapa waktu kemudian saya menjadi
tahu apa yang dimaksud sharing dengan kelompoknya. Rumah kami waktu itu baru
punya televisi kecil. Suatu hari Hariman pulang dan tanya di mana kardus TV. Saya
pikir ada apa ia menanyakan itu. Begitu diberitahu tempatnya, ia langsung mengambil
dan membungkus TV kami. Saya tanya, Mau dibawa ke mana?
Si Fatwa enggak punya TV di penjara. Kasihan dia enggak ada hiburan dan
enggak bisa dapat informasi.
Itu TV satusatunya, kata saya agak keberatan.
Ya, tapi kamu kan masih bisa menonton di sebelah atau di rumah Ibu, jawab
Hariman enteng. Si Fatwa itu tetangganya juga enggak punya TV.
Saya cuma mesem, semakin mengerti, ini yang dimaksud sharing dengan
kelompok. Beberapa hari sebelumnya, saat A.M. Fatwa baru ditangkap, saya baru
dapat uang bulanan dari Hariman. Belum sehari uang itu ada di tas saya, dia sudah
tanya, Yang, kemarin itu dibagi dua, ya, buat besuk Fatwa. Dan sekarang TV kami
juga harus diikhlaskan untuk Fatwa.
Harihari Hariman begitu terus. Bergerak bersama temantemannya, bicara di
berbagai kampus, forum, rapatrapat, diskusi yang mengundang atau ia gelar sendiri.
Kalau kepergiannya lebih dari seharisemalam, biasanya saya ikut. Misalnya waktu
1
Pemilik grup media (radio dan televisi) dan konsultan politik dan Chairman of the Pasifc Association of Political
Consultants (APAPC). Juga pernah menjadi Wakil Komisaris Utama SCTV pada akhir masa pemerintah Soeharto dan
Habibie.
2
Sriyanti Sarbini Soemawinata, istri Hariman yang ia nikahi saat masih mahasiswa. Yanti menderita sakit saat Hariman
dipenjara karena Peristiwa Malari.
3
Putra Hariman dari pernikahan dengan Yanti.
Mereka Bicara Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 155 3/26/10 7:24:29 PM
~ 156 ~
Hariman & Malari
pergi ke Bandung bersama Jusman. Kami berangkat pukul 10 malam dari Jakarta.
Besoknya Hariman bicara di ITB, lalu malamnya dengan berbagai kelompok yang
jumlahnya lebih terbatas, besoknya begitu lagi sampai siang dan sore baru pulang ke
Jakarta.
Banyak orang menyarankan dia untuk menjadi calon presiden, tapi selama
ini Hariman tak pernah mau. Saya kira karena ia tahu banyak tentang karakter orang
Indonesia. Sebetulnya, orang yang seperti ini yang pantasnya memimpin bangsa ini,
karena lebih dapat menyelami perasaan rakyat. Tapi, Hariman percaya kalau pengaruh
Jawa masih terlalu kuat sehingga presiden itu masih harus dari Jawa.
Kalau sekarang, menurut Hariman, keadaan malah lebih kacau lagi. Sistem
sekarang hanya memberi ruang kepada orang yang memiliki banyak uang. Gila nih
demokrasi kayak begini, orang enggak capable, enggak punya root ke bawah, asal
ada uang bisa jadi pemimpin, begitu Hariman marahmarah.
Sementara untuk jabatan lain, Hariman pernah menolak. Pada masa Habibie,
misalnya, sempat ditawari jadi menteri tapi ia mengelak halus. Katanya, Kalau saya
menteri Mas Rudy, nanti kalau mau ketemu Mas Rudy harus izin lewat Ota, lewat
Firman, staf protokoler Habibie, baru bisa masuk. Saya lebih suka seperti sekarang,
Mas. Bisa bertemu kapan saja sebagai kawan.
Pada dasarnya, Hariman memang tak suka memiliki atasan. Sepanjang
hidupnya ia belum pernah bekerja dengan memiliki atasan. Ia pun tak mau hidup
diatur protokol dan lebih suka bebas dari aturan birokrasi.
Rumah tangga kami tentu pernah mengalami masa sulit, terutama ketika
baru menikah. Saya pikir, ini orang dokter tapi pekerjaannya tidak seperti dokter
kebanyakan dan lebih banyak mengurusi politik. Belakangan saya maklum karena
memang ia dari kecil sudah besar di lingkungan yang kritis terhadap politik negeri
kita. Ia sering mendengar bapaknya mengkritik Soekarno, lalu bacaannya di rumah
juga bukubuku politik, terus begitu sampai mahasiswa.
Kesulitan saya bertambah karena saya juga baru mengerti bahwa Hariman,
meski beristri Yanti, selalu sendirianmengingat kondisi Yanti yang sangat sakit.
Saya kira 12 tahun lamanya sebelum menikah dengan saya, Hariman cenderung
tidak berbagi perasaan dengan orang lain, sehingga ketika menikah pun ia sempat
tidak tahu harus cerita apa kepada saya, kecuali soalsoal keadaan sosial dan politik
Indonesia. Sudah begitu, kalau bicara pun seolaholah saya sudah tahu masalah
dan kenal orangnya. Bukan dari awal soal, tapi tahutahu pada kekesalannya atau
kesimpulannya. Nada bicaranya selalu tinggi dan kadang teriakteriak, sedangkan
saya dididik dengan cara Jawa yang nada bicara itu diatur dan enggak pakai teriak.
Saya kira ada lima tahun atau lebih kami meliwati masamasa yang bagi saya
cukup sulit itu. Akhirnya, saya dan juga anakanak
4
pun bisa menyesuaikan. Pernah
setelah Peristiwa 27 Juli 1996, kami tengah menonton flm, lalu Hariman diberitahu
tentang penangkapan aktivis. Dia lalu meninggalkan saya. Kamu nanti pulang naik
4
Kedua anak mereka: Tondi Mirzano Siregar dan Nadira Noorzalika Saraswati Siregar.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 156 3/26/10 7:24:29 PM
~ 157 ~
taksi saja, ya. Saya sudah maklum.
Kelihatannya memang kalau diskusi dengan dia, orang hanya merasa mendapat
satu hal: kerja. Dia memang sering lompat begitu. Bagi dia, kalau mau berjuang
memang langsung saja berjuang, teori itu nanti didapat sendiri. Makanya, dia sering
marah kalau ada mahasiswa atau orang yang lebih muda terlalu meributkan soal
soal teori ketika mau berjuang. Tapi, dia akan terlihat sangat keras berdiskusi dengan
orangorang seperti Ciil (Dr. Sjahrir), Gus Dur (Abdurrahman Wahid)keduanya
kini almarhumSyafi Maarif, Wiranto, juga Noegroho Djajoesman. Ia juga tak
kelihatan marahnya, karena memang ia sopan dengan orang yang lebih tua. Dengan
Yoga Soegama, Soedibyo, atau Wiwoho juga ia kerap berdebat. Sebagai politisi, saya
kira ia sudah sublim.
Saya melihat pada dasarnya hati Hariman itu sangat sensitif. Ia tak mau
melukai perasaan orang. Kalau dari bahasa tubuhnya saja orang itu dia melihat sudah
menampakkan rasa tak enak hati, Hariman langsung berubah lembut. Ini mungkin
karena dia dokter dan mendalami juga soal psikologi.
Di sisi lain juga ditambah dengan pengalamannya yang memang panjang dan
luas. Tak mengherankan, kalau ia menyimak pernyataan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono di media, dia bisa menebak maunya presiden itu apa, meski kalimat itu
tak diucapkan SBY. Ini ketahuan, Noor, maunya dia apa. Cuma enggak sensitif aja
anak buahnya.
Perkara tak sensitif itu, menurut Hariman, juga dimiliki SBY. Menurut dia,
SBY salah melakukan pendekatan kepada Presiden Amerika Serikat Barrack Obama,
dengan terus meneruskan menonjolkan masa lalu Obama yang pernah tinggal di
Menteng, Jakarta. Ini menandakan SBY tidak sensitif. Sebab, sebagai presiden di
negara seperti Amerika Serikat, Obama tetap merasa perlu meninggalkan sedikit
beberapa pengalaman masa lalunya. Ini malah disorongsorong terus tentang masa
kecil Obama di sini, kata Hariman. e
Mereka Bicara Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 157 3/26/10 7:24:30 PM
~ 158 ~
Hariman & Malari
WS Rendra
. Asi-aksi
semacam ini lebih didorong oleh keprihatinan yang mendalam atas rasa keadilan
dan keberpihakan kepada rakyat banyak. Inilah salah satu yang membedakannya
dengan gerakan-gerakan mahasiswa 1965-1966, yang lebih berdasarkan perasaan
antikomunis dan Soekarno.
Boleh dikata, waktu itu, hampir tiada hari tanpa aksi. Hanya saja, yang menjadi
tanda-tanda di benak saya: mengapa efek dari berbagai aksi itu tidak pernah meluas.
Setelah mendiskusikan hal itu dengan teman-teman, kami tiba pada kesimpulan:
penyebabnya adalah, selain tidak adanya isu sentral yang konkret seperti Tritura,
juga tidak ada lembaga yang mampu mempersatukan berbagai potensi aksi setelah
bubarnya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Karenanya, saya dan teman-
teman berpikir bagaimana memenuhi hal ini.
Setelah saya terpilih menjadi Ketua Umum DM-UI pada Agustus 1973, kami
memutuskan menjadikan DM-UI sebagai lembaga sentral untuk mempersatukan
semua potensi aksi yang ada di masyarakat. Saya berusaha memperkuatnya. Susunan
pengurus harian DM-UI, saya isi dengan mahasiswa UI yang juga merangkap men-
jadi aktivis dari berbagai organisasi ekstra (Himpunan Mahasiswa Islam, Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia,
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) sehingga DM-UI memiliki akses ke mereka.
Setelah itu dijalin kontak-kontak dengan berbagai pihak, baik ke sesama
dewan-dewan mahasiswa dari perguruan-perguruan tinggi lain maupun ke unsur-unsur
non-kampus, terutama dengan kalangan buruh dan kelompok-kelompok marginal
perkotaan lainnya. Banyak informasi yang berisi keluhan mengenai berbagai masalah
kemasyarakatan yang diterima DM-UI dari mereka.
5
Lihat, Harold Crouch, Militer dan politik di Indonesia, Terj. Th. Sumarthana (Jakarta: Sinar Harapan, 1986),
hal. 329, 354, 385.
6
Francois Raillon, Ideologi dan Politik Mahasiswa Indonesia, Terj. Nasir Tamara (Jakarta: LP3ES, 1988), hal. 80.
Senarai Pemikiran Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 383 3/26/10 7:27:00 PM
~ 384 ~
Hariman & Malari
Sosialisasi gagasan mengenai perlunya mempersoalkan strategi pertumbuhan
ekonomi yang bergantung pada modal asing dan melupakan aspek pemerataan
mendapat sambutan yang baik. Banyak mantan aktivis 1966, entah karena kesadaran
(umpamanya barisan Golongan Putih, Golput) atau hanya didorong rasa kecewa
karena tidak mendapat jatah dalam refreshing DPR-Gotong Royong (1967) atau yang
mendapat jatah tapi kemudian tersingkir ketika ada refreshing lagi pada tahun 1968.
Saat J.P. Pronk, Menteri Kerja Sama Bantuan Belanda yang merangkap Ketua
Intergovernmental Group on Indonesia (IGGI), tiba di Jakarta (11 November 1973)
langsung disambut demonstrasi oleh mahasiswa Jakarta. Adapun delegasi mahasiswa
Institut Teknologi Bandung mendatangi Bappenas dan mahasiswa Universitas
Padjadjaran serta Parahyangan berdemonstrasi di muka Kedutaan Besar Jepang. Ini
adalah awal dari aksi yang menyeluruh. Kemudian, 30 Nopember 1973, dilangsungkan
diskusi Untung-Rugi Modal Asing di Jakarta. Dalam kesempatan ini, sejumlah
intelektual (mantan Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia) mulai bergabung. Mereka
antara lain Adnan Buyung Nasution, Yap Thiam Hien, dan Mochtar Lubisikut
menandatangani sebuah manifesto, yang intinya ingin mengembalikan kebanggaan
nasional yang sebagian telah dinodai oleh segelintir orang.
Suasana semakin menghangat. Menyambut Tahun Baru 1974, 31 Desember
1973, diadakan malam tirakatan di Kampus UI Salemba. Selain wakil-wakil DM se-
Indonesia, hadir pula wakil buruh, tani dan tukang becak, serta para mantan aktivis
1966.
