Anda di halaman 1dari 28

TUGAS KELOMPOK MATA AJAR PERPAJAKAN KUP Oleh: Dwi handarini (1106147584 ) Fany Anggardia ( 1106147804 ) Lutfiah ( 1106148353

) Nurul Huda (1106148750 ) Rini ( ) Zidni Agni ( )

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA 2012

Hal.1 dari 28

Statement of Authorship Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya. Materi ini tidak/belum pernah disajikan sebagai bahan untuk makalah pada mata ajaran lain, kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya. Kami memahami bahwa makalah yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk mendeteksi adanya plagiarisme. Mata Ajar Judul Makalah/Tugas Dosen : Perpajakan : KUP : Indrayagus Slamet, M. Ak

Jakarta, 8 Juni 2012

Dwi Handarini 1106147584

Fani Anggardia 1106147804

Lutfiah 1106148353

Nurul Huda 1106148750

Rini

Zidni

Hal.2 dari 28

PERTANYAAN DAN TUGAS UNTUK DISKUSI


1. KEBERATAN DAN PERMOHONAN PENGURANGAN SANKSI

ADMINISTRASI ATAU PEMBATALAN STP a) Naskah Surat Keberatan Nomor Lampiran Hal : XX/S/V/2010 : XX B erkas : Pengajuan Keberatan Jakarta, 10 Mei 2010

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Badan dan Orang Asing Satu Jl. TMP Kalibata Jakarta Selatan Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPWP Alamat : Tn. A : 24.123.456.8-043.000 : Jakarta

Bertindak selaku :

Wajib Pajak Pengurus Kuasa dari Wajib Pajak:

Nama NPWP Alamat :

: BUT Atlantic Consultant International : 01.234.456.7-053.000 Jakarta

Hal.3 dari 28

Bersama ini mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak (SKP): Jenis surat Nomor dan tanggal Jenis Pajak Masa/Tahun Pajak : Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) : No. 00002/XXX/08/053/10 tanggal 10 Maret 2010 : Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23) : Januari Desember 2008

Dasar Hukum Pengajuan Keberatan : Dasar hukum diajukannya keberatan terhadap SKP tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pasal 25 Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP No. 28/2007). 2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-49/PJ./2009 Tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan, yang merupakan ketentuan pelaksanaan dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor 194/PMK.03/2007 Tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan. Alasan Keberatan : 1. Sengketa atas koreksi PPh Pasal 23 atas Jasa Subkontraktor sebesar Rp. 3.640.000.000 Dasar Koreksi Pemeriksa: Pemeriksa melakukan koreksi atas PPh Pasal 23 atas jasa subkontraktor sebesar Rp.3.640.000.000 dengan alasan. Alasan Keberatan dan Jumlah Menurut Wajib Pajak: Kami tidak setuju dengan koreksi Pemeriksa atas PPh Pasal 23 atas jasa subkontraktor sebesar Rp.3.640.000.000 tersebut di atas dan dengan ini mengajukan keberatan dengan alasan sebagai berikut:. Berdasarkan hal tersebut di atas maka:

Hal.4 dari 28

Jumlah pajak yang terutang menurut Surat Ketetapan Pajak : Rp 5.590.000.000 Jumlah pajak yang terutang menurut perhitungan Wajib Pajak sebesar Jumlah pajak yang terutang yang disetujui dalam pembahasan akhir pemeriksaan sebesar : Rp.1.950.000.000 : Rp.1.950.000.000

Jumlah yang telah dilunasi sebesar Rp 1.950.000.000,- melalui Surat Setoran Pajak (SSP) kepada Kas Negara pada tanggal 9 Mei 2010. Perhitungan PPh Badan menurut Wajib Pajak:

PPh Pasal 23 Terutang PPh Pasal 23 disetor PPh Pasal 23 kurang bayar Sanksi Adm inistrasi : Bunga Psl 13(2) KUP PPh Pasal 23 yang m asih harus dibayar

5,500,000,000 4,000,000,000 1,500,000,000 450,000,000 1,950,000,000

Lampiran: 1. 2. Fotokopi SKPKB PPh Pasal 23 Tahun Pajak 2008 No. 00002/XXX/08/053/10 tanggal 10 Maret 2010 Dokumen pendukung berupa.

Demikian surat keberatan kami sampaikan untuk dapat dipertimbangkan. Kami mohon untuk dapat diundang agar dapat memberikan penjelasan secara lebih rinci ataupun menyampaikan data-data tambahan yang dibutuhkan dalam proses keberatan. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.

