DEFINISI
Tinea Cruris adalah dermatofitosis pada sela paha, perineum dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsun seumur hidup
ETIOLOGI
Jamur dermatofita yang sering ditemukan pada kasus tinea kruris adalah, E.Floccosum, T. Rubrum, dan T. Mentagrophytes. Tinea kruris biasanya timbul akibat penjalaran infeksi dari bagian tubuh lain. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak langsung melalui benda yang mengandung jamur
EPIDERMIOLOGI
Pria lebih sering terkena daripada wanita Paling banyak di daerah tropis Sering terjadi pada orang yang kurang memperhatikan kebersihan diri atau lingkungan sekitar yang kotor dan lembab
PATOFISIOLOGI
Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum korneum Hifa akan berkolonisasi didalam jaringan keratin yang mati. Dan menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan.
Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan.
PEMERIKSAAN
Anam
KU : rasa gatal yang hebat, semakin meningkat jika banyak berkeringat. RPD : diabetes mellitus RKP : Pasien berada pada tempat yang beriklim agak lembab, memakai pakaian ketat, bertukar pakaian dengan orang lain, aktif berolahraga
Fisik Efloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan sekunder. Makula eritematosa, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau pustula. Jika kronis atau menahun maka efloresensi yang tampak hanya makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi. Garukan kronis dapat menimbulkan gambaran likenifikasi.
Penunjang
Pemeriksaan dengan sediaan basah Pemeriksaan kultur identifikasi jamur Punch biopsi Penggunaan lampu wood untuk menyingkirkan adanya eritrasma dimana akan tampak floresensi merah bata
PENATALAKSANAAN
1. Obat topikal Merupakan pilihan utama. Seperti obat-obat klasik 2. Obat sistemik Obat yang dipakai antara lain griseofulvin, ketokonazol, itrakonazol, flukonazol serta terbinafin derivat imidazol, dan derivat alilamin
Pengobatan sistemik hanya diberikan atas indikasi tertentu misalnya lesi yang luas atau reclacitrant karena pemakaian obat topikal saja sudah cukup efektif.