Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pasangan baru (Keluarga baru menikah) adalah saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, mempersiapkan keluarga yang baru. Pasangan baru menikah adalah tahap awal pembentukan keluarga,jadi dibutuhkan adaptasi yang baik agar kedepannya dalam mengembangkan kehidupan keluarga lebih baik. Butuh penyesuaianan peran dan fungsi sehari-hari, Belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, Anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri dan keluarga sendiri, masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluarga orangtuanya, mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan. Tugas perkembangan pada tahapan pasangan baru menikah ini adalah : membina hubungan intim yang memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, mendiskusikan rencana memiliki anak / KB ( Keluarga Berencana ). Fungsi keluarga menurut Friedman (1992) adalah: Fungsi afektif dan koping keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress, fungsi sosialisasi keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah, fungsi reproduksi keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan, fungsi ekonomi keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di masyarakat, fungsi fisik, keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit. Sebagai tenaga kesehatan kita harus dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan pada keluarga baru menikah untuk membantu mereka mengelai tugas dan perkembangan pada masa baru menikah, dan membantu memandirikan pasangan baru menikah dalam pengambilan keputusan terkait masalah kesehatan yang mereka alami. Kita dapat juga memberikan konseling pernikahan dalam masa pernikahan pasangan.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan keluarga baru menikah ? 2. Apa saja tahap perkembangan pada keluarga baru menikah ? 3. Apa saja tugas perkembangan keluarga baru menikah ? 4. Apa saja masalah dalam tahap perkembangan keluarga baru menikah ? 5. Bagaimana peran tenaga kesehatan ? 6. Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada keluarga baru menikah ?

1.3 Tujuan 1. Mahasiswa dapat memahami pengertian keluarga baru menikah. 2. Mahasiswa dapat memahami tahap perkembangan keluarga baru menikah. 3. Mahasiswa dapat memahami tugas perkembangan keluarga baru menikah. 4. Mahasiswa dapat memahami masalah dalam tahap perkembangan keluarga baru menikah. 5. Mahasiswa dapat memahami peran tenaga kesehatan. 6. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada keluarga baru menikah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian keluarga baru menikah Pasangan baru (Keluarga baru menikah) adalah saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, mempersiapkan keluarga yang baru. Asuhan keperawatan keluarga pada pasangan baru menikah yaitu suatu rangkaian kegitatan yang diberi melalui praktek keperawatan pada keluarga baru memulai kehidupan perkawinan. Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat : harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga. Tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya. Perlu paham setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangnya. 2.2. Tahap Perkembangan pada pasangan baru menikah Maturational Crises Erikson (1950), Intimacy Vs Isolation. Diskusi tentang sebuah rumah tangga / keluarga. Misal : Pentingnya pernikahan yang baik / pasangan hidup yang baik. Pasangan baru (Keluarga baru menikah): 1. Saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing 2. Mempersiapkan keluarga yang baru 3. Butuh penyesuaianan peran dan fungsi sehari-hari 4. Belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya 5. Anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri dan keluarga sendiri

6. Masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluarga orangtuanya, mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan

2.3 Tugas perkembangan keluarga baru menikah Tugas perkembangan keluarga baru menikah : 1. Membina hubungan intim yang memuaskan Akan menyiapkan kehidupan bersama yang baru Sumber- sumber dari dua orang yang digabungkan Peran berubah Fungsi baru diterima Belajar hidup bersama sambil penuhi kebutuhan kepribadian yang mendasar Saling menyesuaikan diri terhadap hal kecil yang bersifat rutinitas. Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan terjadi apabila kedua pasangan saling menyesuaikan diri dan kecocokan dari kebutuhan dan minat pasangan Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis. Pasangan menghadapi tugas memisahkan diri dari keluarga asal dan mengupayakan hubungan dengan orang tua pasangan dan keluarga besar lainnya. Loyalitas utama harus dirubah untuk kepentingan perkawinannya Mendiskusikan rencana memiliki anak atau memilih KB

2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis Pasangan menghadapi tugas memisahkan diri dari keluarga asal dan mengupayakan hubungan dengan orang tua pasangan dan keluarga besar lainnya. Loyalitas utama harus dirubah untuk kepentingan perkawinannya. 3. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau memilih KB Masalah kesehatan yaitu penyesuaian seksual dan peran perkawinan. Perawat dalam keluarga berencana, peran perawat adalah membantu pasangan untuk memilih metoda kontrasepsi yang tepat untuk digunakan sesuai dengan kondisi, kecendrungan, sosial budaya dan kepercayaan yang dianut oleh pasangan tersebut, oleh karena itu proses keperawatan lebih diarahkan kepada membantu pasangan memilih metode kontrasepsi itu sendiri.

2.4 Masalah dalam tahap perkembangan pasangan baru menikah Penyesuaian terhadap peran baru dimana perselisihan kadang sering muncul karena masih dipengaruhi ego masing-masing, pada pasangan baru menikah masih mengalami indah berdua dengan pasangannya masing-masing, dan dalam segi ekonomi pasangan masih membutuhkan suport dari orang tua. Biasanya juga masalah yang terjadi adalah ketidaksiapan pasangan untuk memiliki anak sehingga memilih untuk menggunakan metode kontrasespsi, hal ini terjadi disebabkan karena kurangnya pengetahuan wanita tersebut tentang fertilisasi dan reproksi biasanya juga karena faktor ekonomi dan pekerjaan. Perlunya pengetahuan terhadap alat kontrasespsi itu sendiri sehingga memberikan pengaruh terhadap kondisi fisiologis, psikologis, kehidupan sosilal dan budaya terhadap kehamilan tersebut, maka disinilah letak peran perawat untuk memberikan pengetahuan yang tepat, sehingga hal di atas tidak terjadi. Pengkajian karena masalah kontrasepsi merupakan suatu hal yang sensitif bagi wanita, maka dalam mengkaji hal ini perawat harus sangat memperhatikan privasi klien. Rendahkan suara ketika mengkaji untuk meningkatkan rasa nyaman klien dan pertahankan rasa percaya diri yang tinggi pada klien.

2.5 Peran tenaga kesehatan Kita sebagai seorang tenaga kesehatan hendaknya memahami konsep pada pasangan baru menikah itu sendiri, dimana pada pasangan baru menikah ini adalah unit terkecil yang nantinya akan berkembang menjadi komunitas yang luas lagi. Perawat menjadi seorang Edukator, care giver, leader dan advocad untuk keluarga. Sebagai seorang perawat kita juga dapat menjadi seorang konselor dimana kita dapat memberikan konseling pernikahan pada pasangan dalam menjalani kehidupan pernikahan mereka. Tujuannya adalah memandirikan pasangan itu sendiri untuk memenuhi tugas perkembangnnya. Perawat dapat juga menjadi seorang conselor yang memberikan saran dalam pernikahan, misalnya memberikan penjelasan dan sebagai penengah dalam konflik yang terjadi pada pasangan baru menikah. Selain itu juga perawat juga dapat memberikan penyuluhan agar pasangan memiliki kesiapan mental dan fisik untuk menjalani kehidupan baru. Perawat juga dapat memfasilitasi pasangan baru dalam menggunakan serta pemeliharaan kesehatannya.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

I.

IDENTITAS UMUM KELUARGA

a) Identitas Kepala Keluarga Suami sebagai kepala keluarga, tanyakan kepada pasangan baru ini apakah masih ada pihak orang tua membantu dalam proses rumah tangga mereka. b) Komposisi Keluarga Pada pasangan baru menikah ini termasuk dalam keluarga inti yaitu terdiri dari suami dan istri. c) Genogram Dalam genogram dikaji mulai dari orang tua, saudara kandung, kakek dan nenek, tanyakan apakah ada riwayat penyakit keturunan, menular, dan metabolik , gangguan jiwa, yang mempengaruhi kesehatan. Ini dikaji dari dua belah pihak suami dan istri. Misalnya saat menjalani pernikahan diketahui salah satu dari mereka mempunyai penyakit keturunan, kita sebagai perawat dapat berperan sebagai konselor dimana kita bisa memberikan penjelasan tentang penyakit kronologisnya, efek samping, cara penularan serta pengobatannya. Dimana keputusan ditentukan oleh keluarga tersebut. d) Tipe Keluarga Jenis type keluarga: Pasangan inti yang terdiri atas suami dan istri saja. Masalah yang terjadi dengan type tersebut : 1. Mempersiapkan keluarga yang baru. 2. Butuh penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari. 3. Belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya yang baru. 4. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan baru. 5. Sukar melepaskan gaya hidup lajang. 6. Coba bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. 7. Cemas karena menghadapi pernikahan pertama kali.