7
Kegiatan ini memperoleh liputan yang luas dari media-media, mengalahkan
pemberitaan pidato tahunan presiden di DPR dalam menyambut awal Tahun Baru.
*****
Sementara itu, Asisten Presiden (Aspri) yang paling langsung diserang para
mahasiswa mulai merancang serangan balik. Mereka mulai mencoba memanipulasi
keresahan di kampus-kampus untuk kepentingan mereka. Ali Moertopo berhasil
melakukan kooptasi 10 fungsionaris anggota DM-UI dan menyuruh mengajukan
mosi tidak percaya terhadap saya selaku Ketua Umum DM-UI dengan tuduhan saya
telah menghianati cita-cita Oktober 1965 yang mengacu pada strategi partnership
mahasiswa-ABRI dan dimanfaatkan oleh partai-partai politik. Intrik Ali Moertopo ini
berhasil dipatahkan ketika DM-UI bersidang. Meski ada ancaman terselubung dari
pihak Aspri, tetap diputuskan untuk mengusir para pengaju mosi itu dari DM-UI.
Pada 11 Januari 1974, Presiden Soeharto mengajak mahasiswa berdialog.
Saya hadir bersama 34 DM perguruan tinggi se-Jawa. Dalam kesempatan ini,
kami menyampaikan Petisi 24 Oktober 1973, yang isinya, pertama, mengingatkan
kepada pemerintah, militer, intelektual, teknokrat, dan politisi agar meninjau kembali
strategi pembangunan, Sehingga di dalamnya terdapat keseimbangan bidang sosial,
politik, dan ekonomi yang antikemiskinan, kebobrokan, dan ketidakadilan; kedua,
meminta agar rakyat segera dibebaskan dari tekanan ketidakpastian dan pemerkosaan
hukum, merajalelanya korupsi dan penyelewengan kekuasaan, kenaikan harga,
7
Lihat, Hariman Siregar, Hatinurani Seorang Demonstran (Jakarta: Mantika,1994)
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 384 3/26/10 7:27:01 PM
~ 385 ~
dan pengangguran; ketiga, lembaga penyalur pendapat masyarakat harus kuat dan
berfungsi serta masyarakat harus mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya
untuk berpendapat dan berbeda pendapat.
Pada pertemuan itu, beberapa wakil DM mahasiswa sempat memaki-maki
Presiden Soeharto dan mengecam habis para Aspri, yang bertindak melebihi pejabat-
pejabat resmi dan memperkaya diri secara tidak sah. Teman-teman kemudian mendesak
agar perjuangan terus dilanjutkan. Mereka meminta DM perguruan tinggi se-Jawa
membuat pernyataan politik menyambut kedatangan Perdana Menteri Jepang, Kakue
Tanaka.
Pada 12 Januari 1974, mahasiswa kembali melanjutkan demonstrasi anti-
dominasi ekonomi Jepang sekaligus anti-Aspri. Di Jakarta dan Bandung, boneka-
boneka yang menggambarkan diri Sudjono Hoemardhani dan Perdana Menteri
Jepang Kakue Tanaka dibakar.
Malam tanggal 14 Januari 1974, Perdana Menteri Tanaka datang ke Indonesia.
Jalan menuju Pelabuhan Udara Halim Perdana Kusuma diblokir mahasiswa. Menteri-
menteri yang datang untuk menjemput pun tidak diberi jalan, kecuali Menteri
Koordinator Kesejahteraan Rakyat Surono. Sementara itu, utusan DM perguruan
tinggi se-Jawa mengadakan rapat di UI untuk membahas undangan dialog dengan
Perdana Menteri Tanaka di istana (15 Januari 1974) dan memperbincangkan statemen
Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI M. Panggabean yang menyatakan
bahwa gerakan mahasiswa menjurus makar.
Apel pun direncanakan di Lapangan Monas, kemudian dialihkan ke Universitas
Trisakti (Grogol, Jakarta Barat). Massa yang semula hanya sekitar 200 orang mem-
bengkak menjadi 2.000-an orang. Setelah acara di Trisakti usai, apel bubar. Tapi,
saat itu, di tempat lain ternyata massa bergolak. Perusakan dan pembakaran terjadi
di mana-mana.
*****
Itulah catatan singkat gerakan pemuda mahasiswa pada tahun 1970-an. Tampak
sepanjang periode 1970-1974 selalu muncul kegiatan aksi pemuda dan mahasiswa
sebagai wujud peran-serta mereka untuk memperbaiki keadaan ketika itu. Ini
terbukti dari ruang lingkup isu yang disuarakan, mulai dari soal korupsi, kesewenang-
wenangan dalam penyelenggaraan pemilihan umum (Golput), sampai pemborosan
keuangan negara. Dengan berhasil dijadikannya DM-UI sebagai lembaga sentral
yang dapat mempersatukan kekuatan berbagai potensi aksi, isu yang dipersoalkan
pun semakin meluas ke masalah modal asing dan strategi pembangunan.
Di situlah letak strategisnya aksi atau gerakan pemuda dan mahasiswa dibanding
gerakan kaum buruh dan tani. Perjuangan mereka yang disebut belakangan umumnya
lebih tertuju kepada kepentingan mereka sendiri. Bagi kaum buruh, misalnya, isu
gerakan mereka biasanya seputar kebebasan berserikat, jaminan keamanan dan
keselamatan kerja, serta tuntutan kenaikan upah. Isu gerakan kaum tani selalu ber-
Senarai Pemikiran Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 385 3/26/10 7:27:01 PM
~ 386 ~
Hariman & Malari
kisar soal lahan (tanah), alat-alat produksi, dan tuntutan kenaikan harga hasil tani.
Akan halnya isu gerakan pemuda dan mahasiswa jauh lebih luas, bersifat lintas sek-
toral, karena umumnya tertuju pada upaya-upaya mengangkat masalah-masalah
publik, dengan maksud agar semua orang mengetahuinya serta turut memikirkan dan
menyelesaikannya.
Apa yang kami persoalkan pada tahun 1974 juga dalam kerangka itu. Sebab, dari
hasil serangkaian diskusi dengan para pakar ketika itu, kami sudah mengantisipasi, jika
strategi pembangunan seperti itu terus dilanjutkan, niscaya akan membawa sejumlah
akibat yang serius, seperti yang telah kita saksikan dewasa ini, yakni, pertama, hanya
segelintir orang yang dapat menikmati hasil pembangunan. Mereka paling-paling
terdiri dari elite militer, elite birokrasi sipil, para pengusaha yang berkolusi dengan
mereka, dan para komparador asingnya. Akibatnya, ketimpangan sosial semakin
menajam, yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan.
