Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang Pemakaian antiseptik tangan dalam bentuk sediaa gel dikalangan masyarakat menengah keatas sudah menjadi suatu gaya hidup. Beberapa sediaan paten antiseptik tangan dapat dijumpai dipasaran.Respon yang positif terhadap penggunaan antiseptik tangan barangkali berkaitan dengan paradigma bersih itu sehat, serta pemakaianya yang praktis.Bahan antiseptikyang digunakan dalam formula sediaan adalah dari golongan alkoho (etanol,propanolol,isopropanolol ) dengan kosntrasi desinfekta yang lain seperti klorheksidin triklosan (Block, 2001). Alkohol banyak digunakan sebagai antiseptikt untuk disinfekta permukaan dan kulit.Alkohol sebagai desinfekta mempunyai aktivitas baktekterisidal bekerja terhadap jenis bakteri , tetapi tidak terhadap virus dan jamur.Akan tetapi karena merupakan pelarut organik , maka alkohol dapat melarutkan lapisan lemak dan sabun pada kulit, dimana lapisan tersebut berfungsi sebagai pelindung terhadap infeksi mikroorganisme (Dryer,1998). Meningkatkan keinginan masyarakat untuk menggunakan bahan alam atau back to nature, ditanggapi dengan banyaknya prokduk-prokduk topical berbahan aktif tanaman untuk perawatan kesehtan , kosmetik dan pencegahan penyakit.Jawer kotokatau Coleus scutellarioides L Benth merupakan salah satu tanaman yang dikhasiatkan sebagai antiseptik. penggunaan secara tradisional biasanya dengan merebus Tumbuhan iler lengkap (Batang, dau bunga) adas pulawaras secukupnya atau sampai 70 % dan jenis

daun iler juga Daun tanaman secukupnya, Minyak kelapa. Adapun cara membuatnya adalah daun jawer kotok diolesi minyak kelapa kemudian dipanggang. Sedangkan cara menggunakannya adalah dalam keadaan hangat-hangat ditempelkan pada bagian bagian yang bisul. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian Uji Aktivitas Sediaan Gel Antiseptik TanganIinfusa Daun Jawer Kotok

(Coleuscutellarioides LBenth) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphyloccus aureus. I.2 Rumusan Masalah

Seberapah besar aktivitas sediaan gel antiseptik tangan daun jawer kotok (Coleus scutellarioides LBenth) terhadap pertumbuhan bakteri Staphyloccus aureus.

I.3

Tujuan Penelitian I.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui aktivitas dari sediaan gel antiseptik tangan infusa daun jawer kotok (Coleus scutellarioides LBenth) terhadap pertumbuhan bakteriStaphyloccus aureus.

I.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui konsentrasi optimal sediaan gel antiseptik tangan infusa daun jawer kotok (Coleus scutellarioides L Benth) efektif menghambat pertumbuhan bakteri Staphyloccus aureus.

I.4

Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, antara lain :

a. Sebagai informasi ilmiah tentang aktivitas dari sediaan gel antiseptik tangan infusa daun jawer kotok (Coleus scutellarioides LBenth). b. Sebagai sumber dan acuan dalam penelitian selanjutnya dengan lebih relavan.

I.5

Hipotesis Sediaan gel antiseptik tangan infusa daun jawer kotok (Coleus scutellarioides L Benth) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphyloccus aureus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Tentang Infus Infusa adalah sediaan cair yang di buat dengan menyari simplisia nabati dengan air panas dengan suhu 90 % selama 15 menit. Pembuatan Infusa: 1. Simplisia dengan derjat halus yang cocok + air masukan dalam panci infus 2. Panaskan diatas tangas air selama 15 menit terhitung sejak suhu 90 derajat celsius sambil sekali- sekali diaduk 3. Serkai selagi panas melalui kain flanel,+ air panas secukupnya melalui ampas hingga di peroleh volume infua yang di kehendaki.

II.2 Tinjauan tentang Jawer kotok

Jawer kotok (Coleus scutellarioides L. Benth) Tanaman ini memiliki batang herba dan merayap tinngi berkisar 30-150 cm, mempunyai penampung batang berbentuk segiempat .( Herlina Widyayaningrum dan tim solusi alternative.2011 kitab tanaman obat)

1.

