Anda di halaman 1dari 47

1

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang

Plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup melayang di perairan,mempunyai gerak sedikit sehingga mudah terbawa arus, artinya biota ini tidak dapat melawan arus. Mikroorganisme ini baik dari segi jumlah dan jenisnya sangat banyak dan sangat beranekaragam serta sangat padat. Selanjutnya diketahui bahwa plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan (food chain) dan jaringan makanan (food

web). Mereka menjadi pakan bagi sejumlah konsumen dalam sistem rantai
makanan dan jaring makanan tersebut (Ferianti, 2007). Berdasarkan habitatnya plankton ditemui hidup di perairan, baik di sungai, danau, waduk, maupun di perairan payau dan laut. Plankton ini ada yang bergerak aktif sendiri seperti hewan yang disebut dengan zooplankton (plankton hewan), dan ada juga plankton yang dapat berfotosintesis seperti tumbuhan di darat, kelompok ini disebut dengan fitoplankton (plankton nabati) (Ferianti, 2007). Ukuran plankton sangat beraneka ragam dari yang terkecil yang disebut

ultraplankton ukurannya < 0.005 mm atau 5 mikron, seperti bakteri dan diatom
kecil, sampai nanoplankton yang berukuran 60-70 mikron. Nanoplankton terlalu kecil untuk dikumpulkan dengan jaring plankton biasa dan hanya dapat dikumpulkan dengan cara mengambil jumlah besar air laut (Kasijan dkk,2004). Plankton umumnya berukuran sangat kecil dan jumlahnya banyak, oleh karena itu pengambilan sample plankton harus dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat menyaring air sedemikian rupa sehingga plankton yang tersaring cukup jumlahnya untuk dianalisis.Untuk keperluan ini alat khusus yang biasa digunakan adalah jaring plankton atau plankton net. Setiap mata jaring yang digunakan ukurannya (mesh-size) harus berbeda, tergantung dari plankton yang akan dikumpulkan, apakah itu fitoplankton atau zooplankton. Jika yang diinginkan fitoplankton,maka ukuran mata jaring harus kecil, sedemikian sebaliknya untuk zooplankton. Sample plankton yang didapat dapat diawetkan dengan menggunakan formalin dan disimpan didalam suhu yang rendah (Kasijan dkk, 2004).

Fitoplankton adalah mikroorganisme nabati yang hidup melayang di dalam air, relatif tidak memiliki daya gerak sehingga keberadaanya dipengaruhi oleh gerakan air, serta mampu berfotosintesis. Kemampuan fitoplankton melakukan fotosintesis karena sel tubuhnya mengandung klorofil. Klorofil berfungsi untuk mengubah zat anorganik menjadi zat organic dengan bantuan sinar matahari. Zat anorganik yang dihasilkan dipergunakan untuk kebutuhan dirinya sendiri dan untuk kebutuhan organisme air lainnya (Kasijan dkk, 2004). Salah satu sifat khas fitoplankton adalah dapat berkembang secara berlipat ganda dalam jangka waktu yang relatif singkat, tumbuh dengan kerapatan tinggi, melimpah dan terhampar luas. Kelimpahan fitoplankton yang terkandung didalam air laut akan menentukan kesuburan suatu perairan. Oleh karena itu, fitoplankton dapat digunakan sebagai jenis bio-indikator dari kondisi lingkungan perairan (Juwana, 2004). Zooplankton yang hidup di laut sangat beraneka ragam, yang terdiri atas berbagai bentuk larva dan bentuk dewasa yang dimiliki hampir seluruh filum hewan. Namun yang paling menonjol adalah Crustacea planktonik. Apabila ditinjau dari aspek ekologis, anggota crustacean yang paling penting adalah copepoda (Juwana, 2004). 1.2 Tujuan Bio-indikator dalam menentukan kesuburan dalam suatu perairan dapat dilihat dari ada atau tidak adanya plankton yang hidup dalam perairan tersebut. Sehingga tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Mengenal dan mempelajari struktur komunitas plankton perairan umum


(tawar, payau, asin, tambak, pollder, pemancingan umum, sungai tercemar tergantung ketersedian lokasi);

2. Menerapkan teknik pengambilan sample plankton secara pasif di


beberapa badan air (danau, pengelolaan muara, sample pesisir, sungai-tergantung (pengambilan, ketersedian lokasi);

3. Menerapkan

teknik

plankton

pengawetan, penyimpanan di lapangan dan di laboratorium);

4. Mengamati dan mengidentifikasi sampel plankton yang diperoleh;

5. Menganalisa data yang didapat dari hasil pengamatan untuk mempelajari


kaitan distribusi plankton dengan faktor-faktor lingkungan;

6. Menerapkan teknik penetasan kisat Artemia sp; 7. Mengamati bentuk-bentuk awal perkembangan instar dan nauplius
Artemia;

8. Mempelajari fase-fase perkembangan dalam siklus hidup Artemia; 9. Mengetahui sifat, bentuk, dan morfologi beberapa jenis Fitoplankton dan
Zooplankton. 1.3. Waktu dan Tempat Praktikum Planktonologi ini dilakukan dalam dua acara, yaitu : Acara pertama Acara pertama yang dilakukan adalah pengambilan sampel plankton yang dilakukan pada : Hari, tanggal : Minggu, 27 Maret 2011 Pukul Lokasi : 11.00 WIB : Pantai Marina, Semarang

Acara kedua
Acara kedua yang dilakukan adalah mengamati sifat, bentuk dan morfologi beberapa jenis fitoplankton dan zooplankton serta menganalisa data yang didapat dari hasil pengamatan, dilakukan pada: Hari, tanggal : Jumat, 8 April 2011 Pukul Lokasi : 07.00 WIB : Laboratorium Ilmu-Ilmu Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Acara ketiga dan keempat Acara ketiga dam keempat yang dilakukan adalah mengamati bentuk-bentuk awal perkembangan, pengamatan biakan Artemia sp dan perhitungan hatching rate serta penganatan microalgae dan

Daphnia sp dilakukan pada:

Hari, tanggal : Sabtu , 9 April 2011 Pukul Lokasi : 07.00 WIB : Laboratorium Ilmu-Ilmu Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro

II.
2.1 Sampling Plankton

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Teknik Sampling Plankton Teknik pengambilan sampel plankton dilakukan secara pasif, tidak bergerak dimana pengambilan air sample dilakukan dengan menimba dan menuangkan air sample ke plankton net, yang kemudian sample diambil sesuai dengan volume yang diinginkan. Menurut (Juwana, 2004) teknik pengambilan sampel plankton yang dilakukan secara pasif adalah dengan menggunakan jaring plankton. Cara ini paling banyak digunakan sampai sekarang. Banyak jenis jaring plankton yang digunakan tapi bentuk dasarnya sama, berupa kerucut terdiri dari tiga bagian utama yaitu: Gelang logam berbagai ukuran garis tengah Jaring terbuat dari kain nilon dengan ukuran mata jaring beragam sesuai peruntukkannya dan berbentuk kerucut, bagian dasarnya disambung dengan kain kanvas dan dilingkarkan pada gelang logam yang menjadi mulut jaring

Dan bagian ujungnya disambungkan pada kantung atau tabung pengumpul plankton. Tali penarik jaring diikatkan ke ketiga telinga pada gelang logam.