Kedua, atas nama stabilitas, represi politik di dalam negeri meningkat, hak-hak
sipil dan politik warga negara terabaikan. Tindakan-tindakan exclusionary politic
8
yang
secara sistematis merezimentasi organisasi sosial-politik, organisasi massa, pers, lembaga
kemahasiswaanterus ilaksanakan. Akibatnya, semakin sulit bagi rakyat kebanyakan
untuk secara politik memperjuangkan hak-hak sahnya, termasuk hak-hak ekonomi.
Ketiga, ketergantungan pada pihak asing semakin meningkat. Negara-ne-
gara donor dan lembaga-lembaga keuangan internasional dapat dengan mudah
memaksakan kehendaknya, seperti terlihat dalam tender proyek telekomunikasi dan
beberapa paket deregulasi yang disodorkan Bank Dunia.
Keadaan tersebut tentu, tidak bisa dibiarkan terus berlanjut. Pemuda dan maha-
siswa sekarang seyogianya berusaha mengubahnya. Paradigma gerakan pemuda dan
mahasiswa adalah bertindak sebagai agen perubahan yang mampu mengagregasi
sekaligus mengartikulasi kepentingan publik di tengah-tengah tidak berfungsinya
lembaga-lembaga publik akibat rezimentasi politik, seperti terjadi sekarang ini.
Tapi, sebelum masuk ke soal teknis bagaimana mengubahnya, seberapa besar
peluang dan tantangan untuk mengubah keadaan itu? Sebaiknya kita diskusikan saja
nanti. Yang jelas, dari peristiwa yang terjadi pada tahun 1974 ada beberapa hal yang
dapat dijadikan acuan, yakni pemuda dan mahasiswa memang mampu menciptakan
isu yang memimpin untuk melakukan perubahan; perlu adanya lembaga sentral guna
mempersatukan berbagai potensi aksi yang ada; untuk sampai ke suatu gerakan
yang menyeluruh diperlukan waktu yang cukup panjang dan terus-menerus, serta;
dukungan media-massa sangat diperlukan. e
(Tulisan ini merupakan makalah pengantar diskusi dalam pertemuan
Mengembangkan Wawasan Ke-2 yang diselenggarakan mahasiswa Indonesia
di Kanada dan Amerika Serikat, bertempat di Madison-Wisconsin, Amerika
Serikat, 4 Juni 1995.)
8
Untuk perbandingan dalam kasus semacam ini, antaralain lihat, Alfred Stephan, State and Society: Peru in Comparative
Perspective (Barkeley: University of California Press, 1978).
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 386 3/26/10 7:27:02 PM
~ 387 ~
elakangan isu arus bawah memang telah
menjadi wacana publik yang menarik. Berbagai pe-
ristiwa politik, seperti dinyatakan di dalam acuan
seminar ini (Demonstrasi SDSB; dukungan Megawati
dalam Kongres Luar Biasa dan Musywarah Nasional
Partai Demokrasi Indonesia; Pemilihan Gubernur
Kalimantan Tengah, dan proses pemilihan Bupati Deli
Serdang di Sumatra Utara) dianggap sebagai fenomena menguatnya arus bawah
dalam perpolitikan nasioanal. Setidaknya, inilah pertanda bahwa proses terbentuknya
people power sedang berlangsung di Indonesia.
Sejumlah pengamat, antara lain Arief Budiman (Editor, 7 Januari 1994),
mengaitkan munculnya arus bawah itu dengan friksi yang terjadi di arus atas
khususnya karena adanya jarak antara sebagian ABRI dan penguasa. Menurut Arief,
Tidak bisa arus bawah tiba-tiba muncul begitu saja tanpa ada kaitannya dengan arus
yang di atas. Dengan kata lain, Arief melihat bahwa arus bawah sesungguhnya tak
lebih dari sekadar fungsi dari arus atas. Kalau logika berpikir ini diteruskan, apa yang
dimaksud Arief sebagai arus atas adalah arus penguasa. Akan halnya arus bawah
adalah arus massa.
Sepintas, pendekatan dikotomistis seperti itu tampak meyakinkan. Tapi,
soalnya menjadi lain manakala hakikat dasar keberadaannya (ontologi) digugat:
siapakah yang disebut massa, pemilik arus bawah itu. Apakah segerombolan buruh
yang berdemonstrasi mendukung Probosutedjo di dalam pemilihan Ketua Umum
Kamar Dagang dan Industri di Ancol tempo hari dapat disebut arus bawah? Begitu
Idealisme Arus Bawah
di Indonesia
B
Senarai Pemikiran Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 387 3/26/10 7:27:03 PM
~ 388 ~
Hariman & Malari
pula dengan beberapa demonstrasi yang diorganisasi oleh Komite Nasional Pemuda
Indonesia-Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia di Dili (Timor Timur) beberapa
tahun yang lalu, dalam menyambut kedatangan utusan-utusan Perserikatan Bangsa-
Bangsa atau beberapa peninjau dari lembaga-lembaga internasional lainnya, benar-
benar mencerminkan arus bawah? Dugaan saya: tidak.
Pendekatan seperti itu bukan hanya terlalu menyederhanakan persoalan (sim-
plistis), juga dapat menyesatkan. Untuk dapat mengidentifkasi siapa massa yang
disebut-sebut sebagai pemilik arus bawah jelas tidaklah semudah mengidentifkasi
arus atas yang terjadi di lingkaran elite penguasa. Akibatnya, muncul macam-macam
dugaan sekaligus prasangka: siapakah mereka, murnikah perjuangan mereka, dan
seterusnya. Dalam hubungan ini, saya dapat memahami dengan baik kebingungan
seorang Moerdiono dan Sudomo dalam menanggapi isu ini. Sebab, semua isu yang
berkaitan (atau dikait-kaitkan) dengan massa--termasuk isu arus bawahpada
dasarnya selalu bersifat anomie, yang memungkinkan pembicaaan tentang isu itu diarik
ke sana- kemari, ke kiri dan ke kanan, tergantung pada siapa yang membicarakannya
dan untuk kepentingan apa dia membicarakan isu tersebut.
