Anda di halaman 1dari 13

( SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL)

0LEH KELOMPOK II : 1. DEWA AYU KARTIKA DIAH ASTRY PRATAMA (02) 2. SANTRI DINAL HUSNA (05) 3. NI MADE OKTHAVIANI PUTRI (15) 4. NI KOMANG ASTY TRESNA YANTI (20) 5. NI KOMANG WIJA KUSUMA WATI (21) 6. NI MADE CHYNTHIANINGRUM (29)

SMAN 1 SEMARAPURA TAHUN AJARAN 2011/2012

SISTEM HUKUM DAN PENGADILAN INTERNASIONAL

A. Makna Hukum dan Peradilan Internasional


1. Pengertian Hukum Internasional
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala internasional. Pada awalnya, Hukum Internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara namun dalam perkembangan pola hubungan internasional yang semakin kompleks pengertian ini kemudian meluas sehingga hukum internasional juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu, perusahaan multinasional dan individu. Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara: (i) negara dengan negara (ii) negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subyek hukum bukan negara satu sama lain. Hukum Internasional dapat dibagi menjadi 2 yaitu hukum Internasional tertulis dan hukum internasional tidak tertulis. Hukum Internasional tertulis : Perjanjian internasional yang berbentuk tertulis dewasa ini mendominasi hukum internasional maupun hubungan-hubungan internasional. Hal ini disebabkan karena memang perjanjian internasional yang berbentuk tertulis memiliki beberapa keunggulan, seperti ketegasan, kejelasan, dan kepastian hukum, bagi para pihak dan merupakan sumber hukum utama yang paling logis (Walter S. Jones, 1993:331). Hukum Internasional tidak tertulis: Perjanjian internasional tak tertulis, pada umumnya adalah merupakan pernyataan secara bersama atau secara timbal balik yang diucapkan oleh kepala negara, kepala pemerintahan atau menteri luar negeri, atas nama negaranya masing-masing mengenai suatu masalah tertentu yang menyangkut kepentingan para pihak (I Wayan Parthiana, 1990:160).

2. Azas-Azas Hukum Internasional


Ada beberapa asas asas Hukum Internasional dalam menjalin hubungan antar bangsa:

ASAS TERITORIAL Menurut azas ini, negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di wilayahnya dan terhadap semua barang atau orang yang berada diwilayah tersebut, berlaku hukum asing (internasional) sepenuhnya. ASAS KEBANGSAAN Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga negaranya, menurut asas ini setiap negara di manapun juga dia berada tetap mendapatkan perlakuan hukum dari negaranya, Asas ini mempunyai kekuatan extritorial, artinya hukum negera tersebut tetap berlaku juga bagi warga negaranya, walaupun ia berada di negara asing. ASAS KEPENTINGAN UMUM Asas ini didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan dalan kehidupan masyarakat, dalam hal ini negara dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan dan peristiwa yang berkaitan dengan kepentingan umum, jadi hukum tidak terikat pada batas batas wilayah suatu negara.

3. Sumber Hukum Internasional


Pada azasnya, sumber hukum terbagi menjadi dua, yaitu: sumber hukum dalam arti materiil dan sumber hukum dalam arti formal. Sumber hukum dalam arti materiil adalah sumber hukum yang membahas materi dasar yang menjadi substansi dari pembuatan hukum itu sendiri. Sumber hukum dalam arti formal adalah sumber hukum yang membahas bentuk atau wujud nyata dari hukum itu sendiri. Dalam bentuk atau wujud apa sajakah hukum itu tampak dan berlaku. Dalam bentuk atau wujud inilah dapat ditemukan hukum yang mengatur suatu masalah tertentu.

4. Subyek-subyek Hukum Internasional


1. 2.

3.

Negara merupakan subjek hukum internasional yang klasik dan sangat penting. Takhta suci adalah gereja vatikan di roma, italia dengan paus sebagaikepala negara. Takhta suci kedudukannya sejajar denagn negara laindalam hubungan internasional. Organisasi internasional berkedudukan sebagai subjek hukuminternasional yang mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan yangditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional sebagai anggarandasar. Organisasi internasional mempunyai klasifikasi, yakni:

a. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global dengan maksuddan tujuan yang bersifat umum, contohnya adalah Perserikatan Bangsa Bangsa; b. O r g a n i s a s i i n t e r n a s i o n a l ya n g m e m i l i k i k e a n g g o t a a n g l o b a l d e n g a n m a k s u d d a n tujuan yang bersifat spesifik, contohnya adalah World Bank , UNESCO, International Monetary Fund, International Labor Organization, dan lain-lain; c. Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud dan tujuanglobal, antara lain: Association of South East Asian Nation (ASEAN), Europe Union.
4.

