Anda di halaman 1dari 4

I. PENDAHULUAN I.

1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang berkembang selalu berusaha untuk menerapkan sistem pendidikan yang sesuai untuk perkembangan sumber daya manusia yang dimilikinya. Sebagai negara yang memiliki penduduk 206,264,595 jiwa (Sensus Penduduk Indonesia tahun 2000, Badan Pusat Statistika), Indonesia tentunya memiliki potensi yang besar untuk selalu berkembang. Pengembangan kualitas sumber daya manusia tentunya merupakan satu hal pokok yang semestinya dijadikan sebagai acuan pemerintah dalam upaya kemajuan bangsa. Dalam sebuah survei mutu pendidikan, Indonesia menempati urutan ketiga dari bawah di antara 40 negara lain (Sulistyaningrum, Pemerataan Pendidikan di Indonesia, Koran Pendidikan Online 2008). Hal ini merupakan angka yang cukup ironis jika dilihat dari potensi besar yang seharusnya dimiliki oleh rakyat Indonesia. Demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Indonesia terus mengolah kurikulum dan sistem pendidikan yang tepat untuk diterapkan di seluruh Indonesia. Sebagaimana yang disampaikan Oemar Hamalik (1990), kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah/madrasah memiliki peranan yang sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Terdapat tiga peranan yang dinilai sangat penting, yaitu: (a) peranan konservatif, (2) peranan kreatif, dan (3) peranan kritis/evaluatif. Terhitung sejak tahun 2004 lalu, kurikulum pendidikan di Indonesia diubah menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi dimana metodologinya tidak lagi teacher centered learning, namun diupayakan menjadi student centered learning. Tentunya hal ini membutuhkan adanya adaptasi dari dari seluruh sivitas akademika di Indonesia untuk menerapkan sistem tersebut. Demi melancarkan sistem pendidikan yang sesuai untuk diterapkan di seluruh Indonesia, tahun 2006 lalu diterapkanlah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Melalui kurikulum ini, tiap satuan pendidikan diberi ruang untuk menyesuaikan kurikulum dengan kondisi sekolah, lingkungan alam dan sosial ekonomi masysrakat, dan karakteristik peserta didik (http://www.bpgdisdikjabar.net/materi/PS-1203-10.pdf, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bab I hal 1). Dalam kurikulum ini, diharapkan adanya desentralisasi kurikulum pada setiap distrik atau daerah. Hal ini tentu memicu ketidakseimbangan antara daerah yang maju seperti Pulau Jawa dan daerah yang mengalami ketertinggalan informasi pendidikan seperti daerah-daerah di luar Jawa. Penduduk Indonesia terpusat pada Pulau Jawa, dimana pulau Jawa memiliki 121,352,608 jiwa, atau 58,83% dari penduduk Indonesia (Sensus Penduduk Indonesia tahun 2000, Badan Pusat Statistika). Hal ini berdampak pada sistem pendidikan di Indonedia yang cenderung Java sentris. Berdasarkan pernyataan Munif Chatib, dunia pendidikan adalah dunia yang dinamis dan butuh update hal-hal yang baru secara terus menerus (Sekolahnya Manusia, hal 84, 2009). Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi kelangsungan pendidikan di luar pulau jawa. Kondisi pendidikan di luar Pulau Jawa cenderung harus menyesuaikan diri dengan kondisi pendidikan di Pulau Jawa agar tidak mengalami ketertinggalan. Papua, merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi alam yang luar biasa. Luas wilayah provinsi Papua adalah 317.062 (km2). Jika dibandingkan dengan wilayah Republik Indonesia, maka luas wilayah Provinsi Papua merupakan 19,33 persen dari luas Negara Indonesia yang mencapai 1.890.754 (km2). Ini merupakan provinsi terluas di Indonesia. (Papua Dalam Angka, 2006). Dengan memiliki penduduk sejumlah 2.220.934 jiwa atau sejumlah 1,08% dari penduduk Indonesia (Sensus Penduduk Indonesia 2000, Badan Pusat Statistika), Papua

merupakan provinsi yang memiliki sumber daya manusia yang patut untuk dikembangkan. Di sisi lain, berdasarkn pemaparan Munif Chatib (2009), seorang pakar pendidikan sekaligus sebagai pencetus sekolah berbasis Multiple Inteligence di Indonesia, manusia memiliki bekal untuk terus berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya (Sekolahnya Manusia, cetakan Juni 2009 : hal 137). Berdasarkan penelitian Munif Chatib, modalitas belajar adalah cara informasi masuk ke dalam otak melalui indra yang dimilikinya. Modalitas belajar ini merupakan pemicu utama keberhasilan setiap manusia, terutama siswa sebagai obyek pendidikan, dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan penelitian Munif Chatib, kualitas pembelajaran sangat bagus ketika kita mengkombinasikan 3 komponen, yakni melihat, mengucapkan, dan melakukan (90%).