Karenanya, saya cenderung melihat arus bawah sebagai konsep yang berdiri
sendiri (tidak terikat pada kategori sosial tertentu), yakni arus pemikiran yang tidak
sejalan atau sepaham dengan mainstream pemikiran yang ada. Arus pemikiran seperti
ini dapat muncul di mana saja, baik dikalangan massa-rakyat, di dalam kelompok-
kelompok massa tertentu, maupun di lingkaran para elite strategis (pengusaha,
kelompok-kelompok profesi), dan elite penguasa.
Di lihat dari perspektif itu, idelisme arus bawah (yang Saudara-Saudara
minta saya bahas dalam diskusi hari ini) sesungguhnya tidak lain adalah: pemikiran
yang mengacu pada keinginan terciptanya ruang publik (public sphere) di kalangan
massa-rakyat yang memungkinkan berlangsungnya public discourse, yang bebas
dari intervensi dan hegemoni negara (lihat misalnya Vaclav Havel, The Power of
Powerless, dalam J. Vladislav, eds., 1986:77). Dengan demikian, massa-rakyat
selaku warga negara punya akses sepenuhnya ke dalam semua kegiatan publik tan-
pa distorsi. Di dalamnya, massa-rakyat dapat terus-menerus secara merdeka me-
nyuarakan diri.
Sebagai prakondisinya setidak-tidaknya harus ada kebutuhan di tiga bidang
penting kehidupan massa-rakyat, yakni, pertama, bidang sosial politik, dengan
memulihkan kedaulatan rakyat untuk mengorganisasi diri, berserikat, berkumpul,
menyatakan pendapat baik secara lisan maupun tulisan; kedua, di bidang sosial-
ekonomi, mewujudkan keadilan sosial, dengan kebijaksanaan pembangunan yang
memihak kepada rakyat, agar rakyat bebas dari penderitaan hidup sehari-hari; ketiga,
di bidang sosial-budaya, menghindari terjadinya penyeragaman nilai-nilai melalui
strategi mobilisasi budaya tertentu, dan ekspresi serta potensi kreatif kalangan
budayawan tak disumbat, sehingga kemandulan budaya dan kegersangan kehidupan
tidak terjadi.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 388 3/26/10 7:27:03 PM
~ 389 ~
Jika itu terjadi, kita boleh berharap, kemunculan arus bawah dalam proses
perpolitikan di Indonesia akan membawa akibat-akibat yang menentukan. Kalau
tidak, ya, selamanya hanya akan menjadi bahan diskusi seperti ini. e
(Tulisan ini merupakan makalah yang disampaikan pada Seminar
Fenomena Menguatnya Arus Bawah dalam Dinamika Politik Nasional, yang
diselenggarakan PP-PMKRI, Jakarta, 23 Februari 1994.)
Senarai Pemikiran Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 389 3/26/10 7:27:04 PM
~ 39O ~
Hariman & Malari
ersoalan pokok yang diajukan di dalam
term of reference (TOR) diskusi ini adalah untuk
memperoleh kembali kedaulatan rakyat, rakyat perlu
mengorganisasi diri. Dalam rangka mengorganisasi
rakyat ini, peran mahasiswa menjadi penting karena
mahasiswa sebagai bagian dari komunitas intelektual
dianggap punya kemampuan lebih dibandingkan dengan
anggota masyarakat lain. Jika benar kemampuan lebih itu disadari oleh sebagian besar
mahasiswa peserta diskusi ini, bukan sekadar kesadaran dan obsesi si penulis TOR
sendiri, sesunggunya kita boleh merasa bangga bahwa masih banyak mahasiswa
Indonesia yang menyadari siapa dirinya.
Tadinya, saya sempat berprasangka: mahasiswamahasiwa sekarang sudah
lupa diri, sudah lupa tanggung jawab sosial dan sejarahnya. Saya pun lantas menduga
duga apa gerangan penyebabnya. Oh, mungkin banyak di antara mahasiswa se
karang sudah telanjur merasa enak menikmati hasilhasil pembangunan, terlalu
asyik menikmati berbagai fasilitas yang ada, sehingga lupa siapa dirinya dan hilang
kepekaan sosialnya. Ternyata hari ini, di tempat ini, prasangka saya tadi keliru. Masih
ada mahasiswa yang berpikir untuk mengorganisasi rakyat, memperkuat posisi tawar
menawar masyarakat terhadap negara, guna memperoleh kembali kedaulatan rakyat
yang diambil alih aparat negara (birokrasi negara, baik sipil maupun militer).
Pertanyaannya, mengapa kedaulatan itu sampai beralih dari rakyat (kedaulatan
rakyat) kepada aparat negara, sehingga menimbulkan kesan, di Indonesia, negaralah
Mengorganisasi Rakyat
Menentang Rezimentasi
P
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 390 3/26/10 7:27:05 PM
~ 391 ~
yang berdaulat (kedaulatan negara), bukan rakyatnya sebagaimana diamanatkan
oleh konstitusi? Apa penyebab serta implikasinya dan seterusnya? Saya kira, ini
lah pertanyaan yang perlu segera kita tuntaskan dulu sebelum membahas apa
dan bagaimana peran yang dapat dilakukan mahasiswa dalam mengorganisasi
masyarakat.
*****
Di dalam kepustakaan ilmuilmu sosial, khususnya yang berkaitan dengan
studistudi tentang pembangunan (development studies) di Dunia Ketiga, sebetulnya
sudah sejak lama muncul perdebatan mengenai perlutidaknya peran serta masyarakat
dalam pembangunan. Ada sejumlah varian teoretis yang melibatkan beberapa disiplin
ilmu dalam perdebatan ini. Tapi, mengingat keterbatasan waktu dan tema diskusi kita,
saya sederhanakan saja perdebatan itu ke dalam dua kelompok pandangan. Pertama:
pandangan yang melihat keterlibatan masyarakat dalam pembangunan sebagai
mutlak perlu. Alasannya adalah tujuan pembangunan itu sendiri untuk rakyat, untuk
menyejahterakan seluruh anggota masyarakat, bangsa, dan negara. Bukan sekadar
untuk memenuhi kepentingan segelintir elite sipil dan militer yang menguasai
negara, para kolaborator lokal (konglomerat), dan kompradorkomprador asingnya di
mancanegara (multi/trans national corporation).