2.1.2 Teknik Identifikasi Plankton Teknik identifikasi plankton dilakukan dengan cara pengamatan secara kualitatif melalui pencacahan sampel plankton dengan menggunakan Sedwidck Rafter counting Cell, dimana sampel diteteskan dengan menggunakan pipet. Kapasitas Sedwidck Rafter Counting Cell adalah 1ml untuk diamati dengan mikroskop. Pengamatan dilakukan dengan metode zig-zag menggunakan 3 garis pandang ( 1 Sedwidck rafter = 8 garis pandang ) yaitu mengamati bagian atas, tengah, bawah. Selanjutnya diidentifikasi dengan mikroskop dengan perbesaran 10x10 atau 10x45 (Ferianti, 2007).

Dalam mencacah Fitoplankton dihitung persel bukan perrantai (rangkaian) karena rangkaianya mudah putus dan hasil cacahan dinyatakan dalam sel/liter. Pencacahan zooplankton berdasarkan jumlah individu yang terlihat. Kemudian identifikasi jenis plankton dengan menggunakan buku pendoman identifikasi plankton dari literatur atu buku ident palankton yang ada (Ferianti, 2007). Menurut (Ferianti,2007) dalam mengidentifikasi plankton ada lima hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Flagella 2. Warna 3. Dinding sel 4. koloni/soliter 5. bentuk tubuh 2.2 Parameter Fisika 2.2.1 Kecerahan Keberadaan plankton dalam suatu badan periran dipengaruhi oleh faktor fisika,kimia,dan biologi perairan tersebut (Odum,1071). Perkembangan fitoplankton sangat ditentukan oleh intensitas sinar matahari, temperatur,unsur hara, dan tipe komunitas fitoplankton (Rosen, 2003). Kecerahan sangat mempengaruhi keberadaan plankton, karena sinar matahari yang masuk dibutuhkan oleh fitoplankton untuk berfotosintesis dan hasilnya dapat digunakan sendiri dan berguna bagi zooplankton. Kecerahan menanadai kuantitas dari kekeruhan, sehingga interaksi antara kekeruhan dengan kedalaman akan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari sehingga produktivitas palnkton akan menurun (Rosen, 2003). 2.2.2 Kedalaman Produktivitas perairan yang tinggi hanya terjadi pada lapisan perairan bagian atas, dimana terdapat cukup sinar matahari untuk proses sintesis dan produktivitas akan semakin menurun dengan semakin dalamnya perairan, karena intensitas cahaya matahari di lapisan tersebut berkurang (Ramdani, 2006). Kedalam sangat berpengaruh apakah masih ada fitopankton atau tidak, karena fitoplankton sangat membutuhkan sinar matahari untuk berfotosintesis

dan menghasilkan bahan-bahan organik yang nantinya akan digunakan oleh zooplankton dan dirinya sendiri. 2.2.3 . Suhu Suhu sangat mempengaruhi kondisi lingkungan penelitian, karena akan mempengaruhi dalam pendataan, suhu yaing baik berkisar 25C - 32C yaitu suhu daerah tropik. Plankton hidup dipermukaan perairan yang masih memungkinkan cahaya matahari dapat masuk dan membuat suhu udara dan suhu air menjadi hangat (Rosen, 2002). 2.2.4. Salinitas Faktor salinitas dalam perairan sangat berpengaruh terhadap kehidupan plankton air laut karena salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton di perairan air laut. Hal ini disebabkan oleh adanya daya toleransi yang berbeda antar spesies untuk hidup dan tumbuh dalam kisaran salinitas yang berbeda. Perairan di pesisir atau laut memiliki salinits yang cukup tinggi yang membuat banyak plankton hidup disana. Salinitas sangat berpengaruh terhadap habitat hidup plankton (Juwana, 2004).

2.2.5 . Kecepatan Arus


Plankton adalah mikroorganisme yang hidupnya melayang di perairan. Plankton sangat bergatung dengan arus air untuk bergerak. Arus memiliki peranan penting dalam sebaran holoplankton dan meroplankton. Arus biasa yang arahnya tetap dapat membawa larva plankton ke satu arah, dan arus bermanfaat menyebarkan larva atau plankton lainnya ke berbagai arah dari sumbernya (Juwana, 2004). 2.3. Struktur Komunitas 2.3.1 . Kelimpahan Plankton Penentuan kelimpahan plankton dilakukan berdasarkan metode sapuan diatas gelas objek sedgwidck rafter. Kelimpahan plankton dinyatakan secara kuantitatif dalam jumlah sel/liter. Menurut (Ferianti, 2007) kelimpahan plankton dihitumg berdasarkan rumus : N =n x (Vr/Vo) x (1/Vs) Dengan :

N = Jumlah sel per liter n = Jumlah sel yang diamati Vr = Volume air yang tersaring (ml) Vo = Volume air yang diamati (pada sedgwick rafter) (ml) Vs = Volume air yang disaring (L)

2.3.2 . Indeks keanekaragaman Menurut (Maheswara, 2003) indeks ini digunakan untuk mengetahui keanekaragaman jenis biota perairan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung indeks ini adalah persamaan Shanon-Wiener, yaitu: H = Dengan: H S Pi N Kriteria: H<1 = Komunitas biota tidak stabil atau kualitas air tercemar berat = indeks keragaman jenis = banyaknya jenis =

Pi ln Pi
n =1

ni N

= jumlah total individu

1<H<3 = Stabilitas komunitas biota sedang atau kualitas air tercemar sedang H>3 = Stabilitas komunitas biota dalam kondisi stabil (prima) atau kualitas air bersih

2.3.3. Indeks Keseragaman atau Kemerataan Indeks ini menunjukkan pola sebaran biota, yaitu merata atau tidak. Jika nilai indeks kemerataam relatif tinggi maka keberdaan setiap jenis biota diperairan dalam kondisi merata (Ferianti, 2007)

e=

H' H maks

Dengan :
e H S
maks

= keseragaman jenis = ln S = jumlah jenis

Nilai indeks berkisar antara 0-1 e = 0, keseragaman antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing- masing spesies sangat jauh berbeda. e = 1, keseragaman antarspesies relatif merata atau relatif sama. 2.3.4 . Indeks Dominasi Menurut (Maheswara, 1997) untuk mengetahui adanya dominasi jenis tertentu diperairan dapat digunakan indeks dominasi Simpson dengan persamaan berikut : D = (ni/N)2 Dimana : D = Indeks dominasi simpson ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu Indeks dominasi antara 0-1 D=0 , berarti tidak terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas dalam keadaan stabil. D=1 , berarti terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas labil, karena terjadi tekanan ekologis.

2.3. Kultur Artemia


2.4.1 . Siklus Hidup Artemia

Artemia adalah salah satu jenis crustacea tingkat rendah yang termasuk
kedalam Kingdom Animalia, filum Arthropoda, bangsa Anostraca, suku Artemidae, marga Artemia, dan Jenisnya Artemia salina. Artemia mengalami beberapa fase dalam daur hidupnya yakni :

Kista : kista setelah dimasukkan dalam air laut (5%-70%). Akan mengalami
hidrasi berbentuk bulat dan didalamnya terjadi metabolisme embrio yang

10

aktif. Sekitar 24 jam kemudian cangkang kista pecah dan muncul embrio yang masih dibungkus oleh selaput.

