Anda di halaman 1dari 5

ACARA III TIPE BIBIT

A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam ilmu teknologi benih yang dimaksud dengan bibit adalah Bahan tanaman yang telah memiliki morfologi (akar, batang dan daun) yang lengkap, baik yang berasal dari benih, stek, cangkokan maupun cabutan, tumbuhan muda ini makanannya tergantung pada persediaan bahan makanan yang terdapat dalam biji. Jika kondisi lingkungan menguntungkan, maka suatu biji akan berkecambah dan terjadi peristiwa dimana bibit muncul diatas permukaan tanah. Para agronomis menyatakan bahwa perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya struktur penting embrio dari dalam benih dan menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan kecambah normal pada kondisi lingkungan yang optimum. Dari perkecambahan inilah muncul tanaman kecil yang digunakan sebagai bibit. Melihat pada keberadaan kotiledon atau organ penyimpanan, perkecambahan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan hipogeal. Bibit tipe epigeal yakni bibit dimana kotiledonnya terangkat diatas permukaan tanah sewaktu pertumbuhannya. Bibit tipe epigeal ini umumnya terdapat pada dicotiledoneae seperti beam, alfalfa, clovers, kacang kedelai, kacang tanah yang termasuk legume. Pada kacang-kacangan sebagian makanan cadangan di dalam kotiledon dipakai oleh akar yang sedang tumbuh tetapi sebagian besar masih tinggal di dalam kotiledon walaupun ia sudah terangkat diatas permukaan tanah. Bibit tipe hipogeal yakni bibit dimana kotiledonnya tetap tertinggal dalam permukaan tanah sewaktu pertumbuhannya. Sewaktu perkecambahan pada biji graminae, padi, jagung, gandum, kotiledon disini disebut scutellum tetap tinggal dalam tanah fungsinya sebagai organ penyerap makanan dari endosperm dan mengantarkannya kepada embryonic axis yang sedang tumbuh.

2.

Tujuan Praktikum Praktikum Acara Tipe Bibit ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara bibit epigeal dan bibit hipogeal.

B. Tinjauan Pustaka Bibit (seedling) adalah tumbuhan muda yang makanannya tergantung kepada persediaan bahan makanan yang terdapat (tersimpan) di dalam biji. Secara umum, bibit adalah tumbuhan muda yang tumbuh dari biji. Ini adalah pengertian bibit ditinjau dari segi perkembangbiakan tumbuhan secara generative (reproduksi seksual). Pada kondisi yang menguntungkan suatu biji akan berkecambah (Lando, 2002). Apabila biji tersebut dikecambahkan pada medium tanah maka akan terjadi suatu peristiwa dimana bibit muncul di atas permukaan tanah. Peristiwa ini disebut emergence of seedling, yang selanjutnya diikuti dengan pertumbuhan bibit menjadi tanaman dewasa Umumnya, struktur yang pertama kali keluar dari kulit biji pada proses perkecambahan adalah radikel (embryonic root), biasanya melalui daerah mikrofili, kemudian diikuti oleh keluarnya plumula. Tetapi pada beberapa spesies atau dalam keadaan tertentu untuk spesies yang sama, plumula keluar lebih dahulu dari pada radikel (Goenaryo, 2005). Pada tahap pertumbuhan selanjutnya, radikel bertumbuh menjadi primary roots (ditambah dengan roots hair) yang kemudian keluar secondary roots (akar lateral atau radial). Pada beberapa tanaman, seperti jagung, dalam waktu relatif bersamaan, juga keluar seminal roots yang berasal dari seminal roots initial yang terletak dalam embryonic axis. Pada monokotil, kemudian dibentuk adventives roots yang keluar dari daerah mesokotil yang berasal dari daerah perisikel. Akar adventif yang kemudian disebut akar serabut inilah yang mempertahankan kehidupan dan meneruskan pertumbuhan selanjutnya dari pada bibit atau tanaman jagung (Kamil,1979). Bersama dengan kotiledon, pada dikotil, plumula tumbuh membesar dan memanjang muncul ke permukaan tanah mencapai cahaya matahari. Sedangkan pada monokotil, plumula terlebih dahulu menembus koleoptil sebelum melanjutkan

pertumbuhannya (Soetopo, 2002.). Pertumbuhan akar adalah sangat penting, semakin cepat semakin baik untuk pertumbuhan bibit atau tanaman tersebut. Setelah bibit muncul ke permukaan tanah, akar

ini akan berfungsi untuk menambatkan bibit kepada tanah, untuk menyerap air (makanan) dari tanah, menggantikan zat makanan cadangan yang diserap dari endosperma dan atau kotiledon (Kartasapoetra, 2003). Pada dikotil, dapat dibedakan dengan jelas dua struktur pokok pada bibit, yaitu hipokotil dimana bagian batang antara kotiledon dan radikel dari embrio atau bibit muda dan epikotil, yaitu bagian batang antara kotiledon dan daun pertama dari embrio atau bibit muda (Hendarto, 1996). Berdasarkan posisi kotiledon, dalam proses perkecambahan dikenal perkecambahan hipogeal dan epigeal. Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Pada epigeal, hipokotillah yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah (Fordham, et al., 1988). Pengetahuan tentang hal ini dipakai oleh para ahli agronomi untuk memperkirakan kedalaman tanam. C. Metode Praktikum 1. Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum Acara Tipe Bibit ini dilaksanakan pada hari Kamis, April 2011 pukul WIB bertempat di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2. Alat dan Bahan a. Alat 1) Seedbed 2) Cangkul b. Bahan 1) Benih kedelai (Glycine max) 2) Benih kacang tanah (Arachis hypogaea) 3) Benih jagung (Zea mays) 4) Benih Padi (Oryza sativa) 5) Air 6) Top soil

3. Cara Kerja a. Mengisi seedbed dengan top soil hingga bagian b. Menanam masing-masing benih di dalam seedbed dengan kedalaman 3 cm, lalu menyiramnya c. Mengamati pertumbuhan bibit dan menggambar serta membuat bagian-bagiannya pada hari ke-3, 5, dan 7.

DAFTAR PUSTAKA Fordham, J.R., Weels, C.E. dan Chen, L.H. 1988. Sprouting of Seeds and Nutrient Composition of Seeds and Sprouts. J. Food Sci. Goenaryo. 2005. Teknologi Benih 1. Fakultas Pertanian Universitas Islam Batik. Surakarta Hendarto, K. 1996. Dasar-Dasar Teknologi, Produksi, Sertifikasi Benih. Penertbit Andi. Yogyakarta Kamil, J. 1979. Teknologi Benih 1. Angkasa Raya. Padang Kartasapoetra, A.G. 2003. Teknologi Benih. Rineka Cipta. Jakarta Lando, M. 2002. Pengaruh Suhu Terhadap Kadar Air Benih Kedelai. J. Penelitian Tropika 8(1): halaman 12-23 Soetopo, L. 2002. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Suhendra, L . 2009. Studi Perubahan Protein Terlarut Selama Perkecambahan Biji Wijen (Sesamun indicum l.) Menggunakan Pendekatan Respon Surface Methodology. http://ejournal.unud.ac.id/. Diakses pada 8 Mei 2010. Thomson, J.R.. 1990. An Introduction to Seed Technology. Leonard Hill. London

Anda mungkin juga menyukai