1
REFERENSI
List PH and Schmidt PC, 1989,
Phytopharmaceutical Technology, CRC
Press, Boston
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2000, Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Harbone,J.B., 1984, Metode Fitokimia:
Penuntun cara modern menganalisis
tumbuhan, Penerbit ITB, Bandung
2
ALUR PENCARIAN B. AKTIF DARI TUMBUHAN
Tumbuhan
….?? Simplisia
? (Skrining fitokimia, Ekstraksi)
Ekstrak
(Uji biaktivitas, Separasi)
Fraksi
(Uji biaktivitas, Pemurnian)
Isolat
(Uji biaktivitas, Identifikasi) 3
EKSTRAKSI
Macam-Macam Ekstrak
– EKSTRAK TOTAL
– EKSTRAK PARSIAL
4
FAKTOR2 YANG BERPENGARUH
• Bahan Awal
• Pelarut (Menstruum)
• Cara/Metode
5
Bahan Awal
SEGAR KERING
BUAH/FRUCTUS
DAUN/FOLIUM
BIJI/SEMEN
HERBA
BATANG/CAULIS
RIMPANG/RHIZOMA
KULIT KAYU/KORTEKS
KAYU/LIGNUM
6
PELARUT
Selektifitas
Mudah penanganannya
Ekonomis
Ramah Lingkungan
7
JENIS-JENIS PELARUT
Ais
Hidrokarbon alifatis (PE,heksan)
Kloro hidrokarbon (Diklormetan,
Triklormetan)
Alkohol (Etanol, metanol,
isopropanol)
Asam karboksilat
Ester
Ether
Minyak
8
METODE EKSTRAKSI
3 Metode Ekstraksi
Proses yang menghasilkan keseimbangan
konsentrasi antara larutan dan residu
padat
Contoh : Maserasi, digesti, ultrasonic
extraction, dll
Proses Ekstraksi seksama/menyeluruh
Contoh : Perkolasi, Countercurrent
extraction.
Ekstraksi dengan Gas superkritis
PHYTOPHARMACEUTICAL TECHNOLOGY 9
METODE EKSTRAKSI
Digestion
Vortical (Turbo) Extraction
Ultrasound extraction
Extraction by Electrical Energy
11
MACERATION
Penyarian dengan menggunakan pelarut beberapa hari
(5 hari) dengan pengadukan (tidak kontinu)
Sesuai untuk bahan aktif yang mudah larut dalam
cairan penyari
Simplisia yang mengandung musilago dan bahan lain
yan mudah mengambang.
(+) Cara pengerjaan dan peralatan sangat
sederhana dan mudah
(-) Pengerjaan lama dan penyarian kurang
sempurna
Kinetic Maceration: Maserasi dengan pengadukan
konstan dan kontinu
Digesti : Maserasi dengan pemanasan (40-50 C)
12
VORTICAL (TURBO) EXTRACTION
13
ULTRASOUND EXTRACTION
Penyarian dengan menggunakan
gelombang suara (ultrasonik, Frek >
20 hz)
Prinsip
Meningkatkan permeabilitas
dinding sel
Membentuk cavity ( lubang-lubang)
Meningkatkan tekanan mekanik
Dapat menyebabkan rusaknya
bahan aktif akibat oksidasi
Ekstrak dapat tercemar oleh trace
metal
High Energy Cost untuk
penggunaan large scale
14
Extraction by Electrical Energy
15
Proses Ekstraksi Seksama/Menyeluruh
16
PENGUAPAN/PEMEKATAN EKSTRAK
Rotary evaporator
(pelarut organik, Air
sulit)
Ekstrak kental
Kondensor
Labu destilasi 17
Pengatur suhu dan kecepatan
PRINSIP KERJA ROTAVAPOR
18
SEPARATION
19
Methods of Separation
Extraction
– washing clothes
Crystallization
– drugs
Destillation
– moonshine
Chromatography
20
Solvent Extraction
Extraction: transfer of a solute from
one phase to another.
Can use most any combination of
phases (solid, liquid, gas, supercritical
fluid)
Solvent extractions use two immiscible
liquids.