Dengan terlibatnya secara aktif di dalam proses pembangunan, masyarakat
dapat lebih merasa memiliki sekaligus memandang hasilhasil pembangunan sebagai
karya mereka sendiri. Prinsipprinsip keswadayaan dan berdikari dapat dengan mudah
ditumbuhkembangkan. Dengan demikian, ketergantungan pada pihakpihak asing
dapat dikurangi, ketahanan nasional akan menjadi semakin kukuh, dan kebanggaan
sebagai bangsa benarbenar dapat diwujudkan.
Kedua: pandangan yang melihat sebaliknya. Masyarakat tidak perlu diikut
sertakan dalam proses pembangunan. Alasannya, karena sebagian masyarakat di Dunia
Ketiga masih miskin, bodoh, dan terbelakang, terlalu riskan untuk dilibatkan. Cukup
orangorang tertentu atau kelompokkelompok tertentu dari kalangan elite strategis di
dalam masyarakat saja yang terlibat. Mereka inilah yang disebut golongan pelopor,
yang kemudian menjelma menjadi teknokrat, birokrat sipil, birokrat militer yang
bekerja sama dengan elite penguasa memikirkan dan melaksanakan pembangunan.
Pembagian tugasnya: teknokrat membuat perencanaan, merumuskan program; elite
penguasa memutuskan program mana yang akan dilaksanakan; birokrat militer ber
tugas mengamankan pelaksanaan keputusan dari programprogram pembangunan
yang dijalankan.
Sekalipun tujuan pembangunan dalam pandangan ini tidak jauh berbeda
dengan pandangan pertama, yakni menyejahterakan rakyat, ukuran dari apa yang
disebut sejahtera dalam pandangan kedua identik dengan kesejahteraan yang telah
dicapai dan dinikmati masyarakat di negaranegara Eropa Barat dan Amerika Utara.
Seolaholah inilah simbol kemajuan masyarakat modern. Untuk menjadi modern
harus dilakukan modernisasi dan program pembangunan secara linear harus menuju
Senarai Pemikiran Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 391 3/26/10 7:27:05 PM
~ 392 ~
Hariman & Malari
ke arah itu.
Karena yang dianggap sebagai lokomotif modernisasi adalah pembangunan
ekonomi, pertumbuhan ekonomi perlu dipacu setinggitingginya. Untuk itu perlu
investasi. Investasi perlu injeksi modal yang besar. Masalahnya sekarang, dari
mana modal didapat? Dari dalam negeri tidak mungkin, rakyat kebanyakan masih
miskin. Jangankan untuk membayar pajak, guna memperbesar tabungan nasional,
untuk memenuhi kebutuhannya seharihari, mereka sendiri saja sulit. Satusatunya
sumber dana yang mungkin adalah dari pihak asing. Tapi, pihak asing hanya mau
menanamkan modalnya jika ada jaminan stabilitas, agar investasinya aman dan modal
serta keuntungannya dapat kembali.
Dalam rangka menegakkan stabilitas itulah banyak penguasa di negara
negara Dunia Ketiga terkesan bertindak all out dengan melakukan serangkaian
rezimentasi politik, seperti membatasi jumlah partai politik; merekayasa hasil pemilu;
mengambangkan massa; melakukan penelitian khusus kepada caloncalon anggota
parlemen; melarang oposisi; memberangus pers; membatasi ruang gerak lembaga
swadaya masyarakat; mentranspolitisasi kehidupan kampus, dan sebagainya. Inilah
sebetulnya pangkal tolak munculnya otoriterisme dalam pembangunan.
*****
Pelaksanaan pembangunan di Indonesia pasca1966 lebih mendekati sudut
pandang kedua tersebut. Karenanya dapat dimengerti jika, setelah mengalami
rezimentasi politik, guna menegakkan stabilitas, rakyat seperti kehilangan
kedaulatannya. Atas nama pembangunan, hakhak sipil dan politik rakyat seolaholah
habis untuk dikorbankan begitu saja. Padahal, belum tentu sebagian besar rakyat
memperoleh manfaat langsung dari hasilhasil pembangunan. Bahkan, kenyataan
menunjukkan cukup banyak di antara mereka malah teralienasi dan termarginalisasi
dalam proses pembangunan.
Kondisi itu mesti diubah. Hakhak sipil dan politik rakyat seyogianya segera
dipulihkan. Rakyat harus kembali berdaulat. Bagaimana mewujudkannya? Saya
kira paling tidak ada dua cara yang dapat ditempuh, yakni, pertama, pihak penguasa
sendiri yang mengambil prakarsa untuk mulai melonggarkan rezimentasi politik.
Ini adalah perubahan yang paling aman, karena sistem sendiri yang mengubah
watak kekuasaannya (change within the system). Tujuannya, di samping membantu
memperkuat posisi tawar anggotaanggota masyarakat terhadap negara, juga guna
mengantisipasi tuntutan perubahan kualitatif akibat perubahan kuantitatif yang
dihasilkan oleh pembangunan itu sendiri. Meningkatnya kondisi ekonomi dan status
sosial anggota masyarakat yang diuntungkan oleh pembangunan secara kualitatif
akan diikuti munculnya berbagai kebutuhan dan tuntutan baru, baik berupa persediaan
konsumsi yang lebih bermutu maupun tersedianya sarana dan prasarana sosial
yang lebih baik. Semua ini akhirnya akan bermuara pada terciptanya aspirasi untuk
mendapatkan kebebasan dalam segala bidang kehidupan, yang sering dirumuskan
dengan istilah demokrasi.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 392 3/26/10 7:27:05 PM
~ 393 ~
Selain itu, urgensi lain yang mendorong perlu segera dilakukannya tindakan
derezimentasi politik oleh penguasa adalah kenyataan bahwa sumbersumber
pembiayaan dari pihak asing tidak bisa lagi dijadikan sumber utama pembiayaan
pembangunan lantaran semakin banyak negara lain (baik Dunia Ketiga maupun bekas
negaranegara komunis di Eropa timur) yang juga membutuhkan. Dengan demikian,
penghimpunan sumbersumber pembiayaan dari dalam negeri, terutama melalui sektor
pajak, menjadi sangat penting. Ini berarti, peran serta masyarakat dalam pembiayaan
pembangunan semakin diharapkan. Hal ini hanya mungkin terwujud bila ada suasana
keterbukaan. Rakyat tidak merasa takut, aspirasi rakyat tidak dikekang, dan rakyat
dapat secara bebas mempersoalkan penyelewengan, ketidakadilan, sekaligus meminta
pertanggungjawaban dari pejabat yang berwewenang.