Nauplius : Beberapa saat setelah embrio muncul,selaput penetasan pecah


dan muncul nauplius yang berenang bebas. Nauplius ini adalah larva stadium instar pertama, berwarna orange kecoklatan karena adanya kandungan kuning telur.

Dewasa : Artemia dewasa dicirikan oleh adanya sepasang mata majemuk


bertangkai, antena sensor, saluran pencernaan dan 11 pasang thoracopoda. Siklus hidup Artemia dipengaruhi oleh suhu dan salinitas sebagai faktor utama. Artemia hanya mampu bertahan pada salinitas tinggi antara 3-300 ppt dengan suhu antara 15-55 C. Waktu yang diperlukan untuk penetasan adalah 15-20 hari dengan suhu 28 C. 2.4.2 . Kultur Artemia Ada dua cara kultur artemia yaitu dengan dekapsulisasi dan penetasan dengan menggunakan kaporit.

2.4. Mikroalga dan Daphnia sp


Menurut (Sardjito, 2001) mikroalga memiliki peranan penting dalam rantai makanan dan jaring makanan dalam sistem kehidupan perairan. Salah satu mikroalga yang paling penting dalam kehidupan periran adalah fitoplankton. Fungsi fitoplankton diperairan sebagai makanan bagi zooplankton dan beberapa jenis ikan serta larva biota yang masih muda, Fitoplankton mengubah zat anorganik menjadi zat organik dan mengoksigenasi air. Beberapa contoh fitiplankton antara lain :

Tetraselmis chuii, berupa organisme hijau motil, lebar 9-10 mm, panjang 1214 mm, dengan 4 flagel yang tumbuh dari sebuah alur pada bagian belakng anterior sel. Sel-selnya bergerak dengan cepat air dan tampak bergoncang pada saat berenang. Ada empat cuping yang memanjang dan memiliki sebuah titik mata yang kemerah-merahan. Organisme ini adalah sumber makan yang paling populer untuk mengkultur rotifer, kerang, dan larva udang.

Spirulina platensis, ganggang renik berwarna hijau kebiruan yang hidupnya


tersebar luas dalam semua ekosistem, mencakup ekosistem darat dan ekosistem perairan yang meliputi tawar, payau, dan air laut.Sel-selnya

11

berbentuk kolom yang membentuk filamen terpilin menyerupai spiral (helix), sehingga disebut alga biru hijau berfilamen. Bentuk tubuhnya menyerupai benang yang merupakan rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan diding sel yang tipis, berdiameter 1-12 mikrometer. Filamen Spirullina sp hidup sendiri dan dapat bergerak dengan bebas.

Chaetoceros calatrans, organisme ini merupakan sel tunggal dan dapat


membentuk rantai menggunkan duri yang saling berhubungan dari sel yang berdekatan. Tubuh utama berbentuk seperti petri dish. Jika dilihat dari samping organisme ini berbentuk persegi dengan panjang 12-14 mm dan lebar 15-17 mm, dengan duri yang menonjol dari bagian pojok. Selnya dapat membentuk rantai sebanyak 10-20 sel dan mencapai panjang 200 mm. Populer sebagai pakan rotifer, kerang-kerangan, tiram,dan larva udang.

Porphydium sp, merupakan organisme seluler berbentuk bola dengan


diameter 7-12 mm. Diklasifikasikan sebagai salah satu spesies alga merah yang sederhana karena organisme ini tidak berreproduksi secara seksual dan memiliki glikogen sebagai penyusun tempat penyimpanan. Alga ini digunakan pada lingkungan budidaya untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat.

Skletonema costatum, Merupakan organisme yang berbentuk membulat yang


dihubungkan oleh untaian silika panjang satu dengan lainnya. Sel individu berukuran lebar 6-10 mm dan panjang 20-25 mm dengan cangkupan filamen mencapai panjang 500 mm berisi sekitar 15-20 sel. Organisme ini ditemukan juga diperairan muara pada salinitas 10 ppt dan merupakan genus plankton yang umum serta digunakan sebagai pakan dalam budidaya.

12

III. MATERI DAN METODE


3.1 Materi Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum planktonologi adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam praktikum planktonologi adalah sebagai berikut : Acara I Teknik Sampling Plankton Tabel 1 Alat yang digunakan pada saat sampling plankton No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Nama Alat Botol plastik Ember Gayung Plankton net Kertas label Termometer air raksa Salinometer Secchi disc Bola arus Stopwatch Ketelitian 20 ml 20 L _ -

Tabel 2 Bahan yang digunakan pada acara sampling plankton No 1. 2. Bahan Plankton (fitoplankton dan zooplankton) Formalin 4% Fungsi Bahan/sampel yang diamati Pengawet sampel

13

Acara II Struktur Komunitas Plankton Tabel 3 Alat yang digunakan pada Praktikum Planktonologi acara II No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Nama Alat Mikroskop Alat pencacah sedgwick rafter Buku identifikasi plankton Gelas penutup Pipet tetes Kalkulator Fungsi Mengamati sampel Menghitung sampel plankton Mengidentifikasi plaknton Menutup sedgwick rafter Mengambil sampel awetan plankton Menghitung hasil pengamatan plankton

Tabel 4 Bahan yang digunakan pada Praktikum Planktonologi acara II No 1. Bahan Sampel awetan plankton Fungsi Bahan yang diamati

Acara III Penetasan dan Kelulusan hidup Artemia sp dalam air laut Tabel 5 Alat yang Digunakan Di praktikum Planktonologi Acara III No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Alat Sedgwick-rafter Mikroskop Termometer Refraktometer Labu ukur Gelas ukur Erlenmeyer Kegunaan Menghitung jumlah plankton Mengamati preparat Mengukur suhu Mengukur salinitas Wadah zat cair Wadah zat cair Wadah pada proses penetasan Wadah larutan Mengambil larutan Menutup preparat

Beaker glass
Pipet tetes panjang

Object glass dan

14

cover Glass
11. 12. 13. 14. 15. 16. Botol plastik jernih Aerator,selang plastik Kantong plastik hitam Lampu duduk 60 Watt Rol kabel Tissue gulung Tempat menyimpan sampel Mengairasi sampel Wadah sampah Sebagai penerangan saat penetasan Menghubungkan arus listrik ke sumber Membersihkan preparat

Tabel 6 Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Planktonologi Acara III No. 1. 2. 3. 4. Alat dan Bahan Air laut Aquades Kista kering Kegunaan Sebagai media penetasan Sebagai media penetasan Sebagai bahan yang diamati Sebagai desinfektan

Artemia sp
Alkohol 70%

Acara IV Pengamatan Mikroalga dan Daphnia sp Tabel 7 Alat yang Didunakan pada Praktikum Planktonologi Acara IV No 1. 2. 3. Alat Mikroskop Slide glass Pipet tetes Mengamati Preparat Menutup preparat Mengambil sampel Fungsi

15

Tabel 8 Bahan yang digunakan dalam Praktikum Planktonologi Acara IV No Bahan 1. Microalgae (Tertaselmis , Isochrysis Galbana , Dunaliella Sp, Chorella Vulganis, Spirulina plantensis, Pophyridium Sp, Nitzschia, Thalasiosira, 2. 3.2 Skeletonema ) Dhapnia sp Metode Bahan yang dimati Bahan yang dimati Fungsi

Metode yang dilakukan pada praktikum Planktonologi adalah sebagai berikut :

3.2.1

Sampling Plankton

a) pengambilan sampel plankton

1. Mempelajari lokasi pengambilan sampel plakton, misalnya jarak dari badan


tepi air, harus dapat dicapai pada segala musim sepanjang tahun, dan kondisi pasang surut saat pengambilan sampel. 2. Menentukan titik-titik pengambilan sampel pada lokasi

3. Bila pengambilan sampel masuk dalam air, usahakan bergerak secara


perlahan-lahan, dan setelah sampai di lokasi berdiam diri sejena menunggu air jernih kembali. 4. Botol penampung sampel dan jaring diletakkan didalam air.

5. Menimba air dipermukaan dengan ember (10-20 L) dan dituangkan dengan


hati-hati ke jaring plankton, usahakan seluruh volume air tersebut masuk dan tersaring dengan baik

6. Mencermati dan mencatat berapa liter air yang dipekatkan (boleh kurang dari
100 L)

7. Melepaskan botol penampung dari plankton net, kemudian sampel


dituangkan dengan hati-hati dalam botol sampel, 2-3 tetes formalin 40%

16

diteteskan kedalam botol sampel, ditutup rapat dan diberi label (keterangan kode lokasi, hari, tanggal, jam). 8. Meletakkan botol sampel dalam wadah yang kuat dan terhindar dari sinar matahari. a) Pengukuran Parameter Fisika 1. Mengukur temperatur air dan udara dengan menggunakan termometer air raksa.

2. Mengukur salinitas dengan menggunakan salinometer yang telah


dikabrasi.

3. Mengamati cuaca secara kualitatif, berawan, hujan, cerah, dan


sebagainya.

4. Mengukur kedalaman badan air dengan secchi disc.


5. mengukur kecerahan badan air dengan secchi disc. 6. Menentukan segmen badan air bebas yang cukup luasnya dan bersih dari obstruksi

7. Mengukur kecepatan arus permukaan perairan dengan menggunakan


bola arus dan menghitung waktunya dengan menggnakn stopwatch.

3.2.2 Kultur Artemia sp dalam Air Laut pengamatan kista kering. Mengambil beberapa butir kista

Kista

kering

tersebut

kemudian

diletakkan di gelas obyek dan ditutup dengan cover glass

Kemudian mikroskop mulai dari perbesaran yang rendah

diamati

di

bawah

Penetasan Kista

Menggambar dan mendiskripsikan bentuk dan warna kista Artemia sp kering tersebut.

1.

Menyiapkan wadah(5x5) dari kertas alumunium untuk menimbang kista yang dilipat dan dibentuk menjadi kotak bujur sangkar.

17

2. 3. 4.

Menimbang 0,2 gr kista Artemia kering dalam wadah tersebut. Menyiapkan 100 ml akuades dalam Beaker 200 ml. Agar proses hidrasi kista terjadi lebih cepat, masukan kista tersebut ke dalam 100 ml akuades selama 60 menit, lakukan aerasi dan menaruh disuhu kamar. Setelah 60 menit kista disaring, kemudian menyemprot bagian bawah saringan perlahan-lahan dengan 100ml air laut atau larutan garam yangjatuh kedalam Beaker 200ml. Memberi lebel lengkap ( grup praktikum, jenis media, jam & tanggal ), gunakan pensil hitam. Mencatat waktu (tanggal, hari, jam, & menit) ketika memasukkan kista ke dalam 100 ml larutan air garam atau 100 ml air laut dalam Beaker glass 200 ml. Menunggu sekitar 3-5 menit sampai banyak kista (90%) mengendap. Mengatur kuat aerasi sedemikian rupa sehingga tidak ada kista yang mengendap di dasar maupun melekat di dinding Beaker. Menyalakan lampu neon untuk penghangat dan penerangan pada malam hari.

5.

6.

7. 8. 9.

c.

Hatching Rate Artemia

1. Mengambil 1 ml biakan dengan pipet, dimasukkan dalam bilik hitung


sedgwick rafter, diamati dengan menggunakan mikroskop diawali dari perbesaran yang rendah.

2. Setalah cukup mengamati instar, alkohol 70% diteteskan dan ditutup


dengan gelas penutup dan mengamati mofologi dan bentuk serta warna dari instar dan telur yang menetas atu tidak menetas.

3. Menghitung presentase kista yang menetas dan tidak menetas dalam bilik
hitung sedgwick rafter. 4. Memasukkan data kedalam rumus HRm = HRtm=

kistatidakmenetas + kistamenetas x kistatidakmenetas + kistamenetas x


kistatidak menetas

kistamenet as

100% 100%

3.2.3.

Pengamatan Mikroalga dan Dhapnia Sp

18

1. Mengambil sampel fitoplankton dari biakan kultur alga dan Dhapnia Sp


dengan menggunakan pipet steril dan diteteskan ke atas slide glass. 2. Mengamati sampel dibawah mikroskop mulai dari perbesaran yang rendah

3. Mengamati pergerakan , warna dan bentuk fitoplankton , zooplankton dan


Daphnia sp yang diambil, digambar secara detil dan beri keterangan yang
lengkap. Ulangi pengamatan pada semua sampel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil

19

4.1.1. Sampling Plankton Tabel 9 Struktuk Komunitas Plankton Pada Titik I Ulangan x Species ni = N 1 2 3 Pleurosigma naviculciceum 6 1 1 2,6 66,24

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pi 0,09 0,38 0,05 0,02 0,10 0,20 0,05 0,09 0,01

ln pi -2,4 -0,97 -3,0 -3,91 -2,3 -1,6 -3,0 -2,4 -4,6

-pi ln pi 0,22 0,37 0,15 0,08 0,22 0,32 0,15 0,22 0,05 1,78

Chaetoceros lorenzianium Synedra acus Glaeotricha sp Polyadrium trigonium Bocteriostrum varians Thallassiothrix sp Chalothrix Pleurosigma delicalum Jumlah

22 4 2 6 12 3 5 1

8 1 0 2 4 1 3 0

3 0 0 1 2 1 0 0

11 1,6 0,6 3 6 1,6 2,6 0,3

280,5 40,76 15,29 76,43 152,86 40,76 66,24 7,64 746,72

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Tabel 10 Sampling Plankton Pada Titik II Ulangan Species 1 2 Pleurosigma naviculareun 1 0 Chaetoceros lorenzianium 9 4 Bocteriostrum varians 3 3 Thallassiothrix sp 6 1 Dinophysis miles 1 0 Bocteriostrum delicatulum 6 1 Sperotainia condensata breb 4 2 Biddulphrin mobiliensis 2 1 Nitzshia seriata 6 2 Stauratrum fomosumbern 3 1 Astacia klelosii 5 2 Jumlah Tabel 11 Sampling Plankton Pada Titik III Ulangan Species 1 2 Bocteriostrum delicatulum 5 1 Bocteriostrum varians 3 1 Chaetoceeros lorenzium 21 11 Chaelocera psedocoruiselum 6 1 Nitzshia seriata 1 0 Thallassiothrix sp 6 1 Baciliaria paradoxe 4 2 Rhizosotenin cylindrius 2 1 Astacia klelosii 6 2 Pleurosigma naviculareun 3 1 Jumlah

3 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0

x
0,33 4,67 2,33 2,33 0,33 2,67 2,33 1 2,67 1,67 2,33

ni 8,407 118,98 59,36 59,36 8,407 68,02 59,36 25,477 68,02 42,546 59,36 577,30

Pi 0,014 0,206 0,102 0,102 0,014 0,117 0,102 0,044 0,117 0,07 0,102

ln pi -4,26 -1,57 -2,28 -2,28 -4,26 -2,14 -2,28 -3,12 -2,14 -2,65 -2,28

-pi ln pi 0,06 0,325 0,23 0,23 0,06 0,25 0,23 0,137 0,25 0,186 0,23 2,188

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

3 0 0 6 0 0 1 1 0 0 1

x
2 1,33 2,33 2,33 0,33 2,67 2,33 1 2,67 1,67

ni 50,954 33,84 59,36 59,36 8,407 68,02 59,36 25,477 68,02 42,546 577,30

pi 0,050 0,033 0,102 0,102 0,014 0,117 0,102 0,044 0,117 0,07

ln pi -2,99 -3,41 -2,28 -2,28 -4,26 -2,14 -2,28 -3,12 -2,14 -2,65

-pi ln pi 0,145 0,105 0,23 0,23 0,06 0,25 0,23 0,137 0,25 0,186 2,188

20

4.1.1.1 . Kelimpahan Kelimpahan pada titik 1 sampling plankton T = 1000 mm 2 L = 0,785 mm 2 P V v = 10 petak = 20 mL = 1mL

x =29,3/9=3,2 Pi=
s
N=

W = 100 mL

T P V 1 L p u w
x 1 100 0,782 10 1

= 1000 x 3,20 x 20 = 183,4

Kelimpahan pada titik II sampling plankton T = 1000 mm 2 L = 0,785 mm 2 Pi= 74 N= P V v = 10 petak = 20 mL = 1mL

x =22,66/13=1,
s

W =100mL

T P V 1 L p u w
0,785 10 1 60

= 1000 x 1,74 x 20 x 1 = 44,33 Kelimpaham pada titik III sampling plankton T=1000 mm2 L= 0,785 mm2 Pi=

x =0,18,66/13 =1,86
s

N = T P V 1

P=10 petak V= 20 ml v= 1 ml W=100 L 4.1.1.2. Indeks Keanekaragaman

= 1000 x 1,86 x 20 x 1 0,785 10 = 47,38 1 70

21

Indeks keanekaragaman spesies titik I sampling plankton H = -pi lnpi = 1,79

Indeks keanekaragaman spesies titik II sampling plankton


H = -pi lnpi = 2,18 Indeks keanekaragaman spesies titik III sampling plankton H = -pi lnpi = 1,803 4.1.1.3. Indeks Keseragaman

Indeks keseragaman spesies titik I sampling plankton


e= H' H maks

max

= ln s=ln 9

= 2,2 = 1,79 2,2 = 0,813 Indeks keseragaman spesies titik II sampling plankton

e=

H' H maks

max

= ln s=ln 11

= 2,4 = 2,188 2,4 = 0,91 Indeks keseragaman spesies titik III sampling plankton

e=

H' H maks

max

= ln s=ln 10

22

= 2,3 = 1,803 2,3 = 0,78 4.1.1.4. Indeks Dominasi Indeks dominasi titik I sampling plankton D = (ni/N)2 = 0,216

Indeks dominasi titik II sampling plankton


D = (ni/N)2 = 0,118 Indeks dominasi titik III sampling plankton D = (ni/N)2 = 0,201

4.1.2 . Parameter fisika Tabel 12 Parameter Fisika Suhu Titik udara (C) I II III 30 30,5 30,5 Suhu air laut (C) 33 34 33 Kedalaman (cm) 118 115 148 Kecerahan (cm) 101 cm 89,5 85,25 Kec. arus (m/s) 0,008 m/s 0,015 m/s 0,01 m/s Cuaca kualitatif

Cerah,berawan Cerah,berawan Cerah,berawan

4.1.3 Kultur Artemia a. Hatching rate menetas

23

HRm 100%

kistatidakmenetas + kistamenetas x

kistamenet as

= 182/182+204 x 100 % = 47,15 % b. Hatching rate tidak menetas HRtm =

kistatidakmenetas + kistamenetas x 100%

kistatidak menetas

= 204/182+204 x 100 % = 52,85 %

c. Siklus hidup Artemia


Siklus hidup Artemia dipengaruhi oleh suhu dan salinitas sebagai faktor utama. Artemia hanya mampu bertahan pada salinitas tinggi antara 3-300 ppt dengan suhu antara 15-55 C. Waktu yang diperlukan untuk penetasan adalah 15-20 hari dengan suhu 28 C. Kista Artemia sp yang ditetaskan pada salinitas 15-35 ppt akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Larva Artemia yang baru menetas dikenal dengan nauplius. Nauplius dalam pertumbuhanya mengalami 15 kali perubahan bentuk. Masing-masing perubahan merupakan satu tingkatan yang disebut instar.

Gambar 2. Siklus hidup Artemia sp 4.1.4. Pengamatam mikroalga Tabel 13 Fitoplankton No Nama Spesies Gambar Gambar Keterangan Memiliki flagel berwarna hijau 1. Berwarna dominan hijau

Tetraselmis chuii

24

2.

Memiliki inti sel Berwarna kehijauan dominan

Isochrysis galbana

3.

Dominan hitam kehijauan Berbentuk agak bulat Memiliki inti sel

Dunaliella

4.

Berbentuk agak bulat Memiliki inti sel Dominan warna hijau

Chlorella vulganis

5.

Spirulina platensis

Dominan berwarna hijau kebiruan

Luar berwarna kecokelatan Selnya membentuk filamen terpilin menyerupai

25

spiral

Berbentuk bulat Berwarna kebiruan Hidup bebas / berkoloni

6.

Porphyridium sp

7.

Warna agak tranparan Berbentuk lonjong tak beraturan

Nitchia

Berbentuk lonjong tak beraturan

8.

Tallassiosira

Warna agak tranparan

26

Bersel tunggal Berbentuk kotak Membentuk untaian rantai dan berwarna cokelat

9.

Skeletonema costatum

10.

Warna agak tranparan Berbentuk seperti hewan Memiliki antena didepan mulut

Daphnia sp

4.2 Pembahasan 4.2.1. Diskripsi Lokasi Sampling Plankton Pantai Marina berada di wilayah kota Semarang bagian utara sehingga mudah di jangkau. Daerah Pantai Marina merupakan pantai buatan akan tetapi kondisi lingkungannya masih alami sehingga diperkirakan banyak plankton yang hidup di perairan pantai Marina. Gelombang relatif tenang sehingga plankton tidak terbawa arus gelombang, karena plankton memiliki alat gerak, tetapi tidak dapat melawan arus. Topografi dan kelandaian pantai Mariina relatif stabil. Pasang surut pantai Marina tidak terlalu ekstrim, sehingga plankton tidak terbawa arus gelombang yang deras.Keadaan erosi dan abrasi tidak terlalu besar, sehingga plankton terdapat disana. Hamparan pasir dan hamparan lumpur tampak lebih subur daripada pantai lain yang ada di wilayah Kota Semarang, karena disekitar tepi pantai banyak rumput-rumput atau ilalang yang tumbuh, ini membuktikan bahwa ada kandungan NPK di pasir atupun di lumpur pantai Marina. Plankton jumlahnya

27

akan besar jika ada kandungan unsur hara disekitar perairan tempat ia hidup. Pada kedalaman beberapa meter terdapat terumbu karang sebagai habitat plankton. Temperatur air relatif standar sebagai tempat hidup plankton. Warna air tampak cukup cerah. 4.2.2 . Parameter Fsika a. suhu Menurut Juwana (2007), suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keadaan lingkungan dalam penelitian sehingga mempengaruhi dalam pendataan, suhu yang baik untuk wilayah tropis adalah berkisar 25-32 C. Pada saat pengambilan sampel plankton, dibagi menjadi tiga titik yang berbeda dan didapatkan suhu air dan suhu udara yang berbeda pula. Pada Titik I pada saat sampling plankton didapatkan suhu air 33C dan suhu udara 30C, pada titik II didapatkan suhu air 34C dan suhu udaranya 30,5C dan Pada titik III didapatkan suhu air 33C dan suhu udaranya 30,5C. Suhu sangat berpengaruh pada kehidupan plankton diperairan, karena suhu sangat penting dalam proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton. Dari percobaan pengambilan sampel yang dilakukan di Pantai Marina, Lebih banyak ditemukan fitoplankton daripada zooplankton. Suhu berperan dalam proses fotosintesis dalam reaksi enzim, jadi apabila suhu berubah maka proses laju perubahan kimia dan biologi akan berubah pula. Dari pengukuran suhu yang didapat dari ketiga titik, dapat disimpulkan bahwa di Pantai Marina memiliki suhu rata-rata yang baik untuk perkembangan plankton di perairan daerah tropis. b. Kedalaman Menurut (Juwana, 2007) bagi fitoplankton, kedalaman merupakan faktor yang paling penting. Kedalam merupakan faktor pembatas dimana bila semakin dalam suatu perairan akan semakin jarang ditemukaan fitoplankton. Hal ini dikarenakan bahwa fitoplankton sangat membutuhkan cahaya sinar untuk proses fotosintesis dan fitoplankton paling banyak ditemukan di permukaan perairan yang masih dapat ditembus oleh sinar matahari.

28

Pada pengukuran kedalaman dengan menggunakan secchi disc,pada titik I kedalamannya 118 cm, titik II 115 cm, dan titik III 148 cm. Kedalaman yang masih dapat ditembus sinar matahari ini menandakan tinggkat produktivitas fitoplankton di Pantai Marina sangat tinggi. c. Kecerahan Kecerahan menanadai kuantitas dari kekeruhan, sehingga interaksi antara kekeruhan dengan kedalaman akan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari sehingga produktivitas palnkton akan menurun (Juwana, 2007). Kecerahan yang diukur dengan menggunakan secchi disc, pada titik I 101 cm, titik II 89,5 cm,dan titik III 85,25 cm. Kecerahan sangat mempengaruhi jumlah plankton terutama fitoplankton, karena fitoplankton membutuhkan cahaya untuk berfotosintesis. Terbukti pada kecerahan yang didapat disetiap titik, ditemukan banyak fitoplankton dari sampel plankton yang didapat. Sehingga produktivitas plankton di pantai Marina sangat tinggi. d. Kecepatan Arus Plankton adalah mikroorganisme yang hidupnya melayang diperairan. Plankton sangat bergatung dengan arus air untuk bergerak. Arus memiliki peranan penting dalam sebaran holoplankton dan meroplankton. Arus biasa yang arahnya tetap dapat membawa larva plankton ke satu arah, dan arus bermanfaat menyebarkan larva atau plankton lainnya ke berbagai arah dari sumbernya (Juwana,2007). Pada saat pemgambilan sampel plankton di Pantai Marina, kecepatan arusnya sedikit besar. Kecepatan arus dapat diperoleh dari pengukuran kecepatan arus dengan menggunakan bola arus yang direnggangkan sejauh 1 M lalu dihitung waktunya samapi ia merenggang.Dari percobaan diatas di dapatkan kecepatan arus pada titik I 0,008 m/s, titik II 0,015 m/s, titik III 0,01 m/s. Dapat dilihat dari kecepatan arus disetiap titik terus naik, menandakan air yang mulai pasang dan arus air yang mulai besar. Hal ini sangat berpengaruh pada jumlah spesies plankton yand ada.

29

d.

Salinitas Salinitas sangat berpengaruh pada habitat plankton air laut, karena

salinitas merupakan parameter sangat berpengaruh pada kelimpahan plankton di air laut.Hal ini disebabkan adnya toleransi pada setiap spesies yang hidup dengan salinitas tertentu. 4.2.3 Kultur Artemia Artemia salah satu jenis crustacea tingkat rendah yang termasuk kedalam : Kingdom : Animalia Filum Bangsa Suku Marga Jenis : Arthropoda : Anostraca : Artemidae : Artemia : Artemia salina Telur artemia kering atau kista berbentuk bulat cekung, berwarna cokelat berdiameter 200-300 mikron dan didalamnya terdapat embrio yang tidak aktif. Kultur artemia sendiri ada dua cara yaitu dekapsulisasi dan dengan menggunakan kaporit. Pada praktikum planktonologi yang dilakukan adalah kultur artemia dengan cara dekapsulisasi. Dimana kista artemia kering yang terlebih dahulu dihidrasikan dengan air aquades selama 60 menit. Selama 60 menit tersebut kista yang semula berbentuk bulat enjadi bentuk bulat tidak beraturan dan warnanya menjadi putih. Setelah 60 menit, kista disaring kemudian air aquades diganti dengan air laut. Kemudian kista-kista artemia tersebut diaerasi agar tidak menggendap dan diberi penerangan lampu neon agar suhu tetap hangat. Artemia mengalami beberapa fase dalam daur hidupnya yaitu :

30

Kista : kista setelah dimasukkan dalam air laut (5%-70%). Akan mengalami
hidrasi berbentuk bulat dan didalamnya terjadi metabolisme embrio yang aktif. Sekitar 24 jam kemudian cangkang kista pecah dan muncul embrio yang masih dibungkus oleh selaput.

Nauplius : Beberapa saat setelah embrio muncul, selaput penetasan pecah


dan muncul nauplius yang berenang bebas. Nauplius ini adalah larva stadium instar pertama, berwarna orange kecoklatan karena adanya kandungan kuning telur.

Dewasa : Artemia dewasa dicirikan oleh adanya sepasang mata majemuk


bertangkai, thoracopoda. Siklus hidup Artemia dipengaruhi oleh suhu dan salinitas sebagai faktor utama. Artemia hanya mampu bertahan pada salinitas tinggi antara 3-300 ppt dengan suhu antara 15-55 C. Waktu yang diperlukan untuk penetasan adalah 15-20 hari dengan suhu 28 C. antena sensor, saluran pencernaan dan 11 pasang

4.2.5 Pengamatam Mikroalaga Mikroalga memiliki peranan penting dalam rantai makanan dan jaring makanan dalam sistem kehidupan perairan. Salah satu mikroalga yang paling penting dalam kehidupan periran adalah fitoplankton. Fungsi fitoplankton diperairan sebagai makanan bagi zooplankton dan beberapa jenis ikan serta larva biota yang masih muda, Fitoplankton mengubah zat anorganik menjadi zat organik dan mengoksigenasi air (Rosen, 2003)

Dari praktikum planktonologi beberapa mikroalga yang diamati ada dua yaitu fitooplankton dan zooplankton.Dimana fitoplanktonnya adalah sebagai berikut : a.