Pengurus Tn.A Direktur

Hal.5 dari 28

a) Naskah Surat Keberatan Nomor 2010 Lampiran Hal : XX/S/V/2010 : xx berkas : Pengajuan Keberatan Jakarta, 10 Mei

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Badan dan Orang Asing Satu Jl. TMP Kalibata Jakarta Selatan Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPWP Alamat : Tn. A : 24.123.456.8-043.000 : Jakarta

bertindak selaku :

Wajib Pajak Pengurus Kuasa dari Wajib Pajak:

X
Nama NPWP Alamat : BUT Atlantic Consultant International : 01.234.456.7-053.000 Jakarta

bersama ini mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak (SKP): Jenis surat Nomor dan tanggal Jenis Pajak Masa/Tahun Pajak : Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) : No. 00001/XXX/08/053/10 tanggal 10 Maret 2010 : Pajak Penghasilan (PPh) Badan : 2008

Dasar Hukum Pengajuan Keberatan : Dasar hukum diajukannya keberatan terhadap SKP tersebut adalah sebagai berikut: 3. Pasal 25 Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP No. 28/2007). Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-49/PJ./2009 Tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan, yang merupakan ketentuan pelaksanaan dari

4.

Hal.6 dari 28

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 194/PMK.03/2007 Tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan.

Alasan Keberatan : 2. Sengketa atas koreksi peredaran usaha yang belum dilaporkan sebesar Rp. XXXXXXX Dasar Koreksi Pemeriksa: Pemeriksa melakukan koreksi atas peredaran usaha sebesar Rp.XXX sebagai peredaran usaha yang belum dilaporkan oleh Perusahaan. Alasan Keberatan dan Jumlah Menurut Wajib Pajak: Kami tidak setuju seluruhnya dengan koreksi Pemeriksa atas peredaran usaha tersebut di atas dan dengan ini mengajukan keberatan dengan alasan sebagai berikut:.

3. Sengketa atas koreksi biaya sebesar Rp. XXXXXXX Dasar Koreksi Pemeriksa: Pemeriksa melakukan koreksi atas biaya usaha sebesar Rp.XXX dikarenakan menurut Pemeriksa biaya tersebut tidak sesuai dengan Pasal 6 UU PPh. Alasan Keberatan dan Jumlah Menurut Wajib Pajak: Kami tidak setuju seluruhnya dengan koreksi Pemeriksa atas biaya usaha. tersebut di atas dan dengan ini mengajukan keberatan dengan alasan sebagai berikut:.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka: Jumlah pajak yang terutang menurut Surat Ketetapan Pajak : Rp 1.147.900.000 Jumlah pajak yang terutang menurut perhitungan Wajib Pajak sebesar Jumlah pajak yang terutang yang disetujui dalam pembahasan akhir pemeriksaan sebesar Perhitungan PPh Badan menurut Wajib Pajak: : (Rp 295.000.000) : (Rp 295.000.000)

Hal.7 dari 28

Penghasilan Kena Pajak PPh Terutang Kredit Pajak : PPh DTP Kredit Pajak : PPh Pasal 23 PPh yang kurang bayar/(lebih) bayar PPh Dibayar sendiri Pajak yang kurang/(lebih) dibayar Sanksi Administrasi : Bunga Psl 13(2) KUP Jumlah yang harus (lebih) dibayar

10.800.000.000 3.230.000.000 (2.875.000.000) (400.000.000) (45.000.000) (250.000.000) (295.000.000) (295.000.000)

Lampiran: 3. Fotokopi SKPKB PPh Badan Tahun Pajak 2008 No. 00001/XXX/08/053/10 tanggal 10 Maret 2010 4. Dokumen pendukung berupa. Demikian surat keberatan kami sampaikan untuk dapat dipertimbangkan. Kami mohon untuk dapat diundang agar dapat memberikan penjelasan secara lebih rinci ataupun menyampaikan data-data tambahan yang dibutuhkan dalam proses keberatan. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih. Pengurus

Tn.A Direktur

Keberatan : Dasar hokum : Pasal 25 UU KUP dan Pasal 2 PP No.80/2007 Agar Keberatan BUT ACI diterima secara formal maka harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 UU KUP dan Pasal 2 Peraturan Direktur Jendral Pajak No. NOMOR PER - 49/PJ./2009 tentang TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN

Hal.8 dari 28

KEBERATAN sebagai berikut : Pengajuan keberatan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a.diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia; b.mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan; c.1 (satu) surat keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak, untuk 1 (satu) pemotong pajak, atau untuk 1 (satu) pemungutan pajak; d. Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan; e. atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak (force majeur);dan f. ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal surat keberatan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, surat keberatan tersebut harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 Undang-Undang KUP. diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui

Hal.9 dari 28

S L SP N A A K B R T N IKU E G JU N E E AA
W JIB PA K A JA
WP dapat meminta penjelasan koreksi dalam SKP 1

DIT JENPA K JA
Dlm jgk waktu 20 hr kerja, KPP wajib memberikan surat penjelasan koreksi dalam SKP

SKPKB/SKBKBT / SKPLB/SKPN/ PotPut.

