Anda di halaman 1dari 9

KETIMPANGAN PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA DI KAWASAN INDONESIA BAGIAN TIMUR

Pendahuluan
Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah wilayah yang kaya akan sumberdaya alam, tentu saja perlu didukung juga oleh sumberdaya manusia yang baik untuk dapat memanfaatkan sumberdaya alam dengan maksimal. Sebaliknya, sebuah wilayah yang miskin sumberdaya alam, namun baik dalam mengembangkan teknologi, ternyata lebih cepat berkembang dibandingkan wilayah lainnya yang tidak mempunyai sumberdaya alam dan manusia yang cukup unggul. Hal ini menunjukan bahwa sumberdaya manusia ternyata memiliki peran penting dalam proses pemakmuran sebuah wilayah. Sumberdaya manusia mempunyai peran ganda, yaitu sebagai obyek dan sekaligus sebagai subyek pembangunan. Sebagai obyek pembangunan, SDM merupakan sasaran pembangunan untuk disejahterakan, dan sebagai subyek, SDM berperan sebagai pelaku pembangunan yang sangat menentukan kemajuan. Kawasan Indonesia bagian Timur diakui mempunyai sumberdaya alam (SDA) yang sangat melimpah dan berpotensial untuk menjadi kekuatan ekonomi pada tingkat nasional, regional, maupun internasional. Sayangnya, sumberdaya manusia yang tersedia di kawasan ini sangat terbatas, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Kemampuan masyarakat lokal masih sangat rendah dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah. Sedangkan kebijakan pembangunan di kawasan ini pun masih belum sepenuhnya menempatkan SDM sebagai target dan pondasi pembangunan. Pembangunan di kawasan ini masih belum sepenuhnya berdasarkan human development (pembangunan manusia), yaitu sebuah pembangunan yang berorientasi pada manusia (people center development), di mana manusia dipandang sebagai sasaran sekaligus sebagai pelaku pembangunan. Namun, masih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dengan penggalakan investasi besar-besaran.

Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengkaji karakteristik sumberdaya manusia khususnya di Kawasan Indonesia bagian Timur dan membandingkan dengan sumberdaya manusia di Kawasan Indonesia bagian barat.

Pembangunan Sumberdaya Manusia Kawasan Indonesia bagian Timur

Page 1 of 9

Data & Informasi


Grafik Kesenjangan antara Kawasan Indonesia bagian Barat dan Timur dalam pencapaian Pembangunan Manusia

Sumber : Laporan Eksekutif Pembangunan Manusia 2004

Pembangunan Sumberdaya Manusia Kawasan Indonesia bagian Timur

Page 2 of 9

Tabel Kota / Kabupaten dengan peringkat Indeks Pembangunan Manusia tertinggi dan terendah tahun 1999 - 2002
Tertinggi Urutan Tahun 1999 Kabupaten / Kota Indeks Pembangunan Manusia 75,1 73,4 73,0 72,8 72,5 72,3 72,2 72,1 71,8 71,7 Urutan Tahun 2002 Kabupaten / Kota Indeks Pembangunan Manusia 76,0 75,7 75,3 75,1 75,0 74,9 74,8 74,2 74,2 74,1

Jakarta Selatan Yogyakarta Ambon Jakarta Timur Manado Palangkaraya Jakarta Barat Denpasar Bengkulu Pekanbaru Terendah Urutan Tahun 1999 Kabupaten / Kota

Jakarta Timur Jakarta Selatan Yogyakarta Jakarta Utara Jakarta Barat Denpasar Jakarta Pusat Manado Palangkaraya Pematang Siantar

Urutan Tahun 2002 Indeks Pembangunan Manusia 51,8 51,5 50,7 50,4 49,9 49,2 48,7 47,3 45,4 43,6 Kabupaten / Kota Indeks Pembangunan Manusia 56,5 56,2 56,1 55,0 54,1 54,1 53,9 53,4 49,7 47,0

Belu Sikka Kelompok Tengah Nias Lombok Barat Timor Tengah Selatan Jayawijaya Sampang Sumba Barat Paniai

Sumenep Situbondo Lombok Timur Lombok Barat Bondowoso Nabire Lombok Tengah Sumba Barat Sampang Jayawijaya

Pembahasan

Pembangunan Sumberdaya Manusia Kawasan Indonesia bagian Timur

Page 3 of 9

Kesejahteraan sumber daya manusia di dapat dilihat dari angka indeks pembangunan manusia (IPM), di mana semakin tinggi angka IPM suatu wilayah, semakin baik kondisi kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Rata-rata IPM di adalah 65,8. Sedang laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 1999 adalah 0,54 persen, sedang secara nasional pertumbuhan ekonomi adalah 1,09 persen. Untuk itu, dalam upaya meningkatkan perekonomian, yang juga merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dengan memanfaatkan sumberdaya alam setempat, diperlukan peningkatan kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia melalui berbagai upaya peningkatan di bidang pendidikan, kesehatan dan ketrampilan agar masyarakat mampu mengolah sumberdaya alamnya secara optimal. Untuk melihat kualitas sumberdaya manusia di Indonesia , dan pada khususnya, dapat didekati dengan acuan utama ukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Terdapat tiga komponen utama dalam menetapkan IPM, yaitu pendidikan yang dijabarkan dalam rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf yang mempengaruhi tingkat pengetahuan; kesehatan yang ditunjukkan dengan angka kematian bayi atau ratarata harapan hidup, dan ketenagakerjaan yang mempengaruhi akses terhadap sumberdaya manusia yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pembangunan sumberdaya manusia di Indonesia yang didasarkan pada ketiga parameter antara lain pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan. Ketidak merataan pembangunan antar berbagai kawasan karena pembangunan sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis dan sosial budaya setempat. Hal ini terjadi pula di Kawasan Indonesia bagian Timur yang hingga kini sedang dilakukan langkah-langkah strategis oleh pemerintah serta masyarakatnya. Upaya ini selain untuk mengejar ketinggalan dengan kawasan lain, juga untuk meningkatkan jumlah sumberdaya manusia yang lebih berkualitas dan berefek ganda, yaitu disatu pihak memiliki daya saing tinggi menghadapi pasar global, juga mampu mengolah sumberdaya alamnya guna menciptakan kemandirian dalam meningkatkan kesejahteraannya. Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia. Dengan pendidikan dapat ditingkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang selanjutnya akan berdampak pada peningkatan produktivitas. Pendidikan dapat pula dilihat sebagai investasi sumberdaya manusia dan hasilnya akan diperoleh beberapa tahun kemudian. Walaupun saat ini ada kecenderungan bahwa sarjana lulusan perguruan tinggi lebih banyak yang menganggur daripada bekerja. Hal, ini terutama disebabkan terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia, padahal penduduk yang lulus perguruan tinggi setiap tahunnya selalu bertambah. Sebagai akibatnya banyak diantara para sarjana yang bekerja pada bidang yang bukan keahliannya. Hal ini terpaksa dilakukannya dengan pertimbangan daripada menganggur. Secara nasional kebijakan di bidang pendidikan sebenarnya telah meningkatkan pendidikan angkatan kerja hampir di semua wilayah termasuk di Kawasan Indonesia bagian Timur, khususnya terlihat pada tingkat pendidikan menengah (SLTP keatas). Kualitas sarana dan prasarana pendidikan di cukup meningkat, namun kebanyakan

