Anda di halaman 1dari 5

C.

PENYEBAB TERJADINYA TUNA DAKSA Seseorang yang menyandang kelemahan fisik biasanya dikarenakan oleh kelemahan syaraf[1] , kelemahan ortopedi[2] atau gangguan kesehatan lainnya (misalnya, penyakit jantung atau asma). Tingkat keterlibatannya mulai dari kelemahan yang ringan hingga sangat parah, sampai kelumpuhan yang memaksa seseorang untuk terus- menerus duduk[3], Anak-anak dengan kelemahan syaraf adalah anak-anak yang cacat karena sistem syaraf pusatnya berkembang dengan tidak sempurna atau terluka (Kirk, p. 351). Anak yang mengalami kelemahan ortopedi adalah mereka yang memiliki kelumpuhan yang mengganggu fungsi normal tulang, persendian, atau otot-otot. Anak-anak yang memiliki kelemahan seperti ini harus diperlakukan khusus oleh sekolah (Ibid., p. 367). Oleh sebab itu, pemodifikasian tata ruang kelas yang memungkinkan bagi kehadiran anak itu amatlah penting. Kelemahan fisik bisa disebabkan oleh cacat lahir (misalnya, perkembangan yang tidak sempurna sebelum dilahirkan), penyakit (misalnya, "poliomyelitis" atau "muscular dystrophy"), atau kecelakaan (misalnya, jatuh, kecelakaan, atau trauma pada otak) Penyebab Tuna Daksa Ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada anak hingga menjadi tuna daksa. Kerusakan tersebut ada yang terletak dijaringan otak, jaringan sumsum tulang belakang, pada system musculus skeletal. Adanya keragaman jenis tuna daksa dan masing-masing kerusakan timbulnya berbeda-beda. Dilihat dari saat terjadinya kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah lahir. 1. Sebab-sebab Sebelum Lahir (Fase Prenatal) Pada fase ini kerusakan terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan, kerusakan disebabkan oleh: a. Trauma, Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya, misalnya infeksi, sypilis, rubela, dan typhus abdominolis. b. Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusat tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak. c. Bayi dalam kandungan terkena radiasi. Radiasi langsung mempengaruhi sistem syarat pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu. d. Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma (kecelakaan) yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya ibu jatuh dan perutnya membentur yang cukup keras dan secara kebetulan mengganggu kepala bayi maka dapat merusak sistem syaraf pusat.

e. Faktor keturunan f. Usia ibu pada saat hamil g. Pendarahan pada waktu hamil h. Keguguran yang dialami ibu.

2. Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal, peri natal) Hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan antara lain: a. Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang ibu kecil sehingga bayi mengalami kekurangan oksigen, kekurangan oksigen menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi, akibatnya jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan. b. Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang mengalami kesulitan sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada bayi. c. Pemakaian anestasi (obat bius) yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan karena operasi dan menggunakan anestesi yang melebihi dosis dapat mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi, sehingga otak mengalami kelainan struktur ataupun fungsinya. 3. Sebab-sebab setelah proses kelahiran (fase post natal) Fase setelah kelahiran adalah masa mulai bayi dilahirkan sampai masa perkembangan otak dianggap selesai, yaitu pada usia 5 tahun. Hal-hal yang dapat menyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah: a. Kecelakaan/trauma kepala, amputasi. b. Infeksi penyakit yang menyerang otak. d. Anoxia/hipoxia. e. Trauma

E. PERKEMBANGAN-PERKEMBANGAN TUNA DAKSA 1. Perkembangan Fisik Anak Tunadaksa a. Secara umum dapat dikatakan hampir sama dengan anak normal kecuali bagian tubuh yang mengalami kerusakan atau bagian tubuh lain yang terpengaruh oleh kerusakan itu.

b. Dalam mengaktualisasikan diri secara utuh, anak tunadaksa biasanya dikompensasikan oleh bagian tubuh yang lain. Contoh bila ada kerusakan pada tangan kanan, sebagai kompensasinya tangan kiri akan lebih berkembang.

2. Perkembangan Kognitif Anak Tunadaksa a. Ptroses adaptasi induvidu terdiri dari asimilasi dan akomodasi b. Keadaan anak tunadaksa menyebabkan gangguan dan hambatan dalam keterampilan motorik. c. Keterbatasan ini sangat membatasi ruang gerak (motorik) kehidupan anak tersebut. d. Anak tidak mampu memperoleh skema baru dalam beradaptasi. e. Hal inilah yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak Inteligensi anak tunadaksa Menurut Lee (1931); a. IQ mereka berkisar antara 35138 (range) b. Rata-rata IQ mereka 57 (mean) c. Yang lainnya Anak polio IQ 92 Anak TBC tulang IQ 88 Anak cacat congenital IQ 61 Anak Spastis IQ 69 Anak cacat pada pusat syaraf IQ 74

3. Perkembangan Bahasa Atau Bicara Anak Tunadaksa a. Pada anak jenis polio perkembangan bahasa tidak begitu berbeda dengan anak normal b. Pada anak cerebral palcy terjadi gangguan bicara karena ketidakmampuan dalam koordinasi motorik organ bicara karena kelainan system neuromotor.

c. Akibatnya sulit mengungkapkan pikiran dan keinginan serta kehendaknya. d. Mereka mudah tersinggung merasa terasing dari keluarga dan teman-temannya.

4. Perkembangan Emosi Anak Tunadaksa a. Anak yang tunadaksa sejak kecil mengalami perkembangan emosi secara bertahap sebagi anak tunadaksa. b. Anakyang tunadaksa setelah besar mengalaminya sebagai suatu hal yang mendadak dan sulit diterima anak karena itu suatu kemunduran. c. Dukungan orang tua sangat mempengaruhi perkembangan emosi anak. 5. Perkembangan Social Anak Tunadaksa a. Sikap lingkungan sekitar berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri anak tunadaksa. Dengan demikian akan mempengaruhi respon sebagian terhadap lingkungannya. b. Jika masyarakat menganggapnya tidak berdaya maka ia akan merasa dirinya tidak berguna. c. Keterbatasan kemampuan anak tunadaksa menyebabkan mereka menarik diri dari pergaulan masyarakat.

6. Perkembangan Kepribadian Anak Tunadaksa Dalam hal ini anak-anak tunadaksa memiliki beberapa hambatan : a. Masalah penyesuaian diri dan mempertahankan konsep diri. b. Hambatan yang terletak antara tujuan ( goal ) dan keinginan untuk mencapai tujuan tersebut. Perkembangan kepribadian anak tunadaksa dipengaruhi oleh beberapa hal : Tingkat ketidakmampuan akibat ketunadaksaan. Usia ketika ketubadaksaan itu terjadi Nampak atau tidaknya kondisi ketunadaksaan Dukungan keluarga dan masyarakat pada anak tunadaksa.

Sikap masyarakat terhadap anak tunadaksa.

Anda mungkin juga menyukai