Anda di halaman 1dari 28

I PENDAHULUAN 1. BETON BERTULANG 2. SIFAT MEKANIS BETON KERAS 3. BAJA TULANGAN 4. KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN BETON BERTULANG 5.

METODA PERENCANAAN BETON BERTULANG 6. BEBAN TERFAKTOR DAN KUAT PERLU 7. KUAT RENCANA

Beton bertulang merupakan material komposit

yang terdiri dari beton dan baja tulangan yang ditanam di dalam beton. Sifat utama beton adalah sangat kuat di dalam menahan beban tekan (kuat tekan tinggi) tetapi lemah di dalam menahan gaya tarik. Baja tulangan di dalam beton berfungsi menahan gaya tarik yang bekerja dan sebagian gaya tekan.

Lekatan (bond) antara baja dan beton dapat

berinteraksi mencegah selip pada beton keras, Campuran beton yang baik mempunyai sifat kedap air yang dapat mencegah korosi pada baja tulangan, Angka kecepatan muai antara baja dan beton hamper sama yaitu antara 0,000010 0,000013 untuk beton per derajat celcius sedangkan baja 0,000012 per derajat celcius.

Proporsi campuran, kondisi temperatur dan

kelembaban tempat dimana beton akan mengeras. Untuk memperoleh beton dengan kekuatan seperti yang diinginkan,maka beton yang masih muda perlu dilakukan perawatan/curing, dengan tujuan agar proses hidrasi pada semen berjalan dengan sempurna. Pada proses hidrasi semen dibutuhkan kondisi dengan kelembaban tertentu. Apabila beton terlalu cepat mengering, maka akan timbul retak-retak pada permukaannya. Retak-retak ini akan

Beton dibasahi air secara terus menerus Beton direndam dalam air Beton ditutup denmgan karung basah Dengan menggunakan perawatan gabungan

acuan membrane cair untuk mempertahankan uap air semula dari beton basah. Perawatan uap untuk beton yang dihasilkan dari kondisi pabrik, seperti balok pracetak, tiang , girder pratekan, dll. Temperatur perawatan sekitar 150F. Lamanya perawatan biasanya dilakukan selama 1 hari untuk cara ke 5, dan 5 sampai 7 hari untuk cara perawatan yang lain.

Kuat tekan beton diukur dengan silinder beton

berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm atau dengan kubus beton berukuran 150 mm x 150 mm x 150 mm. Kuat tekan beton normal antara 20 30 MPa. Untuk beton prategang, kuat tekannya 35 42 MPa. Untuk beton mutu tinggi ready mix kuat tekannya dapat mencapai 70 MPa, biasanya untuk kolom-kolom di tingkat bawah pada bangunan tinggi

Faktor air semen (water cement ratio = w/c), semakin kecil nilai f.a.s

nya maka jumlah airnya sedikit akan dihasilkan kuat tekan beton yang besar Sifat dan jenis agregat yang digunakan, semakin tinggi tingkat kekerasan agregat yang digunakan maka akan dihasilkan kuat tekan beton yang tinggi. Jenis campuran Kelecakan (workability), untuk mengukur tingkat kelecakan/workability adukan dilakukan dengan menggunakan percobaan slump, yaitu dengan menggunakan cetakan kerucut terpancung dengan tinggi 300 mm diisi dengan beton segar, beton dipadatkan selapis demi selapis, kemudian cetakan diangkat. Pengukuran dilakukan terhadap merosotnya adukan dari puncak beton basah sebelum cetakan dibuka (disebut nilai slump). Semakin kecil nilai slump, maka beton lebih kaku dan workability beton rendah. Slump yang baik untuk pengerjakan beton adalah 70 80 mm. Slump > 100 mm adukan dianggap terlalu encer.

Perawatan (curing) beton, setelah 1 jam beton

dituang/ dicor maka di sekeliling beton perlu di tutup dengan karung goni basah, agar air dalam adukan beton tidak cepat menguap. Apabila tidak dilakukan perawatan ini, maka kuat tekan beton akan turun. Tegangan maksimum beton dicapai pada regangan tekan 0,002-0,0025. Regangan ultimit pada saat beton hancur 0,003 0,008. Untuk perencanaan, ACI dan SK-SNI menggunakan regangan tekan maksimum beton sebesar 0,003 sedangkan PBI 71 sebesar 0,0035

Kuat tarik beton sangat kecil, yaitu 10 15 %

fc. Kekuatan tarik beton dapat diketahui dengan cara : (1) Pengujian tarik langsung, dalam SK-SNI hubungan kuat tarik langsung (fcr) terhadap kuat tekan beton adalah : fcr = 0,33 f ' c (2) Pengujian tarik belah (pengujian tarik beton tak langsung) dengan menggunakan Split cylinder test

Modulus

elastisitas beton didefinisikan sebagai kemiringan garis singgung (slope dari garis lurus yang ditarik) dari kondisi tegangan nol ke kondisi tegangan 0, 45 fc pada kurva tegangan-regangan beton. 1,5 SK-SNI pasal 3.15, modulus elastisitas beton dihitung berdasarkan rumus : Ec = 0,043(wc ). f ' c , dimana nilai Wc = 1500 2500 kg/m3. Untuk beton normal, modulus elastisitas beton adalah Ec = 4700 f ' c .

Besi/baja,baja tulangan polos. Tegangan leleh minimum

pada baja tulangan polos biasanya sebesar 240 MPa. Diameter tulangan polos di pasaran umumnya adalah 6, 8, 10, 12, 14 dan 16. Baja tulangan deform (ulir= BJTD). Tegangan leleh minimum pada baja tulangan deform biasanya sebesar 400MPa. Diameter tulangan deform di pasaran umumnya adalah D10, D13, D16, D19, D22 D25, D28, D32, D36 Kabel/tendon. Biasanya digunakan untuk beton prategang. Jaring kawat baja (wiremash), merupakan sekumpulan tulangan polos atau ulir yang dilas satu sama lain sehingga membentuk grid. Biasanya digunakan pada lantai/slab dan dinding.

Modulus young/modulus elastisitas, Es

pada baja tulangan non pratekan sebesar 200.000 mpa. Kekuatan leleh, fy. Mutu baja yang digunakan biasanya dinyatakan dengan kuat lelehnya. Kuat leleh/tegangan leleh baja pada umumnya adalah fy = 240 mpa, fy = 300 mpa dan fy = 400 mpa Kekuatan batas, fu. Ukuran/diameter baja tulangan.

Bahan-bahannya mudah didapat. Harganya lebih murah.

Mudah dibentuk sesuai dengan


keinginan arsitek. Tidak memerlukan perawatan. Lebih tahan terhadap api/suhu tinggi. Mempunyai kekuatan tekan tinggi. Mengatasi kelemahan beton ini, maka pada daerah yang mengalami tarik pada saat beban bekerja dipasang tulangan baja.

Kekuatan tariknya rendah. Membutuhkan acuan perancah selama pekerjaan berlangsung. Stabilitas volumenya relatif rendah (Iswandi Imran, 2001). Kuat tekan rendah sehingga mengalami retak jika beban berlebih

Kriteria perencanaan struktur:

Struktur harus kuat di dalam memikul

beban yang bekerja Ekonomis Struktur memenuhi syarat kenyamanan ( sesuai fungsinya/ serviceability ). Mudah perawatannya (durabilitas tinggi)

Metode tegangan kerja, dimana struktur direncanakan sedemikian

sehingga tegangan yang diakibatkan oleh beban kerja nilainya lebih kecil daripada tegangan yang diijinkan. ` .
Beberapa kendala yang dihadapi pada metode tegangan kerja

adalah :
Karena pembatasan yang dilakukan pada tegangan total di bawah beban

kerja, maka sulit untuk memperhitungkan perbedaan tingkat ketidakpastian di dalam variasi pembebanan. Misal, pada beban mati umunya dapat diperkirakan lebih tepat dibandingkan dengan beban hidup, beban gempa dan beban-beban lainnya. Rangkak dan susut yang berpengaruh terhadap beton dan merupakan fungsi waktu tidak mudah diperhitungkan dengan cara perhitungan tegangan yang elastis. Tegangan beton tidak berbanding lurus dengan regangan sampai pada kekuatan hancur, sehingga factor keamanan yang tersedia tidak diketahui apabila tegangan yang diijinkan diambil sebagai suatu prosentase fc

Metode kekuatan batas (ultimit) Pada

metode ini, unsure struktur direncanakan terhadap beban terfaktor sedemikian rupa sehingga unsur struktur tersebut mempunyai kekuatan ultimit yang diinginkan, yaitu M u M n Peraturan beton bertulang Indonesia, SKSNIT-15-1991-03 atau SNI BETON 2002 menggunakan konsep perencanaan kekuatan batas ini

Pada konsep ini ada beberapa kondisi batas yang

perlu diperhatikan, yaitu : Kondisi batas ultimit yang disebabkan oleh : hilangnya keseimbangan local maupun global, hilangnya ketahanan geser dan lentur elemen-elemen struktur, keruntuhan progesiv yang diakibatkan oleh adanya keruntuhan local maupun global, pembentukan sendi plastis, ketidakstabilan struktur dan fatique. Kondisi batas kemampuan layanan(serviceability) yang menyangkut berkurangnya fungsi struktur, berupa : defleksi berlebihan, mengganggu Kondisi lebar batas retak khusus, berlebihan yang vibrasi/getaran menyangkut yang masalah beban/keruntuhan/kerusakan abnormal, seperti : keruntuhan akibat gempa ekstrim, kebakaran, ledakan, tabrakan kendaraan, korosi, dll.

