Anda di halaman 1dari 8

KEMBAR AIR Jangan keburu senang bila kehamilan Anda terlihat besar.

Hati-hati, lo, bisa jadi kembar air. Padahal, bahayanya tak sedikit. Dinamakan hamil kembar air tak lain karena jumlah cairan ketuban yang berada dalam rahim sangat banyak/di atas normal. Ukuran cairan ketuban yang normal dalam kehamilan maksimal sebanyak 2 liter. Nah, pada hamil kembar air, cairan ketubannya di atas 2 liter. "Yang normal, puncak jumlah air ketuban terjadi pada usia kehamilan 8 bulan, sebanyak 1-2 liter. Setelah 38 minggu produksi cairan ketuban pun akan makin menurun," terang dr. Judi Januadi Endjun, SpOG, Sonologist. Dunia kedokteran menyebut kembar air dengan sebutan hidramnion yang bisa terjadi pada usia kehamilan kapan saja. Jadi, bisa saja terjadi di usia kehamilan 3 bulan atau 8 bulan. Tapi, terang Judi lebih lanjut, umumnya hidramnion paling sering terjadi pada usia kehamilan di atas 5 bulan. TERDAPAT TIGA CIRI Kehamilan kembar air, ujar dokter dari Departemen Obstetri & Ginekologi RSPAD Gatot Soebroto, sebenarnya bisa dideteksi sejak dini. Sebab, ibu yang mengalami hamil kembar air akan mempunyai ciri-ciri ukuran fisik yang tidak sesuai. Pertama, ukuran rahim lebih besar daripada usia kehamilannya. Misalnya, di usia kehamilan 5 bulan, di mana rahim seharusnya baru setinggi di bawah pusar, kalau ia menderita hidramnion maka bisa saja rahim sudah di atas pusar yang berarti sama dengan usia kehamilan 6 bulan atau sebulan lebih besar. Tapi, ukuran rahim yang besar tidak selalu berindikasi hidramnion, lo. "Bisa saja karena memang bayi yang dikandungnya kembar atau lebih dari satu. Karena itu, kalau merasa hamilnya lebih besar dari biasanya, sebaiknya segera periksa ke dokter," tutur Judi. Ciri kedua, ibu juga merasakan rahimnya cepat besar. Bila ukuran rahimnya sudah sangat besar bisa saja rahim itu menekan diafragma sehingga mengakibatkan si ibu akan mudah sesak nafas, walaupun kalau dilihat dari usia kehamilannya masih tergolong muda (prematur) atau belum saatnya menekan diafragma. Ciri ketiga, ibu juga akan semakin sulit merasakan gerakan janinnya. Sebab, gerakan janin akan semakin nyata dirasakan bila si janin itu membentur dinding rahim. Nah, kalau jumlah air ketubannya sangat banyak, kemungkinan janin membentur dinding rahim akan semakin berkurang, kan? TERLIHAT NYATA LEWAT USG Bila ketiga ciri di atas diperoleh berdasarkan keluhan ibu dan pemeriksaan fisik, maka kembar air akan semakin nyata terlihat bila diperiksa dengan alat USG. "Dari USG akan terlihat nyata jika cairan ketubannya lebih banyak dari semestinya," terang Judi. Untuk mendeteksi kelebihan cairan ketuban, pemeriksaan USG yang dilakukan bisa memakai 2 cara. Cara pertama, single pocket; menempatkan USG di bagian rahim mana saja. Kalau kantong air ketubannya lebih dari 8 cm maka berarti termasuk kategori hidramnion. Sebab, kantong air ketuban yang normal berukuran kurang dari 8 cm. "Dengan ukuran lebih dari 8 cm, maka jarak janin dari dinding rahim berarti semakin jauh. Padahal normalnya berjarak antara 1-8 cm." Pemeriksaan kedua dengan 4 kuadran. Umumnya dilakukan bila usia kehamilan