e) Suku Bangsa Setiap suku mempunyai budaya yang berbeda tentang adat perkawinannya, salah satu contohnya : Suku Nias, pada adat perkawinan di nias setelah 2 minggu pernikahan terjadi ada yang namanya acara famuli nucha yaitu upacara pulang untuk menjenguk orang tua mempelai perempuan sambil membawa oleh-oleh daging babi rebus dan mengembalikan perhiasan pengantin perempuan yang di pinjam sewaktu menikah. Pada Suku Batak, perkawinan pada umumnya merupakan suatu pranata, yang tidak hanya mengikat seorang wanita dengan laki-laki tetapi juga mengikat dalam hubungan tertentu, kaum kerabat dari si laki-laki (sipempokan dalam bahasa karo, paranak dalam bahasa toba) dengan kaum kerabat dari si wanita (sinereh dalam bahasa karo, parboru dalam bahasa toba). Pada Suku Ambon kawin lari adalah sistem perkawinan yang paling lazim. Pada masyarakat minangkabau tidak ada larangan untuk mempunyai lebih dari 1 orang istri. f) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan Pada umumnya suku di kalimantan (melayu / dayak) jika ditawari makan tidak mencicipi walaupun cuma sedikit, maka mereka akan mengalami musibah. g) Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan Pada suku batak mengenal 3 konsep yaitu tondi (jiwa atau roh orang itu sendiri), sahala (jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang ), dan begu (tondinya orang meninggal). Mereka percaya bila tondi meninggalkan badan untuk sementara, maka orang yang bersangkutan itu akan sakit dan bila diteruskan orang itu akan mati. h) Status sosial ekonomi keluarga 1. Anggota keluarga yang mencari nafkah : pada umumnya yang mencari nafkah adalah suami. 2. Penghasilan : pengahasilan biasanya didapat dari suami tapi tidak jarang istri juga mempunyai usaha kecil-kecilan untuk menambah kebutuhan hidup. 3. Harta benda yang dimiliki : pada pasangan baru menikah biasanya difokuskan pada kebutuhan dasar saja karena baru menata kehidupan. Mereka biasanya hanya memiliki rumah sederhana, atau masih tinggal dikontrakan. 4. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : biasanya pada pasangan baru menikah mulai beradaptasi untuk mengatur keuangan rumah tangga, karena sebelumnya masih tergantung orang tua masing-masing. Kebutuhan pada pasangan baru
7

menikah hanya fokus pada mereka berdua untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. i) Aktivitas rekreasi keluarga Biasanya pada pasangan baru menikah lebih sering menghabiskan waktunya untuk menikmati pemandangan yang indah (honeymoon), ke pantai, rekreasi ke tempat wisata daerah dan berkunjung ke rumah orang tua/keluarga pasangan masing - masing.

II.

RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua). Pasangan baru menikah. Adapun tugas pada tahap perkembangan pasangan ini adalah sebagai berikut : 1. Membina hubungan intim yang memuaskan. 2. Akan menyiapkan kehidupan bersama yang baru. 3. Sumber- sumber dari dua orang yang digabungkan. 4. Peran berubah. 5. Fungsi baru diterima. 6. Belajar hidup bersama sambil penuhi kebutuhan kepribadian yang mendasar. 7. Saling menyesuaikan diri terhadap hal yang kecil yang bersifat rutinitas. Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan terjadi apabila kedua pasangan saling