SURAT PERMOHONAN KEBERATAN

Surat Pemberitahuan Memenuhi Syarat Formal (5 hari kerja) Penelitian oleh KPP, apakah memenuhi syarat formal?

Ya

6 7

5 3 Tidak

Jika msh dlm jangka waktu 3 bln sejak tanggal dikirim skp atau tgl potput, WP dapat memperbaiki surat permohonan keberatannya
4

Surat Pemberitahuan Tidak Formal (5 hari kerja)

KPP meneruskan permohonan ke KPDJP/Kanwil sesuai wewenangnya (5 hari kerja sejak surat keberatan diterima)

SU TPERM H N KEBERA AN RA O O AN T (se suda re isi) h v

Permohonan Pengurangan sanksi Administrasi/penghapusan STP Dasar hokum : Pasal 36 UU KUP dan Peraturan Menteri Keuangan No. 21 Tahun 2008 Permohonan Pembetulan Pasal 36 KUP Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat: a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya; b. mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar; c. mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak yang tidak benar; atau d. membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa: 1. penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau 2. pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak. Permohonan ini hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 2 (dua) kali, kecuali permohonan pembatalan hasil pemeriksaan pajak tanpa penyampaian SPHP dan closing, hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak 1 (satu) kali saja. Permohonan untuk memperoleh pengurangan atau pembatalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) Surat Tagihan Pajak atau surat ketetapan pajak, termasuk surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa: 1) penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau 2) pembahasan akhir hasil pemeriksaan b. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia; c. mencantumkan jumlah pajak yang seharusnya terutang menurut perhitungan Wajib Pajak disertai dengan alasan yang mendukung permohonannya; d. disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar; dan

Hal.10 dari 28

e. dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, surat permohonan harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.

Apabila permohonan keberatan ditolak oleh DJP, BUT ACI dapat mengambil langkah untuk mengajukan Banding ke Pengadilan Pajak. Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung Pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan Banding, berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Untuk permohonan Pengurangan Sanksi administrasi/penghapusan sTP ditolak oleh DJP, BUT ACI dapat mengajukan permohonan Gugatan ke Pengadilan Pajak. Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung Pajak terhadap pelaksanaan penagihan Pajak atau terhadap keputusan yang dapat diajukan Gugatan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dasar Hukum :
UU KUP UU No 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak

Ketentuan Formal Pengajuan Banding (Pasal 35, 36 dan 37 UU Pengadilan Pajak) (1) Banding diajukan dengan Surat Banding dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak. (2) yang Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima Keputusan dibanding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. (3) Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan pemohon Banding.

(4)

Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.

Hal.11 dari 28

(5) Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan dicantumkan tanggal diterima surat keputusan yang dibanding. (6) Pada Surat Banding dilampirkan salinan Keputusan yang dibanding.

(7) Selain dari persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) serta Pasal 35, dalam hal Banding diajukan terhadap besarnya jumlah Pajak yang terutang, Banding hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50% (lima puluh persen). (8) Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak, ahli warisnya, seorang pengurus, atau kuasa hukumnya. Ketentuan Formal Pengajuan Gugatan (Pasal 40 dan 41 UU Pengadilan Pajak) (1) Gugatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak. (2) Jangka Waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap pelaksanaan penagihan Pajak adalah 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan. (3) Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap Keputusan selain Gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima Keputusan yang digugat. (4) Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan penggugat. (5) Perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) adalah 14 (empat belas) hari terhitung sejak berakhirnya keadaan di luar kekuasaan penggugat. (6) Terhadap 1 (satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Gugatan. (8) Gugatan dapat diajukan oleh penggugat, ahli warisnya, sorang pengurus, atau kuasa hukumnya dengan disertai alasan-alasan yang jelas, mencantumkan tanggal diterima, pelaksanaan penagihan, atau Keputusan yang digugat dan dilampiri salinan dokumen yang digugat. Prosesnya Banding adalah sebagai berikut :

Hal.12 dari 28

Proses Gugatan adalah sebagai berikut :

