Anda di halaman 1dari 2

Hukum Pajak 1) 5 Teori yang mendukung hak negara untuk memungut pajak: 1) Teori Asuransi: Negara melindungi keselamatan

jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut. 2) Teori Kepentingan: Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya perlindungan) masingmasing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap Negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar. 3) Teori Daya Pikul: Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. 4) Teori Bakti: Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai warga Negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban. 5) Teori Daya Beli: Dasar keadilan terletak pada pemungutan pajak. Maksudnya, memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga Negara. Selanjutnya Negara akan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan. 2) Yang dimaksud hukum pajak materiil adalah: Memuat norma-norma yang menerangkan antara lain keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (subjek), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak. Contoh: Undang-Undang Pajak Penghasilan. 3) 2 Macam pengelompokkan pajak dilihat dari sifatnya: 1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan. 2) Pajak Objektif, yaitu yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Pernjualan atas Barang Mewah. 4) Azas pemungutan pajak: 1) Asas domisili (asas tempat tinggal) Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri. 2) Asas sumber Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak. 3) Asas kebangsaan Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara. 5) Sanksi Wajib Pajak yang tidak melaporkan SPT karena Kealpaan maupun Kesengajaan: Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, tidak dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh Wajib Pajak dan Wajib Pajak tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan

sebesar 200% dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB). Kealpaan Setiap orang yang karena kealpaannya: 1) tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau 2) menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali, didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun. 6) Hal-hal diajukannya surat keberatan oleh wajib pajak kepada dirjen pajak mengenai: 1) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB); 2) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT); 3) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB); 4) Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN); 5) Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 7) 4 Macam Keputusan DIRJEN Pajak yang dikeluarkan terkait Surat Keberatan: 1) Mengabulkan seluruhnya; 2) Mengabulkan sebagian; 3) Menolak; 4) Menambah besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar. 8) Upaya hukum yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam hal Surat Keberatannya ditolak: Mengajukan banding oleh Wajib Pajak; dan Peninjauan kembali baik oleh Wajib Pajak atau Petugas Pajak (fiskus). 9) Hal-hal yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak dalam mengajukan surat gugatan ke pengadilan niaga: Surat Paksa; Penyitaan; dan Lelang.

10) Hak-hak yang didapat oleh Wajib Pajak dalam mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri jika terjadi penyanderaan dan sudah memperoleh kekuatan hukum tetap: Penanggung Pajak dapat memohon rehabilitasi nama baik dang anti rugi atas masa penyanderaan yang telah dijalaninya sebesar Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) setiap hari. 11) Prosedur yang dijalankan DIRJEN Pajak sebelum seseorang Wajib Pajak dikenakan penyanderaan: Penagihan seketika/sekaligus; Surat paksa; Penyitaan; Lelang; dan Penyanderaan.

Anda mungkin juga menyukai