di atas 8 bulan. "Dengan menempatkan alat USG di empat posisi rahim, maka akan kelihatan indeks cairan ketubannya. Bila setelah dijumlahkan lebih dari 25 cm berarti masuk kategori hidramnion. Sebab, yang normal antara 10-25 cm." FAKTOR PRODUKSI TERGANGGU Yang dinamakan air ketuban atau liquor amnii adalah cairan yang mengisi ruangan yang dilapisi selaput janin (amnion dan korion). Air ketuban tersebut berwarna putih keruh, berbau amis, dan berasa manis. Komposisi air ketuban terdiri atas 98 persen air, sisanya albumin, urea, asam urat, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa, dan garam anorganik. Asal air ketuban, terang Judi, tak lain dari air kencing janin, plasenta, tali pusat, serta sekresi dari epitel amnion. Fungsi air ketuban sangat banyak, di antaranya untuk memberikan kesempatan tumbuh kembang janin dan untuk pergerakan dengan bebas ke segala arah, mencegah pelekatan janin dengan amnion, sebagai penyangga panas dan dingin, menghindari trauma langsung terhadap janin, serta untuk menambah suplai cairan atau minum janin, yang kemudian akan dikencingkan kembali oleh janin ke dalam air ketuban tersebut. Bahkan, air ketuban berguna untuk faktor pertumbuhan semua organ tubuh janin, termasuk juga untuk pertumbuhan paru-paru janin. "Tak heran bila air ketuban ini sangat penting keberadaannya bagi janin. Karena di situlah janin hidup, minum dan kencing." Nah, pada kasus jumlah air ketuban yang berlebihan, terang Judi, bisa jadi karena 2 kemungkinan. "Bisa karena produksi air ketuban yang berlebihan atau karena proses pembuangan air ketuban janin yang terganggu," lanjut pengasuh Tanya Jawab Kebidanan dan Kandungan di tabloid nakita ini. Bila disebabkan karena faktor produksinya yang terganggu, ada beberapa kemungkinan yang bisa menjadi penyebab. Seperti, si ibu menderita penyakit sifilis, radang di plasenta, rhesus, atau karena hamil kembar. "Hal-hal demikian membuat plasenta jadi lebar, sehingga produksi air ketuban pun menjadi bertambah." Selain itu, ibu hamil yang menderita diabates, ada kelainan di tali pusat, ataupun menderita TORCH juga akan mengakibatkan gangguan produksi air ketuban. "Kalau ibunya terkena toksoplasma, misalnya, bisa saja gangguan virus ini membawa gangguan sehingga produksi air ketuban menjadi bertambah banyak." Bila berasal dari faktor proses pembuangan janin yang terganggu, biasanya akibat adanya kecacatan di organ-organ janin. Misalnya, ada kecacatan di saluran pencernaan atau karena adanya kelainan kromosom yang mengakibatkan hidrops-fetalis (sekujur tubuh janin berisi air). Tapi, pada kebanyakan kasus -hampir 60 persen- hidramnion justru tak diketahui penyebabnya. "Jadi, hanya diketahui, produksi air ketubannya saja yang banyak tanpa adanya kelainan atau patologi. Plasentanya normal, tali pusat normal, janin normal, ibunya pun normal. Kalau hal ini terjadi, maka hidramnion itu tak akan diapa-apakan, selama ibunya tak ada keluhan." BAYI HARUS DILAHIRKAN Akibat jumlah air ketuban yang berlebihan, maka ukuran rahim pun menjadi lebih besar dari yang semestinya. Tentu saja hal ini akan mengganggu ibu tersebut. Di antaranya sesak nafas dan perasaan tak nyaman. Bukankah rahim yang semakin membesar akan menekan diafragma? Otomatis nafas ibu pun menjadi semakin sesak. "Kalau sudah begitu, si ibu akan merasa serba salah

dan serba tak nyaman." Dengan kondisi seperti itu, mau tak mau ibu akan dirawat. "Selain harus tidur dengan posisi setengah duduk, akibat sesaknya ibu pun harus memperoleh oksigen." Itulah mengapa, terang Judi, hidramnion tak boleh dibiarkan saja, tapi harus diobati. "Sebab, kalau sesak nafasnya terus-menerus didiamkan, kan, kasihan si ibu akan sulit bernafas. Otaknya juga bisa terganggu gara-gara kekurangan oksigen. Selain itu, bila ibu kekurangan oksigen akan berdampak pada si bayi dengan mengalami hal sama. Bukankah oksigen bayi berasal dari nafas ibunya?" Tentu saja, pengobatan yang dilakukan, ujar staf pengajar di FK UPN Veteran, tergantung penyebabnya. Bila berdasarkan pemeriksaan USG diketahui penyebab kelebihan cairan ketuban itu adanya gangguan di saluran cerna janin, maka kalau masih bisa dikoreksi akan dilakukan koreksi setelah bayi dilahirkan. "Asalkan bayi cukup memungkinkan untuk dikeluarkan. Jika keadaan bayi belum memungkinkan untuk dikeluarkan, misalnya paru-parunya belum kuat, kita akan lihat keadaan ibunya. Mampukah ia menahan hidramnionnya hingga usia janin memungkinkan untuk kuat dilahirkan. Namun kalau tidak, terpaksa akan dikeluarkan. Terlebih lagi bila bayinya ternyata hidrops-fetalis berat, percuma dipertahankan, karena bayi pasti akan mati juga." Selain itu, bila ditunggu hingga usia bayi lebih besar lagi, maka hidramnionnya akan tambah besar. Kasihan si ibunya, rahim, kan, tak bisa diregang terus. "Kalaupun dibiarkan, pasti suatu ketika akan mulas dan mengalami kontraksi sehingga si bayi pun otomatis akan keluar juga." Namun kalau sumber permasalahannya terdapat penyakit sifilis atau diebetes yang diderita ibu, maka penyakit inilah yang harus diobati. Kalau ternyata menderita sifilis maka ia harus diberikan antibiotik, sedangkan kalau menderita diabates maka akan diberikan insulin. Jika sumber permasalahannya sudah bisa diatasi, maka biasanya produksi air ketuban pun akan kembali normal. "Sirkulasi air ketuban itu, kan, berkisar antara 1-3 jam. Artinya, air ketuban itu akan diproduksi baru dan yang lama dibuang dalam waktu antara 1-3 jam. Untuk itu, maka pengobatan yang dilakukan harus bisa diprediksi efek obatnya akan berhasil dalam rentang waktu tersebut. Kalau efek obatnya baru muncul besok, ya, percuma saja. Bukankah sirkulasi air ketuban berlangsung terus?" Bila pengobatan ternyata mengalami kegagalan dan jumlah air ketuban tidak mengalami penurunan atau bahkan terus bertambah, maka biasanya si bayi akan dilahirkan. "Si ibu pasti akan merasakan kesakitan dan sesak nafas. Selain itu, bayi pasti akan keluar juga. Karena rahim itu, kan, tidak bisa diregang terus. Terlebih lagi bila pada si ibu terdapat bekas jahitan sesar. Akibat peregangan bisa saja dinding rahimnya robek, lo." PENGURANGAN AIR KETUBAN Kendati demikian, terang Judi, sebelum sampai pada tindakan pengeluaran bayi atau bayi terpaksa dilahirkan, maka dokter akan melakukan tindakan pengurangan jumlah air ketuban. "Hal ini juga dilakukan untuk menolong si ibu mengurangi perasaan tidak nyaman." Cara pertama, dengan amniosintesis; membuang cairan ketuban dengan memakai semacam alat suntikan untuk mengambil cairan sebanyak 100-200 cc per hari. "Tapi ini hanya pengobatan yang bersifat simptomatik, yaitu hanya untuk mengurangi keluhan, bukan mengobati sumber permasalahannya. Sama halnya kita pusing terus makan obat pusing yang beredar di pasaran. Nah, kita hanya mengatasi rasa pusingnya saja, bukan sumbernya. Bisa saja pusingnya

itu karena adanya tumor otak atau karena sebab-sebab lain, kan? Jadi, amniosintesis ini hanya mengurangi keluhan, bukan mengobati hidramnionnya. Kalau mau menyembuhkan hidramnionnya, maka harus dicari penyebabnya dan dilakukan pengobatan atas penyebabnya itu." Cara kedua, dengan obat-obatan anti prostaglandin. "Namun obat-obatan ini mempunyai dampak bisa mengganggu penutupan klep jantung bayinya. Itulah mengapa, cara ini jarang dipakai para dokter." Mengingat sirkulasi air ketuban yang berlangsung 1-3 jam sekali, tentu saja tindakan amniosintesis tak cukup dilakukan sekali. Namun bisa saja setiap hari selama sumber permasalahannya belum bisa diatasi. Nah, kalau hal ini dilakukan, bukan berarti tak ada dampaknya, lo. Karena semacam suntikan, maka amniosintesis pun akan berakibat terasa sakit di tempat tusukan. Bukan itu saja, selaput ketuban juga bisa bocor akibat tusukan yang bisa mengakibatkan kelahiran prematur. Selain itu, akibat tusukan bisa saja terjadi infeksi. Plasenta juga bisa lepas. Bukankah plasenta ini menempel pada dinding rahim? Nah, kalau air ketubannya jadi sedikit, maka dinding rahim pun akan mengkerut sehingga plasenta bisa lepas sendiri. DAMPAK PADA PERSALINAN Untuk kasus hidramnion, terang Judi, jika ibunya bisa bertahan atau tidak ada keluhan hingga usia cukup bulan, maka persalinan yang dilakukan bisa dengan cara normal atau pervaginam. "Persalinan tidak harus sesar. Yang penting kepala bayi sudah di bawah. Tapi kalau ada kelainan letak, misalnya, janinnya melintang, ya, terpaksa sesar atau kalau ternyata akibat hidramnion maka pertumbuhan janin terhambat atau IUGR, ya, akan dilakukan sesar." Justru, terang Judi, hidramnion biasanya berdampak pada pasca persalinan; dapat timbul perdarahan. "Karena rahim yang diregang berlebih akan mengakibatkan kontraksi setelah melahirkan jadi berkurang. Rahim jadi susah mengkerut dan kembali ke ukuran normal. Akibatnya, akan timbul perdarahan." Namun tak usah khawatir, kok, Bu. Biasanya pada persalinan dengan kasus hidramnion, dokter sudah mengantisipasi perdarahan pasca persalinan. Pada saat pembukaan lima, pasien biasanya sudah dipasang infus oksitosin. Bukankah oksitosin dapat merangsang dan mempertahankan kontraksi rahim agar tetap baik?

Indah Mulatsih. Tips Mencegah Hidramnion * Lakukan konseling sebelum hamil. Sehingga kalau ketahuan mempunyai penyakit diabetes, sifilis, atau adanya ketidakcocokkan golongan darah bisa diantisipasi sebelumnya. Kalau perlu kelainannya diobati. * Selanjutnya, selama kehamilan lakukan pemantauan lebih teratur. * Segera temukan segala kelainan sedini mungkin dan kalau bisa dikoreksi. * Hati-hati jika usia ibu saat hamil diatas 35 tahun, karena di usia tersebut kemungkinan timbul banyak kelainan bisa terjadi. Termasuk kelainan pada bayi atau ibunya.

Air Ketuban JANGAN LEBIH, JANGAN KURANG Apa dampak buruknya kalau volume air ketuban tidak pas? Cairan ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim. Cairan ini ditampung di dalam kantung amnion yang disebut kantung ketuban atau kantung janin. Cairan ketuban diproduksi oleh buah kehamilan, yaitu sel-sel trofoblas, kemudian akan bertambah dengan produksi cairan janin, yaitu seni janin. Sejak usia kehamilan 12 minggu, janin mulai minum air ketuban dan mengeluarkannya kembali dalam bentuk air seni. Jadi ada pola berbentuk lingkaran atau siklus yang berulang. Bagaimana mengetahui kecukupan jumlah cairan ketuban? Jumlah cairan ketuban dapat dipantau melalui USG. Tepatnya dengan menggunakan parameter AFI (Amniotic Fluid Index). Pada dasarnya, cairan ketuban sudah bisa dideteksi begitu seorang wanita terlambat haid dan dengan USG sudah terlihat kantung janin karena itu berarti sudah terbentuk cairan ketuban. Pada kehamilan normal, saat cukup bulan, jumlah cairan ketuban sekitar 1. 000 cc. JIKA KURANG Cairan ketuban dikatakan kurang bila volumenya lebih sedikit dari 500 cc. Hal ini diketahui dari hasil pemeriksaan USG. Istilah medisnya oligohidramnion. Ibu harus curiga jika ada cairan yang keluar secara berlebih atau sedikit tetapi terus-menerus melalui vagina. Biasanya berbau agak anyir, warnanya jernih, dan tidak kental. Sangat mungkin itu adalah cairan yang keluar/merembes karena ketuban mengalami perobekan. Tanda lainnya adalah gerakan janin menyebabkan perut ibu terasa nyeri. Segera konsultasikan dengan dokter/bidan untuk memastikan apakah itu cairan ketuban atau bukan. Salah satu kemungkinan penyebab terjadinya ketuban pecah dini adalah infeksi vagina/jalan lahir. Dengan demikian untuk mencegah terjadinya ketuban pecah dini, ibu harus berupaya menjaga kebersihannya agar tidak terkena infeksi jalan lahir. DAMPAK Kurangnya cairan ketuban tentu saja akan mengganggu kehidupan janin, bahkan dapat mengakibatkan kondisi gawat janin. Seolah-olah janin tumbuh dalam "kamar sempit" yang membuatnya tidak bisa bergerak bebas. Malah pada kasus ekstrem dimana sudah terbentuk amniotic band (benang/serat amnion) bukan tidak mustahil terjadi kecacatan karena anggota tubuh janin "terjepit" atau "terpotong" oleh amniotic band tersebut. Efek lainnya, janin berkemungkinan memiliki cacat bawaan pada saluran kemih, pertumbuhannya terhambat, bahkan meninggal sebelum dilahirkan. Sesaat setelah dilahirkan pun, sangat mungkin bayi berisiko tak segera bernapas secara spontan dan teratur. Bahaya lainnya akan terjadi bila ketuban lalu robek dan airnya merembes sebelum tiba waktu bersalin. Kondisi ini amat berisiko menyebabkan terjadinya infeksi oleh kuman yang berasal dari bawah. Pada kehamilan lewat bulan, kekurangan air ketuban juga sering terjadi karena ukuran tubuh janin semakin besar. MENGATASINYA Sebenarnya air ketuban tidak akan habis selama kehamilan masih normal dan janin masih hidup. Bahkan air ketuban akan tetap diproduksi, meskipun sudah pecah berhari-hari. Walau sebagian berasal dari kencing janin, air

ketuban berbeda dari air seni biasa, baunya sangat khas. Ini yang menjadi petunjuk bagi wanita hamil untuk membedakan apakah yang keluar itu air ketuban atau air seni. Supaya volume cairan ketubankembali normal, dokter umumnya menganjurkan ibu hamil untuk menjalani pola hidup sehat, terutama makan dengan asupan gizi berimbang. Pendapat bahwa satu-satunya cara untuk memperbanyak cairan ketuban adalah dengan memperbanyak porsi dan frekuensi minum adalah "salah kaprah". KEMUNGKINAN PERSALINAN Tidak benar bahwa kurangnya air ketuban membuat janin tidak bisa lahir normal sehingga mesti dioperasi sesar. Bagaimanapun, melahirkan dengan cara operasi sesar merupakan pilihan terakhir pada kasus kekurangan air ketuban. Meskipun ketuban pecah sebelum waktunya, tetap harus diusahakan persalinan per vaginam dengan cara induksi yang baik dan benar. JIKA LEBIH Cairan ketuban berlebih disebut polihidramnion atau cukup disebut hidramnion saja. Cairan ketuban paling banyak dihasilkan oleh proses urinasi atau produksi air seni janin. Si jabang bayi minum air ketuban dalam jumlah yang seimbang dengan air seni yang dihasilkannya. Volume air ketuban mestinya tidak persis sama dari waktu ke waktu. Volume ini mengalami puncak di umur kehamilan sekitar 33 minggu, yakni sekitar 1-1,5 liter yang berangsur berkurang mendekati kehamilan cukup bulan (40 minggu). Pada kasus hidramnion, volume bisa mencapai 3-5 liter yang umumnya terjadi setelah umur kehamilan mencapai 22 minggu atau sekitar 5 bulan. Hidramnion terjadi karena: * Produksi air seni janin berlebihan. * Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu hidrosefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital. * Ada sumbatan/penyempitan saluran cerna pada janin sehingga ia tak bisa menelan air ketuban. Alhasil, volume air ketuban meningkat drastis. * Kehamilan kembar, karena ada dua janin yang menghasilkan air seni. * Ada proses infeksi. * Adan hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem saraf pusat sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan. * Ibu hamil menderita diabetes yang tidak terkontrol. * Inkompatibilitas/ketidakcocokan Rhesus. DAMPAK Cairan ketuban yang berlebih berdampak buruk. Ibu biasanya merasa kandungannya cepat sekali membesar. Pada kasus hidramnion ekstrem, pembesaran perut biasanya begitu berlebihan sehingga dinding perut menjadi sedemikian tipis. Bahkan pembuluh darah di bawah kulit pun terlihat jelas. Lapisan kulit pecah, sehingga tampak guratan-guratan nyata pada permukaan

perut. Kalau diukur, pertambahan lingkaran perut terlihat begitu cepat. Begitu juga tinggi rahim. Cairan ketuban yang berlebih menyebabkan peregangan rahim, selain menekan diafragma ibu. Itu semua akan memunculkan keluhan-keluhan serupa dengan kehamilan kembar, di antaranya sesak napas/gangguan pernapasan yang berat, pertambahan berat badan berlebih dan bengkak di sekujur tubuh. Keluhan-keluhan tersebut ujung-ujungnya akan memicu terjadinya hipertensi dalam kehamilan yang mungkin harus diakhiri dengan persalinan prematur. Disamping itu, letak janin umumnya jadi tidak normal. Dengan alat pemeriksa, suara denyut jantung janin terdengar jauh karena letaknya jadi cukup jauh dari permukaan. USG bisa mendapat diagnosis yang lebih pasti dengan cara mengukur ketinggian kantung air ketuban dan indeks cairan amnion. Alat ini sekaligus dapat mengetahui apakah ada kelainan bawaan pada janin dan gangguan pertumbuhan janin. Peregangan atau tekanan yang begitu kuat pada dinding rahim dapat memicu terjadinya kontraksi sebelum waktunya. Namun, dokter tentu akan mengupayakan agar tidak terjadi persalinan prematur dengan cara memberikan obat "peredam" kontraksi. Cairan ketuban yang berlebih juga bisa meningkatkan risiko komplikasi persalinan, yaitu perdarahan pascapersalinan. hidramnion juga amat memungkinkan terjadinya komplikasi plasenta terlepas dari tempat perlekatannya. Belum lagi risiko terjadinya kematian janin dalam kandungan. Yang jelas, kemungkinan ibu menjalani bedah sesar jauh lebih tinggi dibanding kehamilan biasa mengingat letak janin yang tidak normal dan menurunnya tingkat kesejahteraan janin. MENGATASINYA Cara yang biasanya ditempuh adalah dengan menyedot atau mengeluarkan sebagian cairan ketuban melalui sebuah jarum khusus yang dimasukkan dari permukaan perut yang disebut dengan amniosentesis. Cairan tersebut akan diperiksa sel-sel kromosomnya untuk ditelusuri apakah ada kelainan. Tindakan ini dapat dilakukan berulang kali sampai kehamilan cukup bulan. Tindakan ini juga dapat digunakan untuk mengurangi rasa sesak si ibu yang kadang tak tertahankan. KEMUNGKINAN PERSALINAN Operasi sesar juga tidak otomatis menjadi jalan terbaik bagi persalinan dengan kasus ini. Prinsip utama dan dasar ilmu kedokteran secara universal yaitu "primum non nocere", artinya "pertama-pertama janganlah melukai". Jadi, pada kasus hidramnion dimana kemungkinan kecacatan janin tinggi, dokter kandungan akan berpikir dua kali sebelum memilih "melukai ibu" untuk mendapat bayi yang "cacat" dengan kemungkinan hidup kecil. Para dokter akan mengupayakan persalinan per vaginam walupun ibu bergelut dengan kasus hidramnion. PELINDUNG JANIN Ada beragam fungsi cairan ketuban. Di antaranya sebagai bantalan/peredam atau pelindung yang menjaga janin terhadap benturan dari luar. Cairan ketuban juga memungkinkan janin leluasa bergerak sekaligus tumbuh bebas ke segala arah. Selain itu sebagai benteng terhadap kuman dari luar tubuh ibu dan menjaga kestabilan suhu tubuh janin. Cairan ketuban juga merupakan alat bantu diagnostik dokter pada pemeriksaan amniosentesis.

Perlu diketahui, air ketuban tidak membuka apalagi mendorong janin keluar. Yang bertugas untuk itu adalah kontraksi rahim (his). Jadi walaupun ketuban sudah pecah atau kadar airnya tinggal sedikit, pembukaan mulut rahim dan dorongan bayi untuk lahir tetap akan terjadi selama ada kontraksi. Hilman Hilmansyah. Konsultan ahli: dr. Hendra Gunawan Widjanarko, Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur, Bandung

Anda mungkin juga menyukai