menyesuaikan diri dan kecocokan dari kebutuhan dan minat pasangan. 8. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis. Pasangan menghadapi tugas memisahkan diri dari keluarga asal dan mengupayakan hubungan dengan orang tua pasangan dan keluarga besar lainnya. Loyalitas utama harus dirubah untuk kepentingan perkawinannya. 9. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau memilih KB. b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya. Penyesuaian diri sebagai sepasang suami istri dengan pribadi yang berbeda menjadi satu, dan tidak jarang pada pasangan baru menikah memilih kontrasepsi disebabkan karena ketidaksiapan untuk menjadi orang tua dalam waktu cepat sehingga memberikan pengaruh terhadap kondisi fisiologis, psikologis, kehidupan sosilal dan budaya terhadap kehamilan yang akan direncanakan. Selain itu, pasangan ini masih
8

beradaptasi untuk menyesuaikan diri pada lingkungan baru yang sebelumnya hidup di lingkungan keluarga besar (bersama orang tua). c) Riwayat kesehatan keluarga inti. 1. Riwayat kesehatan keluarga saat ini Perlu ditanyakan apakah suami/istri saat ini mengalami masalah kesehatan (ISK, PMS). 2. Riwayat penyakit keturunan Perlu ditanyakan apakah suami / istri mempunyai penyakit keturunan seperti DM, HT, jantung, gangguan jiwa, hemofilia, dll. 3. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga Setiap anggota keluarga perlu ditanyakan juga status kesehatannya seperti imunisasi, sang istri menjalani vaksin TT sebelum menikah. 4. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan Manggunakan fasilitas yang ada di wilayah sekitar pasangan tersebut (RS, bidan,puskesmas, klinik terdekat). 5. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya Tanyakan apakah suami pernah mengalami penyakit PMS sebelum menikah. III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN

1. Karakteristik Rumah Pasangan baru menikah lebih identik dengan rumah yang kecil dan sederhana, tapi setelah mereka mempunyai keturunan mereka lebih memprioritaskan keadaan rumah yang lebih layak dan baru (besar, fasilitas memadai). 2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW Apakah daerah sekitar tergolong masyarakat yang religious, masih memakai adat istiadat yang sangat kuat, sosialisasi yang tinggi, atau bahkan tergolong masyarakat modern dan metropolis. 3. Kebiasaan Biasanya sang istri mengadakan pengajian bersama, arisan tetangga sedangkan sang suami mengikuti kerja bakti dan acara pengajian di masjid.
9

4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat Pasangan mencoba menjalin hubungan dan memulai interaksi sosial terhadap tetangga sekitar dengan cukup baik agar di terima dengan baik pula di masyarakat. 5. Sistem Pendukung Keluarga Tanyakan pada pasangan apakah pernikahan ini adalah keinginan dari mereka atau dijodohkan oleh orang tua.Biasanya pada pasangan baru menikah ini mereka belum sepenuhnya mandiri, karena orang tua masih berperan dalam rumah tangga yang baru.

IV.

STRUKTUR KELUARGA

a) Pola/cara komunikasi keluarga Berusaha menggunakan komunikasi dengan baik dalam memecahkan suatu masalah. b) Struktur kekuatan keluarga Suami sebagai kepala keluarga, tidak terlepas dari itu pasangan juga sering mendapat nasihat dari orang tua. c) Struktur peran (peran masing-masing anggota keluarga) Suami sebagai kepala keluarga menjalankan kewajibannya untuk mencari nafkah dan istri pemberi support pada suami. Biasanya pada pasangan baru menikah membentuk pola peran yang baru sangat sukar karena mereka yang biasanya berperan sebagai seorang anak sekarang harus dituntut menjadi seorang kepala keluarga ataupun istri. d) Nilai dan norma keluarga Pasangan tetap mengikuti kaidah/ norma yang berlaku di masyarakat.

V.

FUNGSI KELUARGA

a) Fungsi afektif Dalam keluarga baru menikah ini tercipta suasana yang harmonis dan adanya perasaan saling memiliki, biasanya pada pasangan baru menikah masih menikmati masa honeymoon dimana selalu ingin menghabiskan waktu berdua saja. b) Fungsi sosialisasi Kerukunan hidup dalam keluarga, harus mulai belajar mengenal keluarga dari pasangannya. Pada suku bugis biasanya setelah beberapa minggu pernikahan sang istri diwajibkan berkunjung ke rumah mertua dan men ginap beberapa hari di sana.
10

c) Fungsi perawatan kesehatan 1. Mengenal masalah kesehatan Pasangan kurang mampu mengenali adanya perubahan yang dialami oleh pasangannya dalam hal kesehatan. 2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat Keluarga masih nampak ragu untuk membuat keputusan sendiri terkait masalah kesehatan. 3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. 4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat Pasangan mampu memelihara kebersihan lingkungan untuk hiegiene sanitasi dalam hal upaya pencegahan penyakit. 5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyrakat. d) Fungsi reproduksi 1. Apakah pasangan sudah memiliki rencana mengenai keturunan (anak) ? 2. Apakah pasangan sudah mendapatkan penjelasan masalah reproduksi ? 3. Apakah pasangan sudah mendapatkan penjelasan tentang masa subur ? e) Fungsi ekonomi Bagaimana cara pasangan mengidentifikasi kebutuhan rumah tangga mereka ?

VI.

STRES DAN KOPING KELUARGA

a) Stressor jangka pendek Masalah kesehatan yaitu penyesuaian funsi seksual dan peran masing - masing dalam perkawinan. b) Stressor jangka panjang Mendiskusikan rencana untuk memiliki anak atau memilih metode KB yang tepat. c) Strategi koping Pasangan melakukan konsultasi ke pusat pelayanan kesehatan terdekat misalnya puskesmas atau bidan terdekat.

11

VII.

ASPEK PSIKOLOGIS Pada pasangan baru menikah perlu diperhatikan apakah pernikahan ini adalah pernikahan yang dikehendaki atau paksaan dari pihak lain, tanyakan juga apakah pernikahan ini terjadi akibat suatu kejadian yang tidak diinginkan seperti contohnya pemerkosaan, hamil diluar nikah, pernikahan pada usia dibawah umur. Aspek ini perlu dikaji secara mendalam karena psikologis dari klien akan terganggu, kecenderungan merasa harga diri rendah, menarik diri dari lingkungan, dan ketidakmampuan untuk adaptasi ke koping yang positif. Pada kasus pernikahan dibawah umur juga perlu dikaji dari aspek fungsi fisiologis dari reproduksinnya yang belum sempurna.

VIII.

HARAPAN KELUARGA

a) Terhadap masalah kesehatannya Pasangan berharap mendapatkan informasi yang jelas tentang kontrasepsi apa yang terbaik bagi pasangan, agar ke depannya pasangan ini dapat memutuskan untuk merencanakan jumlah anak sesuai keinginannya serta metode kontrasepsi yang tepat dan aman. b) Terhadap petugas kesehatan yang ada Berharap selalu memberikan pelayanan terbaik.

IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa yang mungkin muncul dari permasalahan di atas yaitu : 1. Koping keluarga potensial terhadap pertumbuhan berhubungan dengan pemenuhan aktualisasi diri, kebutuhan dasar manusia. 2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan pergeseran peran keluarga. 3. Cemas berhubungan dengan proses kehidupan yang baru. 4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan pola hidup yang kurang sehat (seksualitas). 5. Isolasi sosial berhubungan dengan kurangnya adaptasi dan sosialisaasi dari pasangan. 6. Komunikasi tidak efektif berhubungan dengan pengenalan yang kurang pada masing masing pasangan.
12

X.

RENCANA KEPERAWATAN Diagnosa 1. Koping keluarga potensial terhadap pertumbuhan dihubungkan dengan pemenuhan aktualisasi diri, kebutuhan dasar manusia. Dibuktikan oleh : Keinginan dari anggota keluarga untuk menunjukkan pengaruh pertumbuhan krisis nilai- nilai kehidupan diri. Anggota keluarga bergerak ke arah peningkatan kesehatan.

Kriteria hasil : Menunjukkan keinginan untuk melihat perannya sendiri dalam perkembangan keluarga. Menjalankan tugas- tugas yang mengacu kepada perubahan. Menunjukkan percaya diri terhadap perkembangan yang telah dilakukan.

Intervensi : 1. 2. 3. 4. Beri kesempatan keluarga untuk berbicara. Dengarkan ekpresi keluarga. Bantu keluarga untuk mengembangkan kemampuan komuikasi yang efektif. Rujuk pada kelompok pendukung dan sumber- sumber lain sesuai petunjuk.

Diagnosa 2. Perubahan proses keluarga yang berhubungan pergeseran peran keluarga. Tujuan umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga dapat mencegah beradaptasi dengan perubahan peran Tujuan Khusus : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat: Menjelaskan tentang penting nya masa adaptasi pada pasangan baru menikah. Memilih / menentukan pilihan secara tepat sarana pelayanan kesehatan .

Kriteria hasil :
13

Pasangan / keluarga setelah diberikan asuhan keperawatan : Memahami perubahan dalam peran keluarga Mengidentifikasi pola koping Berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan Berfungsi saling memberikan kepada setiap anggota keluarga

Intervensi : 1. Kaji interaksi antara pasangan. 2. Gali sumber-sumber di komunitas yang tersedia bersama keluarga. 3. Bantu keluarga dalam mengidentifikasi kekuatan personal. 4. Dukung keluarga untuk menyatakan perasaan dan masalahnya secara verbal. 5. Berikan penguatan positif terhadap penggunaan mekanisme koping yang efektif.

XI.

EVALUASI

1. Koping keluarga potensial terhadap pertumbuhan dihubungkan dengan pemenuhan aktualisasi diri, kebutuhan dasar manusia. Dari diagnosa ini kita sebagai seorang perawat harus dapat membantu pasangan membangun rasa percaya diri agar komunikasi efektif dalam keluarga dapat tercipta. Disini diharapkan koping potensial kearah yang lebih positif dengan cara peran sebagai advokasi. 2. Perubahan proses keluarga yang berhubungan pergeseran peran keluarga. Dari diagnosa ini diharapkan setelah kita sebagai seorang care giver memberikan pelayanan kesehatan pada pasangan baru menikah, klien dapat beradaptasi dengan perubahan perannya.

14

BAB IV PENUTUP 3.1Kesimpulan


Pasangan baru menikah merupakan salah satu keluarga yang perlu diperhatikan karena dari keluarga baru tersebut awal dari tahap perkembanganperkembangan keluarga. Jika dari awal tahap perkembangannya bagus, tahap selanjutnya dimungkinkan bagus. Begitupun sebaliknya, jika dari keluarga baru menikah tahap perkembangannya buruk, maka tahap selanjutnya dimungkinkan bertambah buruk. Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan. Asuhan keperawatan keluarga pada pasangan baru menikah merupakan suatu rangkaian kegitatan yang diberi melalui praktek keperawatan pada keluarga baru memulai kehidupan perkawinan.

3.2 Saran 1. Hendaknya pasangan baru menikah memperhatikan fungsi dan perannya masing-masing karena telah mengalami perbedaan dari ketika masa lajangnya. 2. Jika pasangan tersebut memerlukan informasi tentang segala hal tentang tugas perkembangannya, hendaknya segera ke tempat layanan kesehatan. Sehingga tidak terjadi efek negatifi yang tidak diinginkan. 3. Petugas kesehatan/ perawat hendaknya memperhatikan dan melakukan promosi, preventif, kuratif dan rehabilisasi tentang masalah-masalah yang terjadi pada pasangan baru menikah melalui asuhan keperawatan komunitas yang berkesinambungan.

15

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. (2000). Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis.Edisi ke-6. Jakarta : EGC. Ferry effendi - Mahfudli.2009.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktek Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika. Koentjaraningrat (2002). Manusia dan Kebudayaan di Indonesi. Jakarta : Djambatan. Siahaan (1964). Sejarah Kebudayaan Batak. Medan CV : Napitupulu. www.medicastore.com/2008/12/keperawatan - komunitas.

16

Anda mungkin juga menyukai