PKN
PKN
0LEH KELOMPOK II : 1. DEWA AYU KARTIKA DIAH ASTRY PRATAMA (02) 2. SANTRI DINAL HUSNA (05) 3. NI MADE OKTHAVIANI PUTRI (15) 4. NI KOMANG ASTY TRESNA YANTI (20) 5. NI KOMANG WIJA KUSUMA WATI (21) 6. NI MADE CHYNTHIANINGRUM (29)
ASAS TERITORIAL Menurut azas ini, negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di wilayahnya dan terhadap semua barang atau orang yang berada diwilayah tersebut, berlaku hukum asing (internasional) sepenuhnya. ASAS KEBANGSAAN Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga negaranya, menurut asas ini setiap negara di manapun juga dia berada tetap mendapatkan perlakuan hukum dari negaranya, Asas ini mempunyai kekuatan extritorial, artinya hukum negera tersebut tetap berlaku juga bagi warga negaranya, walaupun ia berada di negara asing. ASAS KEPENTINGAN UMUM Asas ini didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan dalan kehidupan masyarakat, dalam hal ini negara dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan dan peristiwa yang berkaitan dengan kepentingan umum, jadi hukum tidak terikat pada batas batas wilayah suatu negara.
3.
Negara merupakan subjek hukum internasional yang klasik dan sangat penting. Takhta suci adalah gereja vatikan di roma, italia dengan paus sebagaikepala negara. Takhta suci kedudukannya sejajar denagn negara laindalam hubungan internasional. Organisasi internasional berkedudukan sebagai subjek hukuminternasional yang mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan yangditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional sebagai anggarandasar. Organisasi internasional mempunyai klasifikasi, yakni:
a. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global dengan maksuddan tujuan yang bersifat umum, contohnya adalah Perserikatan Bangsa Bangsa; b. O r g a n i s a s i i n t e r n a s i o n a l ya n g m e m i l i k i k e a n g g o t a a n g l o b a l d e n g a n m a k s u d d a n tujuan yang bersifat spesifik, contohnya adalah World Bank , UNESCO, International Monetary Fund, International Labor Organization, dan lain-lain; c. Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud dan tujuanglobal, antara lain: Association of South East Asian Nation (ASEAN), Europe Union.
4.
Palang merah internasional adalah subjek hukum internasional. Pada awalmulanya, Palang Merah Internasional merupakan organisasi dalam ruanglingkup nasional, yaitu Swiss, didirikan oleh lima orangberkewarganegaraan Swiss, yang dipimpin oleh Henry Dunant danbergerak di bidang kemanusiaan. O r a n g p e r s e o r a n g a n ( i n d i v i d u ) . Dalam perjanjian damai Versailes telah disebutkan pasal-pasal yang memungkinkan orang perseorangan untuk mengajukan perkara ke mahkamah arbitrase internasional. Pemberontakan dan pihak dalam sengketa. Dapat dijadikan subyek hukum internasional karena dapat menentukan nasibnya sendiri.
5.
6.
a. Perjanjian Internasional Bilateral, yaitu Perjanjian Internasional yang peserta atau pihak-pihak yang terikat di dalamnya terdiri atas dua subjek internasional saja. b. Perjanjian Internasional Bilateral, yaitu Perjanjian Internasional yang peserta atau pihak-pihak yang terikat di dalamnya terdiri atas dua subjek internasional saja
B. Sengketa International
1. Sebab Sebab Sengketa International
Sengketa Internasional disebut dengan perselisihan yang terjadi antara Negara dan Negara, Negara dengan individu atau Negara dengan badan-badan / lembaga yang menjadi subjek internasional. Sengketa tersebut terjadi karena berbagai sebab, antara lain : 1. Salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban dalam perjanjian Internasional. 2. Perbedaan penafsiran mengenai isi perjanjian Internasional. 3. Perebutan sumber-sumber ekonomi 4. Perebutan pengaruh ekonomi 5. Adanya intervensi terhadap kedaulatan Negara lain 6. Perluasan pengaruh politik& ideologi terhadap negara lain 7. Adanya perbedaan kepentingan 8. Penghina terhadap harga diri bangsa 9. Ketidaksepahaman mengenai garis perbatas-an antar negara yang banyak yang belum terselesaikan melalui mekanisme perundingan (bilateral dan ). 10. Peningkatan persenjataan dan eskalasi kekuatan militer baik oleh negara-negara yang ada di kawa-san ini, maupun dari luar kawasan. 11. Eskalasi aksi terorisme lintas negara, dan gerakan separatis bersenjata yang dapat mengundang kesalahpahaman antar negara bertetangga.
b. Tidak Melalui / di luar Pengadilan. 1) Rujuk. : Penyelesaian sengketa melalui usaha penyesuian pendapat antara pihak yang bersengketa secara kekeluargaan. Rujuk dapat dilakukan dengan cara : a) Negosiasi. b) Mediasi / perantara. c) Konsiliasi. d) Bantuan panitia penyelidikan. Tugas Panitia Penyelidikan: Menyelidiki kepastian peristiwa dan kemudian menyiapkan penyelesaian yang disepakati.
2) Penyelesaian Sengketa di bawah Pengawasan PBB. Peranan PBB dalam penyelesaian sengketa secara damai dapat dilakukan secara :
a) Politik : dilakukan oleh Majelis Umum dan Dewan Keamanan. MU PBB menangani sengketa dengan jalan memberikan rekomendasi kepada Negara yang bersengketa tentang tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan sengketa secara damai demi terwujudnya kesejahteraan dan persahabatan. v DK PBB menangani segketa yang membahayakan perdamaian dan keamanan internasional, peristiwa yang mengancam perdamaian, melanggar perdamaian, tindakan penyerangan (agresi). b) Hukum : dilakukan oleh Mahkamah Internasional (Peradilan).
luar. Contoh pengepungan kota / pelabuhan. Ada 2 macam Blokade : 1) Blokade masa damai : akibat hukumnya Negara yang memblokade tidak berhak menangkap kapal Negara ke tiga yang melanggar blockade itu. 2) Blokade masa perang : akibat hukumnya Negara yang memblokade berhak memeriksa kapal Negara netral / Negara ke tiga.
b. Reprisal. : Pembalasan yang dilakukan oleh Negara terhadap tindakan yang melanggar hokum dari Negara lawan dalam suatu pertikaian. Ada 2 macam reprisal : 1) Reprisal di masa damai : dapat dibenarkan jika Negara yang dikenai perbuatan reprisal bersalah melakukan kejahatan internasional. Contohnya pemboikotan barang, embargo, demonstrasi angkutan laut. 2) Reprisal di masa perang : perbuatan pembalasan antara pihak yang berperang dengan tujuan memaksa pihak lawan untuk menghentikan perbuatannya yang melanggar hokum perang.
c. Retorasi. : Pembalasan yang dilakukan oleh Negara terhadap tindakan yang tidak pantas dari Negara lain. Contohnya pengetatan hubungan diplomatic, penghapusan hak istimewa diplomatic.
d. Pertikaian Senjata (Perang). : Pertentangan yang disertai penggunaan kekerasan dengan tujuan menundukkan lawan dan menetapkan pernyataan damai secara sepihak.
Ada pengaduan dari korban (rakyat) dan pemerintahannegara yang menjadi korban terhadap pemerintahan darinegara yang bersangkutan karena didakwa telah melakukan pelanggaran HAM atau kejahatan humaniter lainnya. Pengaduan disampaikan ke Komisi Tinggi HAM PBB ataumelalui lembaga-lembaga HAM internasional lainnya. Pengaduan ditindaklanjuti dengan penyelidikan,pemeriksaan, dan penyidikan jika ditemui bukti-bukti kuat akanterjadinya pelanggaran HAM atau kejahatan kemanusiaan lainnya, maka pemerintahan dari negara yang didakwamelakukan kejahatan humaniter dapat diajukan ke Mahkamah Internasional atau Pengadilan Internasional. Dimulailah proses peradilan sampai dijatuhkan sanksi. Sanksi dapat dijatuhkan bila terbukti bahwa suatu pemerintahanatau individu yang bersangkutan telah melakukan pelanggaranterhadap traktat atau konvensi-konvensi internasional berkaitandengan pelanggaran HAM atau kejahatan humaniter. Dalam hal ini,sesungguhnya pemerintah/individu mempunyai wewenang untuk mencegah terjadinya pelanggaran tersebut, tetapi tidak dilakukan dan tidak melakukan apa-apa untuk mencegah terjdinya perbuatantersebut.Berikut ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan Mekanisme Kerja Mahkamah Internasional. a. Wewenang Mahkamah Internasional
Mahkamah dapat mengambil tindakan sementara dalam bentuk Ordonasi. Tindakan sementara ialah tindakan yang diambilmahkamah untuk melindungi hak-hak dan kepentingan pihak-pihakyang bersengketa sambil menunggu keputusan dasar
ataupenyelesaian lainnya yang akan ditentukan mahkamah secradefenitif.Dalam kasus Okupasi Kedutaan Besar Amerika Serikat olehkelompok militan di Teheran tanggal 4 Nopember 1979, mahkamah menetapkan tindakan-tindakan sementara agar menyerahkan kembali kedutaan besar tersebut dan pembebasan sandera.Demikian juga dalam sengketa antara Amerika Serikat danNikaragua, mahkamah pada 10 Mei 1984 menetapkan tindakan-tindakan sementara agar hak Nikaragua atas kedaulatan dankemerdekaan politiknya tidakdiancam oleh kegiatan-
kegiatanmiliter Amerika Serikat. Selanjutnya, selama berlangsungnyaproses, mahkamah dapat membuat angket, melakukanpemeriksaan-pemeriksaan oleh para ahli, berkunjung ke tempatsumber sengketa untuk keperluan pengumpulan bukti.
Sehubungan dengan ketidakhadiran salah satu pihak yangbersengketa di mahkamah, pasal 53 statuta menyatakan bahwasikap salah satu pihak tidak muncul di mahkamah atau tidakmempertahankan perkaranya, pihak lain dapat memintamahkamah mengambil keputusan untuk mendukung tuntutannya.Masalah ketidakhadiran salah satu pihak dalam perkara dimahkamah pernah terjadi pada waktu mahkamah tetap dan dalamsistem mahkamah sekarang. Sebagai contoh dapat diambilketidakhadiran Albania dalam peristiwa Selat Corfu
(keputusanmahkamah 15 Desember 1949), ketidak hadiran Islandia dalamperistiwa wewenang dibidang penangkapan ikan (keputusan 25 Juli1974), Prancis 20 Desember 1974 dalam peristiwa uji coba nuklir, Turki dalam peristiwa landas kontinen laut Egie (19 Desember1978), Iran dalam peristiwa personel diplomatik, dan konsulat Asdi Teheran tanggal 21 Mei 1980, serta tanggal 21 Mei 1980, serta tanggal 27 Juni1986 dalam aktivitas militer kontra- Nikaragua.Negara bersengketa yang tidak hadir di mahkamah tidakmenghalangi organ tersebut untuk mengambil keputusan dengansyarat seperti tercantum dalam pasal 53 ayat 2 statuta. Pasaltersebut menjelaskan bahwa sebelum menjatuhkan keputusan kepada pihak yang tidak hadir , mahkamah harus yakin bahwa iabukan saja mempunyai wewenang, melainkan juga keputusannya betulbetul didasarkan atas fakta dan hukum. Dengan demikian pihak yang dihukum, walaupun tidak hadir pada prinsipnya tidak dapat menolak keputusan yang telah ditetapkan oleh mahkamah.
mengenai
motivasi
mahkamah.Pemberian
motivasi
keputusan
mahkamah
merupakan
suatukaeharusan karena penyelesaian Yuridiksional sering merupakansalah satu unsur dari penyelesaian yang lebih luas dari sengketa dankarena itu, perlu dijaga sensibilitas pihak-pihak yang bersengketa.Bagian ketiga berisi dispositif.Dispositif ini berisikan keputusan mahkamah yang mengikat negara-negara yang bersengketa.
Seperti halnya dengan praktik peradilan intern negara-negara Anglo Saxon, pernyataan pendapat yang terpisah diperbolehkan.Maksud pendapat terpisah ialah jika suatu keputusan tidak mewakili seluruh atau hanya sebagian dari pendapat bulat para hakim, hakim-hakim yang lain berhak memberikan pendapat secara terpisah (pasal57 Statuta). Jadi pendapat terpisah ini disebut Jissenting Opinion (pendapat seorang hakim yang tidak menyetujui suatu keputusan dan menyatakan keberatan terhadap motif-motif yang diberikan dalam keputusan tersebut). Dengan kata lain, pendapat terpisah adalah pendapat hakim yang tidak setuju dengan keputusan yang diam biloleh kebanyakan hakim. Pengaturan resmi pendapat terpisah akanmelemahkan kekuatan keputusan mahkamah, walaupun di lain pihak akan menyebabkan hakim-hakim mayoritas berhati-hati dalammemberikan motif keputusan mereka.Pasal 13 Pakta Liga Bangsa-Bangsa telah menegaskan jika suatu keputusan peradilan tidak dilaksanakan, dewan dapat mengusulkan tindakan-tindakan yang akan menjamin pelaksanaan keputusan tersebut. Selain itu Piagam PBB dalam pasal 94 menjelaskan hal-hal berikut : a) Tiap-tiap negara anggota PBB harus melaksanakan keputusan mahkamah internasional dalam sengketa. b) jika Negara yang bersengketa tidak melaksanakan kewajiban kewajibanya yang di putuskan mahkamah internasional,n maka dapat membuat persoalan ke dewan ke amanan PBB, sehingga persoalannya menjadi masalah internasional dan PBB dapat mengambil tindakan tegas terhadap pelanggaran sanksi yang di jatuhkan oleh mahkamah internasioanal berupa blockade ekonomi atau sanksi militer.
(A/RES/2625/XXV), serta deklarasi Manila tanggal 15 November1982 (A/RES/37/10) mengenai penyelesaian sengketa internasional secara damai sebagai berikut:
a) Prinsip bahwa negara tidak akan menggunakan kekerasan yangbersifat mengancam integritas teritorial atau kebebasan politiksuatu negara, atau menggunakan cara-cara lainnya yang tidaksesuai dengan tujuan-tujuan PBB b) .Prinsip non-intervensi dalam urusan dalam negeri dan luar negeri suatu negara. c) Prinsip-prinsip persamaan hak menentukan nasib sendiri bagisetiap bangsa. d) Prinsip persamaan kedaulatan negara. e) Prinsip hukum internasional mengenai kemerdekaan, kedaulatan,dan integritas teritorial suatu negara.f.Prinsip itikad baik dalam hubungan internasional.g.Prinsip keadilan dan hukum internasional.