Uraian Tanaman 1.1 Klasifikasi daun jawer kotok

Divisi Subdivisi Kelas Bangsa Suku Marga Jenis

: : : : : : :

Spermatophyta Angiospermae Dicotyledonae Solanales Labiateae Coleus Coleus acutellarioides[L.]Benth

1.2

Nama Daerah Si gresing (Batak), adang-adang (Palembang), miana, pilado (Sumbar).jawer kotok (Sunda), iler, kentangan (Jawa), dhin kamandhinan (Madura). Morfologi

1. Daun

Berbentuk hati dan pada setiap tepinya dihiasi oleh jorongjorong atau lekuku- lekuk tipis yang bersambungan dan didukung oleh tangkai daun dan memilki warna yang beraneka ragam.Daunnya merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun, jumlah helaian daun meliputi daun tunggal bentuk helaian daun delta bentuk ujung daun runcing bentuk tepi daun bergerigi pilotaksis daun majemuk bentuk pertulangan daun bertulang menyirip

2. Bunga

Berbentuk uraian bungan bersusun, bunganya muncul pada pucuk tangkai batang.Bagian-bagian bunga terdiri dari kelopak mahkota bunga dan tangkai bunga. 3. Batang Bentuk batang persegi empat arah tumbuh batang mengangguk dan percabangan pada batang menggarpu

4. Akar Bagian-bagian akar meliputi : sistem perakaran bentuk akar

tombak, dan jenis akar yang mempunyai sifat dan tugas khusus sebagai akar tunjang yang tumbuh dari bagian bawah batang kesegala arah untuk menunjang tanaman Kandungan Kimia

Kandungan kimia dari tanaman jawer kotok (Coleus stellarioideus Linn,Benth) yaitu pada batang dan daun mengandung minyak atsiri, alkaloida, saponin, fenol, tanin, lemak, phytosterol, kalsium oksalat dan peptic substances.zat-zat yang terkandung didalam jawer kotok antaralain senyawa thymol, karvakrol, eugenol, metileugenol dan etilsalisThymol bersifat mematikan cacing (antelmintik) dan juga bersifat antiseptik. Karvakrol sebagai senyawa yang bersifat disinfektan antifungal dan antelmintik.Eugenol dapat menghilangkan rasa nyeri atau bersifat analgenik.etilsalisilat mampu mengatasi iritasi.

Jawer kotok (Coleus stellarioideus Linn,Benth) baunya harum (aromatik), rasanya agak pahit, sifatnya dingin. Berkhasiat sebagai peluruh haid (emenagog), perangsang nafsu makan,

penetralisir racun (antitoksik) yang kandungan kimianya yaitu saponin, menghambat pertumbuhan bakteri (antiseptik) yang mana kandungan kimianya adalah fenolik , membuyarkan gumpalan darah, mempercepat pematangan bisul, dan pembunuh cacing (vermisida).

II.4 Tinjauan Tentang Gel

A. Pengertian Gel Gel adalah sediaan setengah lembek , berupa suspense yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organic atau makromulekul senyawa organic, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan . jika massa gel terdiri dari gumpalan zarah kecil,gel digolongan sebagai system dua fase, massanya bersifat tiksotropik artinya massanya akan mengental jika dibiarkan dan akan mencair kembali jika dikocok. Gel demikian disebut magma. Jika massa gel mengandung banyak cairan , umumnya air, gel disebut jelli. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul yang terdispensi merata keseluruh cairan sedemikan rupa hingga tidak menunjukan batas antara makromolekul yang terdispensi dengan cairanya.penyimpananya dalam wadah tertutup baik dalam botol mulut lebar, terlindung dari cahaya .( formularium Indonesia edisi II). Kelebihan dan kekurangan dari sediaan gel antara lain : 1. Kelebihan a. Tidak lengket

b. Gel mempunyai aliran tiksotropik dan pseudoplastik yaitu gel Berbentuk padat apabila disimpan dan akan segera mancair bila dikocok. c. Kosentrasi bahan pembentuk gel yang dibutuhkan hanya sedikit untuk membentuk massa gel yang baik. d. Vinskositas gel tidak mengalami perubahan yang berarti pada suhu penyimpanan. 2. Kekuranganya a. Bahan dalam sediaan mudah terurai dalam situasi dan kondisi tertentu. b. Sediaan ini kurang disukai karena bentuknya mengandung lemak. c. Tidak banyak sediaan yang dapat dibuat dalam bentuk gel. II.5 Tinjauan Tentang Ansiseptik

Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang terdapat pada permukaan tubuh luar mahluk hidup.Obat ini bersifat bakteristik (membunuh kuman) atau baktriostatik (mencegah pertumbuhan bakteri).Definisi septik ialah busuk, sehingga obat yang mencegah luka menjadi busuk. Zat yang mencegah rusaknya /busuknya bahan makan atau sediaan farmasi disebut conservans (zat pengawet ,preservative agent), sebagai antiseptic dapat pula digunakan antibiotik dan antibakteri (Anif, 1984).

Tidak jarang antiseptik tangan bersifat toksis bagi jaringan, menghambat pemyembuhan luka dan menimbulkan sensitasi. Selain itu , seringkali antiseptik juga sukar berdifusi kedalam kulit, antara lain karena terendap oleh protein, misalnya iod, garam merkuri dan perak.Khasiat sering kali ditiadakan atau dikurangi oleh cairan tubuh, seperti serum, nanah dan protein misalnya pada poviden-iod, natrium hipoiklorit,klorhisidin, fenol dan heksaklloroiform, juga kalium permanganate dan zat-zat warna. Karena bersifat toksis bagi sel, beberapa zat tidak cocok untuk digunakan pada borok terbuka, misalnya alcohol, iod dan quats ( certimen). Oleh karena itu , antiseptic digunakan hanya untuk kulit utuh , misalnya desinfeksi pra-bedah dari kulit ( povidon-iod, klorheksidin dalam alkohol) dan sebagai prevensi terhadap bisul. II.6 Tinjauan Tentang Bakteri Staphyloccus aureus Nama bakteri ini berasal dari kata bakterian ( bahasa yunani) yang berarti tongkat atau batang , sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofiol, berkembang biak dengan pembelahan diri, serta demikian kelinya sehingga tampak dengan mikroskop (Dwidjasaputro, 1998). S. aureus adalah bakteri yang terdapat pada kulit, selaput lender, bisul- bisul dan luka-luka.Bakteri gram positif ini berbentuk bulat. a. Klasifikasi dari bakteri ini sebagai berikut : Divisio Kelas Ordo : : : Protophyta Schizomycetes Bacillales

Familia Genus Spesies b.

: : :

Staphylococcaceae Staphylococcus Staphylococcus aureus

Sifat dan Morfologi S. aureus merupakan bakteri gram-negatif berbentuk bulat (kokus) dengan diameter 0,8 1,0 m, dan biasanya sel-selnya terdapat secara terpisah (tunggal). Pada umumnya S. aureus terdapat dimukosa hidung manusia dan dikulit. Tumbuh paling cepat pada suhu 50o C selama 30 menit dan resisten terhadap NaCl 9% tetapi mudah dihambat oleh zat-zat kimia tertentu seperti heksaklorofen 3% S. aureus termasuk kuman yang paling kuat daya tahannya. Pada agar miring tetap hidup sampai berbulan-bulan baik dalam lemari es maupun suhu kamar.Dalam keadaan kering terdapat dalam benang, kertas dan kain.Infeksi kulit atau subkutis yang disebabkan oleh S. aureus sering muncul sebagai nyeri dan panas, kemerahan, pembengkakan subkutis.Pembedahan atau neutropenia merupakan faktor predisposisi, infeksi ini dapat

menyebabkan penyakit kulit. c. Penyebaran S.Aureus Ada beberapa cara penyebaran S. aureus. 1. S. aureus dapat dihembuskan melalui saluran pernapasan pada saat bersin, dan dapat pula melalui benda mati, debu, dinding, serta lantai ruangan yang dapat terkontaminasi sehingga menjadi sumber penularan bagi orang lain

2.

