Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Sikap dan Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah

D2

Nama Ketua kelompok Anggota Ricky Jonathan Sherly Meygaretha Yasinta Richardo Rusli Agung Haryanto Henry Reynaldo Giovani Anggasta Krenni Sepa Siti Amalina Junisarah binti Ab. Hamid

NIM 102010174 102010186 102010200 102010202 102010207 102010221 102010223 102010228 102010377 102010379

Tanda tangan

Tujuan percobaan: Untuk mempelajari cara-cara pengukuran tekanan darah arteri. Untuk mempelajari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis.

Alat-alat yang digunakan: Sfigmomanometer Stetoskop

Cara kerja: 1. Pengukuran tekanan darah a. brachialis pada sikap berbaring, duduk, dan berdiri Berbaring telentang a. Suruhlah orang percobaan (OP) berbaring telentang dengan tenang selama 10 menit. b. Selama menunggu, pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas orang percobaan. c. Carilah dengan palpasi denyut a. brachialis pada fossa cubiti dan denyut a. radialis pada pergelangan tangan kanan orang percobaan. d. Setelah OP berbaring 10 menit, tetapkanlah kelima fase Korotkoff dalam pengukuran tekanan darah OP tersebut. e. Ulangilah pengukuran sub. d sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya. Duduk f. Tanpa melepaskan manset, OP disuruh duduk. Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan darah a. brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangilah pengukuran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.

Berdiri g. Tanpa melepaskan manset OP disuruh berdiri. Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan darah a. brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangilah pengukuran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya. h. Bandingkan hasil pengukuran tekanan darah OP pada ketiga sikap yang berbeda di atas.

2. Pengukuran tekanan darah sesudah kerja otot a. Ukurlah tekanan darah a. brachialis OP dengan penilaian menurut metode baru pada sikap duduk (OP tidak perlu sama seperti pada sub. 1). b. Tanpa melepaskan manset suruhlah OP berlari di tempat dengan frekuensi sekitar 120 loncatan/menit selama 2 menit. Segera setelah selesai, OP disuruh duduk dan ukurlah tekanan darahnya. c. Ulangilah pengukuran tekanan darah ini tiap menit sampai tekanan darahnya kembali seperti semula. Catatlah hasil pengukuran tersebut. 3. Pengukuran tekanan darah a. brachialis dengan cara palpasi a. Ukurlah tekanan darah a. brachialis OP pada sikap duduk dengan cara auskultasi (sub. 1). b. Ukurlah tekanan darah a. brachialis OP pada sikap yang sama dengan cara palpasi.

Hasil percobaan: 1. Pengukuran tekanan darah a.brachialis pada sikap berbaring, duduk dan berdiri Tekanan Darah (mmHg) Sikap 1 Berbaring terlentang Duduk Berdiri 110/70 120/78 110/90 2 114/70 114/80 120/86 3 112/68 112/78 118/90 Rata-rata Tekanan Darah (mmHg) 112/69 115/78 116/88

2. Pengukuran tekanan darah awal = 110/80 mmHg Waktu Menit ke-1 Menit ke-2 Menit ke-3 Menit ke-4 Tekanan darah (mmHg) 150/80 140/70 130/80 110/80

3. Pengukuran tekanan darah dengan cara: a. Auskultasi b. Palpasi : 110/80 mmHg : sistol = 110 sedangkan diastolnya tidak teraba