Hal.13 dari 28

Berdasarkan ketentuan Pasal 25 ayat (7) UU KUP menyebutkan Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) atau ayat (3a) atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan. Sehingga berdasarkan kasus BUT ACI, jumlah yang harus dibayar sebelum pengajuan keberatan adalah sebesar jumlah yang disetujui dalam pembahasan akhir yaitu hanya atas pembayaran PPh PAsal 23 sebesar Rp. 1.950.000.000-. Berdasarkan ketentuan Pasal 25(9),
Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan. Ketentuan PAsal 27 ayat (5d) menyebutkan Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan. Untuk menghindari sanksi kenaikan sebesar 50% apabila permohonan keberatan BUT ACI ditolak oleh Kantor PAjak dan menghindari sanksi kenaikan sebesar 100% apabila permohonan Banding BUT ACI ditolak oleh Pengadilan Pajak maka BUT ACI sebaiknya melunasi seluruh Pajak yang terhutang sebagaimana yang tercantum dalam SKPKB sebelum mengajukan permohonan Keberatan

Hal.14 dari 28

2. BANDING DAN GUGATAN

No 1 2 3 4 5 6

Produk H ukum SKPKB PPh Badan SKPKB PPh Pasal 23 SKPKB PPh Pasal 26 SKPKB PPN STP PPN No 1 STP PPN No 2

Tindakan Keberatan Keberatan Keberatan Keberatan Perm ohonan Pengurangan Sanksi administrasi/penghapusan STP Perm ohonan Pengurangan Sanksi administrasi/penghapusan STP

Banding Banding Banding Banding G ugatan G ugatan

Dasar Hukum :
1. Permohonan Banding : UU KUP Pasal 27 UU No 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak

2. Permohonan Gugatan : UU KUP Pasal 23 UU No 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak

b) Naskah Surat Gugatan

Hal.15 dari 28

Jakarta, xxx Mei 2011 Nomor Surat: xxx Kepada Yth, Pengadilan Pajak Gedung Sutikno Slamet, Lantai 5, Departemen Keuangan, Jl. Dr. Wahidin Raya No.1, Jakarta Pusat Perihal : Gugatan atas Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEPXXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011 tentang Pengurangan atas Surat Tagihan Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Penyerahan BKP dan/atau JKP Nomor 000XXX/XXX/08/053/10 tanggal 10 Maret 2010 Masa Pajak Januari s.d Desember 2008 Dengan hormat, Sehubungan dengan perihal diatas, perkenankanlah kami Nama Jabatan Wajib Pajak NPWP Alamat : Tn A : Direktur : BUT Atlantic Consultant International (BUT ACI) : 01.234.456.7-053.000 : Jakarta

Oleh karena itu bertindak untuk membuat, menandatangani dan mengajukan gugatan ini untuk selanjutnya disebut...........................................................................................PENGGUGAT

Dengan ini mengajukan gugatan terhadap : Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus, beralamat di Jl. TMP Kalibata, Jakarta Selatan untuk selanjutnya disebut...........................................................TERGUGAT

Hal.16 dari 28

Adapun yang menjadi alasan dan dasar hukum Penggugat mengajukan Gugatan atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-XXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011 tentang Pengurangan atas Surat Tagihan Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Penyerahan BKP dan/atau JKP Nomor 000XXX/XXX/08/053/10 tanggal 10 Maret 2010 Masa Pajak Januari s.d Desember 2008, yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus, sebagai berikut :

Dasar Hukum Pengajuan Gugatan

1. Pasal 23 ayat 2.c UU KUP No.28/2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(selanjutnya disebut UU KUP), menyatakan sebagai berikut: Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap: (c) keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26, hanya dapat diajukan kepada badan Peradilan Pajak

Pasal 25 ayat 1 dan Pasal 26 UU KUP No.28/2007 mengatur mengenai masalah pengajuan keberatan. Dengan demikian, berdasarkan pasal 23 ayat 2.c UU No.28/2007 tersebut diatas, Surat Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan selain surat keputusan keberatan dapat diajukan Gugatan kepada Badan Peradilan Pajak.

2. Pasal 40 ayat 1 UU No 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak menyatakan bahwa Gugatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak. Pasal 40 ayat 3 UU No 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak menyatakan bahwa Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap Keputusan selain Gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima Keputusan yang digugat. Pasal 40 ayat 6 UU No 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak menyatakan bahwa Terhadap 1 (satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Gugatan. Surat Gugatan yang kami ajukan ini adalah Gugatan terhadap 1(satu) surat Keputusan yaitu Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-XXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011 tentang Pengurangan atas Surat Tagihan Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Penyerahan BKP dan/atau JKP Nomor 000XXX/XXX/08/053/10 tanggal 10 Maret 2010 Masa Pajak Januari s.d Desember 2008. Surat Gugatan ini ditulis dalam Bahasa Indonesia dan disampaikan masih dalam jangka waktu 30 hari dari tanggal diterimanya Surat Keputusan yaitu

Hal.17 dari 28

tanggal 10 Mei 2011. Dengan demikian, surat Gugatan ini telah memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Pasal 40 ayat 1,3 dan 6 UU No 14 Tahun 2002.

3. Pasal 41 ayat (1) UU No 14 Tahun 2002 menyatakan sebagai berikut :


Gugatan dapat diajukan oleh penggugat, ahli warisnya, sorang pengurus, atau kuasa hukumnya dengan disertai alasan-alasan yang jelas, mencantumkan tanggal diterima, pelaksanaan penagihan, atau Keputusan yang digugat dan dilampiri salinan dokumen yang digugat. Surat Keputusan yang digugat (Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEPXXX/WPJ.XX/BD.05/2011) kami terima tanggal 10 Mei 2011. Surat Gugatan ini diajukan oleh Tn.A yang merupakan pengurus dari BUT. ACI. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, kami berpendapat bahwa Surat Gugatan ini telah memenuhi ketentuan formal pengajuan Gugatan ke badan peradilan pajak.

I. ........

Substansi Gugatan

Latar belakang Alas an Pengajuan Gugatan .. Berdasarkan penjelasan dan dasar peraturan diatas, mohon Pengadilan Pajak untuk menerima dan memeriksa Gugatan ini serta berkenan memutuskan sebagai berikut: DALAM POKOK PERKARA :

1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya; 2. Memerintahkan Membetulkan kembali Keputusan Direktur Jenderal Pajak No No. KEPXXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011 tentang Pengurangan atas Surat Tagihan Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Penyerahan BKP dan/atau JKP Nomor 000XXX/XXX/08/053/10 tanggal 10 Maret 2010 Masa Pajak Januari s.d Desember 2008 sehingga menjadi NIHIL.

Hal.18 dari 28

Demikian surat gugatan ini kami ajukan. Besar harapan kami agar permohonan ini dapat diproses dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Atas perhatian dan pertimbangan Majelis dalam memutuskan perkara Gugatan kami dengan seadiladilnya, kami mengucapkan terima kasih. Hormat kami,

Tn.A

Direktur

b) Naskah Surat Banding Jakarta, xxx Juli 2011 Nomor Surat: xxx Kepada Yth, Pengadilan Pajak Gedung Sutikno Slamet, Lantai 5, Departemen Keuangan, Jl. Dr. Wahidin Raya No.1, Jakarta Pusat Perihal : Surat Permohonan Banding terhadap Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-XXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011 tentang keberatan wajib pajak atas Surat Ketetapan Pajak Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Pajak Penghasilan Pasal 26 Masa Pajak Januari Desember 2008 Nomor: 0000X/XXX/08/053/10 tanggal 10 Maret 2010.

Hal.19 dari 28

Dengan hormat, Sehubungan dengan diterbitkannya Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEPXXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011 yang kami terima pada tanggal xxx tentang keberatan wajib pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Pajak Penghasilan Pasal 26 Masa Pajak Januari Desember 2008 Nomor: 0000X/XXX/08/053/10 tanggal 10 Maret 2010, dengan ini, kami: Nama Jabatan Wajib Pajak NPWP Alamat : Tn A : Direktur : BUT Atlantic Consultant International (BUT ACI) : 01.234.456.7-053.000 : Jakarta

Perkenankanlah kami menyampaikan permohonan Banding atas Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-XXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011 dengan rincian sebagai berikut: Tabel 1 (dalam Rupiah)
Uraian PPh Terutang Kredit Pajak PPh Kurang/(Lebih) Dibayar Sanksi Pasal 13 (2) KUP PPh yang masih harus/(lebih) dibayar Semula 2,092,000,000 757,000,000 1,335,000,000 400,500,000 1,735,500,000 Ditambah/(dikurangi) Menjadi 2,092,000,000.00 757,000,000.00 1,335,000,000.00 400,500,000.00 1,735,500,000.00

Latar Belakang

1. Tim Pemeriksa dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Badan dan Orang Asing Satu (Tim
Pemeriksa) telah melakukan pemeriksaan atas kewajiban perpajakan BUT ACI untuk tahun pajak 2008;

2. Atas hasil pemeriksaan tersebut, BUT ACI telah menerima SKPKB PPh Pasal 26
Nomor: Nomor: 0000X/XXX/08/053/10 tanggal 10 Maret 2010 untuk masa pajak Januari Desember 2008 yang diterbitkan oleh KPP Badan dan Orang Asing Satu , yang menetapkan jumlah PPh Pasal 26 yang masih harus dibayar sebesar Rp.1.735.500.000.;

3. BUT ACI mengajukan surat permohonan Keberatan tertanggal 10 Mei 2010

atas SKPKB dan surat keberatan tersebut telah diterima oleh KPP Badan dan Orang Asing Satu pada tanggal 10 Mei 2010; Direktur Jenderal Pajak telah menerbitkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak (SK-DJP) No. KEP- XXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011 yang menetapkan untuk

4. Atas Surat Keberatan BUT ACI, Kantor Wilayah DJP Wajib Pajak Besar atas nama

menolak keberatan BUT ACI dalam suratnya No. XX tanggal 10 Mei 2010; SK-DJP tersebut adalah sebesar Rp.1.735.500.000. Untuk memenuhi ketentuan formal Pasal 36 ayat (4) Undang-Undang No. 14 tahun 2002 mengenai Pengadilan Pajak,

5. Besarnya PPh Pasal 23 terutang berikut sanksi bunga pasal 13 (2) KUP berdasarkan

Hal.20 dari 28

BUT ACI telah melakukan pembayaran melebihi 50% dari PPh terutang berdasarkan SKPKB tersebut yaitu sebesar Rp.1.735.500.000. dengan rincian sebagai berikut: Dasar Hukum Pengajuan Banding Berdasarkan kronologis penjelasan di atas, bersama ini perkenankanlah kami mengajukan Banding terhadap SK-DJP Nomor KEP- XXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011. Banding atas SK-DJP tersebut kami ajukan sesuai dengan hak kami sebagaimana tercantum dalam:

4. Pasal 27 ayat (1) UU No 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan UU No 28 tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (selanjutnya disebut UU KUP), menyatakan sebagai berikut: Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26. Selanjutnya Pasal 35 ayat (1) Undang-undang No 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (selanjutnya disebut UU Pengadilan Pajak) menyatakan sebagai berikut: Banding diajukan dengan Surat Banding dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak Surat Banding dalam bahasa Indonesia kami ajukan terhadap Keputusan Keberatan kepada Pengadilan Pajak. Dengan demikian, Surat Banding kami telah memenuhi ketentuan formal pengajuan banding berdasarkan Pasal 27 ayat 1 UU KUP dan Pasal 35 ayat 1 UU Pengadilan Pajak. 5. Pasal 27 ayat (3) UU KUP menyatakan sebagai berikut : Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterimadan dilampiri dengan salinan Surat Keputusan Keberatan tersebut. Pasal 35 ayat (2) UU Pengadilan Pajak menyatakan sebagai berikut : Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima Keputusan yang dibanding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Surat Banding disusun secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas dan diajukan sebelum lewat tiga bulan sejak diterimanya Keputusan Keberatan yang salinannya kami lampirkan dalam Surat Banding ini. SK-DJP No. KEP- XXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011 diterima oleh BUT ACI tangaal xxx sehingga masih dalam jangka waktu 3 (bulan) sejak tanggal diterimanya SK-DJP. Dengan demikian, Surat Banding kami telah memenuhi ketentuan formal pengajuan banding berdasarkan Pasal 27 ayat 3 UU KUP dan Pasal 35 ayat 2 UU Pengadilan Pajak. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka pengajuan SURAT BANDING atas Keputusan Keberatan tersebut, telah dilakukan dalam tenggang waktu dan menurut tata cara yang telah disyaratkan oleh undang-undang , khususnya Pasal 27 ayat (1) dan (3) UU KUP, dan Pasal 35 ayat (1) dan (2) UU Pengadilan Pajak. Oleh karena itu sudah sepatutnya Surat Banding ini diterima oleh Pengadilan Pajak. II. Materi Banding

........ Menurut Penelaah Keberatan

Hal.21 dari 28

Menurut Pemohon Banding Kami tidak setuju dan menyatakan Banding terhadap koreksi Objek PPh Pasal 26 yang menyebabkan kekurangan pembayaran pajak sebesar Rp. 1.735,500.000,0 dengan alasan-alasan sebagai berikut: . Kesimpulan Berdasarkan uraian penjelasan di atas, berikut kami sandingkan kembali hasil perhitungan PPh Pasal 26 beserta sanksi Pasal 13 (2) KUP untuk masa pajak Januari - Desember 2008 antara Pihak Terbanding (SK-DJP) dan Banding dari Pemohon Banding:

Tabel (Dalam Rupiah)


Uraian PPh Terutang Kredit Pajak PPh Kurang/(Lebih) Dibayar Sanksi Pasal 13 (2) KUP PPh yang masih harus/(lebih) dibayar cfm SK-DJP 2,092,000,000 757,000,000 1,335,000,000 400,500,000 1,735,500,000 cfm Pemohon Banding 757,000,000 757,000,000 -

Berdasarkan penjelasan kami di atas dan juga kesimpulan perhitungan dalam Tabel 5, kami mohon dapatlah kiranya Dewan Majelis yang terhormat mengabulkan permohonan Banding kami, sehingga PPh Pasal 26 yang terutang beserta sanksi bunga Pasal 13 (2) KUP menurut SK-DJP No. KEP597/WPJ.19/BD.05/2011 tanggal 4 Juli 2011 sebesar Rp.1.735.500.000. dapat disetujui menjadi NIHIL.

Penutup Demikianlah surat permohonan Banding kami terhadap Surat Keputusan Dirjen Pajak Nomor No. KEP- XXX/WPJ.XX/BD.05/2011 tertanggal 4 Mei 2011atas hasil pemeriksaan PPh Pasal 26 masa pajak Januari Desember 2008 untuk BUT ACI. Besar harapan kami dapatlah kiranya Majelis mengabulkan permohonan Banding kami sebagaimana diuraikan di atas dengan seadil-adilnya. Apabila Majelis membutuhkan tambahan informasi ataupun data sehubungan dengan permohonan banding kami di atas, kami akan berusaha untuk memenuhinya.

Hal.22 dari 28

Atas perhatian dan pertimbangan Majelis dalam memutuskan perkara Banding kami dengan seadiladilnya, kami mengucapkan terima kasih.

Hormat kami,

Tn.A

Direktur

Hal.23 dari 28

3. PENINJAUAN KEMBALI a) Bagaimana BUT ACI Menindaklanjuti Putusan Pengadilan Pajak baik atas putusan yang menerima banding dan gugatan yang diajukan oleh BUT ACI maupun yang menolak banding tersebut? Jelaskan hak dan kewajiban sebagai tindaklanjut putusan Pengadilan Pajak!
No 1 2 3 4 5 6 Produk Hukum SKPKB PPh Badan SKPKB PPh Pasal 23 SKPKB PPh Pasal 26 SKPKB PPN STP PPN No 1 STP PPN No 2 Tindakan Putusan Pengadilan Pajak Keberatan Banding Dikabulkan Seluruhnya Keberatan Banding Ditolak Seluruhnya Keberatan Banding Dikabulkan Seluruhnya Keberatan Banding Dikabulkan Seluruhnya Permohonan Pengurangan Sanksi administrasi/penghapusan STP G ugatan Dikabulkan Seluruhnya Permohonan Pengurangan Sanksi administrasi/penghapusan STP G ugatan Dikabulkan Seluruhnya

Atas Permohonan Banding dan Gugatan yang dikabulkan oleh Pengadilan Pajak Atas Putusan Pengadilan yang menerima seluruh permohonan Banding dan Gugatan BUT ACI, BUT ACI mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak atas SKPKB PPh Badan, PPh Pasal 26, PPN, STP PPN no.1 dan STP PPN No.2 yang telah dibayar

Hal.24 dari 28

seluruhnya oleh BUT ACI sebelum mengajukan permohonan Keberatan dan Permohonan Pengurangan Sanksi Administrasi/pembatalan STP. Selain itu, BUT ACI berhak mendapatkan imbalan bunga berdasarkan ketentuan pasal 27A UU KUP No 28/2007 yang menyatakan sebagai berikut : Apabila pengajuan keberatan, permohonan banding, atau permohonan peninjauan kembali dikabulkan sebagian atau seluruhnya, selama pajak yang masih harus dibayar sebagaimana dimaksud dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar yang telah dibayar menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, kelebihan pembayaran dimaksud dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Tambahan dihitung sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali atau b. untuk Surat Ketetapan Pajak Nihil dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali. Namun dalam ketentuan Pasal 24 ayat (5) Peraturan Pemerintah No 80/2007 menyebutkan bahwa imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diberikan terhadap : a. kelebihan pembayaran akibat Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan kembali atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang seluruhnya disetujui dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan telah dibayar sebelum mengajukan keberatan. b. kelebihan pembayaran akibat Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali atas sebagian jumlah pajak yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang tidak disetujui dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, namun dibayar sebelum pengajuan keberatan, permohonan banding, atau permohonan peninjauan kembali, atau sebelum diterbitkan Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali.

Hal.25 dari 28

Menurut kelompok kami terdapat ketidakjelasan mengenai ketentuan imbalan bunga antara ketentuan yang tercantum dalam KUP No 28/2007 dengan PP No.80/2007. Namun dalam sistem hukum perundang-undangan perpajakan Undang-undang mempunyai kekuatan hukum lebih tinggi dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah sehingga menurut kami seharusnya BUT ACI mendapatkan imbalan bungan atas pembayaran pajak yang seharusnya tidak terhutang menurut Putusan Pengadilan namun dibayar seluruh nya oleh BUT ACI sebelum mengajukan permohonan keberatan.

Atas Permohonan Banding PPh Pasal 23 yang ditolak seluruhnya oleh Pengadilan Pajak Berdasarkan ketentuan Pasal 77 UU No14/2002 tentang Pengadilan Pajak, Pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali atas putusan Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung. Permohonan peninjauan kembali hanya dapat diajukan 1 (satu) kali kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak. Permohonan peninjauan kembali tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak. Permohonan peninjauan kembali dapat dicabut sebelum diputus, dan dalam hal sudah dicabut permohonan peninjauan kembali tersebut tidak dapat diajukan lagi. Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam huruf c, huruf d, dan huruf e dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak putusan dikirim. b) Hal apa yang perlu diperhatikan BUT ACI dalam pengajuan Surat Peninjauan Kembali (PK) untuk Putusan Pengadilan Pajak yang menolak banding BUT ACI secara ringkas, dan dapat menjelaskan permasalahannya dengan benar serta memenuhi ketentuan formalnya! Alasan Peninjauan Kembali (berdasarkan ketentuan pasal 91, 92 dan 93 UU No14/2002) Permohonan peninjauan kembali hanya dapat diajukan berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut: a. Apabila putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu.

Hal.26 dari 28

b.

Apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan, yang apabila diketahui pada tahap persidangan di Pengadilan Pajak akan menghasilkan putusan yang berbeda.

c. d. e.

Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut,. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebabsebabnya atau, Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh BUT ACI agar permohonan Peninjauan Kembali dapat memenuhi ketentuan formal : 1. Berdasarkan ketentuan Pasal 92 ayat (3) UU No 14/2002, Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 huruf c, huruf d, dan huruf e dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak putusan dikirim. 2. Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan alasan adanya kebohongan dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak diketahuinya kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan Hakim pengadilan pidana memperoleh kekuatan hukum tetap. 3. Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan alasan bukti tertulis susulan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak ditemukan surat-surat bukti yang hari dan tanggal ditemukannya harus dinyatakan di bawah sumpah dan disahkan oleh pejabat yang berwenang. 4. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Angka 11 UU No.14/2002 disebutkan sebagai berikut : Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimile, atau dalam hal disampaikan secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan disampaikan secara langsung.

c) Jika Ditjen Pajak mengajukan PK atas putusan Pengadilan Pajak yang mengabulkan banding yang diajukan oleh BUT ACI; apa yang harus dilkukan oleh BUT ACI? Apakah hak-hak BUT ACI tetap dapat terpenuhi dengan adanya pengajuan PK oleh Ditjen Pajak? Jelaskan secara ringkas dan tepat sesuai dasar hukumnya!

Hal.27 dari 28

Berdasarkan Pasal 89 ayat (2) UU No 14/2002 Permohonan peninjauan kembali tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak. Dengan demikian maka BUT ACI tetap mendapatkan haknya terkait dengan pelaksanaan Putusan Pengadilan Pajak diantara nya yaitu berhak menerima pengembalian pajak yang seharusnya tidak terhutang yang telah dibayar dan berhak mendapatkan imbalan bunga. (lihat jawaban a). Atas Permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Ditjen Pajak, maka setelah memperoleh salinan Memori Peninjauan Kembali yang dikirimkan melalui Pengadilan Pajak, BUT ACI harus memberikan tanggapan berupa Kotran Memori Peninjauan Kembali yang harus disampaikan paling lambat 30 hari terhitung cap pos pengiriman Pemberitahuan Penyerahan Memori Peninjauan Kembali tersebut, melalui Kepaniteraan Pengadilan Pajak dalam rangkap 2.

Hal.28 dari 28

Anda mungkin juga menyukai