Anda di halaman 1dari 10

A. TUJUAN Tujuan dari praktikum ini adalah 1.

Menentukan nilai penting dari beberapa spesies penyusun komunitas herba di kawasan hutan Banyuwindu, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal. 2. Menentukan nama komunitas herba di kawasan hutan Banyuwindu, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal.

B. DASAR TEORI Dusun Banyu Windu berada di Desa Limbangan Kecamatan Limbangan Kabupaten Kedal Jawa Tengah Flora adalah kumpulan jenis tumbuhan yang terdapat dalam suatu wilayah, sedangkan vegetasi adalah masyarakat tumbuhan yang terbentuk oleh berbagai populasi jenis tumbuhan yang terdapat di dalam suatu wilayah atau ekosistem serta memiliki variasi pada setiap kondisi tertentu. Analisis vegetasi bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis (susunan) tumbuhan dan bentuk (struktur) vegetasi yang ada di wilayah yang dianalisis. Caranya adalah dengan melakukan deskripsi komunitas tumbuhan. Selain itu, analisis vegetasi dapat juga digunakan untuk mengetahui pengaruh dampak lingkungan merupakan suatu cara pendekatan yang khas, karena pengamatan terhadap berbagai aspek vegetasi yang dilakukan harus secara mendetail dan terdiri atas vegetasi yang belum terganggu (alamiah) (Fachrul, 2007). Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadrat (Surasana, 1990). Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel yang berupa kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990). Frekuensi dapat digunakan sebagai parameter vegetasi yang dapat menunjukkan distribusi atau sebaran jenis tumbuhan dalam ekosistem atau memperlihatkan pola distribusi tumbuhan. Nilai yang diperoleh dapat pula untuk menggambarkan kapaitas

reproduksi dan kemampuan adaptasi serta dapat pula menunjukkan jumlah sampling unit yang mengandung jenis tumbuhan tertentu (Fachrul, 2007). Sedangkan covering (penutupan) adalah istilah yang digunakan untukl menyatakan luas daerah permukaan tanah (habitat) yang dihuni oleh bagian dari tumbuhan seperti daun, batang atau inflorescencia bunga. Penutupan atau kerimbunan suatu tumbuhan akan memberikan gambaran tentang penguasaan daerah vegetasi oleh setiap jenis tumbuhan yang ada biasanya dapat dinyatakan oleh mahkota tumbuhan atau peneduhan tanah oleh daun, batang, cabang dan bunga, dilihat dari atas. Dapat pula dinyatakan dengan diameter batang yang menutup tersebut (Fachrul, 2007). Nilai penutup (cover) dapat dipakai untuk mengetahui nilai dominansi suatu jenis tumbuhan, terutama tumbuhan berupa semak, herba, atau rumput-rumputan (Fachrul, 2007). Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994). Sistem Analisis dengan metode kuadrat Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Dalam praktikum ini, khusus untuk variabel kerapatan dan kerimbunan, cara perhitungan yang dipakai dalam metode kuadrat adalah berdasarkan kelas kerapatan dan kelas kerimbunan yang ditulis oleh Braun Blanquet (1964). Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Surasana, 1990).. Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994). Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relative dari sejumlah variabel yangb telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan relative, dan frekuensi relatif). Jika disususn dalam bentuk rumus maka akan diperoleh: 2

Nilai Penting = Kr + Dr + Fr Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990). Nilai Cover Abundance Braun-Blanquet Besaran BB 5 4 3 2 1 R Kisaran Cover (%) 75 100 50 75 25 50 5 25 15 <5 << 1 Rerata Derajat Cover (%) 87,5 62,5 37,5 15,0 2,5 0,1 *

C. ALAT DAN BAHAN Alat-alat yang diperlukan dalam pengambilan data lapangan antara lain: Plot ukuran 2m x 2 m Meteran jahit Patok ph meter Etiket / label Termohigrometer Alat tulis luxmeter Bahan-bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah semua tumbuhan lapis bawah (semak, perdu, herba) yang hadir pada daerah pengamatan (titik transek 8) di kawasan Hutan banyuwindu, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal.