Palang merah internasional adalah subjek hukum internasional. Pada awalmulanya, Palang Merah Internasional merupakan organisasi dalam ruanglingkup nasional, yaitu Swiss, didirikan oleh lima orangberkewarganegaraan Swiss, yang dipimpin oleh Henry Dunant danbergerak di bidang kemanusiaan. O r a n g p e r s e o r a n g a n ( i n d i v i d u ) . Dalam perjanjian damai Versailes telah disebutkan pasal-pasal yang memungkinkan orang perseorangan untuk mengajukan perkara ke mahkamah arbitrase internasional. Pemberontakan dan pihak dalam sengketa. Dapat dijadikan subyek hukum internasional karena dapat menentukan nasibnya sendiri.

5.

6.

5. Lembaga Peradilan Internasional a. Mahkamah Internasional


MI adalah organ utama lembaga kehakiman PBB, yang kedudukan di Den Haag, Belanda. Mahakamah ini mulai berfungsi sejak tahun 1946 sebagai pengganti MIP. Fungsi utama MI adalah untuk menjelaskan kasus-kasus persengkataan intersional yang subjeknya adalah negara. Statuta adalah hukum-hukum yang terkandung.

b. Mahkamah Pidana Internasional


MPI adalah Mahkamah Pidana Internasional yang berdiri permanen berdasarkan traktat multilateral, yang mewujudkan supremasi hukum internasional yang memastikan bahwa pelaku kejahatan berat internasional di pidana.

c. Panel khusus dan spesial pidana internasional


Panel khusus pidana internasional (PKPI) dan Panel spesial pidana internasional (PSPI) adalah lembaga peradilan internasional yang berwenang mengadili para tersangka kejahatan berat internasional yang bersifat tidak permanen. Artinya selesai mengadili, peradilan ini dibubarkan.

d. Proses Hukum yang Adil atau Layak


Di dalam pelaksanaan peradilan pidana, ada satu istilah hukum yang dapat merangkum cita-cita peradilan pidana, yaitu due process of law yang dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi proses hukum yang adil atau layak.

6. Tugas Mahkamah Internasional


a. Memeriksa dan mengadili semua perkara internasional yang diajukan kepadanya. b. Memberikan saran dan pendapat dalam masalah-masalah hukum kepada dewan keamanan dan majelis umum bila diminta

7. Proses Ratifikasi Hukum Internasional


Proses ratifikasi atau pengesahan suatu perjanjian internasional didahului oleh adanya tahap perundingan atau negotiation yang diajukan dengan tahap penandatanganan (signature).

8. Perbedaan Hukum Nasional dan internasional


hukum nasional itu adalah hukum yg dibuat oleh daerah/teritorial tertentu dan hanya berlaku di daerah/teritorial tersebut yg belum tentu bisa diterima oleh daerah/teritorial yg lain. Sedangkan hukum internasional adalah hukum yg dibuat dan ditetapkan oleh seseorang badan (misalnya PBB, IMF, WHO) yg telah berwenang untuk membuat hukum yg berlaku bagi semua daerah/teritorial di dunia.

9. Pelaksanaan Perjanjian Internasional


1. Ketaatan terhadap perjanjian Internasional a. Perjanjian harus dipatuhi b. Kesadaran hukum nasional 2. Penerapan perjanjian a. Daya berlaku surut b. Wilayah penerapan c. Perjanjian penyusun 3. Penafsiran ketentuan perjanjian 4. Pembatalan perjanjian internasional

10.Jenis-jenis Perjanjian Internasional

a. Perjanjian Internasional Bilateral, yaitu Perjanjian Internasional yang peserta atau pihak-pihak yang terikat di dalamnya terdiri atas dua subjek internasional saja. b. Perjanjian Internasional Bilateral, yaitu Perjanjian Internasional yang peserta atau pihak-pihak yang terikat di dalamnya terdiri atas dua subjek internasional saja

jumlah hukum jumlah hukum

11.Berakhirnya perjanjian Internasional


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Telah tercapai tujuan dari perjanjian itu Masa berlakunya sudah habis Adanya kesepakatan untuk mengakhiri perjanjian Punahnya obyek perjanjian itu atau negara yang mengadakan perjanjian Adanya perjanjian baru dan meniadakan perjanjian terdahulu Perjanjian diakhiri oleh salah satu pihak dan diterima pihak lain. Syarat-syarat tentang pengakhiran perjanjian sudah dipenuhi.

