Anda di halaman 1dari 5

RESENSI SURAT KABAR BERDASARKAN MATERI CIVIC EDUCATION

:DISUSUN OLEH SEKAR ASIH RENGGANIS

INTEGRASI D FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Koperasi Simpan Pinjam Nakal Ditertibkan Sabtu, 10 Januari 2009 | 09:59 WIB SURABAYA, SABTU - Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur akan menertibkan sejumlah koperasi simpan pinjam "nakal" dalam rangka menciptakan citra koperasi menjadi lebih baik.

"Sekarang ini banyak oknum-oknum yang melakukan pelanggaran sehingga tidak sesuai prosedur yang semestinya dilakukan koperasi itu sendiri," ujar Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jatim, Bramansetyo di Surabaya, Sabtu (10/1).) Bramansetyo mengatakan, koperasi simpan pinjam sebenarnya sudah banyak yang baik, namun karena beberapa di antaranya berperilaku seperti rentenir, sehingga memperburuk citra koperasi simpan pinjam. "Kami minta kepada para anggota koperasi, kalau menemukan oknum-oknum yang seperti itu, agar melaporkan kepada kami dan nanti akan kami memproses secara hukum," ujar mantan Kepala Biro Perekonomian Pemprov Jatim tersebut. Untuk melakukan penertiban tersebut, ujar dia, pihaknya akan mengumumkan peringkat kualitas koperasi simpan pinjam, "Nanti akan diumumkan nama koperasi yang kualitasnya A, B dan C, sehingga masyarakat tahu," katanya, Bramansetyo mengatakan, jumlah koperasi simpan pinjam di Jatim sekitar 8.000 unit, sedangkan yang nakal di Jatim tidak lebih dari lima persen, namun tetap mempengaruhi citra koperasi di masyarakat. Tentang pemberdayaan UKM, dia mengatakan akan memberikan kartu identitas kepada UKM di Jatim untuk bekerja sama dengan kabupaten/kota agar mempermudah memberikan bantuan permodalan. "Sesuai data BPS Jatim saat ini terdapat 1,7 juta UKM, karena itu kami akan mengidentifikasi mereka. Pemberian id card nanti bisa bekerja sama dengan Bank Jatim atau BPR. Ini satu solusi untuk penguatan bantuan permodalan" katanya. Bramansetyo mengatakan pihaknya juga akan memberdayakan suami dari 18 ribu mitra pengelinting sigaret (MPS) pabrik rokok PTB Sampoerna yang umumnya menganggur agar menjadi wirausaha baru. "Kami akan memulai dari sektor informal dulu, bagaimana berjualan jamu, bakso dan lainnya. Kalau suami mereka mau bekerja semua maka akan tumbuh wirausaha baru," katanya. Sementara itu, Dinas Koperasi dan UKMB Jatim pada tahun anggaran 2009 memperoleh anggaran Rp55 miliar dari APBD Jatim, sedangkan pada tahun sebelumnya hanya Rp33 miliar. AC Sumber : Ant

Resensi
Artikel di atas dapat dikaitkan dengan materi Good and Clean Governance dan Otonomi Daerah. Secara umum, istilah clean and good governance memiliki pengertian akan segala hal yang terkait dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan,

atau mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pelanggaran prosedur yang dilakukan oknum koperasi simpan pinjam berhubungan dengan salah satu prinsip Good and Clean Governance yaitu transparansi. Transparansi (keterbukaan umum) adalah unsur lain yang menopang terwujudnya good governance yang akan menghasilkan pemerintahan yang bersih (clean government). Akibat tidak adanya prinsip transparansi ini, menurut banyak ahli, Indonesia telah terjerembab ke dalam kubangan korupsi yang berkepanjangan dan parah. Untuk tidak mengulangi pengalaman masa lalu dalam pengelolaan kebijakan publik, khususnya bidang ekonomi, pemerintah harus menerapkan prinsip transparansi dalam kebijakan publik. Hal ini mutlak dilakukan dalam rangka menghilangkan budaya korupsi di kalangan pelaksana pemerintahan baik pusat maupun di bawahnya. Menurut Affan Gaffar, terdapat delapan aspek mekanisme pengelolaan negara yang harus dilakukan secara transparan yaitu: a. b. c. d. e. f. g. h. Penetapan posisi, jabatan atau kedudukan Kekayaan pejabat publik Pemberian penghargaan Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan Kesehatan Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik Keamanan dan ketertiban Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat

Pemberdayaan UKM termasuk ke dalam APBD, oleh karena itu pemberdayaan UKM termasuk ke dalam otonomi daerah. Istilah otonomi daerah dan desentralisasi dalam kerangka sistem penyelenggaraanpemerintahan sering digunakan secara campur baur (interchangeably). Sekalipun secara teoritis kedua konsep ini dapat dipisahkan, namun secara praktis kedua konsep ini sukar dipisahkan. Bahkan menurut banyak kalangan otonomi daerah adalah desentralisasi itu sendiri.desentralisasi pada dasarnya mempersoalkan pembagian kewenangan kepada organ-organ penyelenggara negara, sedangkan otonomi menyangkut hak yang mengikuti pembagian wewenang tersebut. Dewasa ini hampir setiap negara bangsa (nation state) menganut desentralisasi sebagai suatu azas dalam sistem penyelenggaraan negara. Desentralisasi sebagaimana didefinisikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah:

Desentralisasi terkait dengan masalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat yang berada di ibu kota negara baik melalui cara dekonsentrasi, misalnya pendelegasian, kepada pejabat di bawahnya maupun melalui pendelegasian kepada pemerintah atau perwakilan di daerah. Lebih luas Rondinelli mendefinisikan desentralisasi sebagai transfer tanggung jawab dalam perencanaan, manajemen dan alokasi sumber-sumber dari pemerintah pusat dan agenagennya kepada unit kementerian pemerintah pusat, unit yang ada di bawah level pemerintah, otoritas atau korporasi publik semi otonomi, otoritas regional atau fungsional dalam wilayah yang luas, atau lembaga privat non pemerintah dan organisasi nirlaba. Sedangkan pengertian otonomi dalam makna sempit dapat diartikan sebagai mandiri. Sedangkan dalam makna yang lebih luas diartikan sebagai berdaya. Otonomi daerah dengan demikian berarti kemandirian suatu daerah dalam kaitan pembuatan dan pengambilan keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendiri. Jika daerah sudah mampu mencapai kondisi tersebut, maka daerah dapat dikatakan sudah berdaya untuk melekukan apa saja secara mandiri. Sementara itu, ada alasan ideal dan filosofis bagi penyelenggaraan desentralisasi pada pemerintahan daerah, sebagaimana dinyatakan oleh The Liang Gie: 1. Dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan, desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang pada akhirnyadapat menimbulkan tirani. 2. Dalam bidang politik, penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai tindakan pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam mempergunakan hak-hak demokrasi. 3. Dari sudut teknik organisatoris pemerintahan, alasan mengadakan pemerintahan daerah (desentralisasi) adalah semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien. Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus oleh pemerintah setempat, pengurusannya diserahkan kepada daerah. 4. Dari sudut kultur, desentralisasi perlu diadakan supaya perhatian dapat sepenuhnya ditumukan kepada kekhususan sesuatu daerah, seperti geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau latar belakang sejarahnya. 5. Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukan karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara langsung membantu pembangunan tersebut.

Kesimpulannya adalah kedua masalah yang disebutkan dalam artikel menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sebagai pemegang kekuasaan.

SUMBER-SUMBER
1. http://www.kompas .com 2. Ubaedillah, A, 2007. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Untuk Perguruqan Tinggi, Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai