Bab Vi
Bab Vi
PEMBAHASAN
Menuju Sehat). Dari pencatatan yang rutin tersebut dapat terlihat berat badannya
naik atau tidak naik dengan cara melihat perkembangannya dari garis
pertumbuhannya. Manfaat penimbangan pada balita setiap bulan di Posyandu
lainnya antara lain untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat, mengetahui dan
mencegah gangguan pertumbuhan balita, mengetahui balita yang sakit (demam,
batuk, pilek, diare), berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang
berat badannya BGM (Bawah Garis Merah) yang dicurigai gizi buruk sehingga
dapat segera dirujuk ke Puskesmas, mengetahui kelengkapan imunisasi, dan
mendapatkan penyuluhan gizi.18
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 85% rumah tangga membawa
bayi dan balitanya timbang setiap bulan di Posyandu. Hal ini disebabkan karena
Posyandu di wilayah ini aktif melaksanakan pelayanan penimbangan bayi dan
balita sekali dalam sebulan dan dicatat KMS, terbukti dengan Posyandu ini diberi
penghargaan Posyandu terbaik. Dan dari data Puskesmas Sempaja didaerah ini
tidak didapatkan balita yang menderita gizi buruk.
cacing, penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), flu burung.
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit,
jila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan
cepat masuk kedalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat
membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan
kuman masih tertinggal di tangan. Sedangkan frekuensi dan waktu yang tepat
untuk mencuci tangan adalah setiap kali tangan kita kotor yaitu setelah memegang
uang, setelah memegang hewan, setelah berkebun, setelah buang air besar, setelah
menceboki bayi atau anak, sebelum makan dan menyuapi anak, sebelum
memegang makanan, sebelum menyusui bayi, dan lain-lain.18
Dari teori diatas dan dihubungkan dengan hasil penelitian bahwa
kesadaran untuk mencuci tangan dengan air bersih sudah cukup tinggi. Disini
dapat dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa sebesar 95% anggota rumah
tangga sudah mencuci tangan. Kebiasaan mencuci tangan dengan air mengalir dan
sabun merupakan suatu perilaku yang penting dalam mencegah terjadinya
penyakit.
jentik di penampungan air. Selain itu pendapatan yang kurang sebagai petani yang
membuat mereka terus bekerja tanpa mengenal waktu membuat masyarakat RT
06 mengabaikan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan tempat tinggalnya
salah satunya melaksanakan PSN.
Mungkin perlu diadakan penyuluhan mengenai pentingnya cara (menutup
tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang bias menampung
air dan menguras bak mandi, serta memantau) serta risiko penyakit yang dapat
ditimbulkan karena nyamuk, membuat jadwal satu minggu sekali untuk
membersihkan rumah masing-masing dan kerja bakti warga di lingkungan sekitar,
serta pembagian bubuk abate kepada warga yang masih belum terbebas dari jentik
dapat semakin mengurangi rumah tangga yang penampungan airnya terdapat
jentik.21
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Anton Sitio (2008) yang
menyatakan bahwa responden dengan pendidikan memadai (min SMA)
sebanyak 63,5% yang di anggap cukup memahami dan melaksanakan
pemberantasan sarang nyamuk. Sedangkan sebanyak 16 orang (20,8%) responden
dianggap tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang PSN namun
pengetahuan ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap kejadian
DBD.21
dan tidur yang cukup agar kesehatan tetap terjaga, pentingnya makan dengan
jumlah cukup dengan gizi seimbang, dan member pengertian bahwa makanan
bergizi tidak mesti mahal.22
Hasil penelitian ini tidak dapat menggambarkan kecukupan gizi secara
umum masyarakat RT. 06. Meski sebagian besar rutin mengkonsumsi buah dan
sayur, tetapi perlu dikaji lagi bagaimana pola pemenuhan konsumsi sumber
pangan lain (seperti protein hewani). Sehingga hasil penelitian ini memperlihatkan
hasil lebih baik dibanding penelitian dari Mapandin (2006) yang menyatakan
pekerjaan kepala keluarga dan ibu rumah tangga berpengaruh terhadap konsumsi
makanan pokok dan tambahan (seperti buah dan sayur) pada rumah tangga
dimana kepala rumah tangga yang bekerja sebagai pegawai pemerintahan jauh
lebih sering mengkonsumsi buah dan sayur 77,9% dibandingkan pada rumah
tangga dengan kepala rumah tangga yang bekerja sebagai petani 2,6%. Hasil
penelitian ini sejalan dengan yang dikemukakan Tejasari (2002) bahwa faktor
jenis pekerjaan kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga berpengaruh nyata
terhadap skor mutu konsumsi makanan rumah tangga.23
Pernyataan Tejasari ini diperkuat oleh pernyataan Apriadji (1996)
dimana upaya pemenuhan konsumsi makanan yang bergizi seperti sayur dan buah
berkaitan erat dengan daya beli rumah tangga. Pengetahuan gizi memegang
peranan sangat penting dalam menggunakan makanan dengan tepat, sehingga
dapat tercapai keadaan dan status gizi yang baik.24
dan aktivitas fisik dianggap sebagai olahraga rutin yang murah meriah dan
bermafaat.