Kedua: dengan cara melakukan perubahan dari luar sistem, seperti yang
dikemukakan di dalam TOR, yakni mengorganisasi kekuatan rakyat. Di sini memang
mahasiswa dapat banyak berperan, mulai dari sekadar melakukan penanaman
kesadaran (conscientization), bertindak sebagai agregator sekaligus artikulator
kepentingan publik sampai kepada aksiaksi yang bersifat langsung (direct action).
Akan tetapi, saya ingin segera mengingatkan sebelum para mahasiswa
berperan lebih jauh dalam mengorganisasi rakyat, ada baiknya jika mahasiswa sendiri
terlebih dulu mempersiapkan diri melawan mata rantai rezimentasi yang terjadi di
kampus, baik dalam bentuk Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi
Kemahasiswaan maupun kebijakan transpolitisasi. Inilah perjuangan pertama yang
seyogianya para mahasiswa lakukan. Apabila perjuangan ini berhasil, saya percaya
langkahlangkah perjuangan selanjutnya dapat lebih mudah dilakukan. Tidak lain
karena basis perjuangan mahasiswa adalah kampus.
Dengan membebaskan kampus dari segala macam bentuk intervensi negara,
sehingga memungkinkan seluruh civitas akademika memacu segenap potensi diri
sekaligus dapat mengembangkan kreativitasnya, niscaya perjuangan para mahasiswa
ke luar kampus dapat lebih efektif. Karenanya, sebelum para mahasiswa bercitacita
mengembalikan kedaulatan rakyat, seyogianya mahasiswa lebih dulu mencitacitakan
kembalinya kebebasan kampus, kembalikanlah kebebasan mimbar! e
(Tulisan ini adalah makalah yang disampaikan pada diskusi Mahasiswa,
Negara, dan Pengorganisasian Masyarakat, diselenggarakan oleh Faktum
Fikom Unpad, Bandung, 17 Desember 1994.)
Senarai Pemikiran Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 393 3/26/10 7:27:06 PM
~ 394 ~
Hariman & Malari
Catatan Belakang
1. Untuk pembahasan yang menarik sekitar masalah ini, lihat Edward Shils. 1972. The
Intellectuals in the Political Development, dalam John H. Kautsky. Ed. Political Change in
Underdeveloped Countries. New York: Wiley
2. Lihat: Ketentuan Pasal 1 ayat 2 UUD 1945, berikut penjelasannya.
3. Studistudi tentang pembangunan muncul bersamaan dengan lahirnya konsep pembangunan
(development) secara luas baru dikenal pada 1960an, ketika PBB mencanangkan apa yang disebut The
First Development Decade untuk negaranegara Dunia Ketiga (terutama di Asia dan Afrika) yang
baru lepas dari cengkeraman penjajah tahun 19451950. PBB memakai sekaligus memasyarakatkan
konsep pembangunan dalam rangka menggantikan konsep yang sebelumnya telah dikenal luas, yakni
modernisasi, yang dinilai bersifat etnosentris dari negaranegara bekas penjajah (Barat), bahwa
seolaholah satusatunya jalan yang mesti ditempuh oleh negaranegara Dunia Ketiga untuk maju
adalah melalui jalan yang pernah ditempuh negaranegara Baratuntuk memodernisasi dirinya,
Dunia Ketiga harus meniru apa yang ada di Barat, karenanya modernisasi kerap diidentikkan dengan
westernisasi. Lihat: James H. Weaver. Ed. 1973. Modern Political Economy: Radical and Ortodox
View on Crucial Issues. Boston: Allyn & Bacon. Juga, Norman T. Uphoff dan Waren F. Ilchman. Eds.
1972. The Political Economy of Development. Berkeley dan Los Angeles: University of California.
4. Sejumlah ilmuwan kiri mengklaim sudut pandang ini sebagai temuan yang berasal dari
pengalaman empiris Cina dan Kuba dalam melaksanakan pembangunan. Lihat, misalnya, Jack Gray.
1984. The Chinese Model, dalam Alec Nove dan D.M. Nuti. Eds. Socialist Economics. Middlesex:
Penguin Education.
5. Inilah yang antara lain kerap disebut model teknokratis dalam pembangunan atau model elitis
dalam pembangunan. Lihat: Denis Goulet. 1975. The Crucial Choice in the Theory of Development.
New York: Althenegin.
6. Wujud paling ekstrem dari konsep modernisasi adalah erosentrisme (eurocentrism), yakni
suatu pandangan sejarah yang memutlakkan berlakunya garis sejarah sukses Eropa bagi seluruh bangsa
di dunia. Isme ini, seperti halnya modernisasi, mengandung asumsi bahwa ada tahapantahapan sejarah
yang berbeda antara bangsa yang satu dengan bangsabangsa yang lain. Dalam tahapan ini, Dunia
Ketiga dianggap sekumpulan bangsa yang berada di tahap paling awal sejarah kemanusiaan, yakni
tahapan tradisional.
7. Ada juga yang menyebut hal ini sebagai exclusionary politics. Lihat: Guillermo ODonnel.
1978. Bureaucratic Authoritarian State. Berkeley: Berkeley University Press.
8. Konsep ini mengacu pada upaya untuk belajar memahami sekaligus menghayati berbagai
kontradiksi (sosial, politik, ekonomi), kemudian mengambil tindakan untuk melawan unsurunsur
yang menindas dari realitas yang ada. Lihat: Paulo Freire. 1972. Pedagogy of the Oppresed. New
York: Continuum Books.
9. Lihat: Barbara Epstein. 1991. Political Protest & Cultural Revolution: Nonviolent Direct
Action. Berkeley: University of California Press.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 394 3/26/10 7:27:06 PM
~ 395 ~
i dalam kepustakaan ilmuilmu sosial,
intelektual (inteligensia) mengacu kepada sekelompok
orang yang dalam berkomunikasi dan berekspresi
secara relatif menggunakan lebih banyak simbol dan
abstraksi dibanding anggota masyarakat lain
1
. Mereka
adalah kelompok masyarakat yang paling mampu
menginterpretasikan berbagai simbol. Karena setiap peradaban memiliki orde
simbolisnya sendiri, di dalam peradaban tradisional pun dijumpai kaum intelektual.