Pembangunan Sumberdaya Manusia Kawasan Indonesia bagian Timur

Page 4 of 9

terkonsentrasi didaerah-daerah tertentu, terutama di ibukota provinsi. Sedang sekolahsekolah kejuruan serta pelatihan-pelatihan BLK yang sesuai dengan potensi lokal dirasa masih kurang. Dalam perspefktif geografis, ada ketimpangan fasilitas dan akses pendidikan di daerah perkotaan dan daerah pedesaan (terutama daerah terpencil), yang mengakibatkan pencapaian pendidikan angkatan kerja diperkotaan lebih tinggi daripada pedesaan. Faktorfaktor yang berpengaruh di bidang pendidikan di Kawasan Indonesia bagian Timur antara lain adalah isu keterbatasan dan pemerataan sarana dan prasarana (sekolah, peralatan, buku dan guru). Disamping itu pertumbuhan ekonomi yang kecil, sangat berpengaruh terhadap kecukupan tenaga pengajar dan kesejahteraan guru yang akan berpengaruh terhadap kualitas pendidikan. Kendala geografis dan faktor sosial yang ada di juga berpengaruh terhadap pelaksanaan wajib belajar 9 tahun. Hal ini mengingat adanya penilaian bahwa anak tidak lebih sebagai tenaga kerja daripada sebagai investasi sumberdaya manusia di bidang pendidikan. Rendahnya tingkat pendidikan angkatan kerja di juga telah mengakibatkan rendahnya parti-sipasi penduduk dalam kegiatan pembangunan. Hal ini mengingat banyak diantara mereka yang tidak dapat memasuki pasaran kerja terutama yang memerlukan ketrampilan khusus. Oleh karena itu banyak sektor pasar kerja tertentu diisi oleh pendatang (migran) dari luar. Adanya kompetisi dalam memasuki pasar kerja tersebut merupakan salah satu pemicu munculnya konflik antara pendatang (migran) dengan bukan pendatang (non migran). Konflik tersebut kadang-kadang dikaitkan pula dengan isu-isu SARA yang dapat menimbulkan kerusuhan sosial. Dari gambaran diatas terlihat bahwa kondisi pendidikan di perlu mendapat perhatian khusus. Salah satu strategi yang dapat dikembangkan dalam rangka peningkatan bidang pendidikan di adalah dengan peningkatan partisipasi sekolah terutama sekolah dasar, sekolah menengah dan pendidikan sejenis yang setara, pendirian sekolah-sekolah kejuruan yang sesuai dengan potensi sumberdaya setempat, peningkatan mutu perguruan tinggi dan peningkatan akses untuk mengikuti Pendidikan Tinggi (di dalam negeri dan di luar negeri). Tingkat Kesehatan Kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, perilaku kesehatan, pelayanan kesehatan dan kependudukan. Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat. Meskipun angka kematian bayi di Indonesia menunjukkan penurunan yang sangat signifikan sebagai dampak pelaksanaan pembangunan di segala bidang, termasuk intervensi program kesehatan yang sangat intensif dilaksanakan di seluruh pelosok tanah air, namun dengan terjadinya krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 dapat dipastikan bahwa angka kematian bayi dapat meningkat kembali sejalan dengan meningkatnya prevelensi balita kekurangan energi dan protein. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari investasi yang perlu diperhatikan dan keberhasilan di bidang tersebut akan memberikan andil dalam mempercepat pembangunan di Kawasan Indonesia bagian Timur. Tingginya angka kematian di Kawasan Indonesia bagian Timur ini mengingat fasilitas layanan kesehatan di masih jauh tertinggal dibandingkan kawasan lainnya, demikian pula di sendiri fasilitas layanan kesehatan antar region sangat memprihatinkan. Perbedaan mencolok kesulitan akses ke fasilitas layanan terlihat antar perkotaan dan pedesaan. Kesulitan akses ke fasilitas

Pembangunan Sumberdaya Manusia Kawasan Indonesia bagian Timur

Page 5 of 9

layanan kesehatan di kepulauan NTB, NTT, Maluku dan Papua terlihat paling tinggi diikuti oleh Kalimantan dan Sulawesi. Tingginya tingkat kesulitan untuk mendapatkan fasilitas layanan kesehatan di menyebabkan banyaknya masyarakat melakukan pengobatan sendiri tanpa datang ke fasilitas kesehatan atau memanggil dokter/petugas kesehatan untuk menyembuhkan atau meringankan keluhan kesehatan. Cara pengobatan meliputi pemakaian obat modern, obat tradisional dan lainnya (misal bahan makanan suplemen/ pelengkap alami, kerokan dan pijat). Di samping sulitnya mendapatkan akses pelayanan kesehatan karena kurangnya fasilitas yang ada, juga kurang mampunya masyarakat menggunakan fasilitas layanan kesehatan di ini dilatarbelakangi oleh keadaan sosial ekonomi di masyarakat. Kondisi sosial ekonomi yang ditandai banyaknya masyarakat miskin merupakan ciri ketertinggalan di khususnya di daerah kepulauan lain (NTB, NTT, Maluku dan Papua). Selain kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kawasan Indonesia bagian Timur, faktor geografis dan transportasi juga merupakan salah satu permasalahan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan. Terbatasnya penyediaan sarana kesehatan yang berupa tenaga medis, peralatan medis, obat-obatan, vaksin dan sebagainya serta kelangkaan sarana transportasi, jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya tempuh merupakan faktor-faktor penyebab rendahnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, dan menyebabkan rendahnya penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada oleh masyarakat. Secara kuantitatif rasio antara jumlah penduduk per Puskesmas memang rendah. Hal ini mengingat letak puskesmas banyak yang jauh dari masyarakat pengguna, sehingga pemanfaatannya juga menjadi rendah. Untuk terselenggaranya pe-layanan yang bermutu, maka SDM yang ada harus didukung oleh penerapan berbagai kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran. Disamping itu untuk menetapkan kemandirian masyarakat dalam pola hidup sehat perlu digalang peran dan serta masyarakat yang seluas-luasnya.

Ketenagakerjaan Masalah yang krusial yang dihadapi adalah masalah yang berkaitan dengan pasar kerja yaitu semakin banyaknya jumlah penganggur. Masalah ini timbul sebagai akibat adanya ketidak-seimbangan antara persediaan tenaga kerja dengan kebutuhan tenaga kerja. Salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya ketidak-seimbangan pasar kerja tersebut adalah ketidak cocokan keinginan atau kebutuhan antara pasar kerja dengan pengguna tenaga kerja. Disamping itu seringkali dijumpai ketrampilan dan pendidikan yang dimiliki pencari kerja kurang sesuai dengan persyaratan yang diminta, sedang pengguna tenaga kerja umumnya mensyaratkan kualifikasi yang dibutuhkan harus sesuai dengan bidang pekerjaan yang ditawarkan baik dilihat dari tingkat pendidikan, ketrampilan, keahlian dan pengalaman kerja. Lapangan kerja yang ada di Kawasan Indonesia bagian Timur belum dapat sepenuhnya menyerap tenaga kerja. Secara keseluruhan terdapat 7.92%

Pembangunan Sumberdaya Manusia Kawasan Indonesia bagian Timur

Page 6 of 9

tingkat pengangguran terbuka. Tingkat pengangguran terbuka untuk tenaga kerja perempuan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pengangguran laki-laki. Tingkat pengangguran terbuka perempuan mencapai lebih dari dua kali lipat tingkat pengangguran terbuka laki-laki yaitu 11,20% bagi perempuan dibandingkan dengan 5,36% bagi laki-laki. Pola ini agak berbeda dengan pola yang terjadi di tingkat nasional, dimana tingkat pengang-guran terbuka laki-laki relatif hampir sama dibandingkan dengan tingkat penganggur terbuka perempuan. Tingginya tingkat pengangguran penduduk perempuan tersebut dapat dimaklumi karena secara alam kebanyakan diantara mereka masih terikat oleh kultur yang secara tidak langsung mengekang partisipasi perempuan dalam angkatan kerja. Untuk memperlancar avitas pembangunan, seyogyanya perempuan diberi kesempatan yang sebesar-besarnya dalam memasuki pasar kerja. Apabila penduduk perempuan yang terdidik tersebut dibiarkan menganggur tentunya merupakan pemborosan sumberdaya manusia yang besar pula. Sebaliknya penduduk di yang berpendidikan SD kebawah ternyata tingkat penganggurannya lebih rendah daripada penduduk yang berpendidikan lebih tinggi (SLTA keatas). Fenomena tersebut juga terlihat di KBI. Rendahnya tingkat pengangguran dikalangan penduduk yang berpendidikan rendah karena mereka mau melaksanakan pekerjaan apa saja tanpa ada perasaan malu. Pekerjaan yang mereka lakukan biasanya berkaitan dengan pekerjaan kasar seperti buruh pertanian, buruh bangunan, tukang becak, calo dan sopir. Semua pekerjaan tersebut jarang atau tidak mungkin dilakukan oleh penduduk yang berpendidikan tinggi, jika tidak terpaksa sekali. Gambaran ini menunjukkan bahwa penduduk yang berpendidikan rendah mempunyai partisipasi yang cukup tinggi dalam kegiatan perekonomian di . Hal ini tercermin dari rendahnya tingkat pengangguran di kalangan ini. Selain itu, banyak pula penduduk di yang bekerja sebagai tenaga usaha penjualan, seperti usaha perdagangan, baik dalam skala besar maupun skala kecil. Pekerjaan berdagang/berjualan merupakan pekerjaan yang ringan dan resiko yang dihadapi relatif kecil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penduduk yang berpendidikan lebih tinggi, lebih senang menganggur daripada bekerja pada bidang yang bukan keahliannya. Banyak lulusan perguruan tinggi yang tidak dapat secara langsung terserap dalam pasar kerja. Hal ini apabila tidak ditanggulangi secara seksama tentunya merupakan pemborosan sumberdaya manusia mengingat biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pendidikan cukup besar. Gambaran di atas menunjukkan indikasi adanya ketidak sepadanan antara peluang kerja yang tersedia dengan jumlah pencari kerja. Sementara sulit bagi investor untuk mendapatkan tenaga kerja lokal yang siap pakai dan sesuai dengan kualifikasi yang diinginkan sehingga kadangkala peluang kerja yang ada di diisi oleh tenaga kerja dari luar . Persaingan kesempatan kerja di sektor informal banyak dijumpai di . Dominasi para pendatang di dalam pasar kerja, memberikan petunjuk bahwa penduduk di daerah tersebut cenderung sebagai pihak yang kalah dalam memperebutkan pasar kerja. Rendahnya

Pembangunan Sumberdaya Manusia Kawasan Indonesia bagian Timur

Page 7 of 9

kualitas penduduk, terutama dari pendidikan dan ketrampilan merupakan salah satu penyebab banyaknya penduduk yang menganggur disamping karena faktor sosial budaya. Upaya membangun dan memberdayakan SDM di Kawasan Indonesia bagian Timur tidak hanya terbatas pada peningkatan mutu pelayanan pemerintah, baik dalam bentuk kebijakan maupun program-program pemerintah, namun yang paling penting adalah mengubah dan menyesuaikan sikap mental tenaga kerja di agar mempunyai ketrampilan dan etos kerja yang tinggi, profesional, yang pada saatnya mereka mampu bersaing secara global.

Kesimpulan
Cara mengatasi ketimpangan pembangunan sumberdaya Manusia diperlukan langkah-langkah strategis. Dalam bidang pendidikan harus memiliki pendidikan formal yang cukup, memiliki ketrampilan dan keahlian yang disesuaikan dengan SDA setempat, memiliki etos kerja yang tinggi dan produf, sehingga memiliki daya saing dalam memenuhi pasar kerja. Di bidang kesehatan, berupa peningkatan kesehatan untuk masyarakat, untuk itu perlu memberikan pendidikan dan pelatihan baik kualitas maupun kuantitas dibidang kesehatan, agar mampu melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat setempat. Dibidang ketenaga kerjaan, diupayakan pembukaan lapangan kerja sebanyakbanyaknya baik dibidang pertanian, industri dan jasa, untuk memperluas lapangan kerja baru. Selain itu juga perlu reorientasi pembangunan industri yang bahan bakunya berasal dari sebaiknya dapat diproduksi di , sehingga diharapkan dapat menyerap tenaga kerja di disamping dapat meningkatkan efisiensi modal produksi. Disamping itu perlu diadakan pelatihan yang bernuansa kemandirian guna meningkatkan kreativitas dan produvitas masyarakat serta mampu memecahkan berbagai permasalahan yang berkembang didaerahnya.

Pembangunan Sumberdaya Manusia Kawasan Indonesia bagian Timur

Page 8 of 9

Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik (2000). Sensus Penduduk 2000. Statistik Potensi Desa Indonesia . Jakarta :BPS BPS, 2000. Indeks Pembangunan Manusia Daerah Tingkat II Tahun 1999-2002. Jakarta Ringkasan Eksekutif. Laporan Pembangunan Manusia 2004 Tjiptoherijanto P. (1996). Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan Nasional (Human Resources in the Development). Jakarta. University of Indonesia

Pembangunan Sumberdaya Manusia Kawasan Indonesia bagian Timur

Page 9 of 9

Anda mungkin juga menyukai