SKSNI T-15-1991-03 pasal 3.2.2 menyatakan bahwa agar struktur

dan komponennya memenuhi syarat kekuatan, maka beban untuk perhitungan harus memenuhi syarat kombinasi pembebanan, yaitu : Struktur yang memikul beban mati (dead load = DL) dan beban hidup (live load = LL) maka beban untuk perencanaannya adalah : U = 1,2 DL + 1,6 LL. Struktur yang memikul beban mati (dead load = DL), beban hidup (live load = LL) dan beban angin W maka beban untuk perencanaannya adalah : U = 0,75 (1,2 DL + 1,6 LL+ 1,6 W), nilai ini dibandingkan dengan kondisi tanpa beban hidup, U = 0,9 DL + 1,3 W. Dari kedua nilai tersebut diambil nilai yang terbesar tetapi tidak boleh lebih kecil dari 1,2 DL + 1,6 LL. Struktur yang memikul beban mati (dead load = DL), beban hidup (live load = LL) dan beban gempa E (earthquake load) maka beban untuk perencanaannya adalah : U = 1,05 (DL + LR E), nilai ini dibandingkan dengan kondisi tanpa beban hidup, U = 0,9 (DL E). Dari kedua nilai tersebut diambil nilai yang terbesar , dimana LR adalah beban hidup yang direduksi.

Kuat perlu tersebut biasanya disimbolkan dengan Mu,


Vu, Pu, Tu. U = 1,4 D U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) U = 1,2 D + 1,0 L 1,6 W + 0,5 (A atau R) U = 0,9 D 1,6 W U = 1,2 D + 1,0 L 1,0 E Faktor beban untuk W boleh dikurangi menjadi 1,3 bilamana beban angin W belum direduksi oleh faktor arah. Faktor beban untuk L boleh direduksi menjadi 0,5 kecuali untuk ruangan garasi, ruangan pertemuan, dan semua ruangan yang beban hidup L-nya lebih besar daripada 500 kg/m2, U = 0,9 D 1,0 E,dalam hal ini nilai E ditetapkan berdasarkan ketentuan SNI 03-1726-1989F, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung

Kuat rencana suatu struktur dihitung berdasarkan kuat

nominalnya dikalikan dengan faktor reduksi kekuatan ( ). Yang dimaksud kuat nominal adalah kekuatan suatu penampang struktur yang dihitung berdasarkan metode perencanaan sebelum dikalikan dengan faktor reduksi. Kuat rencana suatu komponen struktur, sambungannya dengan komponen struktur lain, dan penampangnya, sehubungan dengan perilaku lentur, beban normal, geser, dan torsi, harus diambil sebagai hasil kali kuat nominal, yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi dari tata cara ini, dengan suatu faktor reduksi kekuatan

Faktor reduksi kekuatan ditentukan sebagai berikut: Lentur, tanpa beban aksial.......................................... 0,80 Beban aksial, dan beban aksial dengan lentur. (Untuk

beban aksial dengan lentur, kedua nilai kuat nominal dari beban aksial dan momen harus dikalikan dengan nilai tunggal yang sesuai): Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur ................... 0,80 Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur: Komponen struktur dengan tulangan spiral ................. 0,70 Komponen struktur lainnya........................................... 0,65 Geser dan torsi ............................................................ 0,75 Kecuali pada struktur yang bergantung pada sistem rangka pemikul momen khusus atau sistem dinding khusus untuk menahan pengaruh gempa:

Faktor

reduksi untuk geser pada komponen struktur penahan gempa yang kuat geser nominalnya lebih kecil dari pada gaya geser yang timbul sehubungan dengan pengembangan kuat lentur nominalnya............................................ 0,55 Faktor reduksi untuk geser pada diafragma tidak boleh melebihi faktor reduksi minimum untuk geser yang digunakan pada komponen vertikal dari sistem pemikul beban lateral. Geser pada hubungan balok-kolom dan pada balok perangkai yang diberi tulangan diagonal ....................... 0,80

Tumpuan

pada beton kecuali untuk daerah pengangkuran pasca tarik 0,65 Daerah pengangkuran pasca tarik....................... 0,85 Penampang lentur tanpa beban aksial pada komponen struktur pratarik dimana panjang penanaman strand-nya kurang dari panjang penyaluran yang ditetapkan 14.9.1.1............... 0,75 Perhitungan panjang penyaluran sesuai dengan pasal 14 tidak memerlukan faktor reduksi . Faktor reduksi kekuatan untuk lentur, tekan, geser dan tumpu pada beton polos struktural (Pasal 24) harus diambil sebesar................................ 0,55.

Anda mungkin juga menyukai