Itulah sebabnya, Harry J. Benda mengategorikan kaum intelektual ke dalam dua
golongan
2
. Pertama: yang tradisional (misalnya empu, pujangga), yang mengabdi
kepada raja di dalam kerajaankerajaan masa lalu. Kedua: intelektual modern, yang
umumnya menggalami sistem pendidikan Barat (antara lain kalangan akademis dan
ilmuwan).
Salah satu ciri khas kaum intelektual adalah kesadaran kritisnya. Hal ini
disebabkan mereka cenderung terlepas dari orde sosial yang berlaku (establishment)
serta menunjukan sikap tertentu terhadapnya. Sekalipun adakalanya seorang intlektual
terlibat sepenuhnya dalam praktik, kesadaran kritis tidak ditinggalkannya.
Adalah suatu kenyataan bahwa kaum intelektual selalu menghadapi dua
dimensi, yakni yang ideal dan yang real. Umumnya, dunia ideal jauh berbeda
1
Lihat Edward Shils, The Intelellectuals and Powers (Chicago: The University of Chicago Press, 1972), hal. 16.
2
Harry J. Benda, nonWestern Intellegentsias as Political Elites, dalam The Australian Journal
of Politics and History, Nopember 1960, hal. 205218.
Format Perjuangan Intelektual
Pasca-50 Tahun Indonesia Merdeka
D
Senarai Pemikiran Hariman Siregar
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 395 3/26/10 7:27:08 PM
~ 396 ~
Hariman & Malari
dengan realitas yang dihadapi dalam praktik seharihari. Sebaliknya, dunia praktik
jarang berdekatan dengan dunia ideal. Kaum intelektual terombangambing oleh
dialektika di antara kedua dimensi itu. Sangat sulit mewujudkan sintesis keduanya.
Tapi, yang jelas, adanya dialektika itu pulalah yang menyuburkan kesadaran kritis
intelektual.
Dengan berbekal kesadaran kritis seperti itu pulalah, menurut sejarawan
Sartono Kartodirdjo, tidak dapat diragukan lagi dalam empat periode perjuangan
bangsa (19001920 periode pencarian identitas baru; 19201945 periode penemuan
identitas Indonesia; 1945-1950 periode perjuangan fsik, dan; periode konsolidasi sejak
1950), peran kaum intelektual Indonesia selalu mencolok sebagai pelopor perubahan.
Merekaseperti Soewardi Soerjaningrat, Tjipto Mangunkusumo, Tjokroaminoto,
H. Agus Salim, dan M. Hattaadalah para pembaharu par excellence yang mampu
memahami tantangan zamannya dan berdasarkan cakrawala intelektualnya berhasil
menyesuaikan diri pada lingkungan yang terusmenerus mengalami perubahan.
3
Jika kaum intelektual Indonesia di masa lalu mampu menjalankan perannya
yang demikian itu, pertanyaannya sekarang adalah mampukah hal yang sama dilakukan
oleh para intelektual Indonesia masa kini dan bagaimana format mewujudkan peran
itu di masa mendatang. Saya kira, jawaban atas pertanyaan inilah yang menjadi fokus
pembicaraan kita hari ini.
Terus terang saja, tidak mudah menjawab pertanyaan tersebut. Kondisi masa
lalu, sekarang, dan masa yang akan datang jelas tidak sama sehingga tidak mungkin
dapat dibandingkan begitu saja. Apalagi, belakangan mulai muncul kenyataan bahwa
batasbatas antarnation state dalam pengertian konvensional semakin hari menjadi
kurang berarti. Dengan menggejalanya apa yang disebut global village, semua in
teraksi (tukarmenukar gagasan, ide, informasi) dan transaksi (barang dan jasa) seolah
menyatu dalam satu kesatuan yang tanpa batas (borderless).
4
Dalam konteks sosial yang demikian, menjadi pertanyaan, apakah masih
relevan jika kita masih berpikir tentang format perjuangan intelektual Indonesia
yang bersifat lokal dan regional, seperti masamasa lalu. Sebab, dugaan saya, pada
akhirnya apa yang disebut kesadaran kritis kaum intelektual harus mampu melintasi
batasbatas lokal dan regional. Ini tuntutan zaman. Jika tidak, niscaya intelektual
yang bersangkutan akan tertinggal oleh perkembangan keadaan, sehingga tak layak
menyandang predikat sebagai seorang intelektual lagi.
Sebagai contoh konkret mengglobalnya isu perjuangan intelektual dapat dilihat
ketika terjadi pemberangusan sejumlah media cetak di Indonesia tahun lalu. Belum
sempat kalangan intelektual yang ada di Indonesia bereaksi, 360 intelektual asing
telah melayangkan petisi memprotes pemberangusan itu. Ini salah satu contoh, masih
banyak contoh lain, terutama yang menyangkut isu hak asasi manusia dan lingkungan
3
Sartono Kartodirdjo, Peranan Kaum Intelegensia Dalam Pembangunan Bangsa, Yogyakarta, Maret 1991. Juga lihat, Selo
Sumardjan, The Changing Roles of Intellectual in Indonsia, Mexico, Agustus 1976.
4
Lihat, antara lain, Kenichi Ohmae, Borderless World (Vintage Books, 1991). Juga, Hifni A., Identitas Regional
Dalam Era Globalisasi, Bisnis Indonesia, 10 April 1992.
Buku Hariman 18x25 Fix.indd 396 3/26/10 7:27:08 PM
~ 397 ~
hidup, yang memperlihatkan corak perjuangan baru kaum intelektual yang bersifat
lintas regional.
Hanya memang, secara realistis harus diakui, masih agak sulit bagi intelektual
Indonesia masa kini memosisikan dirinya dalam konteks global seperti itu. Penye
babnya tidak lain karena umumnya intelektual Indonesia masa kini adalah orang
orang yang belum selesai dengan dirinya sendiri. Dengan begitu, proses dialektika
antara tuntutan ideal dirinya sebagai intelektual dan realitas yang dihadapinya dalam
keseharian selaku manusia biasa bukan menyuburkan keadaan kritisnya, malah justru
sebaliknya, cenderung membuat mereka mendagangkan intelektualitasnya dengan
dalih profesional dan sebagainya. Inilah yang disebut Julien Benda sebagai pelacur
intelektual.