Anda di halaman 1dari 11

makalah filsafat islam dan barat

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui beberapa aliran-aliran filsafat pendidikan
islam dan barat yang saya sajikan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari
luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang ―aliran-aliran filsafat pendidikan islam dan barat‖ dan saya uraikan
untuk menyelesaikan tugas dan karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu
mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia filsafat pendidikan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru/dosen yang telah banyak membantu
penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.
Terima kasih.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. IDENTIFIKASI MASALAH
C. PEMBATASAN MASALAH.
D. PERUMUSAN MASALAH.

BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FILSAFAT DAN ARTI FILSAFAT
B. TUJUAN FILSAFAT
C. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT DI DUNIA ISLAM DAN BARAT BESERTA

BAB III PENUTUP


Daftar Pustaka.
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Membincang terma filsafat, di dunia Islam, baru berucap ―A‖, bahkan belum apa-apa statement
negatif —istilah kafir, zindiq dan musyrik— merupakan konsekuensi logis yang secara sadar
harus kita terima dengan penuh lapang dada. Mungkin tidak semua-selamanya, namun
paradigma ini masih mayoritas sampai sekarang. Apalagi, jika sudah masuk dan bersentuhan
dengan tema-tema asing (baca;Barat), entahlah ada anggapan apa?

Di dunia lain, Barat, filsafat adalah menu utama masyarakat, nutrisi penting dalam menentukan
langkah maju. Hal ini lebih dikarenakan, paradigma berfikir mereka terbuka terhadap peradaban
luar, dengan pra-syarat rasional khususnya filsafat. Oleh karena itu, di sana filsafat mampu
tumbuh-berkembang dengan suburnya. Perkembangan ini bisa kita lihat dengan kasat mata;
menjamurnya aliran-aliran filsafat: strukturaslisme, post-strukturalisme, semiotika, feminis,
modernitas sampai post-modernitas. Selain itu, kemajuan teknologi, stabilitas politik, ekonomi
dan keamanan sudah merupakan bukti konkrit. Terlepas dari sisi spiritual bagaimana?

Pada makalah sederhana ini, penulis akan berusaha mendeskripsikan filsafat di Barat dan Islam.
Memaparkan secara deskriptif beberapa aliran/sekte filsafat dan filsuf-filsuf, serta pemikirannya.
Bagaimana imbas hal ini terhadap Islam di era kontemporer, masa kebangkitan? Dengan harapan
deskripsi sederhana ini dijadikan sebagai motivasi ke arah pembaharuan, sebuah proses yang
terus berjalan dan berjalan …

B. IDENTIFIKASI MASALAH (LATAR BELAKANG)


Sesuai dengan judul makalah ini―Aliran-aliran filsafat pendidikan islam dan barat)Berkaitan
dengan judul tersebut, maka masalahnya dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1.pengertian dan arti filsafat serta tujuan filsafat
2. Aliran-aliran filsafat pendidikan apa yang ada dibarat dan filsafat pendidikan dalam dunia
islam beserta tokoh-tokohnya?
C.PEMBATASAN MAKALAH
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada
masalah :

1. Arti filsafat secara etimologi dan terminology beserta tujuan filsafat itu sendiri.
2. Aliran-aliran filsafat islam dan barat beserta tokohnya

D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas
dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa arti filsafat beserta tujuan dari filsafat?


2. Aliran-aliran apa saja yang ada dalam filsafat pendidikan islam dan barat ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN FILSAFAT

Apakah itu filsafat? Apa tujuan dar filsafat itu sendiri?Pertanyaan sederhana ini pasti
muncul serta-merta, ketika membincang subtema ini. Filsafat, secara etimologi merupakan kata
serapan dari Yunani, Philoshopia, yang berarti ‘Philo’ adalah Cinta, sedangkan ‘shopia’ berarti
kebijaksanaan atau hikmah. Jadi dapat kita tarik konklusi, cinta pada kebijaksanaan ilmu
pengetahuan itulah filsafat. Namun, ketika kita tilik dari segi praktisnya, berarti alam pikiran atau
alam berfikir, berfilsafat artinya berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.. Pengertian
filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai
dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato mengatakan
bahwa : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang
meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat
adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. Berikut
ini disajikan beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli :
1.Prof. Mr.Mumahamd Yamin:
Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya
didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
2.Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. :
Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-
sungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk
mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran
yang sejati.
3.Harold H. Titus (1979 ) :
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran
terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk
memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan
penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang
mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
4.Prof. Dr. Fuad hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan:
filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu
gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan
yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang
universal.

5.Marcus tullius cicero (106 sm – 43sm) politikus dan ahli pidato romawi, merumuskan:
filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan usaha-usaha untuk
mencapainya.
Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa filsafat
adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam
dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.
B.TUJUAN FILSAFAT
Tujuan Filsafat Pendidikan :
1. Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan
pendidikan;
2. Membantu memperjelas tujuan-tujuan pendidikan
3. Melaksanakan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan tersebut
4. Melakukan evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan
5. Dengan berfikir filsafat seseorang bisa menjadi manusia, lebih mendidik dan membangun diri
sendiri
6. Seseorang dapat menjadi orang yang dapat berfikir sendiri
7. Memberikan dasar-dasar pengetahuan, memberikan pandangan yang sintesis pula sehingga
seluruh pengetahuan merupakan satu kesatuan
8. Hidup seseorang tersebut dipimpin oleh pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tersebut.
Sebab itu mengetahuai pengetahuan-pengetahuan terdasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup
diri sendiri
9. Bagi seorang pendidik filsafat mempunyai kepentingan istimewa karena filsafatlah yang
memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang mengenai manusia seperti
misalnya ilmu mendidik
Tujuan filsafat pendidikan juga dapat dilihat dari beberapa aliran filsafat pendidikan yang dapat
mengembangkan pendidikan itu sendiri yaitu :
1. Idealisme
2. Realisme
3. Pragmatisme
4. Humanisme
5. Behaviorisme
6. konstruktivisme.
C. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DAN BARAT
1.Aliran-aliran filsafat pendidikan islam
A. Isyraqiyyah (Illuminisme)
Filsafat Isyraqiyyah atau iluminisme adalah sebuah pemikiran filosofis yang dasar
epistemologinya adalah hati atau intuisi. Secara prosedural, logika yang dibangun adalah sama
dengan logika emanasi dalam paripatetisme. Namun secara substansial keduanya mempunyai
perbedaan yang mendasar.
Tokoh pelopor munculnya filsafat iluminatik ini adalah Suhrawardi. Nama lengkapnya adalah
Sihabuddin Yahya ibn Habasy ibn Amirak Abu Alfutuh Suhrawardi. Ia dilahirkan di di kota
kecil, Suhraward, Persia lau pada tahun 549/1154 M. Suhrawardi disebut juga Al-Syaikh Al-
Maqtul, seperti halnya Socrates, ia dibunuh oleh penguasa Islam pada waktu itu karena
pemikiran filsafatnya yang dianggap menentang maenstream pemikiran pada waktu itu.
Filsafat Isyraqiyyah ini pada mulanya digunakan Suhrawardi untuk mengkritik filsafat
peripatetiknya Ibnu Shina. Dalam serangannya yang mungkin paling sengit pada Ibnu Shina,
Suhrawardi menolak secara empatik pandangan Ibnu Shina sebagai filsof Timur (masyriqi).
Dalam pandangan Suhrawardi, filsafat Paripatetik yang diusung oleh Ibnu Shina dan kawan-
kawan tidak layak diklaim sebagai filsafat Timur. Ada perbedaan yang mendasar antara filsafat
paripatetik dengan filsafat Timur. Serangan dan kritik utama Suhrawardi lebih merujuk pada
buku yang berjudul Kararis al-Hikmah, yang dinisbahkan oleh Ibnu Shina sebagai metode
filsafat timur.
Pertama-tama Suhrawardi menegaskan karaguan atas klaim Ibnu Shina bahwa Kararis
didasarkan atas prinsip-prinsip ketimuran. Kemudian, ia melanjutkannya dengan menolak sengit
penegasan Ibn Shina bahwa Kararis merupakan filsafat baru atas dasar sepasang argumen
berikut: Pertama, tidak ada filsafat Timur sebelum Suhrawardi menciptakan filsafat iluminasi.
Kedua, Suhrawardi bersikeras menunjukkan bahwa Kararis sesungguhnya disusun semata-mata
sesuai dengan kaidah-kaidah Peripatetik (qawaid al-masyasya’in) yang sudah mapan, yang
terdiri dari masalah-masalah yang hanya dimasukkan dalam apa yang olehnya dikhususkan
sebagai philosophia generalis (al-hikam al-ammah).
B. Madzhab Isfahan
Filsafat madzhab Isfahan ini lebih dikenal dengan Al-Hikamtul Muta’aliyyah atau fislafat tinggi.
Munculnya madzhab Isfahan ini tak terlepas dari pergelokan politik pada waktu itu. Isfahan
adalah sebuah daerah di daratan Persia. Istilah ini mula-mula dipopulerkan oleh Nasr, Corbin
Asytiyani dan selanjutnya diperluas oleh sarjana-sarjana lainnya. Pendiri madzhab ini adalah Mir
Damad yang kelak melahirkan murid tersohornya: Mulla Shadra sebagai penerus dan
pengembang madzhab Isfahan ini. Oleh karena itu filsafat Hikmah (Al-Hikmatul Muta’aliyyah)
atau mazhab Isfahan ini merupakan fiilsafat yang bermuara pada kedua tokoh guru murid
tersebut.
Madzhab ini muncuk ketika dinasti Shafawiyah mulai memindahkan ibukotanya dari Tibriz,
kemudian ke Qazwin dan terakhir di Isfahan. Pada periode ini, Madzhab Isfahan berhasil
membangun teologi yang kukuh, dan Persia mengalami salah satu periode terbesar dalam
kemakmuran politik dan materialnya. Namun pada perjalanan selanjutnya, dalam usaha yang tak
kenal untuk memperkuat legitimasi kekuasaannya dinasti shafawiyyah membutuhkan ahli fiqh
dan para ahli Syi’ah dogmatis. Ini belum lagi para pengkhutbah dan para ulama yang ditugaskan
untuk menyebarluaskan idiologi negara.
Inti madzhab isfahan ini adalah upaya untuk menyatukan kekuatan yang beragam dan
bertentangan dalam sejarah intelektual Islam ke dalam kesatuan epistemologis dan ontologis
yang selaras. Hingga puncak gerakan ini pada diri Mulla Shadra As-Syirazi, upaya-upaya Mir
Damad haruslah dianggap sebagai kerangka persiapan..
Pada mulanya terdapat beragam pertentangan intelelektual Islam. Satu sisi ada kelompok filsafat,
kemudian kaum sufistik dan dogmatikawan Syi’ah. Ketiga kelompok ini memunculkan
pandangan yang berbeda sehingga berpotensi menimbulkan perpecahan. Hal ini terutama para
doktrinal Syi’ah yang didukung oleh penguasa Shafawiyyah hendak membabat habis para filsof.
Praktik filsafat yang diupayakan oleh para filsof Persia dianggap sebagai amalan berbahaya dan
mempunyai resiko bahaya bagi mereka sendiri.
Hal ini mempengaruhi terhadap kebijakan politik Bani shafawiyyah. Penguasa shafawiyyah tidak
mengalokasikan anggaran untuk studi filsafat. Hal ini diperparah dengan serangan yang keras