B. Sengketa International
1. Sebab Sebab Sengketa International
Sengketa Internasional disebut dengan perselisihan yang terjadi antara Negara dan Negara, Negara dengan individu atau Negara dengan badan-badan / lembaga yang menjadi subjek internasional. Sengketa tersebut terjadi karena berbagai sebab, antara lain : 1. Salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban dalam perjanjian Internasional. 2. Perbedaan penafsiran mengenai isi perjanjian Internasional. 3. Perebutan sumber-sumber ekonomi 4. Perebutan pengaruh ekonomi 5. Adanya intervensi terhadap kedaulatan Negara lain 6. Perluasan pengaruh politik& ideologi terhadap negara lain 7. Adanya perbedaan kepentingan 8. Penghina terhadap harga diri bangsa 9. Ketidaksepahaman mengenai garis perbatas-an antar negara yang banyak yang belum terselesaikan melalui mekanisme perundingan (bilateral dan ). 10. Peningkatan persenjataan dan eskalasi kekuatan militer baik oleh negara-negara yang ada di kawa-san ini, maupun dari luar kawasan. 11. Eskalasi aksi terorisme lintas negara, dan gerakan separatis bersenjata yang dapat mengundang kesalahpahaman antar negara bertetangga.

1. Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai. a. Melalui Pengadilan.


1) Arbitrase Internasional.: Cara penyelesaian sengketa dengan mengajukan sengketa kepada orang orang tertentu yang dipilih secara bebas oleh pihak pihak yang bersengketa. Arbitror : Orang yang dipilih untuk memutuskan sengketa. 2) Peradilan Internasional.: Penyelesaian masalah dengan penerapan hokum oleh badan peradilan internasional. Biasa diselenggarakan oleh Mahkamah Internasional.

b. Tidak Melalui / di luar Pengadilan. 1) Rujuk. : Penyelesaian sengketa melalui usaha penyesuian pendapat antara pihak yang bersengketa secara kekeluargaan. Rujuk dapat dilakukan dengan cara : a) Negosiasi. b) Mediasi / perantara. c) Konsiliasi. d) Bantuan panitia penyelidikan. Tugas Panitia Penyelidikan: Menyelidiki kepastian peristiwa dan kemudian menyiapkan penyelesaian yang disepakati.

2) Penyelesaian Sengketa di bawah Pengawasan PBB. Peranan PBB dalam penyelesaian sengketa secara damai dapat dilakukan secara :

a) Politik : dilakukan oleh Majelis Umum dan Dewan Keamanan. MU PBB menangani sengketa dengan jalan memberikan rekomendasi kepada Negara yang bersengketa tentang tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan sengketa secara damai demi terwujudnya kesejahteraan dan persahabatan. v DK PBB menangani segketa yang membahayakan perdamaian dan keamanan internasional, peristiwa yang mengancam perdamaian, melanggar perdamaian, tindakan penyerangan (agresi). b) Hukum : dilakukan oleh Mahkamah Internasional (Peradilan).

c. Penyelesaian Sengketa Internasional secara Kekerasan.


a. Blokade. : Mengepung wilayah untuk memutuskan hubungan wilayah itu dengan pihak

luar. Contoh pengepungan kota / pelabuhan. Ada 2 macam Blokade : 1) Blokade masa damai : akibat hukumnya Negara yang memblokade tidak berhak menangkap kapal Negara ke tiga yang melanggar blockade itu. 2) Blokade masa perang : akibat hukumnya Negara yang memblokade berhak memeriksa kapal Negara netral / Negara ke tiga.

b. Reprisal. : Pembalasan yang dilakukan oleh Negara terhadap tindakan yang melanggar hokum dari Negara lawan dalam suatu pertikaian. Ada 2 macam reprisal : 1) Reprisal di masa damai : dapat dibenarkan jika Negara yang dikenai perbuatan reprisal bersalah melakukan kejahatan internasional. Contohnya pemboikotan barang, embargo, demonstrasi angkutan laut. 2) Reprisal di masa perang : perbuatan pembalasan antara pihak yang berperang dengan tujuan memaksa pihak lawan untuk menghentikan perbuatannya yang melanggar hokum perang.

c. Retorasi. : Pembalasan yang dilakukan oleh Negara terhadap tindakan yang tidak pantas dari Negara lain. Contohnya pengetatan hubungan diplomatic, penghapusan hak istimewa diplomatic.

d. Pertikaian Senjata (Perang). : Pertentangan yang disertai penggunaan kekerasan dengan tujuan menundukkan lawan dan menetapkan pernyataan damai secara sepihak.