Pembahasan: Tekanan darah adalah tekanan yang dikenakan oleh darah pada pembuluh arteri darah ketika darah dipan oleh jantung ke seluruh anggota badan manusia. Tekanan darah biasanya diukur seperti berikut 120/80 mmHg. Nombor diatas (120) adalah menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung yang dipanggil tekanan sistolik. Nombor bawah (80) menunjukkan tekanan semasa jantung berehat di antara pengepaman. Ia dipanggil tekanan diastolik. Masa paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah ketika istirahat atau dalam keadaan berbaring. Perubahan sikap dapat mempengaruhi tekanan darah di mana tekanan darah mengalami perubahan. Terdapat perbedaan tekanan darah pada posisi berbaring terlentang, duduk dan berdiri; di mana tekanan darah ketika berdiri lebih tinggi daripada duduk dan berbaring. Peningkatan tekanan darah ini terjadi karena adanya gaya gravitasi yang mempengaruhi tekanan pompa jantung. Pada saat berbaring, kedudukan semua anggota badan sejajar dengan jantung sehingga kecepatan aliran darah standar. Tapi dalam keadaan duduk atau berdiri bagian ekstermitas atas dan kepala lebih tinggi dari jantung, jadi agar darah dapat sampai ke tempat yang dituju dengan pasokan yang sama dengan pada waktu berbaring, maka diperlukan tekanan pompa yang besar sehingga curah meningkat kemudian aliran balik vena meningkat dan selanjutnya meningkatkan tekanan darah. Selain pengaruh gravitasi ada faktor lain yang secara umum mempengaruhi tekanan darah misalnya : a) Kerja jantung atau faal Misalnya, bila curah jantung jantung tiba-tiba naik, jumlah darah yang berlebihan tidak segera diteruskan ke perifer sehingga menjadi timbunan di aorta dan arteri besar. Tekanan darah di susunan arteri akan meningkat dan akan berlangsung sampai jumlah darah yang masuk ke sistem arteriola akan sama dengan jumlah darah yang keluar dari sistem arteriola. b) Tahanan perifer (resistensi perifer)

Tahanan perifer adalah tahanan yang harus dilawan aliran darah waktu mengalir ke seluruh tubuh. Ianya bergantung pada konstriksi dan dilatasi arteriola. Pada konstriksi arteriola, tahanan tepi akan naik menyebabkan tekanan darah di susunan vena turun. c) Jumlah darah Apabila berlaku pendarahan besar, tekanan darah turun karena jumlah darah berkurang. d) Viskositas darah Sekiranya viskositas darah meningkat, internal friction akan turut meningkat. Jadi tenaga untuk memompa darah ke perifer akan naik, jantung akan kerkonraksi kuat dan tekanan darah akan naik. e) Gaya berat Gaya berat ini akan meningkatkan kemungkinan terjadi pooling darah. Tekanan darah arteri dapat diukur dengan 2 cara, yaitu cara palpasi dan cara auskultasi. Manset dipasang pada di atas fossa cubiti. Dengan cara palpasi (perabaan), orang percobaan dapat diukur tekanan darah dengan meraba a. radialis. Pengukuran tekanan darah dengan cara palpasi tersebut hanya dapat mengetahui tekanan darah sistol. Pada saat memasangkan alat manset usahakan tidak terlalu kencang atau terlalu longgar. Apabila terlalu kencang maka hasil pengukuran tekanan darah akan berkurang dari yang seharusnya. Sebaliknya apabila manset terlalu longgar maka hasil pengukuran tekanan darah akan bertambah dari yang seharusnya sehingga menjadi tidak akurat. Dengan cara auskultasi, dapat dilakukan pengukuran tekanan darah sistol dan diastol dengan menggunakan stetoskop untuk mendengar aliran darah pada a. brachialis. Pengukuran dilakukan berdasarkan fase Korotkoff, dimana terdapat 5 fase yaitu: 1. Terdengar bunyi 2. Bising 3. Bunyi mulai teratur 4. Melemah 5. Bunyi hilang

Tekanan sistol ada pada fase pertama (mulai terdengar bunyi), dan tekanan diastol pada fase ke 5 (bunyi menghilang).

Kesimpulan: Pengukuran tekanan darah dalam berbagai posisi baik berbaring, duduk, dan berdiri, memberi hasil yang berbeda, pada keadaan tertidur, semua tekanan pada arteri memiliki tekanan yang sama, sedangkan pada saat berdiri tekanan pada kaki tentu akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan tekanan jantung, sedangkan pada daerah kepala tekanan arteri akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan tekanan yang terdapat dijantung. Tekanan darah dapat diukur dengan 2 cara, yaitu cara palpasi dan cara auskultasi. Cara palpasi hanya dapat mengukur tekanan sistol, sedangkan cara auskultasi dapat mengukur tekanan sistol dan diastol. Tekanan pada arteri dapat berubah-ubah sesuai dengan aktifitas kita. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis adalah karena istirahat, perubahan sikap, kerja otot, pengaruh berpikir, inspirasi dan ekspirasi yang kuat.

Anda mungkin juga menyukai