dari para dogmatikawan Syi’ah. Mereka menilai negatif para filsof dengan menganggap bahwa
para filsof adalah orang-orang kafir dan menghina Tuhan. Tantangan yang hendak dipenuhi oleh
madzhab Isfahan adalah mengawinkan semua diskursus yang beragam dan bertentangan
mengenai pemhaman yang sah yang secara historis telah mengkotak-kotakan kaum muslimin
dan selanjutnya menempatkan Syi’ah yang memimpin semua itu. Butir-butir penting sisinya
bukan hanya membuat tradisi filsafat madzhab peripatetik dan ilumininsme, melainkan juga
gnosis versi Ibnu Arabi san Syai’ah periode pasca Ghaibah.
Terilhami oleh cita-cita itu, Mulla Shadra, sebagai murid kaliber Mir Damad, kemudian
mengembangkan filsafat yang revolusioner dan ambisius dalam upaya membuat sintesis yang
menyeluruh, bukan hanya antara orientasi-orientasi beragam dalam tradisi paripatetik dan
illuminisme Islam, melainkan yang lebih mendasar lagi, mengkoordinasikan sintesis yang sulit
itu dengan dioktrin gnosis dan doktrin fiqh Syi’ah. Filsafat ini secara umum bertumpu pada tiga
teori yaitu kesatuan wujud (wahdatul wujud), keutamaan wujud (ashalatul wujud), gerak
substansial (alkharokatul jauhuhariyyah) dan kemanunggalan yang menmgetahui dan diketahui
(ittihad al-‘aqil wa ma’qul). Filsafat ini berusaha menjembatani antara paradigma rasional
empiristik dengan spiritual –mistik. Oleh karena itu, titik tolak dari seluruh bangunan filsafat
Isfahan ini adalah konsep Ada (wujud). Jadi obyek material filsafat ini yang paling pokok adalah
Being atau Ada.
Sebelumnya, ketika masih di tangan Mir Damad filsafat ini berpijak pada keberhasilan
berkelanjutan diskursus-diskursus Paripatetik (rasionalistik-aristotelian) dan iluminisme
(spiritual) yang dominan dalam jagat diskurusus filsafat Islam di masa Ibnu Shina dan
suharawardi. Baik Mir Damad maupun Mulla Shadra mencela praktik spiritual-sufistik hingga
melalaikan rasio dan juga sebaliknya para ahli fiqh yang dogmatis. Bahkan Mulla Shadra
mengecam keras kaum sufi yang mabuk maupun para fiqh yang literalis.
2. ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN BARAT
1.Tipologi strukturalisme. Tipologi ini memusatkan perhatiannya pada masyarakat sebagai
sistem, di mana fenomena-fenommena tertentu menggambarkan ―suatu kenyataan sosial yang
menyeluruh.‖, atau pada landasan epistemologi (canguilhen) akan menggeser inti bahasan dari
pemikiran esensialis tentang masyarakat dan pengetahuan kepada wacana yang melihatnya
sebagai ciri-ciri struktural fenomena ini, baik ciri differensial atau pun relasional. Oleh sebab itu,
sejarah ilmu tidak lagi merupakan ungkapan pemikiran; akan tetapi, melalui suatu konfigurasi
epistemologis, sejarah membangun kerangka intelektual dengan maksud memaham pemikiran
ini. Selain itu, perubahan empiris masa kini dari masyarakat atau individu bisa mengubah makna
masa lalu. Masa lalu tidak bisa dipahami melalui pengertian yang dimilikinya sendiri sebab di
era sekarang, masa lalu itu dipahami dengan menggunakan pengertian-pengertian masa sekarang.