Penularan S. aureus sering terjadi dilingkungan rumah sakit. Infeksi S. aureus dapat juga disebabkan oleh kontaminasi langsung pada luka misalnya infeksi luka pasca bedah oleh S. aureus (Buckle E,1982).

II.7 Teknik biakan murni a. Teknik penggoresan agar Teknik ini lebih menguntungkan bila ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan keterampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Beberapa teknik goresan yaitu goresan T, goresan kuadran, goresan radian, dan goresan sinambung. b. Teknik agar tuang Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukan pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehiingga pada suatu saat hanya ditemukan satu sel didalam tabung. Pada cara agar tuang, dilakukan pengenceran satu mata lup suspensi bakteri kedalam 3 tabung agar tuang, sehingga akan diperoleh lempengan dengan jumlah bakteri yang optimum untuk isolasi. Teknik ini mudah karena untuk mendapatkan koloni yang terpisah tidak diperlukan keterampilan seperti pada teknik penggoresan. c. Teknik agar sebar Pengenceran contoh dilakukan seperti pada teknik agar tuang. Dipipet 0,1 mL cairan dari botol pengenceran dan biarkan cairan mengalir diatas permukaan agar. Cairan contoh disebarkan dengan penyebar yang terbuat dari

gelas.Pada teknik ini sterilisasi penyebar dilakukan dengan mencelupkan kedalam alkohol dan kemudian dipanaskan sehingga alkohol terbakar habis.Penyebar didinginkan dahulu sebelum digunakan untuk menyebarkan cairan contoh pada permukaan agar.Penyebaran cairan contoh dilakukan dengan memutar agar lempengan. II.8 Uji Aktivitas Antibakteri Tujuan pengukuran aktivitas antibakteri adalah untuk menentukan potensi suatu zat yang diduga atau telah memiliki aktivitas sebagai antibakteri dalam larutan terhadap suatu bakteri Metode dilusi padat atau cair pada prinsipnya adalah antibakteri diencerkan sampai diperoleh beberapa konsentrasi.Pada dilusi cair, masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensi kuman dalam media.Sedang pada dilusi padat tiap konsentrasi obat dicampur dengan media agar, lalu diinokulasi bakteri.Metode dilusi cair adalah metode untuk menentukan konsentrasi minimal dari suatu antibakteri menghambat atau membunuh mikroorganisme, ditunjukkan dengan ketidak adanya kekeruhan disebut Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) atau Minimal Inhibitory Concentration (MIC). II.9 Pemeriksaan Daya Anti Mikroba Ada dua pemeriksaan anti mikroba yaitu : a. Metode penyebaran (Diffusion) Dalam metode ini kemampuan zat aktif mikroba ditentukan berdasarkan daerah hambatan yang terjadi. Beberapa modifikasi metode ini adalah : 1. Metode Cylinder cup (Ring DiffusionMethod)

Mikroba ditanam pada media agar kemudian cylinder diletakkan pada media tersebut dengan maksud menampung sejumlah antibiotik atau antibakteri yang digunakan.Daya antimikroba dapat dilihat dari lebar diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi. 2. Metode Cawan Kertas (Paper Disk Method) Mikroba ditanam pada media agar, kemudian cawan kertas yang berisi antibiotik dengan kadar tertentu diletakkan diatas media agar tersebut. Daya antimikroba dapat dilihat dari lebar diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi. 3. Metode Sumuran Agar (Wells Method) Mikroba ditanam pada media agar, kemudian dibuat lubang dengan alat tertentu untuk menampung sejumlah mikroba/antibakteri yang

digunakan.Daya antimikroba dapat dilihat dari lebar diameter daerah hambatan pertumbuhan mikroba yang terjadi. b. Metode Pengenceran Secara Seri (Serial Dilution Method) Cara ini dilakukan dengan menggunakan sejumlah deretan tabung berisi media cair dengan konsentrasi yang berbeda-beda, kemudian kedalam masing-masing tabung ditambahkan suspensi mikroba dengan konsentrasi tertentu. Kocok sampai homogen dan inkubasi pada suhu 37oC. Sebagaik kontrol digunakan tabung berisi media pembenihan dengan mikroorganisme. Potensi daya antimikroba yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan standar. ( Lay, W.B. 1982 ).

Anda mungkin juga menyukai