C. Putusan Mahkamah International


1. Mekanisme Kerja Mahkamah International
Ketentuan-ketentuan prosedural dalam penyelesaian sengketa internasional berada di luar kekuasaan negara-negara yangbersengketa. Ketentuan-ketentuan tersebut sudah ada sebelum lahirnya sengketa-sengketa dan hal ini terdapat dalam Bab III statuta.Selanjutnya, pasal 30 statuta memberikan wewenang kepada mahkamah untuk membuat aturan-aturan tata tertib guna melengkapi Bab III tersebut. Jadi, jika statuta merupakan suatu konvensi, aturan prosedural tadi merupakan satu perbuatan unilateral mahkamah yang mengikat negara-negara yang bersengketa. Di sini teknik internasional identik dengan teknik intern suatu negara.Mengenai isi ketentuan-ketentuan prosedural dicatat bahwa proses di depan mahkamah mempunyai banyak kesamaan dengan yuridiksi intern suatu negara, yaitu : a) Prosedur tertulis dan perdebatan lisan diatur sedemikian rupa untuk menjamin setiap pihak dalam dalam mengemukakan pendapatnya. b) Sidang-sidang mahkamah terbuka untuk umum, sedang sidang-sidang arbitrasi tertutup. Tentu saja rapat hakim-hakim mahkamah diadakan dalam sidang tertutup. Selanjutnya, sesuai pasal 26 statuta, mahkamah dari waktukewaktu dapat membentuk satu atau beberapa kamar yang terdiriatas tiga hakim atau lebih untuk memeriksa kategori tertentu kasus-kasus seperti perburuhan atau masalah-masalah yang berkaitandengan transit dan komunikasi. Kemungkinan ini telah digunakan. Mahkamah Internasional dalam mencapai suatu keputusan,dapat menerapkan aspek hukum dalam bentuk sebagai berikut : a)Perjanjian, b) Kebiasaan Internasional, c) Prinsip hukum secara Telah Terjadi Pelanggaran HAM dan Pengaduan Dari Negara Yang Dirugikan Komisi Tinggi HAM PBB/Lembaga HAM Internasional Pemeriksaan Dan Penyeledikan Proses Peradilan Sampai Dengan Pemberian Sanksi MAHKAMAH INTERNASIONAL NegaraNegara Anggota /BukanPBB Terjadi Sengketa/Konflik beberapakali oleh mahkamah. Sengketa internasional dapatdiselesaikan oleh Mahkamah Internasional melalui prosedur berikut : Telah terjadi pelanggaran HAM/kejahatan humaniter(kemanusiaan) di suatu negara terhadap rakyat/negara lain.

Ada pengaduan dari korban (rakyat) dan pemerintahannegara yang menjadi korban terhadap pemerintahan darinegara yang bersangkutan karena didakwa telah melakukan pelanggaran HAM atau kejahatan humaniter lainnya. Pengaduan disampaikan ke Komisi Tinggi HAM PBB ataumelalui lembaga-lembaga HAM internasional lainnya. Pengaduan ditindaklanjuti dengan penyelidikan,pemeriksaan, dan penyidikan jika ditemui bukti-bukti kuat akanterjadinya pelanggaran HAM atau kejahatan kemanusiaan lainnya, maka pemerintahan dari negara yang didakwamelakukan kejahatan humaniter dapat diajukan ke Mahkamah Internasional atau Pengadilan Internasional. Dimulailah proses peradilan sampai dijatuhkan sanksi. Sanksi dapat dijatuhkan bila terbukti bahwa suatu pemerintahanatau individu yang bersangkutan telah melakukan pelanggaranterhadap traktat atau konvensi-konvensi internasional berkaitandengan pelanggaran HAM atau kejahatan humaniter. Dalam hal ini,sesungguhnya pemerintah/individu mempunyai wewenang untuk mencegah terjadinya pelanggaran tersebut, tetapi tidak dilakukan dan tidak melakukan apa-apa untuk mencegah terjdinya perbuatantersebut.Berikut ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan Mekanisme Kerja Mahkamah Internasional. a. Wewenang Mahkamah Internasional

Mahkamah dapat mengambil tindakan sementara dalam bentuk Ordonasi. Tindakan sementara ialah tindakan yang diambilmahkamah untuk melindungi hak-hak dan kepentingan pihak-pihakyang bersengketa sambil menunggu keputusan dasar

ataupenyelesaian lainnya yang akan ditentukan mahkamah secradefenitif.Dalam kasus Okupasi Kedutaan Besar Amerika Serikat olehkelompok militan di Teheran tanggal 4 Nopember 1979, mahkamah menetapkan tindakan-tindakan sementara agar menyerahkan kembali kedutaan besar tersebut dan pembebasan sandera.Demikian juga dalam sengketa antara Amerika Serikat danNikaragua, mahkamah pada 10 Mei 1984 menetapkan tindakan-tindakan sementara agar hak Nikaragua atas kedaulatan dankemerdekaan politiknya tidakdiancam oleh kegiatan-

kegiatanmiliter Amerika Serikat. Selanjutnya, selama berlangsungnyaproses, mahkamah dapat membuat angket, melakukanpemeriksaan-pemeriksaan oleh para ahli, berkunjung ke tempatsumber sengketa untuk keperluan pengumpulan bukti.

b. Penolakan Hadir di Mahkamah Internasional

Sehubungan dengan ketidakhadiran salah satu pihak yangbersengketa di mahkamah, pasal 53 statuta menyatakan bahwasikap salah satu pihak tidak muncul di mahkamah atau tidakmempertahankan perkaranya, pihak lain dapat memintamahkamah mengambil keputusan untuk mendukung tuntutannya.Masalah ketidakhadiran salah satu pihak dalam perkara dimahkamah pernah terjadi pada waktu mahkamah tetap dan dalamsistem mahkamah sekarang. Sebagai contoh dapat diambilketidakhadiran Albania dalam peristiwa Selat Corfu

(keputusanmahkamah 15 Desember 1949), ketidak hadiran Islandia dalamperistiwa wewenang dibidang penangkapan ikan (keputusan 25 Juli1974), Prancis 20 Desember 1974 dalam peristiwa uji coba nuklir, Turki dalam peristiwa landas kontinen laut Egie (19 Desember1978), Iran dalam peristiwa personel diplomatik, dan konsulat Asdi Teheran tanggal 21 Mei 1980, serta tanggal 21 Mei 1980, serta tanggal 27 Juni1986 dalam aktivitas militer kontra- Nikaragua.Negara bersengketa yang tidak hadir di mahkamah tidakmenghalangi organ tersebut untuk mengambil keputusan dengansyarat seperti tercantum dalam pasal 53 ayat 2 statuta. Pasaltersebut menjelaskan bahwa sebelum menjatuhkan keputusan kepada pihak yang tidak hadir , mahkamah harus yakin bahwa iabukan saja mempunyai wewenang, melainkan juga keputusannya betulbetul didasarkan atas fakta dan hukum. Dengan demikian pihak yang dihukum, walaupun tidak hadir pada prinsipnya tidak dapat menolak keputusan yang telah ditetapkan oleh mahkamah.

2. Keputusan Mahkamah Internasional dalam Menyelesaikan Sengketa Internasional


Keputusan mahkamah internasional diambil dengan suaramayoritas dari hakim-hakim yang hadir. Jika suara seimbang, suaraketua atau wakilnya yang menentukan. Keputusan mahkamah terdiridari 3 bagian. Bagian pertama berisikan komposisi mahkamah,informasi mengenai pihak-pihak yang bersengketa, serta wakil-wakilnya, analisis mengenai fakta-fakta, dan argumentasi hukum pihak-pihak yang bersengketa. Bagian kledua berisikan penjelasan

mengenai

motivasi

mahkamah.Pemberian

motivasi

keputusan

mahkamah

merupakan

suatukaeharusan karena penyelesaian Yuridiksional sering merupakansalah satu unsur dari penyelesaian yang lebih luas dari sengketa dankarena itu, perlu dijaga sensibilitas pihak-pihak yang bersengketa.Bagian ketiga berisi dispositif.Dispositif ini berisikan keputusan mahkamah yang mengikat negara-negara yang bersengketa.

Seperti halnya dengan praktik peradilan intern negara-negara Anglo Saxon, pernyataan pendapat yang terpisah diperbolehkan.Maksud pendapat terpisah ialah jika suatu keputusan tidak mewakili seluruh atau hanya sebagian dari pendapat bulat para hakim, hakim-hakim yang lain berhak memberikan pendapat secara terpisah (pasal57 Statuta). Jadi pendapat terpisah ini disebut Jissenting Opinion (pendapat seorang hakim yang tidak menyetujui suatu keputusan dan menyatakan keberatan terhadap motif-motif yang diberikan dalam keputusan tersebut). Dengan kata lain, pendapat terpisah adalah pendapat hakim yang tidak setuju dengan keputusan yang diam biloleh kebanyakan hakim. Pengaturan resmi pendapat terpisah akanmelemahkan kekuatan keputusan mahkamah, walaupun di lain pihak akan menyebabkan hakim-hakim mayoritas berhati-hati dalammemberikan motif keputusan mereka.Pasal 13 Pakta Liga Bangsa-Bangsa telah menegaskan jika suatu keputusan peradilan tidak dilaksanakan, dewan dapat mengusulkan tindakan-tindakan yang akan menjamin pelaksanaan keputusan tersebut. Selain itu Piagam PBB dalam pasal 94 menjelaskan hal-hal berikut : a) Tiap-tiap negara anggota PBB harus melaksanakan keputusan mahkamah internasional dalam sengketa. b) jika Negara yang bersengketa tidak melaksanakan kewajiban kewajibanya yang di putuskan mahkamah internasional,n maka dapat membuat persoalan ke dewan ke amanan PBB, sehingga persoalannya menjadi masalah internasional dan PBB dapat mengambil tindakan tegas terhadap pelanggaran sanksi yang di jatuhkan oleh mahkamah internasioanal berupa blockade ekonomi atau sanksi militer.

3. Prinsip Hidup Berdampingan Secara DamaiBerdasarkan Persamaan Derajat


Dalam penyelesaian sengketa internasional, diupayakan melalui cara-cara damai dan pelarangan akan penggunaan kekerasan.Keharusan untuk menyelesaikan sengketa secara damai ini, pada mulanya dicantumkan dalam Pasal 1 konvensi mengenai penyelesaian sengketasengketa secara damai yang ditandatangani di Den Haag pada tanggal 18 Oktober 1907, kemudian dikukuhkan oleh pasal 2ayat 3 Piagam PBB, selanjutnya oleh deklarasi prinsip-prinsip hukum internasional mengenai hubungan bersahabat dan kerjasama antarnegara yang diterima oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 24Oktober 1970. Deklarasi tersebut meminta agar semua negaramenyelesaikan sengketa mereka dengan cara damai agarperdamaian, keamanan internasional, dan keadilan tidak sampaiterganggu.Dengan demikian, pelarangan penggunaan kekerasan danpenyelesaian sengketa secara damai merupakan norma-normaimperatif dalam pergaulan antarbangsa. Oleh karena itu, hukuminternasional telah menyusun berbagai cara penyelesaian sengketasecara damai dan menyumbangkannya kepada masyarakat duniademi terpeliharanya perdamaian dan keamanan serta terciptanyapergaulan antarbangsa yang serasi.Prinsip penyelesaian sengketa internasional secara damaididasarkan pada prinsip-prinsip hukum internasional yang berlakusecara universal. Hal tersebut dimuat dalam deklarasi mengenaihubungan bersahabat dan kerjasama antarnegara tanggal 24 Oktober1970

(A/RES/2625/XXV), serta deklarasi Manila tanggal 15 November1982 (A/RES/37/10) mengenai penyelesaian sengketa internasional secara damai sebagai berikut:

a) Prinsip bahwa negara tidak akan menggunakan kekerasan yangbersifat mengancam integritas teritorial atau kebebasan politiksuatu negara, atau menggunakan cara-cara lainnya yang tidaksesuai dengan tujuan-tujuan PBB b) .Prinsip non-intervensi dalam urusan dalam negeri dan luar negeri suatu negara. c) Prinsip-prinsip persamaan hak menentukan nasib sendiri bagisetiap bangsa. d) Prinsip persamaan kedaulatan negara. e) Prinsip hukum internasional mengenai kemerdekaan, kedaulatan,dan integritas teritorial suatu negara.f.Prinsip itikad baik dalam hubungan internasional.g.Prinsip keadilan dan hukum internasional.

Anda mungkin juga menyukai