Tipologi ini diwakili oleh Gaston Bachelard, seorang ahli epistemologi, ahli filsafat ilmu dan
teoritisasi tentang imajinasi. Dia adalah tokoh kunci dari generasi strukturalis dan post-
srukturalis di era sesudah perang. George Canguilhem, pelopor sebuah filsafat pengetahuan,
rasionalitas dan tentang konsep-filsafat dengan landasan yang lebih kental. Menurut Foucault, di
sisi lain, pemikir berkarakter rendah hati dan low profil ini sangat memiliki pengaruh pada
pendekatan struktural terhadap sejarah, marxisme dan psikoanalis.

Selanjutnya, bapak psikoanalis, Sigmund Freud (1856-1939 M.) merupakan sosok yang amat
kontroversial dengan hipotesanya yang amat mengerikan. Khususnya bagi kaum teolog- yang
melihat frued hanya sebagai ateis, materialis dan pan-sexualis. Meskipun begitu, dunia berhutang
atas kecermelangannya dalam menemukan psikoanalis melalui analisis terhadap gejala-gejala,
yang sampai pada saat itu (masa hidup frued), dianggap sebagai hal yang teranalis seperti mimpi
dan selip lidah (igau).
Selain para pemikir di atas, masih dapat kita jumpai para pemikir semisal al-Thuser (1918-1990
M.), Pierre Bourdieu (1930-1982 M.), Jacques Lacan (1901 M.), dan masih banyak lagi tokoh
structuralis lainnya.
Tipologi kedua, Post-Strukturalisme. Pada fase ini, pemikiran diwarnai dengan varietas
pemahaman dalam berbagai segi, sekaligus meninjau tulisan sebagai sumber subjektivitas dan
kultur yang bersifat paradoks, yang sebelumnya merupakan hal yang bersifat sekunder.
Ketidakpuasan Sausure akan pra-anggapan tertentu tentang subjektifitas dan bahasa (misalnya,
pengutamaan wicara dibanding dengan tulisan) menuntut akan munculnya pemikiran ini.
Tentang ―Yang lain‖ dan hubungan antara subjek dan objek, mendapat posisi tersendiri dalam
post-strukturalisme yang notabene-nya terwarisi oleh konsep Nietzche (1844-1900 M.) sebagai
salah satu orang yang mewakili tipologi post-structural, seorang filsuf destruktif. Dengan bangga
ia menyebut filsafatnya sebagai filsafat destruktif. Seolah orang yang sedang kesurupan.
Nietzche mengkritik habis hampir semua relief-relief kebudayaan barat. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika selama bertahun-tahun orang bersikap sinis terhadap tulisan-tulisan Nietzche.
Dengan menawarkan beberapa konsep idealisme; nihilisme, kehendak untuk berkuasa,
ubermenech dan kembalinya segala sesuatu, bagi Nietzche, prinsip yang diusulkan sebagai suatu
kebenaran koheren dan mendasar, beraneka ragam fakta serta penampilannya adalah bersifat
idealis. Dalam tataran skema menurut Nietzche, segala sesuatu-baik dalam bentuk redaksionisme
suatu esensi maupun teleology. tujuan akan bermuatkan sebentuk idealisme.
2. Pragmatisme
Prgmatisme mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang akibat-akibatnya bermanfaat secara
praktis. Kebenaran mistis diterima, asal bermanfaat praktis. Populer di Amerika. Tokohnya
William James dan John Dewey.
3. Vitalisme
Vitalisme berpandangan bahwa kegiatan organisme hidup digerakkan oleh daya atau prinsip vital
yang berbeda dengan daya-daya fisik. Tokohnya Henri Bergson.
4. Fenomenologi
Fenomenologi adalah aliran yang membicarakan fenomena atau segalanya sejauh mereka
tampak. Tokohnya Max Scheler.
5. Eksistensialisme
Eksistensialisme memandang segala gejala denga berpangkal pada eksistensi. Eksistensi adalah
cara berada di dunia. Eksistensi mendahului esensi. Bungkus mendahului isi. Tokohnya Jean
Paul Sartre.
6. Filsafat Analitis
Filsafat analitis disebut juga filsafat bahasa. Para penganutnya menyibukkan diri denga analisa
bahasa dan konsep-konsep. Tokohnya Bertrand Russel.
7. Strukturalisme
Strukturalisme pada dasarnya menegaskan bahwa masyarakat dan kebudayaan memiliki struktur
yang sama dan tetap. Mereka menyibukkan diri dengan struktur-struktur tersebut. Tokohnya,
Michel Faucoult.
8. Postmodernisme
Postmodernisme adalah reaksi dari modernisme. Postmodern mengakui relativisme, dan
pluralisme. Tokohnya, Jacques Derrida.
BAB I PENUTUP

Demikian makalah tentang‖ Aliran-aliran filsafat pendidikan barat dan islam, semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua.

referensi:
http://fosmake.blogspot.com/2008/06/filsafat-kontemporer-di-barat-dan-islam.html
http://moxeeb.wordpress.com/2008/11/20/aliran-aliran-dalam-filsafat-islam/
http://uhangdusun.blogspot.com/2009/06/pengetian-dan-aliran-filsafat.htm
http://www.sukses-gratis.co.cc/2010/09/filsafat-kontemporer-di-barat-dan-islam.html

Anda mungkin juga menyukai