D. CARA KERJA 1. 2. Melakukan observasi vegetasi tumbuhan pada lapisan bawah. Menentukan cara peletakan kuadrat sesuai hasil observasi awal yang telah dilakukan. 3. Membuat dan meletakkan kuadrat dengan ukuran 2m x 2m pada tempat yang telah ditentukan. 4. 5. Menentukan parameter Dominansi sesuai Skala Braum Blaquet. Mengambil sampel tumbuhan yang ditemukan dalam area kuadrat dan belum diketahui namanya dengan member label dan mengindentifikasinya. 6. 7. 8. Mencatat data pengamatan lapangan pada tabel pengamatan yang telh dibuat. Mengulangi kegiatan nomor sampai sebanyak plot / kuadrat yang dibuat. Menentukan parameter frekuensi dengan menghitung jumlah hadirnya satu jenis spesies dalam satu kuadrat dibaning dengan total seluruh kuadrat amatan. 9. Menentukan nilai penting dari seluruh spesies yang menyusun komunitas menggunakan parameter yang telah diukur.

E. METODE ANALISIS DATA Data lapangan yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menentukan besarnya dominansi, frekuensi dan nilai penting dari setiap spesies yang ditamukan di daerah amatan. a. Dominansi Dominansi dari setiap spesies yang hadir pada daerah pengamatan dapat dihitung dengan terlebih dahulu menentukan skala rating Braun-Blanquet dari masing spesies pada setiap plot. Besarnya skala rating Braun-Blancquet seperti yang sudah ditampilkan pada halaman awal. Menghitung besarnya dominansi relatif setiap spesies dengan menggunakan rumus: Dominansi Relatif = Dominansi Spesies x 100% Dominansi Total b. Frekuensi Frekuensi dari masing-masing spesies yang ditemukan di daerah amatan ditentukan dengan menghitung jumlah kuadrat amatan dimana sutu spesies terdapat. Setelah menentukan besarnya nilai frekuensi, kemudian menentukan besarnya frekuensi relatif dari masing-masing spesies yang hadir dengan menggunakan rumus: Frekuensi Relatif = Frekuensi Spesies x 100% Frekuensi Total c. Nilai Penting Setelah diketahui besarnya nilai Dominansi Relatif dan Frekuensi Relatif, kemudian dilakukan penghitungan untuk mengetahui besarnya Nilai Penting dari masing-masing spesies yang hadir di daerah pengamatan dengan menggunakan rumus: Nilai Penting = Dominansi Relatif + Frekuensi Relatif

F. HASIL PENGAMATAN Tabel 1. Sepuluh Nilai Penting tertinggi dari Spesies Penyusun Komunitas Herba di Kawasan Hutan Banyuwindu Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. No Spesies Rumput wuderan Spesies BB Spesies O Walang kekek Jangkung kuning Cakar ayam Poclang pacling Paku Tunas kopi Cemplongan frekuensi frekuensi relatif 7.438 7.025 7.438 5.372 6.198 4.958 5.785 4.545 4.132 2.892 dominansi dominansi relatif 10.38647343 9.903381643 7.487922705 7.729468599 6.763285024 5.555555556 4.589371981 4.106280193 2.898550725 1.93236715 nilai penting

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

0.45 0.425 0.45 0.325 0.375 0.3 0.35 0.275 0.25 0.175

43 41 31 32 28 23 19 17 12 8

17.82449 16.92817503 14.92593923 13.10136943 12.96163213 10.51423324 10.37449595 8.651734739 7.03078213 4.824929133

Data selengkapnya terdapat dalam lampiran.