Gambar 1. Persentase Kualitas Ingatan Manusia (Munif Chatib, 2009) Dewasa ini, sistem pendidikan global telah memperkenalkan adanya konsep elearning, dimana e-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang electronic based. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Pengembangannya di jaringan komputer memungkinkan untuk dikembangkan secara web based, sehingga kemudian dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet. Oleh sebab inilah, maka sistem e-learning dengan menggunakan internet disebut juga internet enabled learning (Maman Somantri, 2004). Dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul Implementasi e-Learning di Teknik Elektro UNDIP (Transmisi, Vol. 8, No. 2, Desember 2004 : 28 30) Maman Somantri menambahkan, penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Informasiinformasi pengajaran juga bisa real time. Begitu pula dengan komunikasinya, meskipun tidak secara langsung tatap muka, tetapi forum diskusi pun bisa dilakukan dengan Implementasi E-learning secara online dan realtime. Menurut Maman Somantri (2004), Sistem e-learning ini tidak memiliki batasan waktu akses, inilah yang memungkinkan pengajaran bisa dilakukan lebih banyak waktu. Kapanpun mahasiswa bisa mengakses sistem ini. Aktivitas-aktivitas perkuliahan ditawarkan untuk bisa melayani seperti perkuliahan biasa. Ada penyampaian materi yang berbentuk text maupun hasil penyimpanan suara yang bisa didownload, selain itu juga ada forum diskusi, bisa juga seorang dosen ataupun pengajar memberikan nilai, tugas dan pengumuman kepada mahasiswanya. Sistem perkuliahan di Universitas Diponegoro pun dapat berkembang pesat seiring dengan penerapan e-learning tersebut.

Gambar 2. Sistem Client Server Sebagaimana ilustrasi di atas, maka dapat ditentukan metodologi yang tepat dalam mengatasi ketertinggalan pendidikan di Papua, yakni dengan metodologi web based distance learning, dengan menerapkan sistem computational e-learning di daerah-daerah tertinggal di Papua. Dengan menjalankan sistem ini, pendidikan di Papua pun tidak lagi mengalami ketertinggalan informasi pendidikan yang selama ini cenderung Java sentris. Sistem ini memungkinkan sivitas akademika di Papua dapat melakukan share informasi dengan sivitas akademika di Pulau Jawa. Sama halnya apabila sistem ini diterapkan di daerah-daerah lain yang notabene adalah mengalami ketertinggalan informasi pendidikan, daerah tersebut akan dapat melakukan share informasi dengan daerah Jawa. Sekretaris Jenderal Depdiknas (Kompas, 21/2/2009) mengungkapkan, Kita patut bersyukur jika pendidikan dasar sembilan tahun dapat diakses gratis seluruh masyarakat. Oleh karena itu, berbagai upaya dalam mengembangkan sumber daya manusia Indonesia terutama dalam bidang pendidikan patut untuk digalakkan. I.2 Rumusan Masalah Kesenjangan di bidang Teknologi terutama Teknologi Telekomunikasi Informasi di berbagai daerah di belahan Indonesia khususnya Papua mengakibatkan kesenjangan pendidikan pula. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diangkat dalam karya tulis ini antara lain: o Bagaimana cara memeratakan kualitas pendidikan di daerah terpencil, terutama di daerah yang mengalami keterbelakangan informasi pendidikan seperti Papua? o Bagaimana metode yang tepat dalam mengatasi ketertinggalan pendidikan di daerah luar Jawa terutama Papua? o Bagaimana cara meningkatkan kualitas pendidikan bangsa Indonesia dengan memfokuskan pada daerah yang mengalami ketertinggalan informasi pendidikan? I.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan karya tulis ini antara lain : o Memeratakan kualitas pendidikan di Indonesia, terutama di daerah yang mengalami keterbelakangan informasi pendidikan terkini seperti Papua. o Menciptakan media pembelajaran baru untuk mengatasi ketertinggalan pendidikan di daerah luar Jawa terutama Papua dengan metodologi distance learning berbasis web. o Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dengan melaksanakan pemerataan kualitas pendidikan di daerah-daerah tertinggal. I.4 Manfaat Penulisan Karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan sebagai wacana usaha peningkatan kualitas pendidikan di daerah tertinggal khususnya di daerah luar Jawa agar terjadi pemerataan kualitas pendidikan dan meminimalisasi adanya pendidikan yang Java Sentris. Selain itu karya tulis ini merupakan bentuk pengabdian insan akademis dalam

upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat Indonesia sebagai wujud Tri Dharma perguruan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai