1
yaitu pangan. Peran tersebut menyebabkan beberapa perempuan mengambil
beberapa alternatif, seperti: pengurangan jumlah makanan, menunda kebutuhan
lain seperti pendidikan dan kesehatan, berusaha bekerja untuk menambah
penghasilan, dan mengolah bahan pangan alternatif bagi keluarganya. Selain itu,
ketidaksetaraan relasi gender di dalam masyarakat dan khususnya dalam
keluarga di mana perempuan lebih banyak berperan melayani kebutuhan semua
keluarga, menyebabkan perempuan mengkonsumsi bahan pangan paling sedikit
dibanding anggota keluarga lainnya. Beberapa solusi yang diambil seringkali
menyebabkan kondisi keluarga miskin menjadi semakin buruk, misalnya gizi
buruk pada anak dan ibu hamil, anak putus sekolah, depresi, bahkan dapat
berujung kematian.
- Dalam konteks sumber daya alam dan lingkungan hidup, pola pembangunan
yang mengurangi, dengan skala lebih cepat daripada kemampuan melestarikan
2
keanekaragaman hayati dan keanekaragaman budaya menyebabkan kerusakan
lingkungan yang berkelanjutan. Hal ini tentu saja menyebabkan pemiskinan dan
bencana alam. Bersama dengan pemanasan global dan perubahan iklim akibat
kerusakan lingkungan, perempuan mengalami dampak yang lebih hebat
dibanding laki-laki. Salah satu contoh adalah kelangkaan air bersih dan bahan
bakar, yang telah berkontribusi menambah beban waktu dan tenaga bagi
perempuan, utamanya perempuan miskin. Contoh lainnya adalah pengolahan
sampah dan limbah yang tidak bertanggungjawab, terutama yang terjadi di
rumah tangga miskin, menambah peluang perempuan terpapar pada berbagai
penyakit yang tidak mampu diobati.
3
Education and Health
4
- Dari aspek disparitas gender di capaian bidang pendidikan dan kesehatan,
perempuan masih tertinggal dari laki-laki hampir di seluruh tingkatan pendidikan,
terutama di tingkat menengah ke atas, dan masih banyak masalah-masalah
kesehatan perempuan dan anak yang off track. Hal tersebut antara lain
dipengaruhi oleh faktor sosial budaya. Oleh karena itu, rekayasa sosial dalam
rangka mengubah mind set masyarakat tentang peran dan relasi laki-laki dan
perempuan serta pemenuhan hak pendidikan dan kesehatan bagi perempuan
dan anak perempuan perlu diupayakan mengingat beberapa nilai sosial budaya
yang mengakar di masyarakat menyebabkan perempuan dan anak perempuan
belum seluruhnya memperoleh hak atas pendidikan yang setara dengan laki-laki
dan hak kesehatan, khususnya hak kesehatan reproduksi.
- MDGs menetapkan dua tujuan (ke-4 dan ke-5), untuk mengukur pencapaian
pembangunan di bidang kesehatan. Target yang ditetapkan adalah menurunkan
angka kematian balita sebesar dua-pertiga dan angka kematian ibu (AKI)
sebesar tiga-perempat dalam kurun waktu 1990-2015. Angka kematian bayi
(AKB) berhasil diturunkan dari 68 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1992
menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003 (Bappenas, 2007).
Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian Indonesia on track dengan target yang
ditetapkan MDGs. Kondisi yang berlawanan terjadi pada target pemerintah untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 1994 mencatat angka kematian ibu sebesar 390 per 100.000
kelahiran hidup. Namun pada tahun 2002-2003 AKI hanya mampu diturunkan
menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk memenuhi target MDGs, maka
pada tahun 2015 Indonesia harus mampu menurunkan AKI menjadi 102. Angka
tersebut merupakan target yang sangat ambisius bagi Indonesia mengingat
dalam kurun waktu 9 tahun dari tahun 1994 sampai dengan 2002-2003,
Indonesia hanya mampu menurunkan AKI sebesar 83 per 100.000 kelahiran
hidup. Indonesia masih memerlukan komitmen tinggi dan kerja keras semua
pihak, pemerintah dan masyarakat untuk mampu mencapai angka yang
ditargetkan dalam MDGs.
- Kematian ibu dalam proses kehamilan dan melahirkan serta kematian bayi dan
balita dipengaruhi oleh banyak faktor di luar fasilitas kesehatan. Status gizi
selama ibu hamil, kekerasan dan eksploitasi, beban majemuk akibat pembakuan
peran gender, dan nilai sosial budaya adalah beberapa faktor yang secara
empirik terbukti berkontribusi pada tingginya angka kematian ibu dan bayi. Oleh
karena itu, tindakan preventif adalah upaya strategis untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang dapat diambil adalah
meningkatkan status kesehatan penduduk di seluruh kelompok umur (life cycle-
based approach) dengan memperhatikan isu-isu kontemporer yang berkembang
dan kerentanan terhadap penyakit-penyakit baru atau re-emerging diseases. Hal
5
ini akan menghemat lebih banyak sumberdaya, sehingga investasi pemerintah
dapat diarahkan pada upaya-upaya lain, seperti menciptakan tenaga kerja yang
handal, kompetitif, dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Environmental Sustainability