– Typically aqueous/organic solvent
21
Solvent Extraction
add second
immiscible
solvent
shake
23
KROMATOGRAFI
24
Klasifikasi Metode Kromatografi
CH RO M ATO G RAPHY
GAS SFC L IQ U ID
GSC G LC C o lu m n P la n a r
GPC G FC
25
Kromatografi yang sering digunakan
Kromatografi Kertas
Kromatografi Lapis Tipis
KCKT
KGC
26
Pemilihan metode kromatografi didasarkan:
– Sifat Kelarutan
– Sifat keatsirian
Kromatografi Kertas:
– Mudah larut dlm air (Karbohidrat, asam amino,
senyawa fenolat, asam organik, basa asam
nukleat
KLT:
– Mudah larut lm lipid (Lipid, steroid, karotenoid,
klorofil)
KGC
– Mudah teratsirikan (Minyak atsiri, monoterpena,
sesquiterpena, asam lemak)
KCKT
– Sulit teratsirikan
27
Kromatografi Kertas
28
Prinsip : Partisi dua fase
Semakin banyak air migrasi semakin
lambat
Semakin panyak pelarut organik migrasi
semakin cepat (Rf tinggi)
29
Prosedur :
Pemilihan eluen(pelarut pengembang)
– Eluasi sampel dengan berbagai eluen
– Pilih yang bisa memisahkan senyawa tersebut
Fraksinasi dengan kromatografi kertas
– Ekstrak yang akan ditotolkan ditotolkan berupa garis
– Jangan lupa di keringkan dengan hair dyer
– Eluasi dengan eluen terpilih (bisa bidimensional)
– Amati noda
– Ambil noda yang diinginkan dengan memotong kertas
– Ekatraksi dengan pelarut yg sesuai
30
Contoh: Isolasi Flavonoid
32
KROMATOGRAFI KOLOM
Kolom konvensional elusi berdasarkan
gaya gravitasi
Kromatografi Cepat Vacum Liquid
Chromatography
– Eluasi dengan bantuan pompa
– Eluasi bisa secara gradien
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
– Volume injeksi >> besar
– Kolom juga jauh lebih besar dan panjang
– Eluat dapat ditampung
33
Contoh Separasi dengan Kromatografi Kolom
34
Prosedur
Pemilihan Eluen untuk Fraksinasi
Standar kurkumin dan ekstrak kurkuminoid yang
telah dicuci dilarutkan dalam etanol 96% dan
ditotolkan 2-5µl pada lempeng KLT. Lempeng KLT
selanjutnya dieluasi dengan menggunakan eluen
yang sesuai di dalam bak kromatografi sampai
batas yang ditentukan. Amatilah lempeng pada
lampu UV 254 nm dan 365 nm. Eluen dipilih
apabila ekstrak kurkuminoid yang ditotolkan
terpisah menjadi 3 noda yaitu kurkumin,
bisdemetoksi kurkumin dan desmetoksi kurkumin.
Lihat gambar dibawah ini.
35
36
Fraksinasi dengan Kromatografi Kolom
Langkah-langkah untuk fraksinasi dengan
kromatografi kolom adalah sebagai berikut:
– Silika gel sebanyak 75 kali bobot ekstrak kurkuminoid
dimasukkan dalam Erlenmeyer dan ditambahkan
dengan eluen ± 2 cm diatas permukaan silika gel,
dikocok pelan hingga merata dan masukkan dengan
hati-hati ke dalam kolom kromatografi yang pada bagian
bawahnya telah diberi glass wool. Kolom tersebut
kemudian didiamkan selama 1 hari untuk memampatkan
dan melihat ada tidaknya keretakan (lihat gambar
dibawah ini).
37
Apabila kolom tidak retak, tambahkan eluen 0,5 cm
diatas permukaan silika gel dan bila retak ulangi
langkah a. Kemudian ke dalam kolom ditambahkan
ekstrak kurkuminoid (1% bobot silika) yang telah
dicampur dengan silika gel.
Alirkan eluen dan tampung sebanyak ± 50 ml dalam
Erlenmeyer (eluen ini belum membawa zat kimia
tanaman sehingga dapat dibuang). Selanjutnya kran
dibuka dan diatur penetesannya (1 tetes/detik) dan
ditampung dalam vial atau tabung yang telah diberi
nomor masing-masing vial 5 ml (lihat gambar dibawah
ini).
Pada setiap vial dengan
kelipatan 10 dilakukan uji
KLT untuk melihat noda
yang dihasilkan. Apabila
menghasilkan noda yang
sama vial-vial tersebut
digabung. Penetesan
dihentikan apabila vial sudah
tidak memberikan noda saat
diuji KLT.
38
PEMURNIAN
Metode pemurnian:
Rekristalisasi
Sublimasi
Kromatografi
39
IDENTIFIKASI ISOLAT
Spektroskopi UV/Vis
Spektroskopi IR
Spektroskopi Massa
Spektroskopi Resonansi Magnetik
Nuklir
40
Spektrometri UV/Vis
41