Tetraselmis chui Tetraselmis chui termasuk dalam golongan fitoplankton dan berwarna

hijau, akan tetapi dia bergerak aktif. Gerakannya berputar-putar dulu seperti mainan gasing dan kemudian bergerak tidak berarah. Tetraselmis ini melakukan

31

proses fotosintesis yang dapat mengeluarkan oksigen dan glukosa/energi. Akan tetapi dalam pengeluaran hasil fotosintesis yang besar pada Tetraselmis tidak seimbang dengan medianya, yang terjadi Tetraselmis akan berputar-putar lalu bergerak untuk melepaskan hasil fotosintesisnya.

Tetraselmis chuii termasuk alga hijau, mempunyai sifat selalu bergerak,


berbentuk oval elips, mempunyai empat buah flagella pada ujung depannya yang berukuran 0,75-1,2 kali panjang badan dan berukuran 10x6x5 m. Sel-sel

Tetraselmis chuii berupa sel tunggal yang berdiri sendiri. Ukurannya 7-12 m,
berkolorofil sehingga warnanya pun hijau cerah.Pigmen penyusunnya terdiri dari klorofil. Karena memiliki flagella maka Tetraselmis dapat bergerak seperti hewan. Pigmen klorofil Tetraselmis chuii terdiri dari dua macam yaitu karotin dan xantofil. Inti sel jelas dan berukuran kecil serta dinding sel mengandung bahan sellulosa dan pektosa. Kegunaan Tetraselmis secara tidak langsung mulai berkembang. Tetraselmis merupakan makanan hidup bagi jenis-jenis tertentu golongan ikan sehingga seringkali sangat diperlukan dalam budidaya. Penyediaan makanan alami berupa plankton nabati dan plankton hewani yang tidak cukup tersedia, b. seringkali menyebabkan kegagalan dalam mempertahankan kelangsungan hidup larva pada pemeliharan larva udang Penaeid (Rosen, 2003).

Dunaliella sp
Secara morfologis Dunaliella menyerupai Tetraselmis sp, Dunaliella memiliki

kloroplas yang mengakumulasi sejumlah besar -carotene. Ukuran selnya bervariasi, tergantung kondisi pertumbuhan dan intensitas cahaya. Varian bentuk fitoplankton ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti salinitas, intesitas cahaya yang diterima dan temperatur ruangan selama kultur. Secara umum

Dunaliella mampu tumbuh pada berbagai tingkat kadar garam, dengan kisaran
salinitas 30 100 ppt bahkan 140 ppt, meski jumlah sel yang dicapai pada setiap kadar garam berbeda, kadar garam nampaknya bukan merupakan faktor pembatas bagi kelangsungan hidup Dunaliella. c. Chlorell vulgaris Selnya uniseluler. Dapat dibagi menjadi 4 kelompok morfologi yaitu sel spherical, sel elipsoid, sel spherical dan sel glubural-spherical. Merupakan produk kultur massal out door terbaik pada temperatur 25. d.

Spirulina platensis

32

Spirulina adalah alga biru-hijau mikroskopis dalam bentuk gulungan spiral yang sempurna hidup baik di laut dan air tawar yang merupakan nama umum bagi hewan dan suplemen makanan manusia. Spirulina merupakan tumbuhan air mikroalga (Cyanobacteria) berbentuk spiral, bersel satu. e.

Porphyridium sp Porphyridium sp
hidup di air laut, merupakan organisme uniseluler

berbentuk bola dengan diameter 7-12 mm. Diklasifikasikan sebagai salah satu spesies alga merah yang sederhana karena organisme ini tidak bereproduksi secara seksual dan memiliki glikogen sebagai penyusun tempat penyimpanan. Alga ini digunakan pada lingkungan budi daya untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat. f. Thallasiosira sp

Thalassiosira sp, merupakan jenis mikroalga yang paling umum digunakan


sebagai sumber pakan alami pada tahap kultur larva udang putih, karena kandungan proteinnya yang tinggi (30-60% protein berat kering). Medium komersil kultur alga Thalassiosira sp dalam sistem kultur batch yang dapat meningkatkan stabilitas produksi kultur. g.

Skeletonema costatum
Kelompok ini mempakan algae uniseluler yang memerlukan cahaya

matahari untuk proses fotosintesisnya. Sel diatomnya mempunyai kemampuan menghasilkan skeleton ekstemal silika (frustule). Bentuknya seperti kotak dengan cytoplasma yang memenuhi isi sel. Pada sel tersebut terdapat katup besar yang menutup katup yang lebih kecil. Bentuk katupnya sangat bervariasi, ada yang sirkulasi, eliptical, polygonal, kubus, segitiga atau tidakberaturan.Reproduksinya adalah dengan pembelahan sel, yaitu protoplasma terbagi menjadi dua bagian yang disebut epitheca dan hypotheca. Masing-masing bagian dari protoplasma tersebut membentuk epitheca dan hypotheca baru. Dari pembelahan sel tersebut akan dihasilkan 2 sel yang ukurannya lebih kecil daripada sel induknya.

33

h.

Daphnia sp
Menurut (Rosen, 2003) morfologi Daphnia dapat dilihat secara langsung

dibawah mikroskop, bentuk tubuhnya lonjong, pipih dan segmen badan tidak terlihat. Pada bagian ventral kepala terdapat paruh. Pad a bagian kepala terdapat lima pasang apendik atau alat tambahan, yang pertama disebut antenna pertama (antennule), yang kedua disebut antenna kedua yang mempunyai fungsi utama sebagai alat gerak. Sedangkan tiga pasang alat tambahan lainnya merupakan alat tambahan yang merupakan bagian-bagian dari mulut.

34

V.
Kesimpulan

KESIMPILAN DAN SARAN

Dari praktikum planktonologi yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Teknik pengambilan sampel plankton secara pasif di daerah pesisir dilakukan secara sederhana menggunakan plankton net dan mencatat parameter fisikanya.

2. Suhu, salinitas, kedalaman, kecepatan arus, dan kecerahan sangat


berpengaruh pada kelimpahan plankton pada suatu perairan.

3. Dari hasil pengamatan sampel plankton Pantai Marina, ditemukan banyak


plankton dan kelimpahannya spesiesnya sangat banyak, hal ini menandakan bahwa perairan pantai Marina subur.

4. Kultur artemia dapat dilakukan dengan proses dekapsulisasi, dimana terlebih


dahulu kista kering artemia dihidrasi dalam air aquades. Fase hidup artemia dimulai dari kista, naupliu, dan dewasa.

5. Struktur komunitas di Pantai Marina sangat baik, hal ini terlihat dari
banyaknya fitopalnkton yang ditemukan, dimana fitoplankton merupakan bio-indikator penting yang menentukan tingkat kesuburan dalam suatu perairan. Saran Saran yang dapat diberikan dari praktikan dalam praktikum planktonologi adalah :

1. Praktikan harus selalu menjaga kebersihan lingkungan, baik pada saat di


laboratorium maupun di lapangan,

2. Praktikan harus menyiapkan betul semua perlatan praktikum, agar praktikum


dapat berjalan lancar.