Faktor Abiotik di dua daerah yang berbeda adalah sebagai berikut : Tabel 2. Faktor Abiotik dari LimaTtitik Pengamatan di Daerah Terdedah Titik 1 2 3 4 5 pH 6.6 6.2 6.1 5.8 6.2 kelembaban tanah 2 3 3.5 4.5 3 suhu 24.6 24 25.1 22.5 21.9 kelembaban udara 74 75 75 74 83 ketinggian 670 670 675 680 690 intensitas cahaya 166 151 142 102 345

Tabel 3. . Faktor Abiotik dari LimaTtitik Pengamatan di Daerah Ternaung Titik 1 2 3 4 5 pH 4.8 4.6 4.6 4.8 6.2 kelembaban tanah suhu 22.6 22 22.1 21.9 21.9 kelembaban ketinggian udara 77 700 76 710 78 710 87 720 81 740 intensitas cahaya 80 69 61 32 20 6

G. PEMBAHASAN Analisis vegetasi yang kami lakukan di kawasan Hutan Banyuwindu Kec. Limbangan Kab. Kendal pada tanggal 22 Oktober 2011 ini untuk mengetahui komposisi jenis (susunan) tumbuhan dan bentuk (struktur) vegetasi yang ada di wilayah hutan Banyuwindu. Analisis vegetasi ini yang dilakukan dengan cara metode Kuadrat, yaitu dengan mengukur cover quadrate (basal area kuadrat). Ini dilakukan untuk mengetahui penutupan relatif, yaitu persentase tanaman yang tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang ditutupi oleh tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Kami menentukan 40 plot atau kuadrat di dua area dengan kondisi yang berbeda. Area pertama adalah berada di daerah ternaung atau di kawasan Hutan, sedangkan area kedua adalah di daerah yang terdedah tepatnya diarea persawahan. Di area pertama kami menentukan 25 kuadrat sedangkan pada area kedua kami hanya menentukan 15 kuadrat. Hal ini kami lakukan berdasarkan pertimbangan bahwa luas area pertama lebih besar dari luas area kedua sehingga sampel yang kami tentukan pada area pertama juga lebih banyak dari sampel yang kami tentukan di area kedua. Parameter yang diamati dalam pengambilan data adalah frekuensi dan Dominansi. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan analisis data, dapat diketahui bahwa tumbuhan yang mempunyai nilai frekuensi tertinggi adalah Rumput wuderann dan spesies O, yaitu sebesar 0.45, dan frekuensi relatif sebesar 7.438 %. Hasil ini menunjukkan bahwa tumbuhan Rumput wuderan dan Spesies O mempunyai pola distribusi yang merata, karena tumbuhan ini dapat dijumpai pada 18 plot dari total plot yang diambil 40 plot, atau ditemukan pada 45% total area amatan. Parameter kedua berupa dominansi. Dari hasil pengamatan dan analisis data, tumbuhan yang paling mendominasi di area total pengamatan adalah rumput wuderan. Besar dominansi relatif dari tumbuhan ini adalah 10.38647343%. Data ini menunjukkan bahwa tumbuhan rumput wuderan ini mempunyai penguasaan yang besar terhadap daerah vegetasi tersebut dan mempunyai kontrol yang cukup besar terhadap komunitas tumbuhan yang ada di wilayah pengamatan tersebut. Setelah kami analisis dan dapat diketahui bahwa tumbuhan yang memiliki Indeks Nilai Penting terbesar adalah rumput wuderan, yaitu 17.82449. Nilai penting menunjukkan bahwa tumbuhan rumput wuderann ini mempunyai nilai yang sangat penting untuk area tersebut, dan jika keberadaan tumbuhan ini terganggu, maka dapat dimungkinkan vegetasi 7

tersebut akan terganggu pula, karena kemampuan kontrol tumbuhan ini yang besar dan mendominasi area tersebut. Karena rumput wuderann memiliki Indeks Nilai Penting yang paling tinggi, maka komunitas vegetasi herba di kawasan Banyuwindu disebut sebagai Komunitas rumput wuderann. Sedangkan beberapa tumbuhan yang mempunyai nilai penting yang terkecil, yaitu tumbuhan Renjeng, Spesies D, Spesies F, dengan Indeks Nilai Penting masing-masing sebesar 0.41322314. Tumbuhan-tumbuhan tersebut hanya ditemukan pada beberapa plot amatan atau pola distribusinya acak, jumlah sedikit, dan coveragenya juga kecil pada plot amatan. Dari Indeks Nilai Penting tersebut menunjukkan bahwa tumbuhan-tumbuhan tersebut bukan merupakan tumbuhan utama dari vegetasi pada area yang diamati. Kemampuan kontrol dan dominasi dari tumbuhan-tumbuhan ini terhadap vegetasi tersebut tidak terlalu besar. Apabila keberadaan dari tumbuhan-tumbuhan ini terganggu, dampak yang akan dialami oleh vegetasi tidak akan terlalu nampak. Faktor abiotik dari kedua area pengamatan adalah sebagai berikut. Pada area hutan dengan suhu udara berkisar antara 21o-23oC, intensitas cahaya sekitar 2080 x 2K Lux, ketinggian tempat sekitar 700-740 mdpl dan pH tanah sekitar 4.6-6.2 dan kelembaban udara 76-87% sedangkan pada area persawahan suhu udara berkisar antara 21o-25oC, intensitas cahaya sekitar 102345 x 20K Lux, ketinggian tempat sekitar 670-690 mdpl dan pH tanah sekitar 5.8-6.6, kelembaban udara 74-83% dan kelembaban tanah 2-4.5%. Apabila dikaitkan dengan factor abiotik diatas, maka dapat diartikan bahwa fakto-faktor abiotik tersebut sangat mendukung pertumbuhan tumbuhan rumput wuderann di daerah itu. Rumput wuderann Merupakan tumbuhan yang sering dijumpai atau tumbuh secara liar di tepi hutan atau di semak-semak. Tumbuh pada ketinggian 400 m sampai 900 m di atas permukaan laut. Berbunga pada musim kemarau dan pengumpulan bahan dapat dilakukan sepanjang tahun. Mofologi daunnya Tunggal, berseling, dengan daun penumpu, bentuk belah ketupat atau lonjong, ujung dan pangkal runcing, panjang 5-10 cm, lebar 2-4 cm, pertulangan menyirip, permukaan berbulu kasar, warna hijau kekuningan. Karena pada area ini dijumpai tumbuhan rumput wuderann yang lebih banyak daripada tumbuhan lainnya. Menunjukkan bahwa tumbuhan rumput wuderann mempunyai kemampuan adaptasi yang baik. Hal ini karena tumbuhan ini memamg hidup pada daerah yang sesuai dengan habitatnya, yaitu pada daerah dengan ketinggian 700-740 (dalam kisaran 400-900mdpl) . Selain itu didukung dengan factor morfologi daunnya yang mendukungnya untuk melakukan proses fotosintesis. Dengan adaptasi yang baik, faktor lingkungan dan

struktur morfologi yang sesuai untuk pertumbuhannya, maka tumbuhan ini dapat tumbuh dengan baik dan tingkat reproduksinya yang tinggi.

H. KESIMPULAN Setelah dilakukan pengambilan dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa:
1. Tumbuhan yang memiliki Indeks Nilai Penting paling tinggi di wilayah pengamatan

tersebut adalah tumbuhan Rumput wuderann yaitu 17.82449 dan beberapa tumbuhan yang memiliki Indeks Nilai Penting yang terkecil tumbuhan Renjeng, Spesies D, Spesies F, dengan Indeks Nilai Penting masing-masing sebesar 0.41322314.
2. Nama komunitas herba di kawasan Banyuwindu disebut sebagai Komunitas rumput

wuderann

I. DAFTAR PUSTAKA Fachrul, Melati Ferianita. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara. Surasana, E. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA Institut Teknologi Bandung. Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Diambil dari http://www.digilib.unnec.ac.id/.../doc.pdf. (18 Oktober 2011)

Lampiran 1 Tabel 4. Hasil Perhitungan Nilai Penting


No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. Spesies Rumput wuderann Spesies BB Spesies O Walang kekek Jangkung kuning Cakar ayam Poclang pacling Paku Tunas kopi Cemplongan Spesies T Rumput kawatan Tlenger Gewor Pacar air Equisetum Tembelekan Heptis capitata Alcasia sp Spesies L Kelanting Spesies BA Spesies H Borreria sp Spesies E Kopi Kelanting Spesies AR Liunan Spesies G Spesies AF Suruhan Gembili alas Perlas Poclang pacling frekuensi relatif 7.43801653 7.024793388 7.438016529 5.371900826 6.198347107 4.958677686 5.785123967 4.545454545 4.132231405 2.892561983 2.479338843 1.652892562 1.652892562 2.066115702 1.652892562 1.652892562 1.652892562 1.652892562 1.652892562 1.239669421 1.239669421 0.826446281 1.239669421 1.239669421 0.826446281 0.826446281 0.826446281 0.826446281 0.826446281 0.826446281 0.826446281 0.41322314 0.826446281 0.41322314 0.41322314 dominansi relatif 10.38647343 9.903381643 7.487922705 7.729468599 6.763285024 5.555555556 4.589371981 4.106280193 2.898550725 1.93236715 1.93236715 2.415458937 2.173913043 1.690821256 1.93236715 1.690821256 1.449275362 1.449275362 1.207729469 0.966183575 0.966183575 1.207729469 0.724637681 0.724637681 0.966183575 0.966183575 0.966183575 0.966183575 0.966183575 0.724637681 0.483091787 0.724637681 0.241545894 0.483091787 0.483091787 nilai penting 17.82449 16.92817503 14.92593923 13.10136943 12.96163213 10.51423324 10.37449595 8.651734739 7.03078213 4.824929133 4.411705993 4.068351499 3.826805605 3.756936959 3.585259712 3.343713818 3.102167924 3.102167924 2.860622031 2.205852996 2.205852996 2.03417575 1.964307103 1.964307103 1.792629856 1.792629856 1.792629856 1.792629856 1.792629856 1.551083962 1.309538068 1.137860822 1.067992175 0.896314928 0.896314928

36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. Total

Spesies Q Brengos kucing Spesies AO Spesies AQ Rumput wuderann Spesies AW Costus Dadap Suruhan Trasocephalum sp Perlas Brengos kucing Spesies S Perlas Spesies X Urang-urangan Kucingan Spesies AB Lasepan Cao Spesies AJ Spesies AL Spesies AN Spesies AP Uyah uyahan Spesies AX Puseran Spesies BH Langon Lemahan Spesies BP Spesies BQ Renjeng Spesies D Spesies F

0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 0.41322314 100

0.483091787 0.483091787 0.483091787 0.483091787 0.483091787 0.483091787 0.483091787 0.483091787 0.483091787 0.483091787 0.241545894 0.241545894 0.241545894 0.241545894 0.241545894 0.241545894 0.241545894 0.241545894 0.241545894 0.241545894 0.241545894 0.241545894 0.241545894 0.241545894 0.241545894 0.241545894 0.241545894 0.241545894 0.241545894 0.241545894 0.241545894 0.241545894 0 0 0 100

0.896314928 0.896314928 0.896314928 0.896314928 0.896314928 0.896314928 0.896314928 0.896314928 0.896314928 0.896314928 0.654769034 0.654769034 0.654769034 0.654769034 0.654769034 0.654769034 0.654769034 0.654769034 0.654769034 0.654769034 0.654769034 0.654769034 0.654769034 0.654769034 0.654769034 0.654769034 0.654769034 0.654769034 0.654769034 0.654769034 0.654769034 0.654769034 0.41322314 0.41322314 0.41322314 200

10

Anda mungkin juga menyukai