Anda di halaman 1dari 3

Resume : Karya Plato, Republic dan Pendidikan Moral

Oleh: Hawwyn Duta Satriawan Plato dilahirkan dari kalangan keluarga bangsawan dan terpengaruh di Athena. Ia merupakan salah satu murid dari Socrates, kemudian ia mendirikan sebuah akademi yang bertujuan untuk mendidik para pemimpin politik masa depan. Aristoteles adalah salah satu muridnya yang terbesar. Terpengaruh oleh metode gurunya, plato juga menekankan metode dialektika dalam usaha mencari kebenaran dalam berfilsafat. Republic, yang merupakan karya terbesar plato berisi tentang dialog filsafat yag berfokus dalam pertanyaan tentang keadilan. Dalam karya ini, ia menceritakan Socrates sebagai tokoh utama yang mengajurkan kepada para teman bicaranya (murid) untuk berpikir matang tentang bagaimana sebuah keadilan datang kedlam kota yang ideal. Melalui serangkaian dialog yang kompleks, Socrates menuntun para teman bicaranya (murid) untuk melihat bahwa sebuah keadilan dalam kota dimulai dari suatu system pendidikan yang teratur yang menitikberatkan pada pengembangan kebajikan moral. Dalam usaha mencapai tujuan ini, pendidkan harus mempersiapkan sebuah kelas filsafat kepada para mereka yang akan memerintah kota. Athena dalam masa ini merupakan kota dengan demokrasi yang tumbuh subur. Sejarawan Thucydides bahkan menggambarkan masyarakat Ahena senantiasa dalam kegelisahan dalam upaya mereka untuk memajukan kota. Ambisi besar ini menyediakan tempat dan kesempatan bagi para pemimpin unntuk mencapai kejayaan mereka pribadi, karena dengan kekayaan dan kekuatan, mereka bisa membangun sebuah pusat pembelajaran, budaya, dan seni. Agar bisa mempunyai kemampuan dan keahlian untuk memimpin kota dengan baik, para bangsawan muda bahkan mendatangkan para guu filsafat professional yang mereka bayar dengan tinggi. Para teman bicara (murid) yang tertera dalam Republic, merupakan mereka yang berasal dari kelas ini. Dialog ini diadakan di rumah pedagang

kaya di Piraeus, Piraes bukan hanya sekedar pusat perdagangan, tetapi juga tempat dimana ide-ide baru da inovatif diperkenalkan. Untuk itu kota ini menjadi tempat yang sangat tepat bagi Socrates untuk menanamkan ide perubahan moral masyarakat. Dialog tentang keadilan ini dimulai Socrates di rumah Chepalus yang kemudian juga diikuti oleh anaknya Polemarchus. Anak ini mencoba untuk mempertahankan pandangannya bahwa keadilan adalah terdiri dari perbuatan baik kepada teman dan berlaku jahat kepada musuh. Akan tetapi dengan kemampuannya, Socrates pada akhirnya berhasil merubah pandangannya bahwa manusia yang adil tidak akan berlaku jahat pada siapapun. Pernyataan ini ditentang oleh salah satu guru retorika professional yang bernama Thrasymachus, dia melihat dunia merupakan tempat yang keras dimana yang kuat memerintah yang lemah. Dia berpendapat jika para kaum muda mengikuti pandangan sokrates tentang keadilan, mereka kemudian akan menjadi tidak mampu untuk mempertahankan diri mereka dari kejahatan dunia. Perdebatan mereka berdua akhirnya membuka jala bagi Glaucon untuk mengajukan masalh tentang keadilan yang akan mendominasi isi dialog ini. Glaucon sebenarnya tidak secara keseluruhan terpengaruh oleh pembuktian kesalahan Thrasymachus oleh Socrates. Meskipun mungkin Socrates telah berhasil memaksa Thrasymachus dalam pandanganya tentang ketidakadilan, tetapi Socrates sendiri gagal dalam mengklarifikasi apa itu keadilan dalam pembuktian kesalahan ini. Dalam hal ini terjadi kontradiksi, setelah Socrates mengatakan bahwa keadilan mungkin digunakan dalam menangkap segerombolan bandit. Dalam pandangan ini keadilan dibutuhkan untuk memerangi ketidakadilan. Untuk menjawab hal ini Glaucon membuat dua jalan hidup yang berbeda. Yang pertama dengan berpura-pura adil ketika yang lain tidak, karena dengan kekuatannya mereka bisa memberi keuntungan bagi temannya dan berlaku jahat kepada musuhnya dan yang kedua berlaku adil secara keseluruhan dengan risiko akan dimusuhi atau disiksa oleh orang lain. Pandangan Glaucon inilah yang akhirnya menjawab pertanyaan tentang asal asul keadilan.

Dialog diatas menawarkan sebuah analisis intensif tentang masalah keadilan, pembelajaran yang secara hati-hati akan membantu pendidik dalam meningkatkan pemahaman dan pengajaran mereka tentang etika. Dengan menggunakan Dialektika Sokrates, pendidik bisa menggunakannya kepada para murid dengan membuat pertanyaan yang benar untuk memperdalam pemahaman para murid terkait dengan isu-isu moral. Metode ini sangat kreatif dan kritis dan sangat tepat dalam membangun kemampuan mereka dalam berargumen dan berkomunikasi. Terkadang mungkin murid berselisih paham dengan pendidik, tetapi hal inilah yang kemudian menjadi sangat berguna dalam memulai kegiatan berdiskusi. Selanjutnya pendidikan moral harus bertujuan untuk membuat para murid termotivasi dalam berdiskusi, menguji dan mengklarifikasi pendapat mereka tentang apa yang penting bagi mereka.

Anda mungkin juga menyukai