3. Pada saat pengambilan air sampel plankton, usahakan air harus tetap
dalam keadaan jernih, agar subsrat di air tidak masuk dalam sampel plankton.

35

DAFTAR PUSTAKA

Ferianti Fachrul,M. 2007. Metode Sampling Bioekologi.Jakarta : Bumi Aksara. Juwana.2007.Perkembangan Komunitas Fitoplankton sebagai indikator

Perubahan Tingkat kesuburan Kualitas Perairan. Bogor : IPB.


Kasijan. dkk. 2004. Biologi laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia : Jakarta. Maheswara, Alif. 2004. Meroplankton Laut . Jakarta : Djambatan.

Ramdani, W. 2006. Taksonomi avertebrata. U-I press.Jakarta. Rosen. 2003. Biological Indicator of Freshwater. London : Elsevier.

36

LAMPIRAN 1.Hitungan a. Kelimpahan Kelimpahan pada titik 1 sampling plankton

T = 1000 mm 2 L = 0,785 mm 2

P V v

= 10 petak = 20 mL = 1mL

x =29,3/9=3,2 Pi=
s
N=

W = 100 mL

T P V 1 L p u w
x 1 100 0,782 10 1

= 1000 x 3,20 x 20 = 183,4

Kelimpahan pada titik II sampling plankton T = 1000 mm 2 L = 0,785 mm 2 P V v = 10 petak = 20 mL = 1mL

x =22,66/13=1, Pi=
s
74 N=

W =100mL

T P V 1 L p u w
0,785 10 1 60

= 1000 x 1,74 x 20 x 1 = 44,33 Kelimpaham pada titik III sampling plankton T=1000 mm2 L= 0,785 mm2

37

Pi=

x =0,18,66/13 =1,86
s

N = T P V 1

P=10 petak V= 20 ml v= 1 ml W=100 L b. Indeks Keanekaragaman

= 1000 x 1,86 x 20 x 1 0,785 10 = 47,38 1 70

Indeks keanekaragaman spesies titik I sampling plankton H = -pi lnpi = 1,79 Indeks keanekaragaman spesies titik II sampling plankton H = -pi lnpi = 2,188 Indeks keanekaragaman spesies titik III sampling plankton H = -pi lnpi = 1,803 c. Indeks Keseragaman

Indeks keseragaman spesies titik I sampling plankton


e= H' H maks

max

= ln s=ln 9

= 2,2 = 1,79 2,2 = 0,813 Indeks keseragaman spesies titik II sampling plankton

e=

H' H maks

max

= ln s=ln 13

= 2,4

38

= 2,188 2,4 = 0,91 Indeks keseragaman spesies titik III sampling plankton

e=

H' H maks

max

= ln s=ln 10

= 2,3 = 1,803 2,3 = 0,78 d. Indeks Dominasi Indeks dominasi titik I sampling plankton D = (ni/N)2 = 0,216

Indeks dominasi titik II sampling plankton


D = (ni/N)2 = 0,118 Indeks dominasi titik III sampling plankton D = (ni/N)2 = 0,201 e. Hatching Rate Artemia Hatching rate menetas HRm=

kistatidakmenetas + kistamenetas x 100%

kistamenet as

= 182/182+204 x 100 % = 47,15 % Hatching rate tidak menetas HRtm =

kistatidak menetas + kistamenetas x 100%

kistatidak menetas

= 204/182+204 x 100 % = 52,85 %

39

2.Gambar Hasil Plankton Titik I Pengulangan 1,2,dan 3 No Spesies Gambar Gambar Keterangan Berbentuk elip Warna kecokelatan 1

Pleurosigma naviculaceum

Memiliki inti sel

Tubuh seperti untaian rantai 2

Chaetoceros lorenzianum

Dinding transparan
Berflagella Memiliki dinding sel Bentuk menyerupai jarum Transparan dengan inti sel berwarna coklat Tidak berflagella Hidup soliter Memiliki dinding sel

Synedia acus

40

Bentuk bulat berbulu Warna coklat Hidup koloni 4

Gleotricha

Polyedrium trigonum

Bentuk tak beraturan Warna kecokelatan

Warna kecokelatan 6

Bacteriostrum varians

Berflagella Hidup koloni

Berbentuk seperti batang Memiliki dinding sel 7

Thallassiothrix

Warna biru kemerahan

41

Bentuk seperti vas dengan ujung bawah runcing seperti kubah Warna hitam 8

Chalothrix

Berflagella Hidup soliter Memiliki dinding sel

Bentuk melengkung lonjong dengan ujung runcing

Pleurosigma delicatum

Warna hitam Tidak berflagela Hidup soliter Memiliki dinding sel

Titik II Pengulangan 1,2,3 No 1 Spesies Gambar Gambar Keterangan Berbentuk elip Warna kecokelatan Memiliki inti sel

Pleurosigma naviculaceum

42

2.

Chaetoceros lorenzianum

Tubuh seperti untaian rantai Dindind transparan Berflagella Memiliki dinding sel

3.

Bacteriostrum varians

Warna kecokelatan Berflagella Hidup koloni

4.

Thallassiothrix

Berbentuk seperti batang Memiliki dinding sel Warna biru kemerahan

5.

Synedia acus

Bentuk menyerupai jarum Transparan dengan inti sel berwarna coklat Tidak berflagella Hidup soliter Memiliki dinding sel

43

6.

Gleotricha

Bentuk bulat berbulu Warna coklat Tidak berflagella

7.

Bacteriostrum delicatum

Memiliki inti sel Warna kecokelatan Berflagella

8.

Spirotoemia condensata

9.

Biddulphin mobiliensis

Berwarna dominan hiaju Memiliki rambut Hidup koloni

44

10.

Nitzchia seriata

Bentuk kedua ujung yang lancip Warna kebiruan

11.

Stauratrum formosom

Warna kehijauan Memiliki inti sel Hidup koloni

12

Astacia klebsii

Memiliki dinding sel Bersilia warna transparan Berbentuk elips

Titik III Pengulangan 1,2,3 No Spesies Gambar Gambar Keterangan Memiliki inti sel Warna kecokelatan 1.

Bacteriostrum delicatum

Berflagella

45

Warna kecokelatan 2.

Bacteriostrum varians

Berflagella Hidup koloni

Tubuh seperti untaian rantai 3.

Chaetoceros lorenzianum

Dindind transparan Berflagella Memiliki dinding sel Bentuk kotak membentuk rantai seperti petri dish

4.

Chaetoceros pseudocurviset um

Warna kecokelatan Berflagella

Bentuk kedua ujung yang lancip 5.

Nitzchia seriata

Warna kebiruan

46

Berbentuk seperti batang Memiliki dinding sel 6.

Thallassiothrix

Warna biru kemerahan

Bebentuk panjang

7.

Bacillaria paradoxe

Seperti tumpukan batang kayu Warna ujung biru ditengah berwarna coklt Memiliki dinding sel Warna kehijauan

8.

Rhizosolenin cylindrus

Memiliki inti sel

Memiliki dinding sel 9.

Astacia klebsii

Bersilia warna transparan Berbentuk elips

10.

Pleurosigma naviculaceum

Berbentuk elip Warna kecokelatan Memiliki inti sel

47

Anda mungkin juga menyukai