Anda di halaman 1dari 4

Aspirin Masih yang Terbaik untuk Cegah Stroke Sekunder KILAS - Edisi Juni 2011 (Vol.10 No.

11)

Obat baru yang sebelumnya menjanjikan pada percobaaan pada binatang ternyata tidak mampu melampaui keunggulan dalam mencegah second stroke pada pasien yang telah mendapat serangan stroke sebelumnya. Pada akhirnya, peneliti menghentikan studi lebih dini karena obat tersebut, terutroban, tidak menunjukkan keuntungan ekstra. Riset sebelumnya pada binatang telah menyimpulkan bahwa obat yang diteliti sama efektifnya dengan aspirin untuk mencegah gumpalan obat, dan peneliti mempertanyakan apakah senyawa tersebut memiliki efek positif lain pada sistem kardiovaskular manusia. Studi baru yang dilakukan Dr. Marie-Germaine Bousser dan koleganya dari Lariboisiere Hospital di Paris membandingkan obat dengan aspirin pada pasien iskemik, jenis stroke yang disebabkan oleh tersumbatnya arteri. Dari lebih 19.000 partisipan, sekitar setengahnya mengonsumsi terutroban, dan sisanya aspirin. Ketika ditelusuri 28 bulan kemudian, subjek yang mengonsumsi terutroban ternyata tidak lebih baik dibanding mereka yang mengonsumsi aspirin. "Dalam perspektif dunia, aspirin tetap menjadi obat antiplatelet standar emas untuk pencegahan stroke sekunder ditinjau dari sisi efikasi, toleransi, dan biaya," ujar peneliti yang dipublikasikan di Lancet edisi Mei.. "Dengan kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan antara terutroban dan aspirin untuk pencegahan stroke, maka aspirin tetap menjadi terapi yang tersedia luas dan murah di seluruh dunia," ujar Dr. Richard B. Libman Kepala Divisi Vascular Neurology di Long Island Jewish Medical Center di New Hyde Park, New York. Namun dalam komentarnya, peneliti dari Chang Gung University College of Medicine dan University of California, San Diego mengatakan bahwa masih harus dipelajari apakah terutroban dapat menolong pasien yang telah mengalami stroke sekunder ketika tengah menggunakan aspirin.

Aspirin Untuk Terapi Stroke

Share Pemilihan obat untuk penderita stroke harus disesuaikan dengan penyebab stroke. Penyebab stroke secara umum ada dua, yaitu karena sumbatan (oklusif / iskemik) dan perdarahan (hemoragik). Salah satu penyebab terjadinya stroke iskemik adalah hambatan aliran darah ke otak karena adanya peningkatan kadar platelet/gumpalan darah. Oleh karena itu, salah satu strategi terapi stroke adalah pemberian antiplatelet yang bekerja dengan menghilangkan sumbatan aliran darah karena penggumpalan darah yang berlebihan Aspirin atau asam asetil salisilat selain berfungsi sebagai analgetik (penghilang rasa nyeri), juga digunakan sebagai antiplatelet untuk terapi stroke. Aspirin bekerja dengan menghambat pembentukan tromboksan. Tromboksan merupakan senyawa yang berperan dalam pembekuan darah. Dengan dihambatnya tromboksan, maka terjadi hambatan pembekuan darah. Hambatan dalam proses pembekuan darah diharapkan dapat melancarkan aliran darah menuju otak yang tersumbat. Untuk terapi penyakit stroke, aspirin diberikan dalam dosis rendah. Hal ini dikarenakan pada pemberian dosis tinggi, aspirin berisiko menyebabkan terjadinya perdarahan yang tentunya akan memperparah kondisi pasien. Perlu diperhatikan bahwa aspirin merupakan obat yang bekerja dengan menghambat kerja enzim siklooksigenase secara tidak selektif, sehingga selain menghambat pembekuan darah, aspirin juga menghambat kerja prostaglandin sebagai salah satu faktor pelindung dinding saluran cerna. Oleh karenanya, aspirin harus diminum sesudah makan agar tidak mengiritasi lambung dan dihindari penggunaannya pada pasien dengan tukak lambung berat. Aspirin sebaiknya tidak digunakan untuk pasien dengan penyakit asma karena aspirin mempunyai efek samping bronkospasme (penyempitan pada saluran pernafasan) yang dapat memperparah asma yang diderita pasien. Jadi, pasien asma yang mengalami stroke dapat menggunakan antiplatelet lain, misalnya klopidogrel, dipiridamol, tiklopidin, atau silostazol dengan tetap memperhatikan peringatan, kontraindikasi dan efek samping dari masing-masing obat. Perlu diingat, bahwa penggunaan aspirin sebagai terapi penyakit stroke bertujuan untuk mencegah terjadinya kekambuhan stroke akibat sumbatan aliran darah, karena itu harus diminum secara teratur walaupun pasien sudah dinyatakan sembuh dari stroke. Kepatuhan penggunaan obat pada penderita stroke sangat penting untuk mencegahnya terjadinya serangan stroke berulang.

Aspirin Bisa Digunakan untuk Penderita Stroke Reply

Topic List < Prev Topic | Next Topic > < Prev Message | Next Message > Next Message >

Para penderita stroke yang waswas dengan pembengkakan arteri pada otak, disarankan tidak ragu-ragu mengonsumsi aspirin. Sebab aspirin ternyata bekerja sebaik warfarin, yang merupakan obat khusus sakit kepala untuk penderita stroke. Demikian seperti yang dikutip AP, dari penelitian mengenai hal ini di beberapa negara bagian AS, baru-baru ini. Penelitian yang dilakukan terhadap 569 orang penderita stroke di Amerika utara, menguatkan hal tersebut. Di mana 10 persen dari mereka menyatakan pemakaian aspirin pada diri mereka tidak membawa pengaruh apa pun, seperti yang selama ini ditakutkan. Hal ini kemudian juga menimbulkan potensi berpindahnya para pemakai warfarin menjadi aspirin, karena kemungkinan penyembuhan yang ditimbulkan obat keluaran negara Jerman tersebut. Dr. Marc Chimowitz, seorang neurologi dari Universitas Emory yang melakukan studi tersebut, menyatakan bahwa tidak seharusnya para pasien stroke yang biasa mengonsumsi warfarin, langsung berpindah ke aspirin. Karena ia juga mencontohkan kemungkinan timbulnya penyakit lain, setelah meminum obat yang tidak cocok seperti serangan jantung dan kesemutan di kaki dan tangan. Kebijakan pemakaian obat kembali diserahkan kepada dokter pasien yang bersangkutan. Apakah tetap mau memakai warfarin atau berpindah ke aspirin, tambahnya. Aspirin Bisa Digunakan untuk Penderita Topic List < Prev Topic | Next Topic > Stroke Reply < Prev Message | Next Message > Next Message > Para penderita stroke yang waswas dengan pembengkakan arteri pada otak, disarankan tidak ragu-ragu mengonsumsi aspirin. Sebab aspirin ternyata bekerja sebaik warfarin, yang merupakan obat khusus sakit kepala untuk penderita stroke. Demikian seperti yang dikutip AP, dari penelitian mengenai hal ini di beberapa negara bagian AS, baru-baru ini. Penelitian yang dilakukan terhadap 569 orang penderita stroke di Amerika utara, menguatkan hal tersebut. Di mana 10 persen dari mereka menyatakan pemakaian aspirin pada diri mereka tidak membawa pengaruh apa

pun, seperti yang selama ini ditakutkan. Hal ini kemudian juga menimbulkan potensi berpindahnya para pemakai warfarin menjadi aspirin, karena kemungkinan penyembuhan yang ditimbulkan obat keluaran negara Jerman tersebut. Dr. Marc Chimowitz, seorang neurologi dari Universitas Emory yang melakukan studi tersebut, menyatakan bahwa tidak seharusnya para pasien stroke yang biasa mengonsumsi warfarin, langsung berpindah ke aspirin. Karena ia juga mencontohkan kemungkinan timbulnya penyakit lain, setelah meminum obat yang tidak cocok seperti serangan jantung dan kesemutan di kaki dan tangan. Kebijakan pemakaian obat kembali diserahkan kepada dokter pasien yang bersangkutan. Apakah tetap mau memakai warfarin atau berpindah ke aspirin, tambahnya.

Anda mungkin juga menyukai